Dalam arus dangkal, dua pria kekar sedang mempertajam alat pertanian mereka. Tiba-tiba, mereka memandang pria lain dengan ekspresi marah. Pria yang dipandang adalah Heo Im yang sedang mempertajam jarum akupunturnya.
"Cuacanya indah sekali." ucap Im.
Im lalu mengarahkan jarumnya ke langit. Ia menatap ujung jarumnya sambil tersenyum.
"Jarum-jarum ini terasah dengan baik. Jarum besar, kau merasa lebih baik? Tentu saja, aku mengerti perjuanganmu. Bukankah ini menyegarkan? Mereka tampak indah usai dicuci dan disikat. Mari lakukan yang terbaik hari ini. Semua jarum sudah diasah dengan baik hari ini." ocehnya pada jarumnya.
Makgae, seorang wanita yang berpakaian seperti laki2 pun datang. Ia bertanya, apa gunanya mengasah jarum2 itu sampai tajam. Ia juga mengomentari penampilan Im yang terlihat kacau.
"Astaga, kau mengejutkanku!" jawab Im seraya memercikkan air ke wajah Makgae.
"Anda pasti minum banyak semalam, Tabib Kepala." ucap Makgae sambil merapikan rambut Im.
"Sudah berapa kali kubilang jangan memanggilku Tabib Kepala? Kau baru bisa berpikir jika ditusuk dengan jarum besar ini." jawab Im, lalu menggertak Makgae dengan jarumnya.
Tapi Makgae berhasil kabur. Ia memutar badan Im, lalu mendorongnya ke sungai dan bergegas pergi.
"Makgae kurang ajar! Sudah kubilang jangan memanggilku Tabib Kepala!" teriak Im.
Makgae berlari ke Haeminseo. April 1592, Haeminseo. Haeminseo adalah sebuah sekolah kedokteran sekaligus klinik untuk kasta rendahan.
Para pasien pun masuk begitu pintu dibuka. Tak lama kemudian, Im muncul di depan kerumunan para pasien.
"Pasti sulit bagi kalian untuk bisa datang kemari. Aku Heo Im, tabib di Haeminseo. Aku akan melakukan yang terbaik untuk mengobati kalian agar usaha kalian kemari tidak sia-sia." ucap Im.
Seorang gadis kecil yang sedang sakit menatap Im dari punggung ayahnya.
Lalu para pasien pun dipisahkan berdasarkan kondisi mereka. Pasien yang kondisinya serius disuruh masuk ke ruangan yang dimasuki Im.
"Permisi. Kenapa semua orang berusaha masuk ke ruangan itu?" tanya ayah si gadis kecil.
Kau tidak lihat? Tabib Heo masuk ke ruangan itu." jawab pasien lain.
"Bukankah berarti dia tabib yang terkenal itu?" tanya ayah si gadis kecil.
"Benar." jawab pasien itu.
"Dia tampak sangat muda." ayah si gadis kecil.
"Kau kemari setelah mendengar tentang dia?" tanya Makgae yang tiba2 muncul di tengah mereka.
"Ya, benar. Aku mencari uang dengan menangkap hewan di Gunung Jiri dan di sinilah aku sekarang." jawab ayah si gadis kecil.
"Astaga, kau datang dari jauh. Kalian harus mendengarkanku dengan baik. Yang terpenting dalam pengobatan bukanlah usia tabibnya. Tapi tekniknya. Saat Tabib Heo memeriksa detak jantung pasien, dia bisa merasakan aliran energi dan darah pada organ dalam tubuh pasiennya seperti pelukis yang menggambar lukisannya." ucap Makgae.
Di dalam, Im mulai memeriksa pasiennya. Ia meletakkan tangannya di atas perut pasiennya.
"Banyak sekali panas di dalam jantungnya, tapi ginjalnya lemah, jadi, keseimbangannya tidak bagus. Jika datang terlambat sehari saja, keadaannya akan bertambah parah." ucap Im.
Diluar, Makgae masih menjelaskan pada dua pasien itu bahwa Im bukan hanya bisa mengetahui apa penyakit pasiennya, tapi juga bisa melihat titik yang tepat untuk menusukkan jarum2 akupuntur hanya dengan melihat tubuh pasien saja.
Im pun mulai menusukkan jarum ke tubuh pasiennya.
"Dia juga berhasil menusukkan jarumnya dalam sekali percobaan. Dia memasukkan jarumnya, berhenti, mengarahkannya ke kiri, ke kanan, lalu mengeluarkannya. Dia juga melakukannya secara teliti dan perlahan sampai tampak seperti bangau yang sedang mematuk makanan sambil mengibaskan sayapnya. Begitu Tabib Heo menyentuh pasien, penyakit menahun langsung sembuh dan pasien yang hampir mati bisa langsung berdiri sendiri." ucap Makgae lagi.
"Lalu kenapa dia masih bekerja disini?" tanya pasien lain.
"Apa katamu!" Makgae mulai sewot.
"Maksudku kenapa dia tidak bekerja di istana? Dia telah bekerja disini sebagai Tabib Kepala selama 10 tahun. Aku merasa kasihan padanya." jawab pasien itu.
Belum sempat Makgae menjawab, pasien lumpuh yang tadi diobati Im pun keluar dari dalam ruangan sambil berterima kasih pada Im.
Para pasien pun tercengang.
Tabib lain meminta bantuan Im. Terlihat pasien itu muntah darah. Im pun segera memeriksa pasien itu.
"Aku meresepkan rebusan jamu karena paru-parunya membengkak. Dia meminumnya, lalu tiba-tiba menjadi seperti ini. Aku tidak tahu apa yang salah." ucap tabib itu.
"Tampaknya ada abses di paru-parunya. Ambilkan bahan untuk moxa. Mak Gae, bawakan ranting panjang yang lurus, bambu, serta jerami." perintah Im.
"Baik, Tabib Heo." jawab Makgae.
Tak lama kemudian, Makgae datang membawakan apa yang diminta Im. Im pun mulai merawat pasiennya. Ia mendudukkan pasiennya diatas sebatang bambu. Im juga menyuruh pasien itu tetap duduk dengan punggung tegak meskipun terasa sakit.
"Aku hanya pernah melihatnya di buku." ucap tabib lain yang terkagum2 melihat teknik pengobatan yang diberikan Im.
Pasien pun mulai bisa bernafas dengan baik. Tapi kondisi pasien itu belum sepenuhnya membaik. Im berkata, bagian sulitnya baru saja dimulai dan ia akan mengusahakan yang terbaik untuk menolong si pasien.
"Tolong sembuhkan ayahku." pinta anak si pasien.
Im pun menusukkan jarum berongganya ke tubuh pasien, lalu mengisapnya. Beberapa detik setelah mengisapnya, cairan berwarna kuning pun keluar dari dalam jarum dan si pasien mulai bernapas lagi.
Tabib lain terpengarah melihatnya. Sementara Im tersenyum dan diluar, orang-orang pun semakin mengelu-elukan nama Im.
Makgae dengan wajah bangga mendekati ayah si gadis kecil.
"Sekarang percayalah kepada Tabib Heo dan jangan cemaskan apa pun." ucap Makgae.
"Tentu. Aku memercayainya. Yeon Yi, kau akan baik-baik saja. Kau akan baik-baik saja." jawab ayah si gadis kecil sambil menatap gadis kecilnya.
Im yang kini sudah berada di ruangannya seorang diri, menatap jarumnya sambil tersenyum lebar.
"Kerja bagus, jarum besar." pujinya.
Lalu, jarum itu berubah menjadi pisau bedah yang dipegang oleh Choi Yeon Kyung, ahli bedah kardiotoraks. Yeon Kyung pun memberikan instruksi ini itu pada dokter yang membantunya. Operasi berjalan lancar pada awalnya, hingga akhirnya tangannya tergelincir dan darah pun muncrat ke sekujur tubuhnya.
Sekarang, kita melihat Yeon Kyung sedang menari di sebuah klub. Tanpa ia sadari, dari kejauhan, seseorang merekam aksinya.
Lalu tiba2, seseorang bernama Kim Min Jae menghubunginya dan menyuruhnya kembali ke rumah sakit.
Yeon Kyung pun bergegas meninggalkan klub. Tapi saat keluar dari klub, dua orang pria menghampirinya. Salah satu dari pria itu berusaha menggodanya.
"Tampaknya disini akan terjadi pertumpahan darah." ucap Yeon Kyung, lalu menghajar pria itu.
Setelah itu, Yeon Kyung meninggalkan klub dengan mobilnya.
"Aku akan tiba lima menit lagi.Lakukan foto toraks dan tes laboratorium pada pasien." perintah Yoon Kyung.
Yeon Kyung melajukan mobilnya dengan kencang. Sambil menyetir, tangan Yeon Kyung yang satunya merogoh permen dari dalam tasnya. Dia lalu mengemutnya.
Di rumah sakit, Suster Jung memarahi Min Jae karena menghubungi Yeon Kyung.
"Bagaimana bisa kau menghubungi orang yang sudah lama tidak bersenang-senang!" protes Suster Jung.
Tak lama kemudian, Yeon Kyung datang dan langsung menanyakan si pasien pada Min Jae.
Min Jae pun menjelaskan, tekanan darah pasien turun menjadi 70 per 50. Denyut jantungnya 130.
Yeon Kyung pun melakukan rontgen.
"Dimana Profesor Hwang?" tanya Yeon Kyung.
"Dia tidak ingin dihubungi lagi hari ini setelah operasi." jawab Min Jae.
Yeon Kyung pun terdiam sejenak, memikirkan sesuatu. Tak lama kemudian, ia menyuruh Min Jae menyiapkan menghubungi Departemen Anestesi dan menyiapkan ruang bedah.
"Siapa yang akan mengoperasi?" tanya Min Jae.
"Aku." jawab Yeon Kyung mantap.
Profesor Hwang sendiri sedang bersenang-senang di lapangan golf. Ia menggerutu saat ponselnya berbunyi. Nama Yeon Kyung tertera di layar ponselnya.
Begitu Profesor Hwang menjawab teleponnya, ia langsung menjelaskan kondisi pasien. Pasien itu, seorang pria yang berumur 25 tahun. Ia mengalami kecelakaan lalu lintas. Saat kecelakaan, setir mobil menekan dadanya. Menurut pemeriksaan ultrasonik ada penggumpalan darah. Tekanan darahnya juga tidak stabil.
"Kita harus melakukan operasi darurat sekarang. Anda bisa datang? Atau haruskah aku yang melakukannya?" tanya Yeon Kyung.
"Bukankah Kang Man Soo bertugas hari ini? Kenapa menghubungiku?" tanya Profesor Hwang.
"Dia absen tanpa pemberitahuan." jawab Yeon Kyung.
Karena Profesor Hwang tidak memberikan jawaban akan melakukan operasi itu atau tidak, Yeon Kyung pun menganggap Profesor Hwang telah setuju dia yang melakukan operasinya.
Panggilan terputus. Paniklah Profesor Hwang.
Sementara Yeon Kyung, dengan antusias langsung menukar pakaiannya dengan seragam operasi.
"Dokter Choi, bukankah ruang bedah terlarang untukmu? Kudengar kau menyinggung pasien penting Profesor Hwang." tanya dokter lain begitu Yeon Kyung memasuki ruang operasi.
"Sudah diurus semenit yang lalu. Sudah lama aku tidak melakukannya. Tolong bantu aku." jawab Yeon Kyung.
Di mobilnya, Profesor Hwang menghubungi Man Soo. Ia memarahi Man Soo.
Di ruang operasi, Min Jae bertanya sekali lagi pada Yeon Kyung, apa Yeon Kyung serius hendak melakukannya. Dokter lain mengingatkan, bahwa kondisi pasien tidak stabil.
"Aku akan mulai melakukan tamponade jantung. Ambilkan skalpelnya." jawab Yeon Kyung.
Yeon Kyung pun memulai pembedahan.
Sementara di luar, Suster Jung bersama dokter lain membahas Yeon Kyung sambil memperhatikan Yeon Kyung melakukan operasi.
"Dia sudah tidak dipercaya Profesor Hwang. Apa yang dia pikirkan?" ucap dokter.
"Dia tidak memedulikan hal itu." jawab Suster Jung.
"Meski dia sangat menyukai pembedahan, kenapa dia mempertaruhkan nyawanya sendiri seperti itu?" ucap dokter.
"Kau harus mengorbankan nyawamu demi menyelamatkan nyawa seseorang." jawab Suster Jung.
Operasi berjalan dengan baik. Yeon Kyung berhasil mengatasi masalahnya. Tim dokter pun memuji kerja Yeon Kyung. Tapi saat Min Jae ingin menutup luka pasien, Yeon Kyung melarang.
"Ada masalah?" tanya Min Jae.
Yeon Kyung tidak lagi menjawab pertanyaan Min Jae. Ia mengawasi jantung pasien. Benar saja, masalah terjadi. Yeon Kyung bilang, ada kelainan pada jantung pasien.
"Di mana defibrilator? Kita membutuhkan defibrilator." ucap Yeon Kyung.
"Tekanan darahnya menurun. Kurasa ada masalah dengan elektrolit karena darah yang ditransfusikan terlalu banyak." jawab dokter lain.
Yeon Kyung pun mulai mengejutkan jantung pasien dengan alat itu, tapi tak berhasil hingga akhirnya ia menekan-nekan jantung pasien dengan tangannya sendiri.
Profesor Hwang kemudian datang. Yeon Kyung dan tim dokter menatap Profesor Hwang dengan tegang.
"Apa yang terjadi?" tanya Profesor Hwang.
"Tiba-tiba ada kelainan ritme jantung setelah kami memperbaiki dua tempat di bilik kanan. Kami baru saja selesai mengurusnya." jawab Yeon Kyung.
"Aku cemas karena kondisi pasien tidak stabil. Pembedahan yang dilakukan Dokter Choi sukses." ucap dokter lain.
Profesor Hwang pun meninggalkan ruang operasi dengan wajah sebal.
Lalu, Man Soo datang. Man Soo bilang, akan menyiapkan semuanya. Profesor Hwang berkata, semuanya sudah selesai.
"Apa maksud anda?" tanya Man Soo heran.
"Itu berarti kau dalam masalah. Selalu saja kalah dari perempuan. Kau baru akan sadar saat posisimu direbut olehnya? Bagaimana aku bisa mendukungmu? Jika kau tidak memiliki kemampuan, berusahalah untuk menutupi itu. Kuharap kau bisa menyamai separuh kemampuan Yeon Kyung." omel Profesor Hwang setelah menendang betis Man Soo.
Profoser Hwang baru berhenti marah begitu mendapat telepon dari pasien VIP nya.
Yeon Kyung menemui orang tua si pasien. Yeon Kyung berkata, operasi pasien berjalan baik.
Ibu pasien ingin memeluk Yeon Kyung, tapi Yeon Kyung langsung mengelak.
"Kami akan memindahkannya ke ruang inap biasa usai mengawasi perkembangannya di ruang ICU selama semalam." ucap Yeon Kyung.
Yeon Kyung lalu beranjak pergi meninggalkan keluarga pasien.
Yeon Kyung meluapkan kegembiraannya dengan menari2 sendirian di koridor rumah sakit.
Ia langsung berhenti menari dan pura2 berjalan menujuu ruangannya ketika dokter lain melewatinya.
Selesai operasi, Yeon Kyung pergi ke klinik pengobatan oriental Haeminseo. Ia masuk diam2 dan mendekati anjingnya yang bernama Bok Man. Pada anjingnya, ia berkata, bahwa ia baru saja menyelamatkan seseorang hari itu.
Lalu, pandangan Yeon Kyung mengarah ke arah jendela yang lampunya masih menyala dengan terang. Yeon Kyung kemudian teringat masa lalunya, saat ia masih remaja.
Flashback...
Yeon Kyung merengek pada kakeknya, menyuruh sang kakek membawa ibunya yang sudah sekarat ke rumah sakit. Tapi kakeknya malah menyuruh ia diam dan terus merawat ibunya dengan pengobatan oriental. Yeon Kyung remaja pun menatap sang kakek dengan tatapan marah.
Flashback end...
"Lampu di lantai dua tidak akan padam, kan?" gumam Yeon Kyung.
Tak lama kemudian, sang kakek, Choi Chun Sool, pun keluar membawakan makanan untuk Bokman. Tapi dia melihat ke sekelilingnya karena merasa ada seseorang di sana, tapi ia tak melihat siapapun.
Pintu Haeminsoo terbuka. Menteri Pertahanan pun berjalan di tengah2 kerumunan pasien bersama pelayannya. Menteri Pertahanan ingin menemui Im. Ia datang, setelah mendengar keahlian akupuntur Im.
Makgae dan yang lainnya langsung bergosip tentang Menteri Pertahanan yang terkenal dengan sifat marahnya dan suka memeras orang.
Im menyuruh Menteri Pertahanan mengantri bersama yang lain. Pelayan Menteri Pertahanan marah. Ia mencengkram baju Im dan menyeret Im yang sedang mengobati pasien ke hadapan Menteri Pertahanan.
"Beraninya kau menyuruhku menunggu bersama rakyat jelata! Kau pasti tidak tahu siapa diriku!" Menteri Pertahanan marah dan mencengkram baju Im.
"Bagaimana bisa aku tidak mengenali Anda? Anda pria hebat yang sangat memikirkan rakyat." jawab Im.
Menteri Pertahanan pun melepaskan cengkramannya.
"Kau pasti rakyat jelata karena tidak punya sopan santun." hina Menteri Pertahan.
"Saya permisi." ucap Im sopan, semakin membuat Menteri Pertahanan itu murka.
"Kau akan menyesali hal ini." ancam Menteri Pertahanan, lalu beranjak pergi.
Rakyat pun menatap Im dengan kagum. Termasuk, Yeon Yi. Dia tersenyum menatap Im.
Lalu Im memulai pengobatannya. Tapi saat hendak menusukkan jarumnya di dekat pelipis pasien, terdengar bunyi bel dan Im langsung berhenti.
Haeminseo tutup. Ayah Yeon Yi dan para pasien pun panik. Im pun menjelaskan, bahwa ia harus mendatangi pasien2nya yang tidak punya tenaga mendatangi Haeminseo.
"Aku datang dari jauh. Tidak bisakah anda melakukan sesuatu?" tanya ayah Yeon Yi.
Im terdiam dan menatap Yeon Yi. Tapi tak lama, ia pergi begitu saja.
Ternyata Im pergi menemui Menteri Pertahanan. Sambil berlutut pada Menteri Pertahanan, Im pun menjelaskan penyakit yang diderita Menteri Pertahanan.
"Kantong Empedu lemah biasanya diderita cendekiawan yang membaktikan diri pada pelajaran atau orang-orang yang bekerja keras demi negara siang dan malam seperti Tuan." ucap Im.
Menteri Pertahanan kaget, bagaimana kau bisa tahu?
Rupanya Im sempat memeriksa nadi Menteri Pertahanan saat Menteri Pertahanan mencengkramnya tadi. Im menjelaskan, bahwa denyut nadi di seluruh tubuh Menteri Pertahanan tidak teratur.
"Menilai dari hal itu, kurasa hati Anda bermasalah. Jika aku memakai metode yang akan memberi suplemen pada ginjal dan hati sekaligus, Anda akan segera sembuh sepenuhnya." ucap Im.
Im juga berkata, tidak bisa mengobati Menteri Pertahanan di tempatnya bersama dengan rakyat jelata. Im bilang, ia harus mengobati Menteri Pertahanan di tempat yang lebih terhormat.
Im berjalan pergi meninggalkan kediaman Menteri Pertahanan dengan menggendong tas di punggungnya. Lalu, pelayan Menteri Pertahanan yang bernama Doo Chil menghampirinya. Doo Chil meminta Im mengobati ibunya.
Im pun melihat ibu Doo Chil yang terbaring lemah dari jauh. Setelah itu, ia menggeleng dan menolak mengobati ibunya Doo Chil. Im beralasan, kalau tubuhnya pegal setelah seharian melakukan akupuntur.
"Aku tidak menghasilkan banyak uang dari pekerjaan itu. Membosankan mendengar orang memujiku sebagai tabib terbaik." ucap Im.
"Tentu saja, itu bisa membosankan. Aku mengerti. Tapi karena Anda sudah ada di sini, bisakah Anda menusukkan satu jarum pada ibuku yang malang?" pinta Doo Chil.
"Kau punya uang? Aku bekerja keras di siang hari. Tidak bisakah aku menikmati malam. Aku juga manusia." jawab Im.
Kesal, Doo Chil pun berusaha menghajar Im. Ia juga meminta bantuan Ddaksae. Tapi Im berhasil melumpuhkan mereka. Setelah berhasil melumpuhkan mereka, Im kabur.
"Tabib Heo brengsek! Kalau ibuku mati, aku akan membunuhmu!" teriak Doo Chil.
Bersambung ke part 2.......