Sekarang, Gyeong Min berada di ruangannya.
Ia masih berduka atas kematian ayahnya.
Tak lama kemudian, ia menghapus tangisnya karena seseorang masuk ke ruangannya.
Roo Bi lah yang datang. Ia mengaku mampir untuk minum kopi.
"Aku bersyukur kau datang." jawab Gyeong Min, lalu menghidangkan kopi untuk Roo Bi.
"Presdir Bae sangat baik padaku. Aku yakin dia sudah berada di tempat terbaik, jadi jangan terlalu dipikirkan." ucap Roo Bi.
"Seandainya saja aku ada di sisinya atau aku tidak membuatnya sedih, dia mungkin tidak akan pergi. Ini lebih sulit dari yang kubayangkan. Apa yang harus kulakukan, Cheo-je? Bagaimana aku bisa menjalankan perusahaan sebesar ini tanpanya. Aku takut. Aku tidak bisa menjalankan ini tanpanya."
Roo Bi yang sudah tidak tahan lagi, akhirnya mendekati Gyeong Min.
Ia memegang wajah Gyeong Min.
"Berhentilah menyiksa dirimu, Gyeong Min-ssi. Kau akan baik-baik saja. Aku bahkan telah berhasil bertahan menerima kenyataanku yang mengerikan. Kau akan baik-baik saja." ucap Roo Bi, dalam hatinya.
Roo Na yang menunggu diluar terkejut melihat Roo Bi keluar dari ruangan Gyeong Min.
"Kenapa kau keluar dari ruangan Gyeong Min? Kau bilang kau akan pergi dengan In Soo? Jadi kenapa kau menemui Gyeong Min?"
"Wae? Busowo?" tanya Roo Bi.
"Kenapa kau menemui Gyeong Min? Kau ingin mengakui cintamu sebelum kau pergi?"
"Apakah kau harus seperti ini?" tanya Roo Bi lelah.
"Seperti apa? Jujurlah pada dirimu."
"Benar, aku ingin melihat Gyeong Min. Hatiku sakit melihat dia sakit. Jika bukan karenamu, ayahnya tidak akan pergi seperti ini."
Roo Na pun kesal mendengarnya.
"Waktumu tidak banyak Jeong Roo Na. Jangan kau pikir semua sudah selesai hanya karena aku pergi. Aku akan membuatmu membayar apa yang sudah kau lakukan." ucap Roo Bi.
Roo Bi lalu beranjak pergi.
Tak lama kemudian, Gyeong Min keluar dari ruangannya. Roo na yang melihat Gyeong Min pun langsung menyusul Gyeong Min.
"Gyeong Min-ssi, apa yang kau bicarakan dengan Roo Na?"
Belum sempat menjawab, ponsel Gyeong Min berdering. Telepon dari Pak Kim yang memberitahu Gyeong Min, bahwa Tuan Bae menyuruhnya menyelidiki sesuatu sebelum meninggal.
"Aku sudah menyelesaikan penyelidikanku dan mengirimkan dokumennya padanya. Kau sudah melihatnya?"
"Belum. Kirimkan dokumen itu padaku sekarang." perintah Gyeong Min.
"Ada apa, Gyeong Min-ssi?" tanya Roo Na.
Gyeong Min tidak menjawab dan berlalu dari hadapan Roo Na.
Seketaris Gyeong Min menyerahkan dokumen itu. Gyeong Min meminta seketarisnya melarang siapa pun masuk ke ruangannya karena ia tidak ingin diganggu. Seketaris Gyeong Min mengerti.
Di dalam, Gyeong Min membuka amplop yang berisi dokumen itu. Ia pun terkejut membaca dokumen itu yang ternyata dokumen hasil penyelidikan video skandal Roo Na.
Roo Na yang sedang menuju mobilnya terus memikirkan dokumen apa yang diterima Gyeong Min. Tak lama kemudian, ia pun sadar dokumen apa yang dimaksud.
Roo Na berusaha masuk ke ruangan Gyeong Min. Tapi seketaris Gyeong Min menghalanginya.
"Kau tidak tahu aku siapa?" marah Roo Na.
Gyeong Min syok membaca dokumen itu.
Tak lama kemudian, Roo Na menerobos masuk ke ruangannya.
Gyeong Min pun memarahi seketarisnya.
"Aku yang datang. Apa aku tidak boleh ke ruanganmu?"
Gyeong Min lantas menyuruh seketarisnya pergi.
Roo Na lalu melihat dokumen itu di atas meja. Ia syok membacanya.
Gyeong Min menatap tajam Roo Na dan meminta dokumennya dikembalikan.
"Bagimu aku ini apa?" tanya Gyeong Min.
"Gyeong Min-ssi, ada apa?"
"Jawab aku. Bagimu aku ini apa? Apa aku terlihat seperti orang bodoh bagimu? Apa aku orang yang bisa kau bodoh-bodohi? Apa kau mengira aku ini tolol?"
"Kenapa kau seperti ini tiba-tiba? Kau membuatku takut."
"Haruskah aku membacakan ini untukmu? Aku yakin kau tahu apa maksud dokumen ini."
"Apa lagi masalahnya? Semua sudah selesai. Roo Na sudah mengakui semuanya di konferensi pers."
"Kau masih mau berbohong juga? Kau sudah menipu seluruh bangsa dan kau masih ingin menipuku juga disaat kebenarannya sudah ada di depan mata?"
"Video itu palsu!"
"Neon... michyeosseo!" ucap Gyeong Min.
"Naega? Michyeosseo? Aku Jeong Roo Bi, bukan orang lain. Kenapa semua orang selalu berusaha menyakitiku?"
"Siapa pria itu?"
"Aniya! Aniya!"
"Apa aku ayah dari bayi yang kau kandung? Atau kau berencana membesarkan anak dari pria itu sebagai pewaris JM Group?"
"Aniyo, Gyeong Min-ssi. Itu bohong! Itu kesalahpahaman!"
Gyeong Min yang sudah gondok luar biasa itu pun akhirnya beranjak pergi.
Roo Na jatuh terduduk.
"Kau harus percaya padaku, Gyeong Min-ssi. Aku Jeong Roo Bi."
Sambil menyetir, Gyeong Min menghubungi Pak Kim dan meminta Pak Kim mengirimkan semua dokumen tentang Roo Na padanya.
Di mobilnya, Roo Na terus mengatakan pada dirinya berulang-ulang bahwa dirinya adalah Jeong Roo Bi.
*Roo Na otw gila guys...
In Soo sedang mengemasi seluruh barangnya ketika Roo Bi menghubunginya.
"In Soo-ssi, kau sudah mengemasi barangmu?" tanya Roo Bi.
"Barang-barangku tidak banyak." jawab In Soo.
In Soo lantas ingin mengatakan sesuatu. Sepertinya ia mau mengatakan tentang Tuan Bae yang sudah tahu soal Roo Na. Tapi ia memutuskan mengatakannya nanti setelah bertemu Roo Bi.
Usai bicara dengan Roo Bi, In Soo bertanya-tanya akankah ia benar-benar pergi dengan Roo Bi? Bisakah mereka hidup bahagia di Irlandia?
"Kau bukan orang yang kucintai?" ucap In Soo.
*Ini terjemahannya kayaknya kebalik ya, harusnya aku bukan orang yang kau cintai.
Chorim dan Soyoung memperhatikan Gilja yang sedari tadi diam saja.
"Dia pasti tidak bisa menerima kepergian Roo Na."
"Aku juga sedih." jawab Soyoung.
Tak lama kemudian, Dongpal dan Jihyeok keluar dari dapur. Gilja terkejut mengetahui restorannya sudah mau tutup.
Soyoung kemudian mendekati Jihyeok. Chorim yang melihat itu langsung sewot dan mengajak mereka bicara.
Daepung yang sedang makan dikejutkan dengan kedatangan Dongpal, Chorim, Jihyeok dan Soyoung.
Chorim kesal karena Daepung membiarkan Jihyeok dan Soyoung hangout di rumah mereka.
Chorim juga memarahi Dongpal yang membela Jihyeok dan Soyoung.
"Ko Soyoung, kau harus keluar dari restoran. No Jihyeok, kau juga! Aku tidak mau melihat kalian bersama. Kau harus meninggalkan Jihyeok!"
"Kenapa aku harus meninggalkan Jihyeok!" protes Soyoung.
"Karena aku ibunya dan aku tidak mau punya mantu sepertimu!" jawab Chorim.
"Eonni, ini bukan salah paman."
"Eomma, Paman Daepung tidak salah."
"Jadi maksudnya, dia pergi dan membiarkan kalian menghabiskan malam hanya berdua saja di sini!"
"Aniyo!" kompak Jihyeok dan Soyoung.
"Jihyeok, pergilah ke universitas. Soyoung, fokuslah bekerja."
"Mereka masih muda, kenapa membicarakan pernikahan?" tanya Daepung.
"Pokoknya tidak!" jawab Chorim.
Kesal, Daepung pun meminta pembelaan Dongpal tapi Dongpal malah asyik makan ramen yang tadi lagi dimakan Daepung. Melihat itu, Daepung kesal dan langsung memukul Dongpal.
Melihat suaminya dipukul, Chorim marah. Chorim dan Daepung pun akhirnya berdebat.
"Berhentilah bertengkar. Kami minta maaf." ucap Jihyeok dan Soyoung, membuat Chorim tambah syok.
*Sumpah sy ngakak adegan si Dongpal asyik makan-makan disaat Chorim lagi marah-marah.
Gyeong Min pulang ke rumah dan langsung disambut ibunya.
"Kau sudah makan?"
"Sudah, bagaimana nenek?"
"Aku disini." jawab nenek sambil keluar dari kamarnya.
"Aku memiliki makanan yang layak, jadi jangan cemaskan aku."
"Kau juga jangan cemaskan ibu. Ibu bersama nenek, jadi jangan cemaskan kami."
"Se Ra dan Roo Bi belum pulang?" tanya nenek.
"Aku sudah pulang dari tadi?" jawab Se Ra yang keluar dari dapur.
Gyeong Min masuk ke ruang baca ayahnya dan mencari dokumen yang dikirimkan Pak Kim.
Ia pun heran karena tidak menemukan dokumen itu.
Tak lama, Roo Na datang dan langsung memeluknya.
Gyeong Min melepaskan pelukan Roo Na dan menyuruh Roo Na ke kamar.
"Jangan seperti ini. Kita ini pasangan yang sudah menikah. Kau lupa janjimu padaku di hari pernikahan kita? Kau berjanji akan memaafkanku dan menerima ku apapun yang terjadi."
"Siapa pria itu?"
"Tidak ada pria lain. Kau satu-satunya. Aku hanya mencintaimu."
Roo Na lalu kembali memeluk Gyeong Min.
"Pergilah ke atas, kumohon." pinta Gyeong Min sambil melepaskan pelukan Roo Na.
"Gyeong Min-ssi.."
"Pergi!" teriak Gyeong Min sambil menatap tajam Roo Na.
Bersambung ke part 2....