• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

My Golden Life Ep 21 Part 1

Sebelumnya...


Akhirnya sampai juga di episode ini.  Dan apa yang sy takutkan akhirnya terjadi. Ji Soo menuduh Ji An telah menipunya. Ia mengira, Ji An sudah tahu sejak awal kalau dirinya adalah Eun Seok tapi tetap nekad masuk ke keluarga Haesung. Ia juga menuduh Ji An tidak pernah menerima dirinya sebagai keluarga.

“Jangan salah paham. Aku tidak tahu apa-apa saat pertama kali aku datang kesana.” Jawab Ji An.

“Kau seharusnya memberitahuku begitu kau mengetahuinya! Kenapa kau tetap disana? Kau begitu menyukainya? Kau mengusirku saat aku datang ke kantormu. Kau bilang maaf padaku. Kau begitu menyukai uang? Ibu, ayah dan kau juga! Kalian semua lebih menyukai uang daripada aku!” ucap Ji Soo.

Ji An syok, ia tidak menyangka Ji Soo akan berkata seperti itu padanya.

“Kenapa kau diam saja? Kenapa menatapku seperti itu, katakan sesuatu!” ucap Ji Soo.


“Kau sangat egois. Kau hanya memikirkan dirimu sendiri di saat yang paling penting. Kau hanya memikirkan kondisimu sama seperti saat kau menahanku pergi.” Jawab Ji An.

“Apa maksudmu?” tanya Ji Soo.

“Pernahkah kau memikirkan kenapa aku melakukan ini? Pernahkah kau memikirkan kondisiku? Saat aku mengatakan, aku akan pindah ke rumah itu, kau hanya mempedulikan perasaanmu. Kau tidak mempedulikanku. Bahkan sekarang, kau tidak mau mendengarku.” Jawab Ji An.


“Kenapa aku harus berada di posisimu? Kau sudah menipuku! Kau tidak memberitahuku saat kau mengetahuinya. Kau ingin tetap menjaga rahasia itu. Kau bahkan tidak bisa mempercayaiku.  Tapi kau menyebutku egois? Bagaimana bisa kau mengatakan itu padaku!” protes  Ji Soo.

“Saat bisnis ayah hancur, kita tinggal di Busan selama 10 bulan. Lalu kita harus pindah ke Masan karena pekerjaan baru ayah. Guru wali kelasku memberiku beasiswa, jadi aku tetap di Busan  dan tinggal di asrama sampai aku kuliah. Saat itu, kau takut pergi sekolah sendirian dan tidak makan selama seminggu. Jadi aku terpaksa melepaskan beasiswaku dan mengikutimu ke Masan.” Jawab Ji An.

Ji Soo pun tidak terima disalahkan. Ia bilang, itu keputusan Ji An mengikutinya ke Masan.

“Kau bisa saja tetap di Busan kalau kau mau. Aku tidak bisa makan karena aku terlalu kesal harus berpisah darimu.” Ucap Ji Soo.


Ji An pun menghela napas mendengar jawaban Ji Soo. Mendengar helaan nafas Ji An, Ji Soo makin marah.  Dan dia makin kesal saat Ji An mengungkit soal orang tuanya yang sudah membesarkan Ji Soo dan merubah hidup Ji Soo.

“Ibumu mengirimmu ke keluarga mereka dan menerima restoran mereka sebagai gantinya. Dan kau, tetap disana saat kau mengetahui kebenarannya!” ucap Ji Soo.

Ji An ini ibarat udah jatuh, ketimpa tangga lagi… Belum hilang rasa syoknya karena Ji Soo nuduh dia macam2, kini dia harus menelan pil pahit sekali lagi mengetahui ibunya menerima restoran Haesung. Saking syoknya, Ji An pun tidak mengatakan apa-apa lagi dan pergi begitu saja.


Di kamarnya, Nyonya No bingung harus bagaimana karena ia terlanjur mengenalkan Ji An sebagai Eun Seok pada teman-temannya. Ia juga bingung menghadapi ayahnya yang sudah begitu menyukai Ji An sebagai Eun Seok.

Begitu teringat cerita Tuan Choi soal surat kaleng itu, Nyonya No pun bergegas pergi. Ia tidak mempedulikan Nyonya Yang yang masih berlutut di tempat semula.


Do Kyung sedang rapat bersama tim pemasaran. Tim pemasaran masih berharap Ji An kembali. Do Kyung pun mengaku, kalau Ji An tidak akan mungkin kembali. Ia berkata, Ji An punya masalah keluarga dan tidak punya pilihan lain selain resign.

Do Kyung juga memberitahu, kalau perusahaan sudah memutuskan tidak akan melaporkan Ha Jung, jadi Ha Jung akan kembali bekerja seperti biasa. Senior Oh yang sudah jadian dengan Ha Jung, tentu saja senang.

Manajer Lee merasa Ji An tidak bertanggung jawab karena tidak melatih Ha Jung dulu sebelum pergi. Do Kyung pun membela Ji An dengan mengatakan, bahwa Ji An sudah menyelesaikan semua tugasnya sebelum resign. Manajer Lee langsung diam.

Di tengah2 rapat, Do Kyung dihubungi Seketaris Min. Seketaris Min menceritakan soal Nyonya Yang yang masih terus berlutut sejak datang tadi. Do Kyung pun langsung pulang.

Ji An sendiri ada di terminal bus.


Sementara Nyonya Yang masih terus berlutut di rumah Haesung, sampai akhirnya Do Kyung datang dan menyuruh Seketaris Min mencari taksi.  Seketaris Min dan Do Kyung kemudian membantu Nyonya Yang berdiri dan memapah Nyonya Yang menuju taksi.

“Wakil Presdir Choi akan mengurus semuanya jadi anda bisa pulang tanpa mencemaskan apapun.” Ucap Seketaris Min.

Do Kyung juga membayarkan ongkos taksinya. Setelah Nyonya Yang pergi, Do Kyung bergegas kembali ke kantor.


Di rumah, Tuan Seo lagi melihat-lihat album foto Ji An dan Ji Soo. Tak lama kemudian, Nyonya Yang datang dan mengadu soal hukuman yang diberikan Nyonya No pada mereka.
.
“Haesung Samonim akan memastikan Ji An tidak bisa mendapatkan pekerjaan dimana pun, meskipun sebagai pegawai kontrak. Dia mau menghukumku dengan membuat Ji An hidup menderita. Apa yang harus kulakukan?  Apa yang harus kulakukan pada Ji An ku yang malang. Aku kehilangan pikiranku. Aku seharusnya mendengarkanmu.” Ucap Nyonya Yang.

“Apa yang kau bicarakan?” tanya Tuan Seo bingung.

Tuan Seo pun terkejut saat istrinya menceritakan semuanya, termasuk tentang Nyonya No yang melarang istrinya keluar dari restoran itu. Ia juga bingung bagaimana mereka bisa tahu soal Soo A.


“Dia sudah tahu. Dia tahu tentangnya. Dia bilang, jika aku keluar dari restoran, dia akan membuat Ji Tae, Soo A dan Ji Ho dipecat. Itulah yang dia katakan padaku. Dia sangat mengerikan.” Jawab Nyonya Yang.

“Apa yang terjadi? Ini kesalahan kita.” ucap Tuan Seo.

Nyonya Yang lantas berkata, jika saja ia tidak membawa Ji Soo dari sana, Ji Soo mungkin sudah mati disana.


“Kau masih membela dirimu? Tidak peduli seberapa besar cintamu padanya, dia bukan putri kita. Perasaaan kita sama sekali tidak penting. Kita harus memikirkan, bagaimana caranya menyelesaikan kekacauan ini.” jawab Tuan Seo.

“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Nyonya Yang.

“Kita harus menyerahkan diri.  Tapi pertama kita perlu minta maaf.” Jawab Tuan Seo.


Ji An termenung di kursi stasiun, memikirkan semua yang dia alami.


Di ruangannya, Tuan Choi menyesal karena bersikap gegabah dengan mendatangi kediaman Tuan Seo. Tuan Choi juga mengingat kata-kata Seketaris Min tentang Ji Soo yang bekerja di toko roti.


Saat mau pergi begitu teringat dimana Ji Soo bekerja, tiba-tiba saja seketarisnya masuk memberitahu kedatangan Tuan Seo. Tuan Choi kesal, tapi ia tetap menyuruh seketarisnya.

“Tadinya aku mau mengusirmu, tapi aku takut kau membuat keributan dan aku ingin bicara tentang putriku.” Ucap Tuan Choi.

“Aku minta maaf untuk apa yang sudah kami lakukan, Ji Soo Abonim.” Jawab Tuan Seo.

“Ji Soo Abonim?” tanya Tuan Choi kesal.


“Ji Soo masih tetap Ji Soo. Jadi aku ingin meminta maaf pada anda sebagai ayahnya bukan sebagai Wakil Presdir Grup Haesung. Anda mengatakan, menyesali apa yang kita lakukan atau meminta maaf atas apa yang kita lakukan itu tidak baik. Tapi aku merasa malu untuk menyerahkan diriku sebelum meminta maaf. Itulah sebabnya aku datang kemari.” Jawab Tuan Seo.

“Menyerahkan diri?” tanya Tuan Choi kaget.

“Pada hari anda datang ke rumah kami,  Ji An mengirimiku pesan. Dia bilang dia akan mengakui kebenarannya dan menyuruh kami menyerahkan diri.” Jawab Tuan Seo.

“Sampai kapan kau berencana membodohi kami?” tanya Tuan Choi.

“Aku berencana membawa Ji An pulang setelah bisnisku sukses.” Jawab Tuan Seo.

Tuan Choi tersenyum sinis, Bisnis? Sukses…


“Seandainya saja ponselku tidak mati, seandainya saja aku tidak ketinggalan bis, aku tidak akan kehilangan kesempatan mencegah Ji An pergi. Tapi aku tidak bisa pergi ke sana keesokan harinya untuk membawa Ji An. Dia memilih pergi ke sana. Dia sudah menjadi bagian dari keluargamu. Aku tidak berani memberitahunya, kalau itu bukan dia. Pasti sangat sulit baginya meninggalkan orang tuanya yang sudah hidup dengannya selama 28 tahun hanya dalam hitungan beberapa hari. Aku lebih khawatir tentang Ji An, daripada penipuan yang kami lakukan pada kalian. Aku ingin melakukan segalanya untuk bangkit kembali, sehingga saat Ji An akhirnya kembali, dia tidak akan merasa sengsara lagi.” Ucap Tuan Seo.

“Kau tidak bermaksud membodohi kami selamanya. Itukah alasanmu datang kemari, untuk memberikan penjelasan itu?” tanya Tuan Choi.

“Bukan begitu. Aku hanya ingin anda tahu, kenapa semua ini bisa terjadi sebelum aku menerima hukuman.” Jawab Tuan Seo.

“Kau takut dengan peringatan istriku bukan?” tanya Tuan Choi.


“Aku takut. Sebagai gantinya, di restoran, istriku akan bekerja disana tanpa dibayar sedikit pun. Jika kau menyuruh kami pergi ke penjara, kami akan melakukannya. Kami akan melakukan apapun yang kalian perintahkan. Bisakah kalian hanya menghukum kami dan memaafkan Ji An?” pinta Tuan Choi.

Tuan Choi pun langsung teringat kata-kata Seketaris Min yang memberitahunya tentang Nyonya Yang yang terus dan terus berlutut di rumahnya.

Tuan Seo lantas memberitahu Tuan Choi kalau Ji An belum pulang ke rumah. Tuan Choi pun kaget mendengarnya.


“Bagaimana bisa dia kembali ke rumah? Setelah Ji An kembali, kami akan meminta maaf padanya dan menyerahkan diri. Aku datang untuk meminta izinmu.” Ucap Tuan Seo lagi.

“Kami akan memikirkan hukuman untuk kalian setelah putri kami kembali. Jika kau sungguh-sungguh meminta maaf, buatlah agar dia kembali pada kami. Aku akan menjemputnya akhir pekan ini.” jawab Tuan Choi.

Tuan Seo pun mengerti. Karena sudah tidak ada yang mau dibicarakan lagi, Tuan Choi menyuruh Tuan Seo pergi. Namun sebelum pergi, Tuan Seo memberitahu dimana ia menemukan Ji Soo 25 tahun lalu.


Nyonya No pergi menemui Jo Soon Ok. Ia menyuruh Jo Soon Ok menulis apa yang dia katakan.

“Provinsi Gangwon, Cheolwon-gun.” Ucap Nyonya No.

Tentu saja, Jo Soon Ok bingung dengan maksud Nyonya No. Tapi Nyonya No tidak menjelaskan lebih lanjut apa maksudnya dan hanya bilang akan membiarkan mereka hidup karena mereka sudah membantunya menemukan putrinya.

“Kami mengunci diri disini seperti yang kau perintahkan pada kami.” jawab Jo Soon Ok.

Omo… ini jangan2 Nyonya No yang memang sengaja ‘membuang’ Eun Seok… Di depan Tuan Choi, dia ngakunya gak tahu kan dimana Jo Soon Ok tinggal, tapi kenyataannya dia tahu… Ditambah lagi, di hari Eun Seok menghilang, dia lagi bermasalah sama Tuan Choi kan… Nyonya No ini mencurigakan banget…

Dan kecurigaan sy bener… Setelah Nyonya No pergi, pasangan suami istri itu membahas kronologi hilangnya Eun Seok. Eun Seok bukan diculik. Nyonya No lah yang meninggalkan Eun Seok pada Jo Soon Ok. Setelah itu, Jo Soon Ok dan suaminya meninggalkan Eun Seok di tempat itu atas perintah Nyonya No. Pasangan suami istri itu juga tahu Tuan Seo dan Nyonya Yang yang menemukan Eun Seok.


“Ada badai hujan besar malam itu, jika Tae Soo tidak membawanya, dia pasti sudah meninggal disana.” Ucap suami Jo Soon Ok.

Sebenarnya sejak awal, sy juga gak yakin Eun Seok diculik. Melihat bagaimana ekspresi Jo Soon Ok yang menggendong Eun Seok kecil saat menatap mobil Nyonya No yang melesat pergi… sy juga penasaran, bagaimana Jo Soon Ok bisa tahu Eun Seok tinggal bersama Keluarga Seo… tapi saat itu sy berpikir, Seketaris Min lah biang keladinya… tapi ternyata Nyonya No….

Sekarang sy berpikir, mungkinkah Seketaris Min tahu perbuatan Nyonya No ini??

Oya, saat Nyonya No meninggalkan rumah Jo Soon Ok, ada seseorang yang mengawasinya.

Setibanya di rumah, Tuan Seo langsung memberitahu istrinya bahwa Tuan Choi menginginkan Ji Soo kembali. Mereka lantas bicara di kamar. Tuan Seo berkata, dia yang akan bicara pada Ji Soo. Ia juga meminta istrinya membuat Ji Soo merasa nyaman sebelum Ji Soo pindah ke rumah Haesung.

“Saat dia marah, dia tidak mau mendengar siapapun dan kau tahu itu.” jawab Nyonya Yang.

Tuan Seo lantas mencemaskan Ji An yang masih belum pulang.


Adegan kemudian pindah ke Nyonya No yang baru saja pulang. Ia pun terkejut karena hanya menemukan suaminya duduk di sofa. Nyonya No mengira Tuan Choi yang menyuruh Nyonya Yang pulang. Tuan Choi pun berkata, Do Kyung lah yang menyuruh Nyonya Yang pulang. Tuan Choi lantas mengajak Nyonya No bicara.

Mereka bicara di kamar. Nyonya No terkejut setelah mendengar cerita suaminya. Ia penasaran, kemana Ji An pergi. Tuan Choi pun berkata, tidak seharusnya mereka mengkhawatirkan Ji An.

“Lalu apa yang kau katakan? Kau tidak menyuruh mereka menyerahkan diri bukan? Kau tidak menyuruh mereka pergi ke kantor polisi, kan? Wartawan akan mengerumuni mereka seperti lebah.” Ucap Nyonya No.


“Namanya Seo Ji Soo, kan? Aku bilang,aku akan memikirkan hukuman mereka setelah kita membawanya pulang.” Jawab Tuan Choi.

“Ide yang bagus.” Ucap Nyonya No.

“Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang? Ayahmu, adikmu, Tuan Jung, istri Presdir Hong dan istri Presdir Jin.” Tanya Tuan Choi.

“Aku tidak memberitahu mereka. Itu bisa menghancurkan pernikahan Do Kyung dan Seohyun. Aku sedang berpikir untuk memecahkan masalah ini.” jawab Nyonya No.

“Tapi pertama, kita harus mencari tahu soal pengirim surat kaleng itu. Aku rasa, itu Jo Soon Ok.” Ucap Tuan Choi.

“Itu bukan dia. Aku pastikan bukan dia orangnya. Kita tidak perlu mencemaskan surat kaleng itu.” jawab Nyonya No.

“Kita tidak perlu mencemaskannya?” tanya Tuan Choi.

“Mereka tidak meminta uang. Seseorang akan menghubungi kita untuk meminta uang. Kita akan menangkap orang itu. Dan ketika kita menangkapnya, kita akan tahu dia orang dalam atau orang luar.” Jawab Nyonya No.


Percakapan mereka pun terhenti karena kepulangan Do Kyung. Nyonya No langsung memarahi Do Kyung karena sudah melepaskan Nyonya Yang. Do Kyung beralasan, itu karena Ji An pernah menjadi adiknya dan dia menyayangi Ji An sebagai adiknya.

“Orang yang dulunya pernah menjadi adik perempuanmu dan anak perempuan kami adalah Ji An. Kami tidak akan pernah memaafkan orang tuanya.” Jawab Tuan Choi.

“Seperti yang sudah kukatakan, aku yang menyuruhnya merahasiakan hal ini dari kalian dan aku berjanji padanya, bahwa aku akan memastikan orang tuanya tidak masuk penjara.” Ucap Do Kyung.

Nyonya No pun semakin marah mendengarnya. Do Kyung lantas cerita, kalau ia sudah bertemu dengan Ji Soo. Ia juga cerita, bagaimana Ji Soo dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang.

“Jadi kau ingin kami memaafkan mereka?” tanya Nyonya No.

“Bagi Ji Soo, Tuan Seo dan Nyonya No adalah orang tua kandungnya. Dia tidak akan mau kembali jika kalian mengirim mereka ke penjara. Apakah menurut kalian, dia akan senang jika kalian mengirim orang tuanya ke penjara?” jawab Do Kyung.


“ Tapi mereka mengirim putri mereka kesini dibanding mengembalikan putri kami. “ ucap Tuan Choi.

“Ji Soo adalah sosok yang penyayang. Dia akan membenci mereka tapi dia juga akan tetap mencintai mereka. Untuk membawa dia kesini, sebagai putri kalian, kalian harus memastikan supaya dia tidak terluka.” Jawab Do Kyung.

“Kau masih harus banyak belajar. Kau tidak melihat gambaran besarnya.” Ucap Nyonya No.

“Aku akan menemui Ji Soo dan mempersiapkannya dengan baik.” Jawab Do Kyung.


“Tidak. Aku lah yang akan menemuinya.” Ucap Tuan Choi.

“Kau mau menemuinya di depan umum? Bukankah seharusnya kita membuat rencana dulu sebelum menemuinya?” tanya Nyonya No.

“Aku akan pergi dan bicara dengannya sendirian.” Jawab Tuan Choi.

“Bagaimana dengan ibu? Apakah ibu tidak mau melihat Ji Soo?” tanya Do Kyung.


Nyonya No pun terdiam. Sampai di kamar, Nyonya No masih memikirkan kata-kata terakhir Do Kyung. Nyonya No lalu mengingat saat dia melihat Ji Soo yang sibuk bekerja di toko roti dan saat ia mengaku bangga pada Ji An di galeri.

Mungkinkah Nyonya No sejak awal tahu Ji Soo lah putri kandungnya?


Beralih ke Ji Soo yang lagi mencari tahu di internet bagaimana dulu dirinya bisa menghilang.



Seohyun pura-pura belanja di tempatnya Ji Ho, padahal sih niat sebenarnya supaya dia bisa bicara sama Ji Ho selama setengah jam. Manajer Ji Ho pun mengizinkannya. Ji Ho langsung lemas dan pasrah saat Seohyun menariknya pergi.

“Kau bilang kau bekerja di sini dan bekerja di klub karena butuh uang kan? Aku akan membayarmu jika kau mau menolongku.” Ucap Seohyun.

“Kau mau membayarku jika aku menolongmu?” tanya Ji Ho.

“Aku sedikit takut.  Tapi aku tidak bisa bicarakan ini dengan siapapun. Ini terlalu aneh.” Jawab Seohyun.

“Kenapa? Bodyguar mu meminta uang?” tanya Ji Ho.

“Bagaimana kau tahu?” tanya Seohyun balik.

“Dia benar-benar meminta uang? Tidak bisa dipercaya. Kau sudah melakukan itu dengannya? Kau seharusnya berhati-hati.” Jawab Ji Ho.

“Apa maksudmu?” tanya Seohyun.


“Hari itu, aku melihat kalian berciuman.” Jawab Ji Ho.

“Terima kasih untukmu, tapi bibir kami tidak bertemu.” Ucap Seohyun.

“Kalau tidak terjadi apapun kenapa dia meminta uang?” tanya Ji Ho.

“Bukan dia, tapi istrinya. Dia juga sudah punya anak.” Jawab Seohyun.

“Oh My God.” Ucap Ji Ho.

“Kau adalah adik kakakku. Dan aku sudah seperti adikmu sekarang. Itulah alasanku datang.” jawab Seohyun.

“Berapa yang dia minta?” tanya Ji Ho.

“700 ribu dollar. Dan aku melihat Ryu tersenyum. Aku takut. Kenapa dia tersenyum.” Jawab Seohyun.


Ji Ho lalu mengajak Seohyun bicara di gudang. Seohyun juga menunjukkan foto-foto yang dikirimkan istri Supir Ryu pada Ji Ho. Ji Ho pun berkata, kalau Seohyun dalam masalah besar.

“Apa maksudmu?” tanya Seohyun.

“Berapa kau akan membayarku?” tanya Ji Ho dengan pasang gaya imut.

“Berapa yang kau minta?” tanya Seohyun.

“Aigo, itulah mengapa kau diperas!” jawab Ji Ho sambil menoyor kepala Seohyun.

“Kau yang bertanya padaku berapa aku harus membayarmu jadi aku bertanya berapa yang kau inginkan.” ucap Seohyun.

“Aku minta 50 ribu dollar.” Jawab Ji Ho.

“Baik.” Ucap Seohyun.

“Aku mau 100 ribu dollar.” Ucap Ji Ho.

“Baik.” Jawab Seohyun.


“Aigo, inilah cara orang kaya membesarkan anak mereka. Itulah kenapa mereka sangat manja.” Ucap Ji Ho.

“Berhenti bicara aneh dan katakan berapa yang kau inginkan.” jawab Seohyun.

“Aku seharusnya mendapatkan komisi 10% tapi aku akan meminta lebih sedikit karena kau adalah adiknya Ji An. Aku ingin 30 ribu dollar. Dan aku akan memberikan 30 persen lagi jadi aku mau 20 ribu dollar.” Ucap Ji Ho.

Seohyun pun langsung meloncat kegirangan seperti anak kecil karena Ji Ho hanya meminta segitu. Sementara Ji Ho menatap Seohyun dengan aneh.


Beralih ke Ji Soo yang baru pulang ke rumah dan mendapati Tuan Seo sedang duduk melamun. Sadar Ji An masih belum pulang, Ji Soo pun memberitahu Tuan Seo kalau beberapa jam yang lalu dia bertemu Ji An.

“Lalu kenapa kau membiarkannya pergi? Kau tahu bagaimana Ji An, kan? Aku tahu kau marah, tapi seharusnya kau membawa dia pulang.” Ucap Tuan Seo.

“Kakakku? Siapa kakakku?” tanya Ji Soo.

“Ji Soo-ya, ini bukan salah Ji An. Ini kesalahan ayah dan ibumu. Jadi apa yang kau bicarakan dengan Ji An? Kemana dia pergi?”


“Dia sudah dewasa. Dia tidak akan tinggal di jalanan. Ini baru sehari, langit tidak akan runtuh.” Jawab Ji Soo.

“Tempatkan dirimu di posisi Ji An. Pikirkan tentang apa yang dia alami. Dia pasti sengsara dan hancur.” Ucap Tuan Seo.

“Lalu bagaimana denganku? Kau berpikir, aku tidak hancur?” tanya Ji Soo.

“Tapi kau masih bersama kami. Bagaimana kalau Ji An tidak pernah kembali. Aku takut dia mengambil jalan yang salah.” Jawab Tuan Seo.

“Itu tidak akan terjadi. Jadi jangan cemas. Dia tampak menyedihkan di depanku. Apa kau tidak berpikir dia sudah melakukan kesalahan padaku. Bagiku, dia sudah melakukan kesalahan besar.” Ucap Ji Soo.


Tuan Seo pun makin panic. Ia bertanya apa yang Ji Soo bicarakan dengan Ji An. Dimana Ji An.

“Aku tidak tahu. Aku bahkan tidak bertanya.” Jawab Ji Soo.

“Kenapa kau melakukan itu pada kakakmu?” tanya Tuan Seo.

“Dia bukan kakakku. Berhenti memanggil dia kakakku. Dia putrimu! Itulah kenapa kau mengirimnya kesana! Kau ingin dia hidup senang!” jawab Ji Soo.

“Ji Soo-ya, kita harus bicara.” Ajak Tuan Seo.


Tapi Ji Soo menolak dan bergegas lari ke kamarnya. Tapi sebelum naik ke atas, ia sempat melihat Nyonya Yang yang berdiri di depan pintu dengan wajah syok. Rupanya, sedari tadi Nyonya Yang mendengarkan pembicaraan mereka.

Nyonya Yang mengetuk pintu kamar Ji Soo. Ia mengajak Ji Soo bicara, tapi Ji Soo tidak mau bicara.

“Ji Soo-ya, biarkan ibu menjelaskan kenapa ibu melakukan ini.” pinta Nyonya Yang.


Tangis Ji Soo pun pecah dan ia langsung berlari ke bawah selimutnya.