Orang2nya Jin Ok yang membawa pergi Joon Jae terkejut
melihat Sim Chung yang mengejar mereka hanya dengan sepeda. Si bos preman
menyuruh anak buahnya menyetir lebih cepat lagi, tapi mereka terbengong2 karena
Sim Chung berhasil mensejajari mobil mereka hanya dengan menggunakan sepeda.
Bos preman mengamuk karena mobil mereka dikalahkan oleh
sepeda. Ketika Sim Chung berhasil melalui mereka dan berhenti di depan mereka,
bos preman menyuruh anak buahnya terus menyetir dan menabrak Sim Chung. Joon
Jae yang berhasil melepaskan tali yang mengikat tangannya, langsung membanting
setir. Alhasil, mobil itu pun menerjang telepon umum.
Joon Jae lantas menendang seorang anak buah Jin Ok yang
duduk disampingnya sampai kejengkang keluar dari mobil. Si bos preman tak tinggal
diam. Ia langsun loncat dari mobil dan berusaha menangkap Joon Jae. Joon Jae
berhasil kabur dengan membawa pistol mereka. Ya, Joon Jae dengan lihainya
melompat ke atas sepeda yang dikendarai Sim Chung.
Joon Jae lantas mengajak Sim Chung masuk ke taman labirin.
Anak buah Jin Ok pun merangsek masuk ke taman labirin untuk menangkap Joon Jae.
Joon Jae memperingatkan Sim Cung bahwa ia yang akan mengurus preman itu jika si
preman tiba2 muncul di hadapan mereka.
Joon Jae terus ngoceh dengan pedenya tanpa sadar orang
suruhan Jin Ok ada di belakang Sim Chung. Sim Chung menatap galak preman2 itu.
Tak lama kemudian, ia langsung berlari dan menerjang preman2 itu sampe kelempar
ke udara. Sementara itu, Joon Jae yang gak sadar kalau Sim Chung sudah tak
berada di belakangnya terus saja ngoceh membanggakan dirinya. Saat menoleh ke
belakang, ia terkejut mendapati Sim Chung sudah menghilang.
“Ke mana dia pergi? Hei! Hei! Apa si bodoh itu
tertangkap?” gumamnya, sambil bolak balik sana sini nyariin Sim Chung.
Dan, tak lama kemudian… Sim Chung nongol di hadapannya
dengan rambut dipenuhi daun.
“Hei, ding-dong! Aku mengatakan kepadamu untuk
mengikutiku, ke mana kau lari? Kalau kau melakukan itu satu kali lagi, aku akan
meninggalkanmu.” Ucap Joon Jae.
Sim Chung pun membungkam mulut berisik Joon Jae dengan
menggandeng tangan Joon Jae dan membawa Joon Jae keluar dari taman labirin.
Joon Jae tidak percaya karena Sim Chung berhasil menemukan jalan keluar dari
taman labirin itu. Sementara Sim Chung hanya tersenyum manis menatap Joon Jae.
Joon Jae kemudian mengambil dedaunan yang mengotori
rambut Sim Chung. Sim Chung tersipu malu. Berikutnya, Joon Jae menggenggam
tangan Sim Chung dan mengajak Sim Chung pergi.
Joon Jae dan Sim Chung bersepeda melewati kerumunan
orang2 yang asyik menikmati waktu santai mereka. Saat melihat anak kecil yang
mengantri membeli es krim, Sim Chung langsung turun dari sepeda dan ikut
mengantri es krim. Setelah mendapatkan es krimnya, Sim Chung pergi begitu saja
tanpa membayar membuat si pedagang es krim marah dan menarik2 Sim Chung meminta
bayaran. Melihat Sim Chung ditarik2, Joon Jae pun marah.
“Berapa harganya?” tanya Joon Jae kesal. Si pedagang
menjawab, 5 Euro.
Tapi saat menyadari bahwa dirinya tak punya uang sebanyak
itu, Joon Jae pun meminta si pedagang mengganti es krimnya dengan ukuran lebih
kecil. Si pedagang kesal, tapi akhirnya memberikan es krim itu secara gratis,
walau pun dengan wajah gondok.
Sementara Sim Chung asyik menikmati es krim nya, Joon Jae
pergi menghubungi temannya. Ia meminta bantuan temannya karena ia tak bisa
menggunakan kartu kredit dan ponselnya serta tak memiliki uang tunai. Joon Jae
pun bertanya kemana ia harus pergi. Joon Jae terkejut saat temannya mengatakan
ia harus pergi kemana.
Keduanya pergi ke sebuah gereja yang letaknya di tepi
pantai. Joon Jae terbengong2 saat temannya itu memanggilnya seorang pendeta.
Tak lama kemudian, Joon Jae pun langsung berakting selayaknya pendeta. Teman
Joon Jae kemudian memperkenalkan Joon Jae pendeta yang menjadi relawan untuk
penyelamatan bayi gajah.
Semua orang pun langsung terkagum2 karena menjadi relawan
adalah tugas sulit.
Joon Jae lantas menggenggam tangan Sim Chung dan
memperkenalkan Sim Chung sebagai istrinya. Joon Jae mengaku bahwa Sim Chung
mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu dan karena kecelakaan itu istrinya
tidak baik secara mental.
“Dia pasti sangat terkejut, dia menderita aphasia dan
tidak bisa berbicara... Kapan aku akan bisa mendengar suaranya?” ucap Joon Jae
dengan wajah sok dimelas2in.
“Halo. Senang bertemu denganmu. Cuacanya cukup panas.”
Ucap Sim Chung, membuat semuanya terheran2.
Joon Jae pun langsung menyeret Sim Chung keluar.
“Hei, apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba bicara? Apa
kau mendapatkan mukjizat?” tanya Joon Jae.
“Kau mengatakan kalau kau ingin mendengar suaraku.” Jawab
Sim Chung malu2.
“Itu benar. Itu benar, tapi...” ucap Joon Jae.
“Istri apa? Kau mengatakan kalau aku istrimu?” tanya Sim
Chung.
“ Tidak apa-apa. Itu berarti teman. Teman.” Jawab Joon
Jae.
“Teman?” gumam Sim Chung pelan.
“Apa ini? Selama ini kau bisa bicara... dan kau tidak
bicara? Kau keterlaluan!” ucap Joon Jae.
“Cukup sulit melakukannya sampai kemarin, tapi aku
menguasainya dengan kotak yang kau berikan.
“kotak yang kuberikan padamu? Laptop? Kau belajar dari
itu?” tanya Joon Jae heran.
Sim Chung kemudian menatap mata Joon Jae lekat2. Ditatap
seperti itu, membuat Joon Jae kebingungan. Sim Chung pun mengaku kalau ia
sedang menatap bola mata Joon Jae. Sim Chung berkata, tinta dalam bola mata
Joon Jae berkilauan.
“Matamu cantik.” Ucap Sim Chung.
“Benarkah? Mataku cantik, bukan? Mataku selalu cantik. Ibuku
mengatakan sulit untuk pergi lebih dari sepuluh langkah saat dia membawaku
keluar. Karena orang-orang selalu meminta untuk bisa menyentuhku dan
menggendongku. Tapi itu bukan bola mata, tapi itu mata. Ini bukan tinta, tapi
pupil.” Jawab Joon Jae.
Teman Joon Jae itu ternyata seorang penipu juga sama
kayak Joon Jae. Ia berkata, senang membantu Joon Jae tapi itu ada bayarannya.
Joon Jae pun bertanya apa yang temannya itu inginkan.
Teman Joon Jae ini ternyata berencana menipi jemaat
gereja. Akan datang seorang perempuan yang mengaku mendapatkan keuntungan dari
Trader David Mcdouglas setelah bekerja sama dengannya. Kemudian orang2 nanti
akan bertanya siapa David Mcdouglas itu, dan ia akan memperkenalkan temannya
yang berpura2 menjadi David Mcdouglas.
“Lalu kau ingin aku melakukan apa?” tanya Joon Jae.
“Kau hanya perlu menyanyikan lagu menyanyikan lagu khusus. Sesuatu yang akan
mematikan rasa rasionalitas dan menyentuh emosi.” Jawab teman
Joon Jae.
Joon Jae pun akhirnya menyanyikan sebuah lagu sambil
memetik gitar seperti yang dikatakan temannya. Lagu Joon Jae berhasil menyentuh
perasaan semua orang.
Malam harinya, Pastur mengantarkan Joon Jae dan Sim Chung
ke sebuah kamar, tapi dalam perjalanan ke kamar mereka, Sim Chung merasa haus
dan ingin minum. Joon Jae pun menunjuk ke arah dispenser yang letaknya tak jauh
dari mereka.
Joon Jae kemudian berbicara dengan Pastur tentang kesembuhan
istrinya. Saat menoleh ke Sim Chung, ia kaget melihat Sim Chung yang minum
langsung dari galonnya.
Ketika rebahan di kamar, Joon Jae berkata kalau Sim Chung
tak seharusnya menghabiskan segalon air. Tapi Sim Chung malah menanyakan arti
cinta. Joon Jae pun berkata kalau cinta adalah sesuatu yang berbahaya. Sim
Chung yang penasaran kemudian mendekati Joon Jae dan bertanya alasannya.
“Katakanlah jika kau mencintai seseorang. Itu berarti kau
menyerah.” Jawab Joon Jae.
“Apa itu menyerah?” tanya Sim Chung.
“Kalah. Dengan kata lain, kalau kau mencintai seseorang, maka
kau percaya apapun yang dia katakan kepadamu. Itu berarti kau berada dalam
masalah besar.” Jawab Joon Jae.
“Aku cinta padamu.” Ucap Sim Chung yang berhasil membuat
Joon Jae tertegun. Tapi berikutnya Sim Chung berkata kalau perutnya terasa
lapar.
Sambil menemani Sim Chung makan mie, Joon Jae berkata
kalau ia berpikir Sim Chung amnesia, jadi karena itulah Sim Chung tak ingat
apapun. Joon Jae lantas meminta Sim Chung menatapnya, tapi Sim Chung malah
menatapnya lekat.
“Maksudku bukan menatapku seperti itu. Pokoknya, ambil
napas dalam-dalam dan berpikir tentang orang tuamu setelah aku hitung sampai
tiga.” Jawab Joon Jae.
Joon Jae pun menyalakan pemantik apinya. Ia berniat
menghipnotis Sim Chung agar ingatan Sim Chung pulih, tapi pas di hitungan
ketiga, Sim Chung malah tanya orang tua itu apa.
“Apa kau bodoh? Kau bahkan tidak tahu apa artinya orang
tua? Ibu, ayah, yang melahirkanmu.” Ucap Joon Jae.
“Aku tidak memilikinya.” Jawab Sim Chung, Joon Jae pun
tertegun.
“Yah, aku kira tidak semua orang memiliki orang tua.” Ucap
Joon Jae.
“Apa kau memiliki orang tua?” tanya Sim Chung.
“Aku punya ayah tapi dianggap tidak ada... Ibu... Aku
berharap aku memilikinya. Itu sebabnya aku akan pergi.” Jawab Joon Jae.
“Kemana?” tanya Sim Chung.
“Ujung dunia.” Jawab Joon Jae. Joon Jae lantas menanyakan
nama Sim Chung.
“-Aku tidak memiliki nama.” Ucap Sim Chung.
“Benar. Ini bahkan tidak mengejutkan lagi. Kau memiliki
begitu banyak hal-hal aneh.” Jawab Joon Jae.
“Kalau aku tidak aneh dan memiliki nama, aku bisa
bersamamu sepanjang waktu, bukan?” tanya Sim Chung membuat Joon Jae terkejut.
“Tidak... Bukan itu yang aku maksud. Ada begitu banyak
orang aneh di dunia ini. Kau masih jauh dari hal seperti itu.” jawab Joon Jae.
“Benarkah?” tanya Sim Chung.
“Tentu saja!” jawab Joon Jae. Joon Jae kemudian berkata
kalau dirinya orang aneh.
“Kau orang yang baik.” Jawab Sim Chung.
“Apa yang kau tahu tentang orang macam apa aku?” tanya
Joon Jae.
“Tanganku... kau bisa saja meninggalkanku tapi kau
memegangnya. Beberapa kali. Kau orang yang baik.” Jawab Sim Chung yang lagi2
membuat Joon Jae tertegun.
Joon Jae masih terjaga, sementara Sim Chung sudah tidur.
Joon Jae tampak memikirkan sesuatu. Lalu tiba2, ia bangkit dan duduk disamping
Sim Chung. Joon Jae kemudian mengambil gelang giok Sim Chung dari sakunya dan
memakaikannya kembali ke tangan Sim Chung.
“Aku sudah mengambil sesuatu dan lari berkali-kali, tapi
ini adalah pertama kalinya aku mengembalikan sesuatu yang sudah aku ambil.” Ucap
Joon Jae.
Joon Jae kemudian menatap Sim Chung.
“Baiklah. Ayo pergi bersama. Ke ujung dunia.” Ucap Joon
Jae.
Si bos preman tampaknya sudah mengetahui keberadaan Joon
Jae. Ia mengetahuinya dari peta milik Joon Jae.
Sementara itu, Joon Jae diberikan uang dan ponsel oleh
temannya. Teman Joon Jae kemudian melirik Sim Chung dan berkata kalau Sim Chung
adalah tipe idealnya. Teman Joon Jae juga berjanji akan menemui Sim Chung di
Seoul kalau ada waktu.
Sim Chung bertanya, Dimana Seoul? Joon Jae dan temannya
pun langsung ketawa.
“Kebetulan sekali kau dan aku memiliki selera humor yang
sama. Aku... aku akan memberikan nomorku. Ini benar-benar berharga karena aku
jarang memberikan nomor pribadiku.” Ucap teman Joon Jae.
Tapi sebelum sempat memberikan nomornya pada Sim Chung,
Joon Jae langsung ngajak Sim Chung pergi.
Joon Jae dan Sim Chung tiba di mercusuar Hercules, tempat
yang disebut Joon Jae sebagai ujung dunia.
“Ini adalah ujung dunia?” tanya Sim Chung.
“Iya. Orang-orang di sini menyebutnya seperti itu karena
mercusuar itu dibangun 2000 tahun yang lalu.” jawab Joon Jae.
“Ada lautan. Kenapa itu ujungnya?” tanya Sim Chung
bingung.
Ingatan Joon Jae pun terbang ke masa lalu saat ia dan
ibunya pergi tempat itu.
Flashback…
“Joon Jae, dulu, orang percaya bahwa ini adalah ujung
dunia. Mercusuar itu adalah mercusuar Hercules yang menerangi ujung dunia. Ibu
Hercules datang ke sini setiap hari merindukan anaknya yang terasing. Orang-orang
merasa kasihan kepadanya, sehingga mereka membangun mercusuar itu, sehingga
Hercules bisa mengikuti cahaya dari mercusuar itu... untuk menemukan ibunya
melalui laut.” Ucap sang ibu.
“Begitu? Apa Hercules datang mencari ibunya?” tanya Joon
Jae kecil.
“Aku tidak yakin. Tapi ada legenda. pasti akan bertemu
lagi. Ini mungkin karena meskipun ini adalah ujung dunia, tapi... ini juga di
mana dunia lain dimulai.” Jawab sang ibu.
“Tapi ibu, aku pikir Hercules mungkin... juga sangat
merindukan ibunya.” Ucap Joon Jae.
Flashback end….
Joon Jae lantas menunjuk namanya yang ia ukir sendiri di
atas sebuah batu.
“Heo Joon Jae, itu namaku. Tidak banyak orang yang tahu
nama asliku. Kau harus merasa terhormat.” Ucap Joon Jae.
“Jadi kalau kau terpisah dari sini, kau akan benar-benar
bisa bertemu lagi?” tanya Sim Chung.
“Aku pikir itu bohong. Aku terpisah dari ibuku di sini.
Tapi... aku masih belum bertemu dengannya.” Ucap Joon Jae.
Joon Jae kemudian teringat saat dirinya kehilangan
ibunya. Ya, Joon Jae kecil menangis memanggil2 ibunya, seorang pria dengan
stelan jas mengajak Joon Jae pergi.
“ibuku... pergi tanpa berpamitan... tanpa kata kata.” Ucap
Joon Jae.
Sim Chung lantas menunjuk sebuah batu yang ada tulisan
nama Joon Jae. Joon Jae terkejut dan langsung memeriksanya.
Flashback…
Sambil menangis, Ibu Joon Jae mengukir sebuah kalimat,
bahwa ia mencintai Joon Jae.
Flashback end…
“itu benar. Jadi, di sini juga ada Heo Joon Jae. Ibu...
memang mengucapkan selamat tinggal kepadaku.” Ucap Joon Jae.
“Apa yang ibumu katakan?” tanya Sim Chung.
“Bahwa dia mencintai aku.” jawab Joon Jae.
“Dia mencintaimu? Berarti dia kalah? Dia menyerah?” tanya
Sim Chung.
Joon Jae pun tertawa mengiyakan.
Saat mau pergi, mereka dikejutkan dengan anak buah Jin Ok
yang sudah menunggu mereka di bawah. Joon Jae langsung mengambil pistol yang ia
curi dari para preman itu, namun karena preman itu terlalu banyak jumlahnya dan
masing2 memegang senjata, Joon Jae pun mengajak Sim Chung lari.
Orang2 Jin Ok pun mengejar Joon Jae dan Sim Chung. Joon
Jae dan Sim Chung terus lari sampai akhirnya mereka pun terpojok di bibir
jurang. Joon Jae lantas menjatuhkan pistolnya. Ia mau menyerah asalkan orang2
Jin Ok membebaskan Sim Chung.
“Yah, itu karena aku mencuri sesuatu dari dia... ini,
ini! Sebuah gelang! Ini adalah barang murah, tapi aku mencurinya,dan itu
sebabnya dia terus mengikutiku.” Ucap Joon Jae sambil menunjukkan gelang giok
di tangan Sim Chung.
Tapi Sim Chung gak mau pergi dan berkata bahwa ia adalah
istri Joon Jae.
Preman itu marah dan langsung mengarahkan senapan ke arah
mereka.
Sim Chung kemudian melihat ke bawah. Joon Jae pun ingin
tahu kenapa Sim Chung melihat ke bawah. Joon Jae lalu berkata bahwa dirinya
lebih baik ditembak karena ia takut ketinggian. Tapi Sim Chung yang gak rela
Joon Jae ditembak, mengajak Joon Jae lompat.
Bos preman marah melihat mereka loncat ke bawah. Ia pun
menyuruh anak buahnya mencari mereka.
Di air, Sim Chung kembali menjadi duyung. Joon Jae
terkejut saat melihat ekor duyung Sim Chung. Ingatan Joon Jae lantas melayang
pada kata2 Sim Chung.
“Kalau
aku tidak aneh dan memiliki nama. Kalau aku orang seperti itu, aku bisa terus
bersamamu. benar bukan?” tanya Sim Chung.
Sim Chung kemudian mencium Joon Jae.
Epilog
:
Shi
A berada di laboratorium untuk memeriksa artefak yang ditemukan di laut. Ia
terkejut saat menemukan lukisan di vas yang tertutup lumpur. Lukisan saat putri
duyung mencium seorang pria.
0 Comments:
Post a Comment