Episode ini diawali dengan Chorim yang marah-marah gara-gara melihat Soyoung dan Jihyeok sibuk foto berduaan.
Chorim menyuruh mereka berdua kembali bekerja.
Tak lama kemudian, Roo Na datang.
Chorim langsung menanyakan soal pemilihan itu. Chorim yang tidak tahu apa-apa, mengaku cemas pada Roo Na.
Roo Na lantas membahas Roo Bi yang mau keluar negeri.
Chorim pun mengaku heran, Roo Bi tiba-tiba memutuskan pergi keluar negeri.
"Orang-orang bergosip di belakangnya. Tentu saja, dia harus pergi daripada dia tertekan disini." jawab Roo Na.
Chorim sontak heran melihat sikap acuh tak acuh nya Roo Na.
Roo Na lalu meyakinkan Chorim kalau dia akan menjadi anggota dewan apapun yang terjadi.
Gilja pun marah mendengarnya. Gilja mengatakan tentang Roo Bi yang ingin pergi demi Roo Na.
Chorim heran melihat Gilja marah-marah pada Roo Na.
"Ibu benar, Bibi. Putri berharga ibu akan pergi, jadi hatinya pasti hancur berkeping-keping.
"Jangan bicara begitu. Kau selalu menjadi favorit ibumu dan Roo Na selalu menjadi duri bagi ibunya."
"Bukan duri, tapi darah dagingnya yang lebih berharga daripada hidupnya." batin Roo Na.
Roo Na lantas memberikan uang pada Gilja. Ia meminta Gilja memberikan uang itu pada Roo Bi ketika Roo Bi sudah mau pergi.
"Roo Na tidak butuh uang itu." jawab Gilja kesal.
"Eonni, kenapa kau begitu keras padanya? Roo Na membutuhkan uang itu." ucap Chorim.
Roo Na lalu beranjak pergi dengan wajah kecewa. Gilja marah dan melemparkan uang itu pada Roo Na.
Chorim heran melihat Gilja marah-marah pada Roo Na.
"Mulai sekarang, apapun yang terjadi disini, itu bukan urusanmu! Berhentilah membuat masalah dan jadilah istri dan menantu yang baik!" teriak Gilja.
Gilja lantas meletakkan uang itu ke tangan Roo Na dan menyuruh Roo Na pergi.
Roo Na yang sakit hati pun pergi.
Chorim dan Dongpal mengejar Roo Na, tapi Roo Na keburu pergi.
Chorim heran dengan sikap Gilja. Dongpal pun curiga, ada sesuatu yang tidak mereka ketahui.
Roo Na menepikan mobilnya di pinggir jalan.
"Bagaimana rasanya? Sakit kan melihat Roo Bi akan pergi? Kau sudah berusaha keras untuk membuatku sengsara." ucapnya.
Tuan Bae gemetaran membaca kertas yang diberikan Dokter Jung.
"Aku baru ingat. Tapi aku tidak tahu apakah ini akan membantumu jika aku mengatakannya. Ada sesuatu yang aneh. Beberapa bulan lalu, adik menantumu datang."
"Maksudmu Jeong Roo Na?" tanya Tuan Bae.
"Dia datang membawa foto hasil USG nya dan bertanya, apakah dia hamil? Saat kedua gadis itu dibawa ke rumah sakit, yang menerima perawatan karena keguguran adalah menantumu. Tapi Jeong Roo Na, dia belum menikah dan tidak hamil. Tapi Jeong Roo Na mengatakan, dia punya catatan medis yang mengatakan dirinya hamil dan dia memintaku untuk mengeceknya." jawab Dokter Jung.
Tuan Bae kaget. Ia bertanya-tanya, apa yang terjadi sebenarnya.
Roo Bi sendiri sedang menatap surat pengunduran dirinya. Tak lama kemudian, ia membulatkan tekadnya untuk pergi bersama In Soo.
Roo Bi lalu berjalan di lorong. Sepertinya ia mau menyerahkan surat pengunduran dirinya tapi saat melihat Gyeong Min, ia langsung berbalik dan berjalan menjauhi Gyeong Min.
Gyeong Min mengejar Roo Bi. Mereka pun bicara.
Gyeong Min meminta penjelasan Roo Bi atas pengakuan Roo Bi di konferensi pers.
"Yang bisa kukatakan hanyalah maaf." ucap Roo Bi.
"... dan selamat tinggal." lanjut Roo Bi dalam hatinya. Matanya mulai berkaca-kaca.
Gyeong Min lalu membahas pengunduran diri In Soo.
Roo Bi pun berkata, bahwa In Soo akan pergi jauh.
"Kau akan ikut dengannya?" tanya Gyeong Min.
Roo Bi mengangguk.
"Kapan kau akan kembali?" tanya Gyeong Min.
"Haruskah aku kembali?" tanya Roo Bi, membuat Gyeong Min kaget dan juga heran.
Roo Bi lalu mengulurkan tangannya dan berterima kasih atas semua yang telah dilakukan Gyeong Min padanya.
Gyeong Min pun menyambut tangan Roo Bi. Mereka berjabat tangan.
Se Ra bersama ibu dan neneknya juga Geum Hee sedang makan siang bersama di restoran.
Se Ra menyuruh nenek makan yang banyak.
Nenek pun berkata, kalau Se Ra yang mentraktirnya, ia akan makan sebanyak apapun yang ia bisa.
Nenek lalu menanyakan Tuan Bae. Nyonya Park bilang, bahwa Tuan Bae akan sedikit terlambat.
"Bagaimana Gyeong Min? Akan lebih baik jika seluruh keluarga bisa kumpul makan siang bersama." ucap nenek.
Tak lama, Gyeong Min datang dan nenek memberitahu Gyeong Min bahwa Se Ra mentraktir mereka.
Se Ra pun membalas perkataan nenek, ia bilang bahwa dirinya akan membiarkan Gyeong Min yang mentraktir mereka karena uang Gyeong Min lebih banyak.
"Tidak boleh! Gyeong Min punya keluarga sendiri yang harus ia urus. Dia harus menabung!" jawab nenek.
"Aku juga harus menabung untuk pernikahanku." ucap Se Ra.
"Kalau kau menjual semua sepatu dan dompetmu, kau akan mendapatkan uang lebih banyak." balas nenek.
Nyonya Park lalu menanyakan Roo Na.
Geum Hee pun berkata, bahwa Roo Na pasti sedang marah karena pemilihan itu.
Nenek menyuruh Geum Hee diam. Nenek bilang, seburuk apapun Roo Na, Roo Na tetap keluarga mereka.
Nenek lalu menyuruh Gyeong Min menelpon Roo Na dan menyuruh Nyonya Park menelpon Tuan Bae.
*Detik-detik kematian Tuan Bae guys. Sayang tidak ada seorang pun di rumah. Hanya ada Tuan Bae dan Roo Na.
Nyonya Park terkejut mengetahui Tuan Bae sudah di rumah.
"Kau bilang, kau akan pulang terlambat. Bagaimana dengan makan malammu? Haruskah kubawakan sushi untukmu?"
"Jangan cemaskan aku. Nikmati saja waktumu dan ibuku."
"Aku meninggalkan surat di ruang bacamu."
Tak lama kemudian, Roo Na pulang dan Tuan Bae langsung mengajaknya bicara.
"Ayah sudah melihat beritanya, kan? Aku mengundurkan diri seperti keinginan ayah."
"Keinginanku? Aku pikir itu karena video itu."
"Berapa lama lagi ayah akan meragukanku? Video itu palsu."
"Berapa lama lagi harus kukatakan, keserakahan akan membawa ketidakberuntungan. Aku tahu video itu tidak palsu. Aku juga tahu kau bukan sekali keguguran."
Sontak Roo Na kaget.
"Aku melihat catatan medismu di rumah sakit Chuncheon. Kau hamil sebelum kecelakaan dan keguguran karena kecelakaan itu, tapi kenapa Gyeong Min tidak tahu? Apa itu anak Gyeong Min?"
"Aku tidak tahu apa yang kau dengar tapi itu kesalahan. Yang hamil adikku, Jeong Roo Na."
"Kalau adikmu yang hamil, kenapa tertulis namamu di catatan medisnya?"
"Rumah sakit pasti melakukan kesalahan."
"Kau pikir aku percaya padamu?"
"Aku jujur kali ini. Aku berani bersumpah atas nama ayahku yang sudah meninggal. Hanya Bae Gyeong Min pria satu-satunya yang aku cintai. Bagaimana bisa kau mengatakan sesuatu yang kejam seperti itu?"
Roo Na pura-pura nangis dan masuk ke kamarnya.
Tuan Bae masuk ke kamarnya dan membaca dokumen yang diletakkan istrinya di ruang baca.
Dokumen itu adalah hasil analisis video Roo Na.
Tuan Bae pun langsung menghubungi nomor ponsel yang tertera di dalam dokumen. Tapi ponselnya sibuk.
Tuan Bae kemudian bertanya-tanya, siapa pria dalam video itu. Curiga, Tuan Bae pun langsung keluar dari kamarnya dan pergi ke kamar Roo Na.
Di kamarnya, Roo Na menghubungi In Soo. Ia memberitahu In Soo tentang Tuan Bae yang sudah membaca catatan medisnya di rumah sakit Chuncheon.
"Dia tahu aku keguguran saat aku mengandung anakmu. Dengarkan aku baik-baik, Na In Soo. Jika ayah mertuaku menanyakannya padamu, katakan yang keguguran adalah Roo Bi, bukan aku."
Tuan Bae yang ternyata mendengarkan pembicaraan Roo Na pun kaget.
"Na In Soo PD? Lalu Roo Bi...? Apa yang sebenarnya terjadi?" pikirnya.
"Jika kau salah bicara, ini akan menjadi akhir bagi kita berdua. Kalau dia tahu aku mencuri wajah Jeong Roo Bi, kau juga akan hancur." ucap Roo Na.
Tuan Bae syok. Setelah mengetahui Roo Na selesai bicara, Tuan Bae menghubungi nomor In Soo.
"Apakah ini Na In Soo PD?"
In Soo yang tidak tahu siapa yang menghubunginya pun membenarkan dan bertanya siapa yang menghubunginya.
Roo Na yang mendengar suara Tuan Bae dari dalam kamarnya pun langsung keluar.
"Apa yang kudengar itu benar? Kau mengandung anak Na In Soo? Lalu wajahmu? Wajah siapa yang kau curi?"
Roo Na syok mendengarnya. Tapi tak lama kemudian, ia berusaha meyakinkan Tuan Bae kalau dirinya adalah Jeong Roo Bi.
"Kau bukan menantuku. Siapa kau? Beraninya kau menipu keluargaku dan Gyeong Min! Kenapa kau melakukannya! Kenapa!"
"Karena aku menginginkannya! Aku menginginkan Bae Gyeong Min!"
Tuan Bae yang syok, langsung collaps. Sebelum collaps, ia ingat saat ibunya menentang pernikahan Gyeong Min dan 'Roo Bi'. Ia pun sadar, kenapa ibunya menentang pernikahan itu.
Melihat ayah mertuanya collaps, Roo Na kaget. Ia langsung menghubungi ambulance dan mencari obat ayahnya tapi tidak bisa menemukannya.
Tak lama kemudian, anggota keluarga yang lain pulang. Mereka heran melihat Roo Na keluar dari ruangan Tuan Bae.
"Aku mencari obat ayah. Aku sudah menghubungi ambulance. Ayah collaps." jawab Roo Na.
Sontak, mereka kaget dan langsung berlari ke atas.
Geum Hee menyuruh nenek masuk ke kamar karena takut nenek sakit. Tapi saat mendengar teriakan Nyonya Park, nenek langsung naik ke atas.
Di atas, Nyonya Park berusaha membangunkan suaminya.
Roo Na menangis melihatnya. Tapi tak lama, ia berusaha menenangkan dirinya dan berkata, kalau begitulah satu-satunya cara ia untuk bertahan.
Tak lama kemudian, ambulance datang. Disaat orang-orang sibuk mengurus Tuan Bae, Roo Na berlari menuju ruang baca Tuan Bae.
Gyeong Min duduk di ruang baca ayahnya. Ia tak bisa berhenti menangisi kepergian sang ayah.
Tak lama kemudian nenek dan ibunya datang. Nenek dan ibunya menyuruh ia berhenti menangis.
"Relakan kepergian ayahmu. Dan turunlah untuk makan." ucap nenek.
Nenek lalu melihat foto Tuan Bae dan memuji ketampanan Tuan Bae. Nenek bercerita, semua orang sangat menyayangi Tuan Bae sejak Tuan Bae lahir.
Kemudian, tangis nenek pecah. Nenek tidak menyangka, Tuan Bae pergi mendahuluinya.
Nyonya Park memeluk nenek.
Tak lama berselang, Se Ra dan Geum Hee datang.
"Nenek, jangan begini." pinta Se Ra.
"Samonim, jangan seperti ini. Kami juga merasa kehilangan." jawab Geum Hee.
Se Ra dan Geum Hee pun ikut memeluk nenek.
Roo Na yang berdiri di pintu, melihat semua itu pun meyakinkan dirinya kalau dia tidak bersalah dan apa yang terjadi pada Tuan Bae adalah kecelakaan.
Bersambung ke part 2.........