• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruler : Master Of The Mask Ep 1


Adegan pertama dibuka dengan perkenalan Kelompok Pyunsoo,sebuah organisasi rahasia dengan sejarah panjang yang tumbuh sangat kuat setelah pembentukan Dinasti Joseon.

Sebuah padang tampak begitu indah dihiasi dengan bunga2 berwarna merah yang tumbuh subur. Beberapa wanita yang menggunakan cadar, memetiki bunga itu kemudian meramunya menjadi sebuah pil dan meletakkannya di dalam bambu kecil.

Terdengar penjelasan seseorang yang berkata, bunga2 itu adalah Bunga Poppi. Bunga yang bisa menaklukkan racun terkuat di dunia. Tapi sekali mengkonsumsi bunga itu, maka seseorang harus tetap mengkonsumsinya. Jika tidak, racun yang telah menumpuk di dalam tubuh seseorang akan menyebar sekaligus dan kau akan mati.


Orang itu adalah Daemok, pemimpin Kelompok Pyunsoo. Ia menjelaskan tentang bunga itu pada seorang Pangeran. Ia berkata, jika Pangeran tidak memakan pil itu setiap malam, maka Pangeran akan mati dengan rasa sakit di dada yang teramat hebat.

"Apakah kau masih ingin bergabung dengan Pyunsoo?" tanya Dae Mok seraya menyodorkan pil itu pada Pangeran.

Pangeran nampak ragu, sehingga Dae Mok bertanya sekali lagi apakah Pangeran masih tetap akan bergabung. Pangeran pun akhirnya mengambil pil itu. Ia berkata, bahwa ia sudah berjanji tidak akan membunuh anjing pemburunya bahkan setelah perburuan selesai.


  
Pangeran pun meminum pil itu. Reaksinya sangat cepat. Pangeran langsung terjatuh begitu menelan pil itu sambil memegangi dadanya yang kesakitan. Saat ia menengadah, ia melihat wajah Dae Mok dan anggota Pyunsoo lainnya seperti

"Ungkapkan namamu!" suruh Dae Mok.

"Saya adalah pangeran Dinasti Joseon, Yi Yoon." jawab Pangeran Yi Yoon sambil menahan sakit.

"Sekarang setelah kami mengkonfirmasi namamu, kau harus membuat sumpah. Kau telah menjadi salah satu dari kami.Segala sesuatu yang akan kau lihat dan dengar mulai sekarang, tidak boleh diberitahu kepada siapapun." ucap Dae Mok.

"Aku bersumpah." jawab Pangeran Yi Yoon.


Begitu Pangeran Yi Yoon bersumpah, seorang anak buah Dae Mok membuat tanda di leher Pangeran Yi Yoon dengan jarum. BegituPangeran Yi Yoon melanjutkan sumpahnya, bahwa ia akan mematuhi peraturan Pyunsoo, maka jarum itu kembali ditusukkan ke lehernya.

Dan saat Pangeran Yi Yoon berkata, bahwa ia akan menghadapi kematian jika tidak mengikuti peraturan Pyunsoo, jarum itu kembali ditusukkan ke lehernya hingga membentuk tiga titik.


Bersamaan dengan itu, istana raja ditutup dan semua pengawal juga pelayan pergi meninggalkan istana. Kawanan pembunuh bertopeng pun masuk dan membunuh raja.


Dae Mok lalu mengeluarkan sebuah pisau dan berkata,bahwa pisau itu sebelumnya diarahkan pada Pangeran tapi sekarang pisau itu akan menjadi senjata yang akan membantu Pangeran.

"Kami, Kelompok Pyunsoo, akan menjadi tombakmu dan perisaimu mulai sekarang.  Jangan lupa. Suatu hari, kau harus membayar biayanya." ucap Dae Mok.

"Aku tidak keberatan berapa biayanya selama aku bisa menjadi raja! Aku ingin Menjadi raja bangsa ini!" teriak Pangeran Yi Yoon.

10 Tahun Kemudian...


Pangeran Yi Yoon kini telah menjadi raja dan tengah menantikan kelahiran bayinya. Anak buah Dae Mok datang melapor pada Dae Mok, bahwa Departemen Astrologi telah mengirimkan ramalan sang bayi kepada raja.


Sementara Dae Mok membaca ramalan itu dengan senyum sinis, Raja mendengar langsung dari Pejabat Astrologi yang meramalkan bahwa sang bayi memiliki energi api dan air yang seimbang.

"Naga itu akan muncul pada tanggal lahirnya. Artinya naga sudah bertemu air. Jika pangeran nantinya menjadi raja, dia akan menjadi raja yang murah hati. Yang memerintah negara dengan bijak. Namun... keberuntungannya menggambarkan naga hitam. Dia akan memiliki karakteristik heroik dan akan menghadapi berbagai kesulitan. Jika naga tidak bisa naik tinggi pada waktu yang tepat itu akan membawa bencana bencana. Airnya akan mengering, sehingga naga tidak bisa naik. Sebaliknya, itu akan dikuburkan di tanah. Dengan kata lain, jika dia tidak bisa mengatasi kesulitan yang dia hadapi, dia akan mati di usia muda." jelas sang pejabat.


Raja terkejut, apa katamu?!

"Tolong tenanglah, Yang Mulia. Ini adalah saat yang paling penting. Kapan dia akan dilahirkan. Jika dia lahir antara jam 9 malam dan 11 malam, dia ditakdirkan untuk menjadi raja yang bijak dan dihormati oleh rakyatnya. Tidak mengherankan jika dia akan menjadi raja yang agung." ucap pejabat.

"Kau mengatakan... dia akan menjadi raja besar jika dia lahir antara jam 9 malam dan 11 malam, tapi dia akan mati muda jika bukan begitu?" tanya Raja.

Dae Mok dan anak buahnya mendiskusikan ramalan Pangeran yang akan mati muda jika tidak lahir tepat waktu. Di sisi lain, kita melihat Raja yang sangat cemas.

Tepat jam sembilan malam, Selir Lee sudah tak bisa menahannya lagi. Ia berteriak sekuat tenaga dan suara bayi pun menggema ke seluruh sudut istana.

Seorang dayang mengabarkan pada raja tentang kelahiran pangeran. Sang pejabat ingin menjelaskan ramalannya lagi, tapi raja tidak mau mendengarnya.

"Dia adalah satu-satunya pangeran negeri ini. Dia akan menjadi raja besar Dinasti Joseon!" ucap Raja.

Dae Mok mendapat laporan bahwa pangeran lahir tepat pada waktunya. Anak buah Dae Mok pun bertanya, apa yang harus mereka lakukan sekarang. Dae Mok berkata, bahwa itu adalah hari kelahiran pangeran, jadi mereka harus mengucapkan selamat kepada sang Raja.


Raja menggendong putra kecilnya dan berjanji akan membuat putranya menjadi seorang raja yang sesungguhnya. Raja yang berbeda darinya. Raja yang benar2 raja, bukan raja yang bisa dikendalikan seperti boneka.

Raja lalu berterima kasih pada Selir Lee yang telah membuat keluarga kerajaan menjadi kokoh dan mengangkat gelarnya menjadi Youngbin.


Tak lama, seorang pengawal datang dan memberitahu kalau Kelompok Pyunsoo mengirim Bunga Azalea sebagai ucapan selamat atas kelahiran Pangeran. Bunga itu disertai sebatang bambu yang berisi surat yang meminta raja membuat air di negeri ini berada dibawah kekuasaan mereka.

Raja marah. Kepala Pengawal Lee berkata, jika Raja tidak mengabulkan tuntutan mereka, maka nyawa Pangeran dalam bahaya.

"Berani-beraninya mereka mengancam nyawa putraku!" teriak Raja.

Tiba2, Raja merasakan sakit yang amat hebat di dadanya dan bintik2 merah bermunculan di wajahnya hingga ia harus meminum pil yang disertakan dalam bambu itu. Setelah kondisinya pulih, ia langsung memerintahkan Kepala Lee untuk melindungi Pangeran.


Kabar itu pun sampai dengan cepat ke telinga Dae Mok. Dae Mok berpikir cepat, ia menyuruh Menteri Perang memberikan hadiah untuk sang pangeran.


Di istana, Ratu menemui Youngbin Lee dan berkata bahwa ia tidak bisa melahirkan seorang pangeran meski dirinya seorang ratu, karena itulah raja merasa sangat kecewa padanya. Ratu kemudian berterima kasih karena Youngbin Lee sudah melahirkan keturunan raja.

"Terima kasih, Yang Mulia." jawab Youngbin Lee.

"Kau mendengar kabar itu? Selama upacara penamaan, Yang Mulia akan menuliskan nama Pangeran dengan darah seekor harimau. Aku memerintahkan semua pelayan untuk mempersiapkan upacara dengan sangat hati-hati. Kami tidak ingin ada masalah untuk anak kita yang berharga." ucap Ratu.


Akan tetapi, dayang istana diam2 menukar wadah darah harimau itu dengan wadah yang lain. Darah itu kemudian dicampur dengan tinta yang digunakan Raja untuk menuliskan nama pangeran di punggung pangeran.


"Lee Sun, sebuah nama yang berisi harapan untuk menyinari bangsa yang gelap ini. Seperti namamu, kau harus menjadi raja besar untuk membuat Joseon bersinar.

Awalnya tak ada yang aneh, namun sangat dimandikan, Pangeran Lee Sun mulai menangis dan tinta di punggungnya mulai berubah warna. Tabib pun datang dan memeriksa kondisi Pangeran. Setelah itu, Tabib memberikan kabar buruk bahwa Pangeran Lee Sun sudah diracuni.

Raja pun langsung memanggil Woo Bo, ahli racun terbaik di Joseon. Dengan berat hati, Woo Bo mengkonfirmasi bahwa Pangeran Lee Sun memang sudah diracuni dan mereka membutuhkan penawar yang sangat kuat. Dan satu2nya yang memiliki penawar itu hanyalah si pembuat racun.


Raja langsung pergi menemui Dae Mok. Begitu Dae Mok ingin mendekati Raja, Kepala Lee langsung menghunus pedang ke leher Dae Mok. Seketika itu pula, kawanan anak buah Dae Mok muncul dan menghunus pedang ke leher Raja. Atas perintah Raja, Kepala Lee langsung menurunkan pedangnya dan beranjak pergi. Seketika itu pula, kawanan anak buah Dae Mok beranjak pergi.

"Kau ingin persediaan air? Apakah Kelompok Pyunsoo ingin memiliki persediaan air di Joseon?" tanya Raja sambil menatap tajam Dae Mok.

"Air itu akan menyelamatkan orang-orang." jawab Dae Mok.

"Bahkan jika aku membuat keputusan seperti itu, para menteri senior tidak akan menerimanya." ucap Raja.

"Para menteri akan menyarankan untuk membangun Biro Penyediaan Air Minum. Kemudian yang harus Anda lakukan adalah memberi mereka izin Anda." jawab Dae Mok.

"Bahkan jika kita membangunnya, kau tidak bisa memonopoli persediaan air." ucap Raja.

"Apa kau lupa? Siapa yang membuatmu menjadi Raja? Pikirkan anakmu. Akan sangat menyedihkan jika dia kehilangan hidupnya. Aku tidak pernah berniat membunuh putra pertamamu. Dia akan bergabung denganku di masa depan." jawab Dae Mok.

"Berani sekali kau!" teriak Raja.

"Ini adalah obat penawar. Beri aku wewenang penuh atas Biro Penyediaan Air Minum dan biarkan putramu bergabung denganku." ucap Dae Mok sembari menunjukkan penawar itu.


Dalam rapat bersama para pejabat, seorang menteri meminta izin mendirikan Biro Penyediaan Air Minum yang akan dikelola Kelompok Pyunsoo. Terpaksalah Raja memberikan izin demi kesembuhan putranya.

Usai rapat, Raja bergegas membawa penawar itu ke putranya, akan tetapi putranya sudah tak bergerak dalam pelukan Youngbin Lee. Raja tak menyerah. Ia menggendong putranya dan mencekoki putranya dengan penawar itu. Youngbin Lee pun kembali mendekap putranya.

Namun tiba2 saja, putranya cegukan dan tak lama membuka mata. Woo Bo langsung memeriksa Pangeran Lee Sun dan mengkonfirmasi bahwa Pangeran selamat dari racun itu. Tak hanya itu, Pangeran juga memiliki darah yang kebal terhadap berbagai macam racun.

The Legend Of The Blue Sea Ep 7 Part 1

Sebelumnya...

Dam Ryung menyisir hutan, hingga ke tebing dan menemukan tubuh sahabatnya yang penuh luka.


Sae Wa masih menunggu Dam Ryung di gua. Tak lama kemudian, anak buah Bangsawan Yang datang dan mengepungnya. Sae Wa menatap mereka dengan tatapan waspada. Anak buah Bangsawan Yang kemudian mencabut pedang mereka dan mengarahkannya pada Sae Wa.


Dam Ryung terdiam mendengar penjelasan tabib soal kondisi sahabatnya. Tabib berkata, denyut nadinya lemah. Otot2, serta tulang dan dagingnya rusak dan membentuk bekuan darah. Tabib pun cemas, jika ini masuk ke jantungnya….

“Apa yang akan terjadi jika itu terjadi?” tanya Dam Ryung.

“Dia tidak akan bertahan. Aku yakin dia dipukuli sekelompok orang setelah dia jatuh dari tebing.” Jawab sang tabib.

“Sepertinya temanku diam2 melindungi kekasihku dan dia seperti ini saat akan kembali.” Ucap Dam Ryung.


Dam Ryung kemudian menggenggam tangan sahabatnya dengan ekspresi marah besar.


Bangsawan Yang menemui Dam Ryung untuk meminta maaf atas kekacauan yang dibuat selirnya di kantor Dam Ryung kemarin. Bangsawan Yang beralasan, selirnya melakukan itu karena cemas akan bahaya yang mungkin telah memasuki kantor pemerintahan. Bangsawan Yang berkata, selirnya tidak bisa berpikir jernih karena mencemaskan hal itu. Ia mengaku sudah menegur selirnya, sampai selirnya itu menangis.

“Aku mengerti.” Jawab Dam Ryung, membuat Bangsawan Yang tersenyum.

“Beberapa hari yang lalu, saat mayat itu ditemukan di pantai, warga desa menjadi ketakutan.  Jadi Tuan  jangan merasa kecil hati.” Ucap Bangsawan Yang.

“Aku memiliki buah yang langka dan berharga.” Jawab Dam Ryung.

“Ah, ya! Itu buah jeruk. Meskipun aku hanyalah seseorang yang berposisi rendah, aku memiliki selera yang baik terhadap makanan. Jadi aku mendapatkan itu dari perahu yang datang dari Pulau Tamra (Pulau Jeju sekarang).” ucap Bangsawan Yang.

Dam Ryung tersenyum sinis, begitukah? Tempat ini mungkin satu2nya tempat dimana bisa memakan buah ini, benar kah?”

“Tentu saja, harganya terlalu tinggi.” Jawab Bangsawan Yang.

“Tapi buah jeruk ini ditemukan saat pemeriksaan mayat yang ditemukan di pantai kemarin.” Ucap Dam Ryung tegas.

Bangsawan Yang terkejut.

“Pada hari dia meninggal, orang terakhir yang ditemuinya adalah kau! Dia meninggal karena minum alcohol yang dibubuhi racun dan kau membuangnya di pantai.” Ucap Dam Ryung.


Flashback—Saat Bangsawan Yang menjamu bangsawan yang meninggal itu. Bangsawan itu meminum alcohol yang disajikan Bangsawan Yang, juga menyantap jeruk yang disajikan Bangsawan Yang. Keesokan hariinya, jasad pria itu ditemukan di tepi pantai oleh warga—Flashback end.

“Namun jejak2 racun tidak ditemukan selama pemeriksaan awal. Pada hari pertama salju turun dan air membeku, mayat itu membeku seperti es  tapi ada perbedaan saat pemeriksaan mayat yang kedua kalinya. Saat mayat yang beku mencair, racun fatal yang diekstrak dari telur ikan blowfish ditemukan.” Ucap Dam Ryung lagi.

“Tuanku, aku bodoh  dan tidak mengerti yang anda katakan.” Jawab Bangsawan Yang.

“Masuklah!” Dam Ryung menggebrak meja.


Tak lama kemudian, tim investigasi masuk membawa gentong kecil berisi racun ikan itu. Mereka berkata2, menemukan racun itu di kandang kuda Bangsawan Yang. Bangsawan Yang menyangkal tuduhan itu. Ia mengaku dirinya dijebak dan tidak tahu apa2. Dam Ryung diam saja menatapnya dengan ekspresi marah.


Selir Bangsawan Yang meronta2 minta dilepaskan saat diseret petugas. Tak lama kemudian, Dam Ryung datang dan langsung meletakkan pedangnya di leher selir Bangsawan Yang. Dam Ryung bilang, akan mengampuni selir Bangsawan Yang jika Sae Wa selamat.

“Siapa itu? Aku tidak tahu.” jawab selir Bangsawan Yang.

Dam Ryung pun makin menekankan pedangnya ke leher selir Bangsawan Yang.

“Kalau kau tidak tahu, kau akan mati. Meskipun aku tidak bisa menemukan Sae Wa! Kau akan mati di sini.” Ucap Dam Ryung penuh kemarahan.


Dam Ryung pun menemukan Sae Wa di dalam gudang penyimpanan. Hatinya teriris melihat kondisi Sae Wa. Sae Wa diikat, wajahnya penuh luka memar. Dam Ryung kemudian melirik  kumpulan mutiara disamping Sae Wa.  Selir Bangsawan Yang masih berupaya menghasut warga.

“Lihat! Kepala Kota sudah disihir oleh benda aneh itu dan berusaha untuk menghancurkan desa! Dia membawa putri duyung yang menyebabkan hujan badai dan kematian para warga!”


Selir Bangsawan Yang kemudian mengancam Dam Ryung.


Dam Ryung kemudian melemparkan mutiara itu ke arah para warga. Selir Bangsawan Yang panic karena para warga mulai memunguti mutiaranya. 




Dam Ryung menangis menatap Sae Wa.

“Maaf karena aku terlambat.” Ucap Dam Ryung.


Tangis Sae Wa mengalir. Dam Ryung kemudian menggendong Sae Wa keluar.


Sambil menggendong Sae Wa menuju laut, Dam Ryung menceritakan mimpinya pada Sae Wa. 

“Di dalam mimpiku, kita dilahirkan kembali. Kita bertemu lagi dan kita bersama2. Kau datang dari lautan yang jauh untuk menemuiku. Dan meskipun aku tak bisa mengingatmu, kau sudah berada dalam hatiku. “ ucap Dam Ryung.


Dam Ryung menangis…

“Sae Wa-ya, apa kau tidak mau mendengarkan cerita ini lagi?” tanyanya.


Di dunia modern, Joon Jae meminta Sim Chung mengucapkan ‘saranghae’ untuk mengkonfirmasi sesuatu. Sim Chung yang paham maksud Joon Jae hanya diam saja menatap Joon Jae. Bersamaan dengan itu, salju pertama turun.  Sim Chung kemudian tersenyum.

“Kalau begitu apakah kamu adalah milikku? Apakah kamu menyerah? Kamu kalah?” tanya Sim Chung.

Joon Jae bingung maksud Sim Chung.


“Aku akan menjadi yang pertama menyerah saat salju pertama turun. Aku benar-benar tidak tahu kau akan menyerah lebih dahulu. Apakah kau adalah milikku? Apapun yang aku katakan, kau akan mempercayai aku?” tanya Sim Chung.

“Apa yang kau bicarakan?” tanya Joon Jae.

“Kau bilang kau mencintaiku. Itu artinya, kan?” tanya Sim Chung.


Sim Chung pun teringat kata2 Joon Jae saat mereka di Spanyol. Joon Jae bilang, jika Sim Chung mencintai seseorang, itu artinya Sim Chung menyerah. Sim Chung bertanya, apa itu menyerah dan Joon Jae berkata, artinya kekalahan. Sim Chung kalah. Dengan kata lain, jika Sim Chung mencintai seseorang, apapun yang dikatakan orang itu, Sim Chung akan mempercayai semuanya. Dan itu artinya, Sim Chung dalam masalah.

“Kenapa?” tanya Sim Chung.

“Itu berarti kau milik orang itu. Jika dia menyuruhmu melakukan ini, kau melakukan ini. Jika dia menyuruhmu melakukan itu, kau akan melakukan itu. Jika dia katakan untuk percaya padakebohongan, maka kau percaya pada kebohongan. Itulah cinta.” Jawab Joon Jae.

“Jadi bolehkah mengatakan itu pada seorang pria?” tanya Sim Chung.

“Tidak! Tidak boleh.” Jawab Joon Jae.

Flashback end…


“Begitulah seharusnya cinta. Bukankah begitu?” tanya Sim Chung.

“Ya, ampun! Siapa yang akan mengucapkan omong kosong seperti itu ?!” ucap Joon Jae sambil berdiri.

“Ada seseorang. Seseorang yang baik.” Jawab Sim Chung sambil menatap Joon Jae.

“Siapa itu? Seorang pria?” tanya Joon Jae.

“Iya, seorang pria.” Jawab Sim Chung.

“Jadi, seorang pria. Dia gila kerja!” ucap Joon Jae.

“Apa itu 'gila kerja'?” tanya Sim Chung.

“Dia seorang brengsek gila. Melihat bagaimana dia mengatakan hal semacam itu, dia benar-benar tercela dan mata keranjang.” Jawab Joon Jae.


“Itu semua kata-kata yang buruk, kan?” tanya Sim Chung.

“Benar. Kau seharusnya tidak bergaul dengan berandalan semacam itu. Apakah dia benar-benar baik padamu? Hah?” ucap Joon Jae.

“Ketika hujan, dia memayungiku, dan dia menggenggam tanganku ketika aku sendirian.” Jawab Sim Chung.

“Ah, tangan... Aku yakin dia akan melakukan apapun... untuk menggoda seorang gadis.” Ucap Joon Jae.


“Dia membuatkan ramen untukku.” Jawab Sim Chung.

“Ra...ramen! Wah, ramen! Apakah dia bilang dia akan masuk ke dalam rumah dan makan ramen sebelum pergi? Wah, betapa brengsek dan berhati gelapnya dia!” cibir Joon Jae.

“Dia bukan orang brengsek berhati gelap. Dia orang yang baik.” Bela Sim Chung.

“Jika dia orang baik, kau seharusnya berada di sisinya, bukan denganku. Dan biar aku jelaskan, siapa tahu kau salah paham... Ketika aku mengatakannya tadi... aku mengatakan… saranghae, bukan karena aku mencintaimu, aku hanya ingin mengkonfirmasi sesuatu.” Ucap Joon Jae.


“Saranghae.” Jawab Sim Chung sembari menatap Joon Jae dalam2.

Joon Jae tertegun. Tak lama kemudian, ia beranjak pergi tanpa mengatakan apapun. Sim Chung mengejar Joon Jae dan bertanya haruskah ia mengatakannya lagi. Joon Jae pun berkata tidak perlu.


Joon Jae dan Sim Chung kembali ke rumah. Nam Doo pun langsung menyindir mereka dengan berkata, kalau mereka habis kencan. Joon Jae menyangkal, ia menegaskan karena Sim Chung mengemis ingin melihat salju pertama, makanya dia membawa Sim Chung ke tempat main ski.
“Itu sama saja dengan kencan. Bukankah begitu, Tae Oh?” tanya Nam Doo pada Tae Oh.


Tae Oh yang cemburu tidak mengatakan apapun dan langsung pergi ke kamarnya sambil memelototi Joon Jae. Joon Jae protes karena dipelototi Tae Oh dan menggeplak kepala Tae Oh.


Nam Doo lalu menawari Joon Jae dan Sim Chung jeruk. Tapi Joon Jae menolak dan langsung menuju kamarnya, sedangkan Sim Chung melahap habis jeruk yang diberikan Nam Doo.

“Kalian bertengkar?” tanya Nam Doo.

“Tidak.” Jawab Sim Chung.

“Lalu suasana hati nya buruk?” tanya Nam Doo.


Di kamarnya, Joon Jae terlihat gelisah sampai2 ia tak bisa tidur. Joon Jae lalu memanggil Sim Chung dan Sim Chung langsung muncul dengan wajah semangat. Melihat Sim Chung, entah kenapa Joon Jae jadi merasa kikuk. Joon Jae lalu bangun dari tidurnya dan mengaku tak bisa tidur.

“Kau masih bertemu dengannya?” tanya Joon Jae.

“Siapa?” tanya Sim Chung balik sambil turun ke bawah.

“Ramen! Kau masih bertemu dengannya?” tanya Joon Jae.

“Iya, masih.” Jawab Sim Chung sembari duduk di hadapan Joon Jae


“Masih ya? Kau masih menemuinya..” ucap Joon Jae kesal. Joon Jae lalu tertawa untuk menutupi perasaan kesalnya. Tak lama, ia bertanya seperti apa rupa si pria ramen itu. Sambil memandangi wajah Joon Jae, Sim Chung berkata dia manis, matanya berbinar. Joon Jae yang gak sadar kalau pria itu adalah dirinya, mengatai pria itu kemayu dan meminta Sim Chung menjaga jarak dengan pria seperti itu karena pria seperti itu penuh dengan nafsu. Sim Chung sedikit tertawa mendengar ocehan Joon Jae.

“Kau... Jadi kau juga mengatakan itu kepadanya?” tanya Joon Jae kemudian.

Sim Chung heran, apa?


“Kata-kata yang kau ucapkan tadi di tempat bermain ski.” Ucap Joon Jae.

“Saranghae?” tanya Sim Chung.

Joon Jae salting sendiri setelah Sim Chung mengucapkan kata itu.

“Jadi kau juga mengatakan itu pada pria brengsek itu?” tanya Joon Jae.


Sim Chung terdiam sejenak sambil mengingat saat ia mengatakan kalimat saranghae ke Joon Jae saat mereka masih di Spanyol. Sim Chung pun mengiyakan pertanyaan Joon Jae. Joon Jae pun marah karena Sim Chung mudah sekali mengatakan hal itu pada siapa saja.

“Aku tidak mengatakan itu pada siapa pun!” sewot Sim Chung.

“Kenapa kau meninggikan suaramu!” protes Joon Jae.


Joon Jae lalu menyuruh Sim Chung naik ke atas. Saat Sim Chung naik ke atas, Joon Jae berkata kalau itu hal yang baik. Ia mengaku kalau tadinya ia merasa sedikit terbebani karena takut Sim Chung memiliki perasaan khusus padanya. Joon Jae pun mendoakan Sim Chung dan pria itu. Sim Chung yang kesal langsung membalas dengan mengatakan ia datang untuk melakukan beberapa hal bersama pria itu. Mendengar itu, Joon Jae makin sewot.


Sebuah mobil melaju sembarangan sebelum akhirnya menabrak pohon.


Dalam tidurnya, Joon Jae bermimpi melihat Dam Ryung yang sedang mencari Sae Wa di hutan sampai akhirnya Dam Ryung menemukan seseorang di bawah tebing. Joon Jae pun terbangun dari mimpinya.

“Mimpi apa itu tadi?” Joon Jae bertanya2. Ingatan Joon Jae langsung melayang ke masa kecilnya, saat Sopir Nam memperkenalkan diri sebagai temannya. Wajah Sopir Nam di masa lalu, sangat mirip dengan wajah temannya Dam Ryung. Joon Jae yang khawatir langsung menghubungi Sopir Nam.


Di dalam mobil, kita melihat Sopir Nam yang sudah tak sadarkan diri dipukul oleh Dae Young. Ponsel Sopir Nam berbunyi. Dae Young pun mematikan panggilan telepon dari Joon Jae, lalu menghapus jejaknya dari rekaman black box dan beranjak pergi.


Saat sarapan bersama Seo Hee dan Chi Hyun, CEO Heo mendapatkan informasi dari seseorang tentang Sopir Nam. CEO Heo lalu memberitahukan informasi itu pada Chi Hyun, kalau Sopir Nam mabuk dan mengalami kecelakaan semalam. Chi Hyun merasa aneh karena yang ia tahu Sopir Nam tidak suka minum.

“Bagaimana kau bisa tahu? Bagaimana kau bisa menilai seseorang dari penampilannya saja?” sahut Seo Hee.


Seo Hee lalu menanyakan keadaan Sopir Nam pada suaminya. CEO Heo berkata, Sopir Nam tidak sadarkan diri dan lukanya serius.  Seo Hee pura2 cemas. Ia ingin ikut kalau suaminya menjenguk Sopir Nam tadi. Chi Hyun pun menatap curiga ke arah ibunya. Ia yakin, sang ibu lah dalang dibalik kecelakaan Sopir Nam.

Kepala Penyidik sedang membahas Ma Dae Young yang masih belum juga ditemukan. Rekannya yakin, pelaku pembunuhan rentenir di Hoehyeon-dong adalah dia. Kepala Penyidik berkata, bisa jadi dia pelakunya tapi mereka belum menemukan bukti apapun. Tidak ada uang atau barang2 si rentenir yang hilang.

“Dia adalah seorang rentenir dan punya banyak orang yang dendam terhadap dia, jadi itu mungkin.” ucap penyidik lain.

“Jika itu karena dendam, mereka akan direncanakan dengan baik. Tapi melihat waktu dan lokasi. Itu di siang hari bolong di jam tiga sore. Siapa pun akan dapat menyaksikan ini sambil lewat. Tapi kemudian, hal ini dilakukan sangat mendadak dan impulsif. Ma Dae Young memiliki gangguan kemarahan. “ jawab Kepala Penyidik.

“Dengan hanya itu, saat ini, tidak hanya satu atau dua orang yang tidak bisa mengendalikan kemarahan mereka.” Ucap penyidik itu.

“Itu benar-benar teliti. Ini benar-benar bersih tanpa sidik jari atau jejak DNA. Hal ini dilakukan oleh seseorang yang selalu siap untuk pembunuhan.” Jawab Kepala Penyidik.


Kepala Divisi datang dan langsung menggeplak Kepala Penyidik yang masih focus mendalami kasus Dae Young. Kepala Divisi ingin Kepala Penyidik menangkap orang yang memakai identitas palsu di wilayah Yeouido. Kepala Penyidik pun berkata, bahwa ia sudah tahu siapa orang itu dan akan segera menangkap orang itu setelah menangkap Dae Young.

“Karyawan wanita di akuarium berpikir Polisi Yeongdeung punya detektif tampan dan hendak memulai fan club. Lalu mereka melihat profillmu  dan mereka sangat kecewa!” jawab Kepala Divisi.

“Mengapa mereka kecewa? Dia dan aku terlihat sangat mirip!” protes Kepala Penyidik.


Joon Jae, Tae Oh dan Nam Doo sedang memeriksa akun SNS Jin Joo. Dari akun SNS Jin Joo, diketahui bahwa dia akan menghadiri seminar untuk persiapan sekolah menengah internasional.

Menurut SNS Ahn Jin Joo, dia akan menghadiri seminar untuk Persiapan Sekolah Menengah Internasional. Nam Doo berkata, acaranya jam tiga jadi Jin Joo mungkin akan keluar rumah antara jam dua dan setengah tiga.

“Sopir keluarga sedang libur. Keterampilan mengemudi Ahn Jin Joo sedikit kurang. Pada saat itu, Tae Oh akan menelepon dengan menggunakan nomor English Academy dan mengalihkan perhatiannya.” Ucap Nam Doo.


Trio penipu ini pun mulai beraksi… Jin Joo yang sedang menyetir dihubungi Tae Oh yang menyamar sebagai petugas lembaga akademi bahasa inggris.

“Ya, aku ibu Elizabeth. Benarkah?  Elizabeth-ku, astaga! Juara pertama dalam kompetisi lisan bahasa Inggris? Astaga!” ucap Jin Joo.


Rencana mereka berhasil!! Jin Joo yang senang mendengar berita Elizabeth, tidak sengaja menabrak mobil Joon Jae yang berhenti di depannya. Bukannya marah karena mobilnya ditabrak, tapi Joon Jae malah memberikan kartu namanya dan meminta Jin Joo menghubunginya kalau Jin Joo terluka. Jin Joo yang tak sadar ia tengah ditipu, terkejut membaca kartu nama Joon Jae.


Begitulah gambaran rencana mereka. Lebih lanjut, Nam Doo menjelaskan setelah Jin Joo melihat wajah Joon Jae, mereka akan bertemu lagi di seminar. Joon Jae dan Tae Oh mengerti. Saat mereka bertiga sibuk membicarakan rencana mereka, Sim Chung tiba2 nongol dan mereka pun langsung mengaku akan pergi bekerja.

“Pekerjaan apa yang kalian lakukan?” tanya Sim Chung.

“Untuk singkatnya, itu seperti mendapatkan hati seseorang? Untuk membiarkan seseorang menyadari kesalahannya sendiri. Meskipun pasti ada masalah dengan cara mereka mengumpulkan kekayaan mereka, namun mereka berada di luar batas-batas hukum. Untuk orang-orang yang jatuh ke dalam kelemahan kami mengambil tindakan yang tepat. Kami juga mendistribusikan kekayaan. Demi negara.” Jawab Joon Jae.

“Pegawai Negeri? Aku melihatnya di TV. Orang-orang yang bekerja untuk negara adalah PNS.” Ucap Sim Chung.

“Bukan seperti itu. Hanya karena mereka bekerja di gedung pemerintahan tidak berarti mereka melakukan itu untuk kepentingan negara.” Jawab Joon Jae.

“Jadi, Heo Joon Jae melakukan pekerjaan yang lebih keren dari PNS.” Ucap Sim Chung.


Joon Jae hanya tertawa mendengar kata2 Sim Chung. Sim Chung terkagum2 menatap Joon Jae.  Sim Chung berkata, kalau ia mengetahuinya. Ia lalu beranjak pergi sambil terus menatap Joon Jae dengan tatapan kagum. Joon Jae pun merasa tidak enak sudah membohongi Sim Chung. Sementara Nam Doo, menatap Joon Jae heran.


Joon Jae yang sadar diperhatiin Nam Doo, langsung berkata, kenapa ia membuat penjelasan pada Sim Chung? Nam Doo pun menjawab, kalau Joon Jae memang payah. Joon Jae berkata lagi, haruskah ia mengatakan mereka itu penipu?

“Aku merasa tidak nyaman tentang kata itu.” jawab Nam Doo.

Nam Doo lalu meminta pendapat Tae Oh, haruskah mereka membuat nama baru?


“Apa maksudmu?” tanya Joon Jae.

“ Baiklah, baiklah. Kita terlambat. Ayo pergi.” Jawab Nam Doo.


Para penyidik mendatangi komplek perumahan Joon Jae. Mereka melihat tanda yang dibuat Dae Young sebelum melakukan pembunuhan. Bersamaan dengan itu, Sim Chung keluar dari rumah dan Dae Young pun langsung membuntutinya. Kepala Penyidik melihat Dae Young dan bergegas mengikuti Dae Young. Sialnya, mereka ketahuan gara2 bunyi ponsel salah satu penyidik.

“Ma Dae Young! Kau bajingan!” teriak Kepala Penyidik yang langsung memburu Dae Young. Namun mereka kehilangan jejak karena Dae Young menukar bajunya. Kepala Penyidik pun kesal bukan kepalang.


Sim Chung sendiri tengah memungut baju dan sepatu yang dibuang warga.


Yoon Ah diganggu teman2nya. Temannya menyindir dia yang tinggal di apartemen sewaan. Mereka tidak mau bermain bersama Yoon Ah dengan alasan orang tua Yoon Ah yang sudah bercerai. Yoon Ah pun mengaku kalau ia juga tak mau bermain dengan anak itu dan menyuruh anak itu minggir. Tapi gadis kecil berwajah bulat itu tidak mau minggir dan terus menghina Yoon Ah. Yoon Ah memilih tidak meladeninya dan beranjak pergi. Anak itu mengejar Yoon Ah dan mendorong Yoon Ah. Yoon Ah membalas dengan melakukan hal yang sama. Anak itu marah dan kembali mendorong Yoon Ah. Anak itu bahkan mau memukul Yoon Ah. Tepat saat itu, Sim Chung datang dan mengangkat tubuh anak itu.

“Apa yang kau lakukan? Turunkan aku, tolong.” pinta anak itu.

“Kau seharusnya tidak mengganggu temanmu. Cepat berjanji padaku, kalau kau tidak akan mengganggu temanmu.” Jawab Sim Chung.

Anak itu langsung menangis.


Anak itu ternyata Elizabeth. Elizabeth menangis dan mengadu pada ibunya. Setelah mendengar penuturan anaknya, Jin Joo langsung mengajak anaknya itu pergi dengan muka kesal. Bersamaan dengan itu, Nam Doo tiba di rumah Jin Joo dan terheran2 karena Jin Joo belum berangkat.


Sim Chung dan Yoon Ah duduk di minimarket. Yoon Ah berterima kasih karena Sim Chung sudah menolongnya. Sim Chung lalu menanyakan apa itu perceraian. Yoon Ah berkata, perceraian adalah saat orang yang menikah berpisah.

“Kenapa mereka berpisah?” tanya Sim Chung.

“Eonni tidak tahu? Mereka berpisah karena mereka tidak saling mencintai lagi.” Jawab Yoon Ah.


“Mereka tidak saling mencintai jadi mengapa mereka menikah?” tanya Sim Chung.

“Mereka jatuh cinta ketika mereka menikah, tapi kemudian mereka berubah. Itu sebabnya. Ayah dan ibuku mungkin saling mencintai ketika aku masih bayi. Hanya saja mereka berubah.” Jawab Yoon Ah.

“Mengapa mereka akan berubah?” tanya Sim Chung.

“Apa maksudmu mengapa? Hanya saja mereka semua berubah. Bahkan mereka yang tidak bercerai tinggal bersama-sama belum tentu karena mereka saling mencintai. Mereka tinggal sambil menahan itu.” jawab Yoon Ah.

“Benarkah?” tanya Sim Chung.

“Eonni tahu mengapa aku berusaha keras di tempat kursus? Ibuku... mungkin mencintaiku sekarang tapi kalau aku tidak belajar giat aku takut dia mungkin tidak mencintaiku lagi. Aku takut mungkin dia mengabaikanku. Itu sebabnya aku berusaha keras dan ikut kursus meskipun aku tidak ingin ikut.” Jawab Yoon Ah.


Jin Joo tiba2 muncul mengetuk jendela minimarket. Jin Joo menyuruh Sim Chung keluar sambil menatap tajam Sim Chung.  Sim Chung pun keluar. Namun Jin Joo malah terpengarah saat melihat rambut Sim Chung yang beterbangan karena angin.

“Rambut itu, mungkin terlihat berantakan seolah-olah tidak dirapikan. Tapi itu sangat anggun. Di mana? Di salon mana dia merawat rambutnya?” batin Jin Joo.

“Eomma, ini eonninya.” Ucap Elizabeth menyadarkan Jin Joo.

“Jadi kau yang mengganggu putriku?” tanya Jin Joo ketus.


Namun Jin Joo kembali terperangah melihat gaya berpakaian Sim Chung.

“Bagaimana mungkin? Pakaiannya tidak serasi sama sekali. Itu terlihat seperti sup dan nasi disajikan terpisah, tapi mereka sesuai dengan begitu mengagumkan. Perasaan aneh apakah ini?” batin Jin Joo.

“Itu karena dia mengganggu anak ini!” jawab Sim Chung, menyadarkan Jin Joo.

“Memangnya kau siapa? Apakah kau ibunya? Apa kau gurunya?” sentak Jin Joo.


Jin Joo masih ingin berdebat dengan Sim Chung, tapi ia lagi2 terperangah melihat sepatu beda bentuk dan warna yang dikenakan Sim Chung.

“Sejak kapan Chanel dan Dior berkolaborasi? Oh ya ampun! Kenapa aku tidak tahu itu?” batin Jin Joo.


“Eomma.” Elizabeth lagi2 menyadarkan Jin Joo.

“Aku adalah temannya Seo Yoon Ah. Kelak, aku tidak akan membiarkan kau  jika kau mengganggu temanku.” Ucap Sim Chung.

Sim Chung lalu menyuruh Elizabeth berjanji, tapi Elizabeth hanya bisa tertunduk diam.


Sim Chung kemudian mengajak Yoon Ah pergi. Jin Joo pun kembali memanggil Sim Chung.

“Aku...memiliki banyak keingintahuan, tapi biarkan aku bertanya satu hal saja kepadamu. Kau pergi ke dokter kulit yang mana?” tanya Jin Joo.

“… dan jangan katakan hal yang tidak masuk akal seperti kau lahir dengan kulit seperti itu.” tambah Jin Joo.

“Bukan di Seoul. Sangat jauh.” Jawab Sim Chung.

Sim Chung lalu teringat saat ia memakai masker wajah bersama duyung lainnya di sambil menikmati panorama laut yang indah.

Jin Joo makin penasaran, tapi ia tak sempat menanyakan di negara mana Sim Chung melakukan perawatan kulit karena Sim Chung keburu pergi.


Nam Doo yang masih mengawasi rumah Jin Joo, akhirnya melihat Jin Joo pulang bersama Elizabeth. Nam Doo yang heran, langsung memeriksa akun SNS Jin Joo. Di sana, Jin Joo mengaku ingin istirahat saja di rumah. Jin Joo juga mengatakan tentang fashion aneh seseorang yang baru saja ia temui.


Nam Doo tak ingin langsung pulang bersama Joon Jae dan Tae Oh karena ingin mampir di suatu tempat.  Nam Doo menolak memberitahu kemana ia mau mampir. Saat Joon Jae masuk ke mobilnya bersama Tae Oh, Yoo Ran yang sedang menuju rumah Jin Joo terkejut melihat Joon Jae.


Yoo Ran langsung mengejar Joon Jae yang sayangnya gagal.

“Mungkinkah itu? Itu mungkin bukan dia. Uri Joon Jae.” Yoo Ran bertanya2.