• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Again My Life Eps 5 Part 2

 All content from SBS, Viu, nodrakor
Penulis : Catatan-Iza
Sinopsis Lengkap : Again My Life
Sebelumnya : Again My Life Eps 5 Part 1
Selanjutnya : Again My Life Eps 5 Part 3

Foto SBS
Foto SBS

Il Hyun menginterogasi seorang wanita.

Il Hyun : Lee Sun Young-ssi, kau istri Pak Hong In Pyo, bukan?

Sun Young : Ya.

Il Hyun : Kudengar kau sering bilang ingin membunuh suamimu. Benarkah itu?

Sun Young bilang ingin pengacaraku hadir.

Il Hyun : Baiklah, tentu. Namun, sebelum itu...

Foto SBS

Il Hyun mengambil paper bag di lantai dan menaruhnya di atas meja.

Sun Young : Apa ini?

Il Hyun : Bukalah. Kau pasti senang melihatnya.

Sun Young membukanya. Isinya, pisau yang digunakan si pelaku untuk membunuh Pak Hong.

Sun Young terkejut melihatnya. Il Hyun terus memperhatikan Sun Young.

Il Hyun : Kau tahu, perselingkuhan adalah tindakan pengkhianatan.

Il Hyun menatap ke jendela dan mengangguk.

Foto SBS

Tak lama, rekannya masuk membawa seorang pria.

Il Hyun : Aku terkejut kau memercayai pria ini. Ceritakan apa yang terjadi hari itu.

Pria itu bulang kalau Sun Young meneleponnya larut malam.

Flashback...

Foto SBS

Pria itu masuk ke rumah Pak Hong sambil bertanya kenapa Sun Young menyuruhnya datang.

Dan, pria itu terkejut setengah mati melihat Pak Hong sudah terkapar bersimbah darah.

Pembunuhnya adalah Sun Young. Dia bahkan masih memegang pisau.

"Kau sudah gila?"

"Sayang, kau bilang butuh uang. Semua yang dimiliki bedebah ini kini menjadi milik kita. Kita kaya." Sun Young tertawa.

Sun Young lalu melepas bajunya yang berdarah-darah.

Dia menyuruh pacarnya membakar bajunya di tempat yang jauh.

"Pisau ini juga. Cepat."

Flashback end...
Foto SBS

Il Hyun : Kau membunuh Hong In Pyo, suamimu?

Sun Young : Ya. Aku membunuhnya.

Il Hyun : Kenapa kau membunuhnya?

Sun Young : Aku tidak bisa membiarkan kesempatan itu lewat.

Flashback...

Foto SBS
Foto SBS

Pak Park mengancam Pak Hong dengan pisau dan meminta Pak Hong membayar hutang.

Pak Park : Pak Bayar aku sekarang juga. 100.000 dolarku! Uang hasil kerja kerasku!

Pak Hong : Hei, Kawan. Untuk apa? Aku bahkan tidak ingat meminjam uang darimu. Kau punya bukti kau meminjamiku uang?

Pak Hong menyuruh Pak Park menikamnya.

Pak Hong : Putramu yang pintar, Sang Man. Jika mau menghancurkan hidupnya, silahkan tikam aku!

Pak Park menjatuhkan pisaunya dan beranjak pergi.

Foto SBS

Sun Young melihat itu.

Pak Hong minum. Habis minum, dia merebahkan dirinya di lantai.

Flashback end...

Foto SBS

Sun Young : Bedebah itu pantas mati. Dia hanya memedulikan dirinya sendiri. Dia selalu meremehkan dan melecehkan orang yang lebih lemah darinya. Kau benar. Aku selalu ingin membunuhnya. Aku takut dia akan tahu soal perselingkuhanku.

Il Hyun memanggil rekannya lagi.

Rekannya, jaksa wanita, masuk. Il Hyun menyuruh rekannya membawa Sun Young.

Foto SBS
Foto SBS

Pria itu tanya, apa Il Hyun akan melepaskannya.

Kita ditunjukkan flashback saat Il Hyun menginterogasi pacarnya Sun Young.

Foto SBS

Il Hyun : Jika tidak berhati-hati, kau akan menanggung semuanya. Berpikirlah dengan bijak. Itu tidak akan terjadi. Di mana kau menyembunyikannya?

Pria itu pura-pura bego, apa? Menyembunyikan apa?

Il Hyun : Kau menunjukkannya dengan berpura-pura terkejut seperti itu. Bukti dari TKP pembunuhan Hong In Pyo. Kau menyembunyikannya.

Pria itu bilang Il Hyun salah orang.

Il Hyun : Tampaknya ada tren tempat persembunyian untuk hal begitu. Belakangan ini... Benar juga, kulkas kimchi. Di sanalah orang suka menyembunyikan sesuatu. Jika aku menemukannya, kau akan dituntut karena menyembunyikan bukti dan bersekongkol dalam pembunuhan. Tidak, lupakan. Aku akan mendakwamu atas pembunuhan. Namun, jika kau kini mengaku dan mempermudah timku, aku akan mempertimbangkan meminta hukuman yang lebih ringan. Bagaimana?

Flashback end...

Foto SBS

Il Hyun menyuruh rekannya membereskan pria itu.

Il Hyun pergi sambil memikirkan Hee Woo.

Il Hyun : Hee Woo benar tentang semuanya.

Flashback...
Foto SBS
Foto SBS

Ternyata Hee Woo lah yang menyuruh Il Hyun menginterogasi selingkuhan Sun Young dulu.

Hee Woo : Itu sesuatu yang bisa dia gunakan untuk memerasnya. Aku yakin dia menyembunyikannya di tempat yang aman. Ini seperti setengah lelucon, tapi ada tren tempat persembunyian untuk hal begitu. Kau tahu, pemula sering meniru apa yang mereka lihat di TV atau film. Sebagai contoh... Maksudku, akan kusembunyikan di kulkas kimchi-ku.

Il Hyun : Tidak mungkin.

Hee Woo : Hanya bercanda. Namun, kita tidak pernah tahu.

Flashback end...
Foto SBS
Foto SBS

Il Hyun pun penasaran bagaimana Hee Woo bisa tahu.

Lalu Il Hyun dipanggil Seok Hoon yang kebetulan berdiri di koridor.

Seok Hoon : Hei, kerja bagus. Aku baru mendengar beritanya. Ini akan diberitakan di mana-mana begitu media menciumnya. Aku berharap banyak kepadamu.

Il Hyun : Terima kasih, Pak.

Foto SBS

Il Hyun lantas minum-minum dengan Hee Woo dan Kang Jin.

Il Hyun : Hei, Hee Woo. Terima kasih. Begini... aku tidak terbiasa menerima bantuan seperti ini, tapi aku suka ini.

Hee Woo : Teruslah berjalan di jalan yang mulus dan tidak terhalangi. Aku hanya penebang kayumu.

Il Hyun : Hei, harus kuakui, aku mulai menyukaimu.

Foto SBS

Il Hyun menasihati Kang Jin.

Il Hyun : Kau harus meningkatkan permainanmu. Pria ini benar-benar hebat. Dia akan naik jabatan begitu menjadi jaksa.

Kang Jin menatap Hee Woo.

Kang Jin : Aku tahu. Kau akan membantuku nanti, bukan?

Hee Woo : Astaga. Aku malu. Aku masih harus banyak belajar.

Il Hyun : Hei, jangan terlalu merendah. Kau bisa pamer sedikit selama bekerja dengan baik. Maka orang akan menganggapmu keren. Omong-omong, Hee Woo. Bagaimana kau tahu?

Hee Woo : Astaga. Bagaimana aku bisa tahu? Itu hanya kebetulan.

Il Hyun : Kau mendatangiku dan memintaku menyelidikinya untukmu. Semua yang kau katakan, dengan setengah bercanda, ternyata benar. Itu dilakukan seperti profesional.

Hee Woo : Aku sangat butuh bantuan dan aku beruntung. Kau mendengarkanku dengan baik dan memecahkan kasusnya. Aku sangat berterima kasih, Pak.

Kang Jin : Baiklah. Untuk itu, bersulang.

Foto SBS

Hee Woo meminum mirasnya dan bicara dalam hati.

Hee Woo : Itu kasus pertama yang kutangani sebagai jaksa. Tentu saja, aku tahu semuanya.

Foto SBS
Foto SBS

Pak Park akhirnya bebas. Anak-istrinya datang menjemput.

Mereka tak kuasa menahan tangis haru atas bebasnya Pak Park.

Sang Man melihat Hee Woo yang berdiri di kejauhan.

Hee Woo pun berkata dalam hatinya, kalau Sang Man lah yang menolong Pak Park. Sementara ia, butuh 10 tahun untuk membuktikan ketidakbersalahan Pak Park.

Flashback...

Foto SBS

Saat Hee Woo menjadi jaksa, Sang Man datang menemui Hee Woo. Dia memberikan barang bukti, berupa kaos ayahnya serta pisau yang digunakan si pelaku untuk menikam Pak Hong.

Sang Man : Tolong buktikan ayahku tidak bersalah. Tolong bantu aku, Jaksa.

Flashback end...
Foto SBS
Foto SBS



Sang Man mengangguk kepalanya, memberi hormat kepada Hee Woo.

Hee Woo tersenyum mengangguk.

Hee Woo : Sepuluh tahun hidupmu yang kau habiskan untuk mengungkap kebenaran. Di kehidupan ini, habiskanlah hanya untuk dirimu sendiri.

Hee Woo beranjak pergi.

Foto SBS

Hee Woo datang menyemangati Han Mi yang akan ikut ujian CSAT.

Han Mi kaget Hee Woo datang.

Han Mi : Apa? Kau kemari untuk mendoakanku? Sepagi ini? Di cuaca sedingin ini?

Hee Woo : Kau pantas mendapatkannya.

Han Mi : Sebagai wanita?

Hee Woo : Sebagai muridku.

Han Mi : Haruskah kau begitu menyulitkan?

Hee Woo : Kau sangat siap untuk ini. Santai dan lakukan yang terbaik.

Hee Woo melihat Han Mi gugup.

Hee Woo : Kau juga segugup ini? Jangan khawatir. Kau belajar sangat keras, jadi, kau bisa mengharapkan hasil bagus.

Tapi Han Mi tetap saja gugup.

Hee Woo : Sudah kuduga kau akan seperti ini, jadi, kubawakan sesuatu.

Hee Woo memberikan Han Mi dua buah pena.

Han Mi heran, apa itu?

Hee Woo : Jimat keberuntungan. Aku memakai pena ini tahun lalu. Ini dipenuhi energi yang beruntung dan ceria dari mahasiswa hukum Universitas Hankuk ini.

Foto SBS

Han Mi menerima pena Hee Woo.

Han Mi : Kau memang tukang pamer.

Han Mi menggenggam pena Hee Woo dan memejamkan matanya.

Dia berdoa, pena Kim Hee Woo yang pintar.

Lalu Han Mi bilang pada Hee Woo kalau feelingnya bagus tentang pena Hee Woo.

Foto SBS

Hee Woo menggenggam tangan Han Mi. Dia menaruh sesuatu ke tangan Han Mi.

Hee Woo : Jangan khawatir. Kau lebih pintar dari siapa pun yang kukenal, dan aku mengajarimu. Semoga berhasil.

Han Mi tertegun tangannya dipegang.

Hee Woo pergi.

Foto SBS

Han Mi lalu berbalik sambil teriak, hwaiting!

Orang2 yang menunggu keluarga mereka ujian di depan gedung, langsung menatap ke arahnya.

Han Mi malu dan langsung masuk ke dalam.

Foto SBS

Sang Man juga lagi ujian.

Han Mi berusaha sebaik mungkin menjawab soal.

Foto SBS
Foto SBS

Sekarang, Han Mi dan Hee Woo di kafe.

Hee Woo tercengang melihat hasil ujian Han Mi.

Hee Woo : Ini gila.

Han Mi : Kenapa?

Han Mi menatap hasil ujiannya.

Seketika dia langsung berteriak. Sontak lah orang2 langsung melihat ke arahnya.

Han Mi senang dan menepuk2 bahu Hee Woo.

Hee Woo tertawa, bagus. Kerja bagus. Selamat, Kim Han Mi.

Foto SBS
Foto SBS

Sekarang, Han Mi tengah memeriksa dia lulus atau gak masuk Universitas Hangang.

Han Mi tercengang mengetahui dia lulus.

Foto SBS
Foto SBS

Han Mi meraih ponselnya, dia ingin menelpon Hee Woo tapi ayahnya nelpon duluan.

Seok Hoon : Kau diterima di semua universitas yang kau lamar.

Han Mi : Ya.

Seok Hoon : Jurusan Bahasa Inggris di Universitas Wanita Sunghwa.

Han Mi kesal, bukankah seharusnya ayah menyelamatiku dahulu? Kupikir Ayah cuek. Kenapa...

Seok Hoon : Kim Han Mi.

Han Mi : Ayah takut aku akan pergi dan menjadi sukses? Aku belajar keras dan diterima. Aku bahkan tidak bisa pilih jurusan sendiri dan mau belajar di mana?

Seok Hoon : Kau sudah melupakan semuanya? Hiduplah dengan tenang. Jangan memilih jalur karier yang akan membuat namamu dikenal. Jelas jangan ada kaitannya dengan media atau pemerintah. Lakukan saja perintah ayah, kecuali kau mau pindah ke negara yang bahasanya tak kau pahami.

Han Mi mutusin panggilan ayahnya.

Foto SBS
Foto SBS

Han Mi dan Hee Woo ketemuan di kafe.

Hee Woo : Jurusan Jurnalisme dan Media di Universitas Hangang?

Han Mi : Ya.

Hee Woo : Pilihan bagus. Kau akan menjadi reporter yang hebat.

Han Mi : Apa? Bagaimana kau tahu? Aku tidak pernah memberi tahu siapa pun.

Hee Woo : Aku menebak-nebak. Kebanyakan orang yang memilih departemen itu mau jadi reporter.

Han Mi : Apa? Itu benar.

Hee Woo : Aku bangga kepadamu, Kim Han Mi.

Han Mi : Serta aku bangga kepadamu karena tidak menyerah denganku. Aku bisa sampai sejauh ini berkat kegigihanmu. Terima kasih.

Hee Woo : Tidak, kau baru memulai. Kau bahkan belum mengambil langkah pertamamu.

Han Mi : Astaga, tidak bisakah kau...  Kau mampu membuatku membencimu sebelum aku bisa berhenti membencimu.

Hee Woo : Aku suka itu. Bagaimanapun, kau bisa berterima kasih nanti. Bayar aku setelah kau menjadi reporter sungguhan.

Han Mi : Baiklah. Aku akan membalas budimu. Aku yakin hari itu akan datang.

Foto SBS

Mereka bersulang. Hee Woo sekali lagi memberi ucapan selamat.

Tapi Han Mi murung.

Han Mi : Aku merasa sangat bahagia sekarang. Ini tidak cocok untukku.

Hee Woo : Semua orang berhak bahagia. Bagaimana? Haruskah aku menghujanimu dengan kebahagiaan hari ini?

Han Mi : Bagaimana caranya?

Hee Woo : Kita akan memesan makanan lagi.

Han Mi : Itu mudah.

Hee Woo : Itu benar. Aku sangat senang saat hidangan sampingan yang kupesan secara acak di tempat begini ternyata lezat.

Foto SBS
Foto SBS

Han Mi : Aku sangat bahagia sekarang.

Hee Woo : Lalu kenapa wajahmu murung?

Han Mi : Entahlah. Kenapa aku tidak bisa menikmatinya? Kurasa aku menginginkan pengakuan?

Hee Woo terdiam mendengarnya.

Han Mi minum lagi. Hee Woo terus memperhatikan Han Mi. Dia sudah bisa menebak apa yang membuat Han Mi murung.

Foto SBS

Hee Woo berlari, masuk ke resto ayah-ibunya.

Ayah ibunya terlihat sedih menatapnya.

Hee Woo heran, kenapa suasananya begini? Apa ini hari yang buruk untuk bisnis?

Pak Kim menjelaskan, kalau surat wamil Hee Woo datang.

Hee Woo tak percaya, ayah pasti bercanda. Kenapa mereka mengirimiku satu lagi?

Hee Woo langsung diam pas ibunya menunjukkan surat wamilnya.

Nyonya Lee : Putra ibu sudah cukup dewasa untuk ikut wajib militer.

Hee Woo ngomong dalam hati, militer. Aku lupa soal itu.

Pak Kim : Setiap negara memiliki militer. Militer kita mempekerjakan sistem wajib militer. Jika lulus ujian advokat, kau bisa menjadi petugas pengadilan militer. Namun, kau pria sejati, jadi, jangan tunda. Ayah sarankan kau segera menyelesaikannya.

Hee Woo : Benar, aku harus pergi.

Pak Kim : Asal kau tahu, ayah  bertugas di pasukan khusus. Ayah bisa menembak kacang di tanah saat terjun dengan parasut. Saat di SSU, ayah selalu berada di bawah air selama lebih dari sehari.

Nyonya Lee : Apa maksudmu? Kau melakukan tugas KP. Dalam suratmu, kau selalu mengeluh soal mengupas bawang.

Pak Kim : Aku bertugas di pasukan khusus. Aku pernah mengupas 1.000 bawang sekaligus. Ibumu kebetulan mengunjungi ayah hari itu. Dia sangat tersentuh karena ayah tidak bisa berhenti menangis. Dia bermalam dengan ayah dan pulang keesokan harinya.

Hee Woo : Itu keren.

Pak Kim : Kau tercipta malam itu.

Nyonya Lee langsung melempar muka Pak Kim dengan handuk kecil.

Nyona Lee : Kubilang hentikan.

Foto SBS

Min Soo dan Kyu Ri kaget saat dikasih tahu Hee Woo kalau dia bakal wamil.

Kyu Ri : Kau cenderung melakukan apa pun yang kau inginkan.

Min Soo : Dia selalu berbuat sesukanya. Ini hanya dua hari sebelumnya. Seperti seseorang saja. Aku kesal.

Hee Woo : Siapa yang lebih kesal? Aku ikut wajib militer untuk kali kedua.

Min Soo : Apa?

Hee Woo langsung ngalihin pembicaraan.

Hee Woo : Omong-omong, kenapa kalian marah?

Kyu Ri dan Min Soo menjawab kompak.

Kyu Ri dan Min Soo : Karena kau tiba-tiba begini!

Min Soo : Kau tidak khawatir? Bagaimana kau bisa begitu tenang tentang semuanya?

Hee Woo dalam hati : Kenapa aku harus khawatir? Ini bukan kali pertamaku.

Kyu Ri : Lagi pula, kau tidak perlu melakukannya lagi. Cepat selesaikan.

Kyu Ri merangkul Min Soo.

Kyu Ri : Kami akan lulus ujian advokat sebelum kau. Tamat riwayatmu. Tunggu saja sampai kau menjadi kolega juniorku. Aku akan membuatmu bekerja keras. Sebaiknya kau bersiap.

Hee Woo : Tentu, kapan saja.

Foto SBS

Min Soo ngasih tahu Hee Woo kalau Hee A bakal keluar negeri dua hari lagi.

Hee Woo mengangguk-ngangguk.

Telepon Hee Woo berbunyi.

Hee Woo : Eorishin.

Telepon dari Pak Woo!

Foto SBS

Min Soo dan Kyu Ri penasaran siapa yang menelpon Hee Woo.

Min Soo : Eorishin?  Begini, dia punya banyak rahasia. Kau tahu siapa dia?

Kyu Ri : Entah. Dia tidak pernah cerita hal-hal pribadi tentang dirinya.

Min Soo : Hee Woo sungguh menawan. Dia satu-satunya pria yang menarik bagiku.

Foto SBS
Foto SBS

Hee Woo selesai menelpon dan pamit pada kedua temannya.

Hee Woo : Baiklah. Aku punya rencana. Aku harus pergi.

Min Soo : Lihat, dia sangat keren.

Kyu Ri : Kau mau pergi ke mana? Kita harus pergi minum untuk perpisahan. Biarkan kami mengadakan pesta perpisahan untukmu.

Hee Woo : Perpisahan? Aku tidak pergi untuk selamanya. Waktu berlalu begitu cepat. Sampai jumpa.

Hee Woo beranjak pergi.

Bersambung ke part 3...

Again My Life Eps 5 Part 1

 All Content From SBS, Viu, nodrakor
Penulis : Catatan-Iza
Sinopsis Lengkap : Again My Life
Sebelumnya : Again My Life Eps 4 Part 4
Selanjutnya : Again My Life Eps 5 Part 2

Foto SBS
Foto SBS

Episode 5 diawali dengan aksi demo yang menentang restrukturisasi Mirae Motors.

Bus yang ditumpangi Hee Woo lewat di depan para pendemo.

Hee Woo melihat aksi demo dan bicara dalam hatinya, bahwa dia tahu apa yang akan terjadi tapi tak ada yang bisa dia lakukan saat ini.

Hee Woo : Itu dibubarkan setelah dijual ke perusahaan asing sebagai akibat dari konflik manajemen-buruh.

Bus yang membawa Hee Woo melaju.

Foto SBS

Mobil Tae Seob lewat di depan para pendemo.

Tae Seob juga melihat aksi demo.

Tae Seob : Di mana Kang Man Chul belakangan ini?

Ji Hyun : Pak Kang Man Chul dari Partai Buruh Progresif, Pak?

Tae Seob : Benar.

Ji Hyun : Dia di kemah protes di pabrik di Pyeongtaek.

Tae Seob : Ayo pergi ke Pyeongtaek.

Asistennya kaget, sekarang?

Tae Seob : Telepon dia sekarang dan katakan aku dalam perjalanan. Katakan aku ingin minum kopi dengannya.

Ji Hyun : Baik, Pak.

Foto SBS

Tae Seob tiba di Pyeongtaek

Anggota Dewan Kim : Astaga, lihat siapa yang datang. Kudengar bahkan Presiden berlari dari kantornya tanpa alas kaki untuk menyambutmu, Anggota Dewan Cho Tae Sub. Kenapa kau datang ke tempat kumuh ini? Untuk minum kopi instan denganku?

Tae Seob : Aku tidak berharap kau berlari tanpa alas kaki untuk menyambutku, jadi, belilah sepasang sepatu baru.  Itu berlebihan. Orang-orang akan berpikir itu hanya pertunjukan.

Anggota Dewan Kim : Aku dengan tulus mengikuti ajaran Laozi. Aku sungguh percaya bahwa sedikit itu lebih baik. Kelebihan menyebabkan kebingungan.

Tae Seob : Membingungkan itu menyenangkan. Kudengar putramu diterima di Harvard. Kukira mantan aktivis pro-Korea Utara sepertimu ingin menguliahkan anak-anakmu ke kampus terbaik di Pyongyang.

Anggota Dewan Kim : Itu bukan keputusanku. Dia bebas pergi ke mana pun dia mau.

Tae Seob : Benar. Setiap kali bicara denganmu, aku lupa waktu. Mari kita langsung ke intinya. Demonstrasi ini. Mari kita akhiri. Dengan begitu, akan tampak bagus untuk kita berdua.

Anggota Dewan Kim : Astaga, kau pasti memegang kartu as. Lalu kenapa tidak menuai keuntungannya sendiri? Kenapa kau ingin bekerja sama dengan kami? Partai kecil seperti kami tidak punya banyak hal untuk ditawarkan.

Tae Seob : Aku hanya ingin membantu pegawai dan menyelamatkan perusahaan.

Anggota Dewan Kim : Kau tidak perlu menawarkan apa pun sama sekali.

Tae Seob : Astaga. Aku makin penasaran sekarang. Selain itu, apa kau puas hanya menjadi ketua partai? Sudah saatnya kau menjadi ketua fraksi grup negosiasi. Kau memenangi tiga kursi sebelumnya.

Anggota Dewan Kim : Satu saja. Kursi perwakilan proporsional tidak dihitung.

Tae Seob : Benar sekali. Berhenti memberikan kursi kepada orang lain. Mendukung satu pencalonan terdengar bagus, tapi Partai Daehan memperlakukanmu seperti batu loncatan.

Foto SBS

Anggota Dewan Kim : Kau sudah bersiap untuk pemilu legislatif?

Tae Seob menggeleng.

Anggota Dewan Kim : Membangkitkan perekonomian melalui kerja sama bipartisan. Itu gambaran yang kau inginkan. Mendapatkan lebih banyak dukungan bersama seseorang yang bisa kau kendalikan selagi mengawasi partai oposisi? Astaga. Berapa banyak burung yang kau bunuh dengan satu batu? Astaga. Aku benci bahwa aku suka ide ini. Aku hanya perlu berdiri di sampingmu dan berfoto. Bagaimana aku bisa menolak tawaran ini?

Anggota Dewan Kim tertawa.

Foto SBS
Foto SBS

Hee Woo baru masuk perpus, melihat berita Tae Seob dan Man Chul di televisi.

Hee Woo pun duduk menonton.

Tae Seob : Mereka membuat keputusan ini demi negara kita. Aku harus memuji mereka. Kami akan bekerja keras menciptakan lingkungan tempat pekerja dan perusahaan bisa berkembang bersama.

Hee Woo : Chunha akan membeli Mirae Motors? Keadaan berbeda dari kehidupanku sebelumnya.

Reporter lalu melaporkan pemogokan Mirae Motors akhirnya berhenti  berkat usaha tidak kenal lelah Anggota Dewan Cho Tae Sub.

Reporter : Pada pertemuan dengan pemimpin partai lainnya, dia menekankan pentingnya upaya bipartisan berfokus pada pemulihan ekonomi.

Hee Woo : Dia mengincar pemilihan presiden, bukan pemilu legislatif. Namun, publik tampaknya tidak setuju.

Foto SBS

Hee Woo berdiri. Tapi televisi menampilkan berita selanjutnya.

Reporter : Seorang pria membobol rumah temannya selama 40 tahun dan membunuhnya karena tidak membayar utangnya. Polisi telah menangkap Park, tersangka utama kasus ini, dan menyelidiki kasusnya saat ini.

Hee Woo ingat kasus ini.

Di berita dilaporkan, bahwa sidik jari Park ditemukan di pisau yang diambil di TKP, jadi, polisi yakin kemungkinan besar itu pembunuhan pembalasan. Reka ulang TKP akan berlangsung hari ini.

Foto SBS

Polisi menggunakan manekin sebagai korban.

Mereka menyuruh Pak Park melakukan reka ulang, bukan bertanya bagaimana Pak Park menikam korban.

"Dari sini, kau melakukan ini dan menikam lagi seperti ini, bukan? Tunjukkan apa yang kau lakukan."

Pak Park gemetaran memegangi pisau lain.

Tak lama kemudian, Pak Park mengaku bahwa dia tidak melakukannya.

Polisi : Astaga. Kau tidak bisa mengubah pernyataanmu sekarang. Ini akan memperumit keadaan.

Polisi juga menunjukkan bukti pisau berdarah yang Pak Park gunakan untuk menikam korban.

Pak Park berkeras bukan dia pelakunya.

Foto SBS

Foto SBS

Pak Park dibawa keluar, menuju mobil polisi.

Para warga berkumpul dan menghakimi Pak Park.

Putra Pak Park yang masih berseragam SMA datang. Polisi langsung menghalanginya. Dia berteriak sambil menangis kalau ayahnya bukan pembunuh.

Dia juga menyuruh polisi menangkap pelaku sebenarnya, bukan menahan ayahnya.

Kamera menyorot seorang wanita. *Kek nya ni cewek pelakunya.

Foto SBS


Polisi membawa pergi Pak Park.

Putra Park menangis pilu, appa! Appa!

Kerumunan warga bubar.

Hee Woo datang, Park Sang Man. Kau Park Sang Man, kan?

Sang Man : Benar. Siapa kau?

Hee Woo dengan pede nya berkata akan membuktikan bahwa ayah Sang Man tidak bersalah.

Foto SBS
Foto SBS

Sang Man masuk ke sekolah seperti biasa.

Dia berusaha tegar.

Sang Man teringat janjinya pada Hee Woo. Hee Woo memintanya tidak bolos sekolah.

Hee Woo mengikuti Sang Man.

Hee Woo : Pelaku sebenarnya akan terungkap sepuluh tahun kemudian. Jadi, percayalah kepadaku dan belajar saja, Park Sang Man.

Foto SBS

Di kelasnya, Sang Man berusaha untuk fokus belajar. Dia menyumbat telinganya dengan earphone.

Teman-temannya menatapnya sinis.

"Aku tidak percaya dia bisa belajar sekarang. Pantas saja dia selalu mendapat nilai tertinggi."

"Hei, hati-hati. Dia mungkin menikammu jika marah, seperti ayahnya."

Tapi Sang Man masih bisa mendengar ocehan teman-temannya. Dia marah, tapi berusaha menahan dirinya karena teringat kata-kata Hee Woo.

Hee Woo : Tidak akan lama. Bertahanlah terus. Aku mengerti kau tidak akan percaya sampai melihatnya sendiri. Namun, percayalah kepadaku. Bahkan jika ikut campur sekarang, kau tidak bisa apa-apa.

Foto SBS
Foto SBS

Hee Woo langsung menemui Il Hyun.

Il Hyun : Dongsaeng, ada apa?

Hee Woo menunjukkan berita ayah Sang Man.

Hee Woo : Bisa tolong lihat ini?

Il Hyun : Ada apa dengan kasus ini?

Hee Woo : Aku kenal putranya. Kurasa polisi melewatkan sesuatu.

Il Hyun : Hei, jangan mencampuri urusan semua orang. Tingkat penyelesaian pembunuhan di Korea hampir 100 persen. Lihat.

Il Hyun menunjuk foto yang ada di berita ayah Sang Man.

Il Hyun : Ada senjata pembunuhnya. Sidik jarinya ditemukan di sana. Dia menyimpan dendam. Serta dia mabuk. Titik. Permainan berakhir.

Hee Woo : Itulah masalahnya. Dari senjata pembunuhan dan motif, sampai sidik jarinya, itu terlalu sempurna. Serta itu dibereskan terlalu cepat. Begitu cepat sampai tidak ada yang bahkan merasa perlu menemukan bukti yang memberatkannya.

Foto SBS

Hee Woo menunjukkan kaus yang dipakai ayah Sang Man saat pembunuhan terjadi.

Hee Woo : Ini. Lihat. Ini yang dia kenakan di hari pembunuhan itu terjadi. Anda bisa memeriksa rekaman kamera pengawas untuk memastikan itu. Berapa peluang tidak ada percikan darah di baju seseorang setelah menikam seseorang? Tidak ada, bukan? Namun, seperti yang anda lihat, ini bersih. Apa kelihatannya ada noda darah yang sudah dibersihkan? Tidak. Seperti yang anda tahu, ada banyak cara untuk memastikannya.

Il Hyun : Astaga, ini...

Hee Woo : Pak, hukum diciptakan untuk terdakwa. Untuk memastikan tidak ada yang difitnah. Itu harus selalu menjadi prioritas kita, dari yang aku pelajari.

Il Hyun : Jika ini benar, polisi dalam masalah besar. Kejaksaan akan menyelamatkan mereka?

Hee Woo mengangguk.

Il Hyun : Aku suka cerita itu.

Il Hyun mulai menangkap umpan Hee Woo.

Il Hyun : Ada hal lain yang kau tahu tentang kasus ini?

Hee Woo : Tentu saja ada.

Bersambung ke part 2...