Seung Yoo melepaskan tali kudanya dan berbalik. Ia kemudian melihat seorang gadis mencemaskan dua biksu kecil. Gadis itu kemudian berbalik. Langkahnya pun tertahan begitu melihat Seung Yoo. Seung Yoo pun kaget. Gadis itu, SE RYUNG!! Dua biksu kecil itu kemudian pergi meninggalkan Seung Yoo dan Se Ryung.
“Melegakan… melihatmu baik2 saja.” Ucap Seung Yoo, lalu
beranjak pergi.
“Guru.” panggil Se Ryung.
Seung Yoo pun berhenti melangkah dan menatap Se Ryung.
Se Ryung menatap Seung Yoo dalam2, sebelum akhirnya berkata,
“Ada yang mengganggu pikiranku. Setelah semua yang terjadi, bagaimana
denganmu?”
“Aku harap…. kita tidak pernah bertemu lagi.” Ucap Seung Yoo
dingin.
Mata Se Ryung pun langsung berkaca2. Seung Yoo pun begitu.
Ia beranjak pergi dengan mata yang berkaca2. Namun baru beberapa langkah, Seung
Yoo menghentikan langkahnya. Ia seperti ingin berbalik pada Se Ryung, namun tak
jadi dan terus berjalan pergi. Seung Yoo menaiki kudanya, Se Ryung berbalik
menatap Seung Yoo dengan pandangan terluka. Dua biksu kecil itu mengintip.
Seung Yoo pun memacu kudanya. Se Ryung terus menatap ke arah Seung Yoo dengan
wajah terluka. Dua biksu kecil itu lantas menghampiri Se Ryung. Mata Se Ryung
memerah menahan tangis.
Seung Yoo berhenti memacu kudanya, lalu menatap ke belakang.
Ia kemudian menghela napas dan kembali memacu kudanya.
Dua biksu kecil itu berlari menuju kuil. Se Ryung berjalan
di belakang dengan pandangan kosong. Ia pun teringat kata2 Seung Yoo tadi yang
tak mau bertemu dengannya lagi. Se Ryung menghela napa, kemudian berjalan
menuju kuil.
Sesampainya di kuil, Se Ryung diomeli ibunya. Sang ibu
berkata kalau mereka datang ke kuil untuk mendoakan kesehatan Raja, bukan untuk
main2. Butiran bening itu pun akhirnya
keluar. Sang ibu semakin marah. Ia bertanya, apa Se Ryung tidak peduli jika
orang berbicara jelek tentang dirinya? Air mata Se Ryung mengalir semakin
deras.
Sang ibu pun semakin kesal, “Aku hanya bicara sedikit dan
kau tidak suka? Kau sudah besar, tidak bisa kah kau berhenti menangis?”
Se Ryung pun semakin menangis.
Pangeran Sooyang, Shin Suk Joo, Putra dan Putri Mahkota
duduk disamping Raja yang terbaring lemah tak sadarkan diri. Pangeran Sooyang
mendesak Putra Mahkota menyetujui usulannya mengambil alih urusan Kementerian
Militer dan Keadilan. Putra Mahkota tidak bisa menjawab dan menatap sang kakak.
Pangeran Sooyang berkata sudah mendiskusikan ini dengan Raja, jadi Putra
Mahkota tidak perlu merasa cemas.
“Kapan kau mendiskusikannya dengan ayahku?” tanya Putri
Kyung Hee.
“Jika kau curiga pada pamanmu, kenapa kau tidak
menanyakannya langsung pada Kasim Jeong Gyu?” jawab Pangeran Sooyang.
“Aku puas kau sudah menjadi Seketaris Kerajaan.” Ucap
Pangeran Sooyang sembari meninggalkan kediaman Raja.
“Anda yang memberi posisi itu pada saya. Saya akan bekerja
keras.” Jawab Shin Suk Joo.
“Kau terlalu merendah.” Ucap Pangeran Sooyang.
“Tapi aku cemas kalau Putri akan mempengaruhi pikiran Putra
Mahkota.” Jawab Shin Suk Joo.
Pangeran Sooyang pun tersenyum licik. Sepertinya ia sudah
punya rencana.
Pangeran Sooyang menemui Putri Kyung Hee. Putri Kyung Hee
kaget, Chulhap? Di saat ayahku terbaring sakit, paman mau membuangku keluar
istana?
(Chulhap = Kepindahan Putri Raja yang sudah menikah ke
kediaman di luar istana)
“Apa maksudmu membuangmu? Chulhap-mu tertunda karena
sakitnya Raja. Tidak baik jika kau menundanya terus menerus.” Jawab Pangeran
Sooyang.
“Aku tidak akan pergi kemana pun.” Jawab Putri tegas.
“Apa kau mau memberi contoh buruk karena tidak mentaati
peraturan kerajaan? Jika Sang Putri yang seharusnya menjadi teladan bagi
rakyatnya tidak memberikan contoh yang baik karena tidak mematuhi peraturan
yang ada, bukankah wanita di luar istana akan mulai menghakimi anda? Bahkan
jika anda tinggal di luar istana, anda bisa sering mengunjungi istana dan
melihat Raja.”
Kim Jong Seo menerima laporan kalau Pangeran Sooyang
mendesak Putri meninggalkan istana. Ia pun kesal.
Min Shin berkata, “Pangeran Sooyang memberikan jabatan
seketaris kerajaan pada Shin Suk Joo. Bahkan ia mencoba memindahkan kami ke
posisi yang tidak penting.”
Jo Geuk Gwan pun berkata, “Aku takut ia akan menyalahgunakan
kekuasaan Raja dan menyakiti anda Yang Mulia.”
Min Shin berkata lagi, “Sebelum itu terjadi, anda harus
menghentikannya.”
“Itulah yang mereka inginkan. Sekarang bukan saatnya. Kita
tidak boleh bertindak gegabah.” Jawab Kim Jong Seo.
Seung Yoo akhirnya tiba di rumahnya. Kepulangannya disambut
oleh Ah Kang dan Lady Ryu. Seung Yoo bahagia sekali bertemu Ah Kang. Ia
langsung menggendong keponakannya itu.
Ah Kang protes, kenapa kau baru datang sekarang? Apa kau
tidak merindukan aku?
Seung Yoo tertawa geli menatap Ah Kang, kemudian mengelus
kepala Ah Kang.
“Apa semuanya baik2 saja, kakak ipar?” tanya Seung Yoo.
“Iya, adik ipar. Sungguh melegakan melihatmu baik2 saja.”
Jawab Lady Ryu.
“Maafkan aku karena telah membuat cemas. Dimana ayah dan
kakak?” ucap Seung Yoo.
Bersamaan dengan itu, Min Shin, Geuk Gwan, Kim Jong Seo dan
Seung Gyu keluar. Kim Jong Seo dan Seung Gyu melihat Seung Yoo. Seung Yoo pun
bergegas menghampiri ayah dan kakaknya. Sang ayah bertanya, kenapa Seung Yoo
pulang? Di kamar, Seung Yoo memberi hormat pada sang ayah. Seung Yoo berkata,
ia pulang untuk sang ayah. Kim Jong Seo senang mendengarnya. Ia bahkan sampai
tertawa.
“Aku menghargai niatmu membantuku. Tapi apa yang dapat kau
lakukan jika sebelumnya yang kau bisa hanya mengajar? Jika waktunya tiba, kau
akan menerima panggilanmu. Sampai saat itu terjadi, berhati2lah.”
“Ya.”
“Aku pasti orang yang jahat.” Ucap Se Ryung.
“Apa yang terjadi Nona?” tanya Yeo Ri setengah mengantuk.
“Dia hampir kehilangan nyawa karena diriku. Sudah seharusnya
dia marah padaku. Tapi kenapa hatiku sakit?” ucap Se Ryung.
“Siapa yang Nona bicarakan?” tanya Yeo Ri.
“Kupikir ada banyak hal yang bisa dikatakan.” Jawab Se
Ryung.
“Nona bisa mengatakannya.” Ucap Yeo Ri.
“Ini pertama kalinya…. dia bersikap dingin.” Jawab Se Ryung.
Seung Yoo juga resah. Ia bangun pagi2 sekali, kemudian
memakai baju ringkas dan mengambil pedang, lalu beranjak keluar. Di luar, Myun sedang
berlatih pedang. Myun kemudian merasa ada seseorang di belakangnya. Ia pun
menoleh ke belakang dan mengarahkan pedangnya pada orang itu—Seung Yoo.
Myun kaget, Kapan kau pulang?
Seung Yoo : Bicaranya nanti saja.
Seung Yoo pun langsung menyerang Myun. Mereka berlatih
beberapa jurus pedang. Tiba2, Seung Yoo teringat pertemuannya dgn Se Ryung.
Myun pun merasa itu kesempatan bagus. Ia pun langsung menjatuhkan pedang Seung
Yoo. Seung Yoo menatap Myun. Myun pun tersenyum.
Myun dan Seung Yoo istirahat. Sambil mengelap keringatnya.
Myun tanya ada apa karena setiap kali ada masalah, Seung Yoo
selalu berlatih pedang.
Seung Yoo : Kau hanya perlu menyapaku dengan menanyakan
kabarku.
Myun : Melihatmu seperti ini, aku lega.
Seung Yoo : Kudengar Jong sudah menjadi Pangeran Pendamping
seperti keinginannya.
Myun : Hari ini mereka akan pergi meninggalkan istana.
Seung Yoo : Bagaimana denganmu? Kapan kau menikah?
Wajah Myun pun berubah tak enak.
“Pernikahan?” tanya Myun.
“Pasti ada. Siapa dia?” tanya Seung Yoo.
“Bagaimana kalau kita mengunjungi Jong nanti?” jawab Myun,
kemudian beranjak pergi.
Lady Yoon memberitahu Se Ryung kalau hari ini, Putri Kyung
Hee akan meninggalkan istana. Ia menyuruh Se Ryung menunggu di kediaman pribadi
Putri Kyung Hee, sebelum Putri tiba. Se Ryung bilang Putri tidak akan
mengharapkan kedatangannya. Sang ibu berkata, Se Ryung adalah satu2nya keluarga
yang dekat dengan Putri, jadi Se Ryung harus kesana. Se Ryung pun menurut.
Putri Kyung Hee dan Jong memberi hormat pada Raja. Raja
sudah mulai sadar. Ada Putra Mahkota juga di sana yang duduk dengan wajah
tertunduk. Raja mengulurkan tangannya. Putri langsung memegang tangan ayahnya
itu. Sang ayah menatapnya dengan cemas. Putri minta ayahnya tidak cemas dan
meyakinkan sang ayah kalau dirinya akan baik2 saja.
Putri Kyung Hee lalu pamit pada adiknya. Tepat saat dirinya
akan pergi, sang adik memegang roknya, lalu bertanya apa sang kakak harus
pergi? Putri Kyung Hee tersenyum dan menguatkan adiknya.
Tibalah saatnya Putri Kyung Hee dan Jong meninggalkan
istana. Di sepanjang jalan, rakyat membungkuk memberi hormat pada Putri. Putri
menangis. Jong terlihat resah. Putri Kyung Hee dan Jong akhirnya tiba di
kediaman pribadi mereka. Putri terkejut melihat Se Ryung ada di sana.
Putri tanya, apa yang kau lakukan di sini?
“Saya di sini karena mendengar hari ini anda meninggalkan
istana Yang Mulia. “ jawab Se Ryung.
“Apa kau ingin membuatku kesal? Ayahmu masuk istana dan kau
keluar istana? Jangan harap kau bisa menginjakkan kakimu di rumahku.” Ucap
Putri, kemudian beranjak masuk.
Yeo Ri heran dengan sikap dingin Putri ke Se Ryung. Se Ryung
menyuruh Yeo Ri pulang. Ia lalu masuk ke dalam menyusul Putri.
Putri masuk kamarnya. Ia tampak lelah. Se Ryung nekad masuk
ke kamar Putri, padahal sudah dilarang. Se Ryung menyuruh Putri menamparnya.
Putri kaget. Se Ryung bilang jika itu dapat membuat perasaan Putri menjadi
lebih baik, ia rela dipukuli ribuan kali. Putri tanya apa Se Ryung ingin
menyulitkannya. Se Ryung bilang tahu kalau kehadirannya tidak diinginkan, tapi
ia akan melakukan sesuatu untuk Putri yang takut dan kesepian berada di tempat
asing.
Se Ryung kemudian meletakkan bungkusan yg dibawanya di
lantai.
Se Ryung : Jika Yang Mulia Ratu masih hidup, beliau yang
akan menyiapkan semua ini. Saya tahu Yang Mulia menganggap saya pengganggu,
tapi meskipun saya tidak mahir, saya berusaha menyiapkan ini dengan tangan saya
sendiri. Tidak peduli berapa kali Yang Mulia berkata membenci saya, saya akan
datang ke sini lagi karena saya mencemaskan Yang Mulia.
Se Ryung memberi hormat pada Putri Kyung Hee, kemudian
beranjak pergi. Setelah Se Ryung pergi, Putri membuka bungkusan yang
ditinggalkan Se Ryung. Putri pun berkaca2 menatap isinya.
Di luar, Se Ryung bertemu Jong. Jong ingat Se Ryung adalah
gadis yang menemui Myun di kantor waktu itu. Jong lalu bertanya pada Eun Geum,
siapa Se Ryung. Betapa kagetnya Jong mengetahui Se Ryung adalah putri tertua
Pangeran Sooyang.
Se Ryung terus berjalan. Dan ia pun terkejut melihat Seung
Yoo bersama Myun.
Se Ryung pun buru2 sembunyi. Jong menyambut kehadiran dua
sahabatnya. Ia pun mengajak mereka masuk. Se Ryung menatap Seung Yoo. Ia
kemudian menghela napas dan beranjak pergi.
Seung Yoo kaget, di kuil? Ah, jadi itu alasannya kau dekat dengan biksu2 kecil itu. Sepertinya kuil itu dekat dengan lokasi ayunan.
Jong mengetuk pintu kamar istrinya, namun sang istri tak mau
keluar. Jong pun minta maaf karena mengundang sahabatnya tanpa seizin sang
istri.
Jong kemudian menjamu Seung Yoo dan Myun. Seung Yoo dan Myun
tanya apa Jong bahagia setelah menikah? Jong bilang dia sekarat karena bahagia.
Seung Yoo tanya apa maksud ucapan Jong. Jong pun menjawab Baginda Raja sakit
dan Putri Kyung Hee terus menolaknya. Jong bahkan juga berkata kalau dirinya
tidak ada bedanya dengan bujangan atau duda. Seung Yoo tanya lagi, bujangan
atau duda? Jong pun menjawab sepertinya Putri Kyung Hee masih menyimpan
kenangannya bersama Seung Yoo di luar istana. Seung Yoo jadi tak enak hati.
Jong tiba2 tertawa, membuat Seung Yoo kebingungan. Jong lalu
bilang dia mendengar dari Myun kalau gadis yang ditemui Seung Yoo di luar
istana bukanlah Putri, melainkan gadis lain. Myun tersenyum geli. Seung Yoo
kesal sekali. Jong bilang itu hukuman karena Seung Yoo merahasiakan hal itu
padanya.
Jong kemudian menatap Myun dan berkata, “Aku tahu siapa gadis
itu.”
Myun heran, apa?
Seung Yoo pun tanya, apa maksudmu?
“Kau tahu gadis yang mencarimu di kantor polisi, dia putrid
tertua Pangeran Sooyang.” Jawab Jong.
Wajah Myun pun seketika berubah. Ia lalu mencoba mengalihkan
pembicaraan dengan menuang anggur. Tapi Jong terus berkata kalau dirinya
mengenali gadis itu ketika dia datang mengunjungi Putri. Jong lalu berkata pada
Seung Yoo, kalau seharusnya Seung Yoo melihat cara Myun menatap gadis itu.
Myun marah, kau ini bermulut besar!
Seung Yoo dan Jong heran. Jong berkata, Kenapa kau marah?
Aku hanya bercanda.
Myun akhirnya berkata kalau memang ada pembicaraan
pernikahan antara keluarganya dgn keluarga gadis itu.
Jong kaget, Pernikahan?
Jong lantas terdiam sejenak, sebelum akhirnya berkata, “Kita
tidak boleh membiarkan ayah kita menghancurkan persahabatan kita. Tidak peduli
gadis mana yang akhirnya kau nikahi, dengan tulus aku memberimu ucapan
selamat.”
Seung Yoo jalan2 keluar. Di luar, ia melihat seorang gadis.
Gadis itu berbalik. Ternyata itu Putri Kyung Hee. Seung Yoo memberi hormat.
Putri Kyung Hee kaget, “Apa yang membawamu ke sini Kim
Jikgang?”
“Suami anda adalah sahabat lama saya.” jawab Seung Yoo.
“Sahabatmu?” tanya Putri Kyung Hee kaget. Putri lalu
menghela napas dan berkata lagi, “Takdir kita benar2 aneh.”
“Saya benar2 minta maaf.” Ucap Seung Yoo.
“Apa gunanya mengatakan itu sekarang? Meskipun kita tidak
jadi menikah, kesetiaanmu pada Putra Mahkota tidak boleh berubah.” Jawab Putri.
“Saya akan mengingatnya.” Ucap Seung Yoo.
“Kau boleh pergi.” Jawab Putri.
“Jong-ah akan menjadi suami yang baik.” Ucap Seung Yoo.
Seung Yoo hendak pergi, tapi Putri menahannya dengan
bertanya apa Seung Yoo datang untuk mencari gadis itu—Se Ryung. Seung Yoo diam
saja. Putri Kyung Hee memperingatkan jika Seung Yoo dan gadis itu tak sengaja
bertemu, Seung Yoo harus pura2 tidak mengenalnya karena itu satu2nya cara
mencegah tragedi antara Seung Yoo dan gadis itu. Seung Yoo pun berkata semua
itu masa lalu, kemudian beranjak pergi. Putri terlihat cemas.
Paginya, Se Ryung bersiap2 pergi ke kediaman Putri Kyung
Hee. Yeo Ri tak mengerti kenapa Se Ryung masih nekad ke sana padahal Putri
memperlakukannya begitu dingin. Se Ryung tersenyum dan minta Yeo Ri tidak ikut.
Jong masuk ke kamar istrinya. Betapa kagetnya ia karena tak
menemukan sang istri di sana.
“Putri menghilang.” adu Jong pada Seung Yoo dan Myun.
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Seung Yoo.
“Dia juga membawa semua dayangnya.” Jawab Jong.
“Mungkin dia di istana.” Ucap Myun.
“Tanpa mengatakan apapun?” tanya Seung Yoo.
Seung Yoo lalu berkata pada Myun, “Kau pergilah ke istana
bersama Jong, aku akan mencari di sekitar sini.”
Jong panic, “Istana pasti akan gempar jika dia benar2
menghilang.”
“Kita cari dulu.” Ucap Myun, lalu beranjak pergi bersama
Jong.
Se Ryung tiba di kediaman Putri. Ia melihat Myun dan Jong
yang berlari keluar. Se Ryung penasaran apa yang terjadi. Ia pun beranjak masuk. Bersamaan
dengan itu, Seung Yoo keluar. Se Ryung kaget melihat Seung Yoo, kemudian
membalikkan badannya. Seung Yoo juga kaget dengan kedatangan Se Ryung.
“Untuk apa kau ke sini?” tanya Seung Yoo.
Se Ryung diam saa.
“Aku tanya untuk apa kau ke sini?” tanya Seung Yoo sekali
lagi.
“Untuk menemui Putri.”Jawab Se Ryung.
“Meski aku tidak tahu alasan kedatanganmu, kau tidak bisa
menemui Putri sekarang.” Ucap Seung Yoo.
Se Ryung kaget. Ia pun menatap Seung Yoo bingung.
Putri Kyung Hee sedang dalam perjalanan ke suatu tempat. Eun
Geum tanya apa Putri Kyung Hee yakin ingin pergi tanpa dikawal. Putri diam
saja. Eun Geum pun mengerti dan melanjutkan kembali perjalanan.
Seung Yoo memberitahu Se Ryung kalau Pangeran Pendamping dan
Myun pergi ke istana untuk mencari Putri. Se Ryung tak yakin Putri di istana.
Seung Yoo tanya lagi, apa Se Ryung tahu tempat
yang akan dikunjungi Putri. Se Ryung menggelengkan kepalanya sambil
memikirkan sesuatu. Seung Yoo berkata lagi, Se Ryung begitu dekat dengan Putri
sampai2 Se Ryung bisa pura2 sebagai Putri, masa Se Ryung tidak tahu. Se Ryung
pun kepikiran satu tempat.
Se Ryung pun naik ke kuda Seung Yoo. Ia janji akan
mengembalikan kuda Seung Yoo nanti. Se Ryung mulai menjalankan kudanya, tapi ia
hanya berani menjalankan kudanya seinci demi seinci. Seung Yoo pun jadi kesal,
kemudian naik ke atas kuda. Ia bilang jika Se Ryung menjalankan kudanya seperti
itu, akan butuh waktu lama untuk kembali. Seung Yoo lalu memeluk Se Ryung erat2
dan mulai memacu kudanya.
Putri tiba di pelabuhan. Eun Geum tanya apa rencana Putri
selanjutnya. Putri melihat orang2 di kapal, kemudian tanya pada Eun Geum apa ia
harus duduk bersama orang2 itu. Eun Geum mengangguk membenarkan. Putri pun
berpikir ulang. Eun Geum lalu mengajak Putri kembali ke istana karena Baginda
Raja akan cemas jika tahu Putri menghilang tanpa meninggalkan pesan apapun.
Putri pun menurut. Mereka kembali ke istana.
Bersamaan dengan perginya rombongan Putri, Seung Yoo dan Se
Ryung tiba di pelabuhan. Se Ryung langsung turun dari kuda. Seung Yoo juga. Se
Ryung mengucapkan terima kasih karena Seung Yoo sudah mengantarnya dan menyuruh
Seung Yoo pergi. Se Ryung pun beranjak pergi.
Seung Yoo memandangi kepergian Se Ryung. Ia lalu mau pergi,
tapi gak jadi.
Se Ryung duduk di kapal. Ia pun tenggelam dalam lamunannya
sehingga tidak menyadari orang2 memandanginya takjub. Para wanita kagum dengan penampilan Se Ryung,
sedangkan yang pria kagum akan cantiknya Se Ryung. Seorang pria kemudian ingin
duduk di samping Se Ryung dan menyuruh wanita yg duduk disamping Se Ryung
pergi.
Tiba2, ada kaki dengan sepatu kulit yg bagus menginjak
bangku. Se Ryung kaget, lalu mendongakkan wajahnya. Orang itu Seung Yoo. Seung
Yoo membuka kipasnya, kemudian melemparkan uang pada pria tadi. Pria itu pun
mundur teratur.
Seung Yoo duduk disamping Se Ryung (Haha, suka saya suka pas
Seung Yoo buka kipasnya, parah lucu banget gayanya). Ia pun kesal karena Se Ryung gak ada
takut2nya. Se Ryung sepertinya mau tanya
kenapa Seung Yoo ada di sana, namun belum sempat mengajukan pertanyaan, Seung
Yoo berkata ia hanya ingin memastikan keselamatan Putri Kyung Hee saja. Se
Ryung memandangi Seung Yoo dan tersenyum tipis.
Perahu pun mulai bergerak. Seung Yoo dan Se Ryung tampak
kikuk. Seung Yoo terus kipas2 untuk menutupi kekikukannya.
Seung Yoo kemudian tanya ke tukang kapal apakah melihat
wanita bangsawan yang pergi dengan tandu?
Tukang kapal pun bilang mungkin dia berada di kapal lain.
Se Ryung lantas berkata, tempat yang mereka tuju sangat jauh
dan ia sendiri tak yakin Putri ada di sana. Seung Yoo bilang tak ada salahnya
mereka ke sana untuk memastikan.
Tiba2, perahu oleng dan ada pria yang mau jatuh menimpa Se
Ryung. Seung Yoo pun reflek memeluk Se Ryung. Se Ryung cepat2 melepaskan
dirinya dari pelukan Seung Yoo. Keduanya mulai kikuk lagi dan Seung Yoo mulai
kipas2 lagi.
Mereka pun akhirnya tiba di tempat tujuan. Seung Yoo turun
dari kapal duluan. Se Ryung pun kesal karena Seung Yoo tak membantunya turun.
Tempat yg mereka tuju ternyata makam Ratu Hyeondeok—ibu
Putri Kyung Hee.
“Dia tidak di sini.” Ucap Se Ryung.
Keduanya lalu duduk di makam. Seung Yoo pun bertanya kenapa
Se Ryung begitu peduli pada Putri Kyung Hee, padahal sudah diusir Putri. Se
Ryung ingin menjelaskan semuanya. Ya kebenarannya. Namun ia teringat kata2
ayahnya—Pangeran Sooyang. Seung Yoo lalu tanya dimana Se Ryung tinggal. Se
Ryung pun berkata di kuil.
Seung Yoo kaget, di kuil? Ah, jadi itu alasannya kau dekat dengan biksu2 kecil itu. Sepertinya kuil itu dekat dengan lokasi ayunan.
Se Ryung : Kuil itu tepat di belakang lokasi ayunan.
Seung Yoo : Berpura2 sebagai Putri, apa itu menyenangkan?
Se Ryung : Aku tidak bermaksud menipumu. Seharusnya hal ini
tidak terjadi, tapi aku bahagia menghabiskan waktu bersamamu guru. Aku benar2
minta maaf padamu. Karena aku, kau menanggung semua penderitaan itu. Maafkan
aku.
Seun Yoo : Jangan salah paham. Aku pun akan bersikap sama
pada wanita lain.
Mata Se Ryung langsung berkaca2. Ia bertanya, “Apa kau tipe
orang yang akan membahayakan nyawamu demi menolong wanita lain?”
Seung Yoo diam saja, membuat Se Ryung semakin terluka.
“Jadi itu tidak berarti apa2 bagimu?” tanya Se Ryung.
Seung Yoo menatap Se Ryung. Se Ryung semakin berkaca2. Seung
Yoo kemudian mengalihkan pandangannya, dan mengajak Se Ryung pulang.
Mereka kembali jalan menuju dermaga, namun baru beberapa
langkah, Se Ryung berhenti. Se Ryung menatap bunga liar yang tumbuh di pinggir
jalan. Seung Yoo pun berbalik. Ia kemudian menatap Se Ryung dengan perasaan
campur aduk.
Putri tiba di kediamannya. Jong menyambutnya. Putri turun
dari tandu dan masuk ke dalam. Jong tanya, darimana saja istrinya itu. Putri
menjawab Jong tidak perlu tahu dirinya darimana. Jong berkata lagi, Putri
menghilang tanpa mengatakan apapun, apa Putri berpikir orang2 tidak cemas.
Putri pun berkata Jong tidak perlu bersikap seperti suami sungguhan karena Jong
menjadi Pangeran Pendamping hanya suatu keberuntungan.
Putri mau masuk, namun Jong kembali berkata. Jong meminta
Putri berhenti bersikap kekanak2an. Putri tersinggung dan berjalan masuk ke
dalam.
Pangeran Sooyang berkumpul dengan sekutu2nya. Pangeran
Onyeong berkata lega karena berhasil melempar Putri Kyung Hee keluar istana.
Kwon Ram berkata mereka tidak boleh senang dulu karena masih ada Kim Jong Seo
yang harus mereka singkirkan.
Kemudian pelayan mengumumkan kedatangan satu tamu lagi. DIA
MYUN! Shin Suk Joo lalu menyuruh Myun mengawal Pangeran Sooyang kembali ke
rumahnya.
Seung Yoo mengantar Se Ryung pulang. Dalam perjalanan
pulang, mereka tak bicara sepatah kata pun. Tiba2, sepatu Se Ryung lepas. Seung
Yoo mengambil sepatu Se Ryung kemudian memakaikannya kembali.
Se Ryung ada di kediaman Putri. Ia bertanya pada Eun Geum
apa yang dilakukan Putri. Eun Geum bilang Putri sudah tidur. Se Ryung tanya
lagi, apa Putri baik2 saja. Eun Geum tersenyum dan berkata Putri baik2 saja. Ia
kemudian bertanya apa yang dibawa Se Ryung.
Eun Geum menemui Putri dan memberikan saputangan dari Se
Ryung. Putri membuka saputangan itu. Isinya bunga liar yang tumbuh di jalan
dekat makam ibunya Putri Kyung Hee.
Se Ryung pun beranjak pergi. Baru beberapa langkah, ia berhenti kemudian menatap Seung Yoo. Se Ryung kembali berkaca2. Ia lalu beranjak pergi. Tepat saat Se Ryung berbalik dan pergi, Seung Yoo menoleh dan menatap Se Ryung. Seung Yoo juga berkaca2.
Eun Geum : Dia bahkan pergi ke makam Yang Mulia Ratu untuk
mencari anda. Menurut saya dia tahu anda akan pergi ke sana. Putri pun terharu
menatap bunga itu. Ia pun menyunggingkan sedikit senyumannya.
Se Ryung menemui Seung Yoo yang menunggu diluar.
“Yang Mulia Putri sudah kembali sore tadi.” Ucap Se Ryung.
“Sungguh melegakan.” Jawab Seung Yoo.
“Terima kasih karena kau telah menemaniku pergi untuk
perjalanan yang jauh.” Ucap Se Ryung.
“Aku hanya melakukan
tugasku.” Jawab Seung Yoo.
“Kalau begitu…. aku pergi.” Ucap Se Ryung.
Se Ryung pun beranjak pergi. Baru beberapa langkah, ia berhenti kemudian menatap Seung Yoo. Se Ryung kembali berkaca2. Ia lalu beranjak pergi. Tepat saat Se Ryung berbalik dan pergi, Seung Yoo menoleh dan menatap Se Ryung. Seung Yoo juga berkaca2.
“Aku mengatakan ini karena kau akan menjadi menantuku.
Putriku sedikit ceroboh. Dia belajar menunggang kuda dimana hanya pria yang
pantas melakukannya. Meskipun tubuhnya lelah dan sakit, dia tidak menyerah dan
itu membuat ibunya sedikit cemas.” ucap Pangeran Sooyang yang berjalan pulang
dikawal Myun.
Pangeran Sooyang kemudian berhenti melangkah, lalu menatap
Myun.
“Tolong jaga dia.” ucap Pangeran Sooyang.
“Baik.” Jawab Myun.
“Karena aku memilikimu, aku tidak akan merasa cemas lagi.”
Ucap Pangeran Sooyang.
Pangeran Sooyang akhirnya tiba di kediamannya. “Terima kasih
sudah mengawalku.”
Se Ryung pun datang.
“Bagaimana seorang wanita yang belum menikah bisa pulang
selarut ini.” ucap Pangeran Sooyang.
“Maafkan aku.” jawab Se Ryung.
“Lihat, yang kukatakan benar kan? Dia sedikit ceroboh.” Ucap
Pangeran Sooyang.
Myun tersenyum, lalu membungkuk memberi hormat dan beranjak
pergi.
“Lihat dia baik2, Se Ryung. Dia tinggi dan tampan. Di masa
depan, dia akan menjadi suamimu.” Ucap Pangeran Sooyang.
Se Ryung pun terbelalak.
Se Ryung masuk ke kamarnya dan terduduk lemas. Ia syok
karena sahabat Seung Yoo akan menjadi suaminya.
Seung Yoo pulang sambil memikirkan kata2 Se Ryung. Se Ryung
bilang bahagia saat bersama dengan Seung Yoo.
Se Ryung bangun pagi2 sekali. Ia lalu mengajak Yeo Ri berdoa
di kuil.
Pangeran Sooyang dan An Pyeong duduk di dekat Raja.
“Yang Mulia, lekaslah sembuh.” Ucap Pangeran An Pyeong.
Pangeran An Pyeong lalu menatap Pangeran Sooyang, “Sooyang
Hyungnim, Yang Mulia pasti merindukan Putri Kyung Hee. Bagaimana jika kita
mengawal Yang Mulia ke kediaman Putri?”
“Apa kau tidak tahu berjalan satu langkah saja sudah cukup
sulit baginya.” Jawab Pangeran Sooyang.
“Aku baik2 saja. Tidak akan terjadi sesuatu yang buruk
padaku.” Ucap Raja.
“Tanpa tabib, bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk?”
tanya Pangeran Sooyang.
“Aku tidak nyaman berada di istana.” Ucap Raja.
“Jika Yang Mulia merasa itu lebih baik, pergilah dan
kembalilah dengan selamat.” Jawab Pangeran Sooyang.
Rombongan Raja tiba di kediaman Putri. Putri dan Jong
langsung berlari menghampiri Raja.
“Abba Mama.” ucap Putri ingin menangis, kemudian membantu
ayahnya masuk ke dalam.
Raja langsung dibawa ke kamar utama. Jong pun beranjak pergi
meninggalkan Raja dengan Putrid an Pangeran An Pyeong. Setelah Jong pergi,
Putri memegang tangan ayahnya. Ia meyakinkan sang ayah kalau dirinya baik2
saja.
Pangeran An Pyeong pun berkata, berani membawa Raja keluar
sejauh itu karena satu alasan. Ia bilang ada seseorang ingin menemui Raja.
Pintu pun dibuka. Tampak lah Kim Jong Seo yang duduk berlutut di pintu. Raja
kaget. Kim Jong Seo memberi hormat pada Raja.
Raja menangis, “Aku menyesal karena tidak bisa melihat
kesetiaanmu. Aku memang Raja yang bodoh.”
“Saya akan berusaha sekuat tenaga melindungi Putri dan Putra
Mahkota.” Ucap Kim Jong Seo yang masih menundukkan wajahnya.
“Angkat wajahmu Perdana Menteri.” Suruh Raja.
Dan Kim Jong Seo pun mengangkat wajahnya.
Raja berkata lagi, “Ayah yang tidak becus ini tidak bisa
melindungi anak2nya sampai akhir. Aku malah memberikan tugas ini padamu. Aku
malu bertemu denganmu.”
“Bagaimana anda bisa berkata seperti itu? Pelayanmu, Kim
Jong Seo, menyiapkan ini dengan mempertaruhkan hidupnya.” Jawab Kim Jong Seo.
Raja pun terharu mendengarnya.
Seung Yoo berkuda di pasar. Dan ia pun berhenti tepat di
depan lokasi ayunan.
Malamnya, kediaman Putri digedor oleh pengawal. Putri Kyung
Hee keluar hanya dengan menggunakan baju tidur dan tanpa sepatu. Jong sudah
diluar. Mereka harus kembali ke istana karena Raja kritis.
Kim Jong Seo juga mendapat tamu. Dia utusan Pangeran An
Pyeong. Dia memberitahu soal kesehatan Raja yg semakin memburuk. Seung Kyu
berkata, jika Baginda Raja meninggal, tidak ada yang bisa menghentikan Pangeran
Sooyang. Pria itu lalu memberikan pesan pada Seung Kyu. Seung Kyu menyerahkan
pesan itu pada ayahnya. Isi pesan itu adalah Raja memanggil Kim Jong Seo sbg
Perdana Menteri kembali!!
Seung Yoo masih ada di lokasi ayunan. Ia teringat kata2 Se
Ryung tadi. Ia kemudian memukul ayunan itu.
Yeo Ri sudah tidur, namun Se Ryung belum. Se Ryung tampak
resah. Ia lantas keluar dari kamarnya dan duduk di teras.
Pangeran Sooyang dan antek2nya ada di istana. Mereka sudah
menyiapkan surat keputusan Raja. Pangeran Sooyang berkata pada Shin Suk Joo
untuk mengawasi militer, siapapun yang menentang akan dianggap pengkhianat.
Raja kritis! Pangeran An Pyeong, Jong, Putra dan Putri
Mahkota ada disamping Raja. Raja memberikan isyarat pada Kasim. Kasim pun
memberikan surat keputusan pada Pangeran An Pyeong. Tepat saat itu Pangeran
Sooyang datang. Pangeran An Pyeong pun menyembunyikan surat itu di balik
lengannya.
Pangeran Sooyang pura2 mencemaskan Raja. Putri Kyung Hee
menangis dan menatap Pangeran Sooyang penuh dengan kebencian.
Se Ryung berdoa di kuil diikuti oleh dua biksu kecil.
Raja memanggil Putra Mahkota, “Hong Wi-ah.”
Putra Mahkota mendekat. Raja kemudian mengulurkan tangannya.
Putri Kyung Hee memegang tangan sang ayah. Sesaat kemudian, Raja meninggal!
Putri pun pingsan. Putra Mahkota menjerit memanggil2 ayahnya. Kepuasan pun
tampak di wajah Pangeran Sooyang.
Diluar, para pejabat yang berada di pihak Raja menangis.
Sedangkan pejabat yg di pihak Sooyang biasa saja.
Pangeran Sooyang keluar dengan Putra Mahkota. Pangeran
Sooyang berkata Raja meninggal tanpa meninggalkan surat keputusan. Maka dari
itu, Putra Mahkota lah yang akan menjadi Raja menggantikan ayahnya.
Lalu, Shin Suk Joo muncul dan berkata membawa surat
keputusan Raja.
“Aku, Putra Mahkota Hong Wi, masih terlalu muda dan tidak mengerti
urusan pemerintahan. Karena itu aku meminta Pamanku yang tertua…”
“Berhenti.” Ucap Pangeran An Pyeong yang datang membawa
surat keputusan raja yg asli.
“Ini bukan tempat untukmu adik.” Ucap Pangeran Sooyang.
Pangeran An Pyeong lalu berkata membawa surat keputusan raja
dan meminta Shin Suk Joo membacanya. Shin Suk Joo kaget membacanya. Ia lalu
menatap Pangeran Sooyang.
“Sebagai saudara tertua kedua Raja, saya menerimanya
langsung dari Raja.” Ucap Pangeran An Pyeong.
Shin Suk Joo mulai membaca isi surat itu. “Aku… menunjuk Kim
Jong Seo sebagai Perdana Menteri. Dewan Istana dipimpin Kim Jong Seo akan
membantu Putra Mahkota.”
Kim Jong Seo pun masuk dengan seragam Perdana Menterinya.
Pangeran Sooyang pun menatap Kim Jong Seo dengan penuh kemarahan. Kim Jong Seo
berlutut, memberi hormat pada Hong Wi yang akan diangkat menjadi Raja. Kim Jong
Seo lalu berkata tidak mengizinkan keluarga Raja terlibat dalam urusan politik.
Hong Wi lega melihat Kim Jong Seo.
Se Ryung masih di kuil. Ia lantas menoleh ke belakang karena
mendengar suara langkah kaki. Betapa terkejutnya ia melihat Seung Yoo di
belakangnya.
Pangeran Sooyang murka, “Kim Jong Seo, jika itu yang kau
inginkan, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri.”
Seung Yoo menatap Se Ryung penuh kerinduan. Ia lantas
berlari dan memeluk Se Ryung. Air mata Se Ryung pun tumpah.
BERSAMBUNG