Di rumah, Ji An yang baru datang disambut oleh ibu, serta Ji Tae, Soo A dan Ji Soo. Suasana semakin heboh ketika Ji Ho datang. Ji Ho juga memuji penampilan baru Ji An.
Setelah
itu, mereka makan bersama dan Ji An mengaku rindu masakan sang ibu.
“Apa ibu
bisa beristirahat selama akhir pekan?” tanya Ji An.
“Aku
menginap disini selama akhir pekan, jadi ibu bisa beristirahat selagi Kak Ji
Tae dan Kak Soo A menghabiskan waktu berdua. Aku yang menyuruh mereka.” Jawab
Ji Soo.
“Ji Soo-ya, kau bekerja sukarela?” tanya Ji An.
“Kau
menulisnya di email. Kau menemui mereka sesekali dan lama-lama akrab.” Jawab Ji
An canggung.
Ji An
lalu mengalihkan pembicaraan dengan memuji rasa masakan ibunya.
Soo A
kemudian menyuruh Ji An menceritakan kegiatan Ji An selama di Finlandia. Ji An
pun berkata, hari-harinya ia habiskan dengan kuliah, bekerja paruh waktu,
mengerjakan tugas dan tidur.
“Lantas
kapan kau istirahatnya?” tanya Ji Soo cemas.
“Mungkin
karena amat menyenangkan, aku tidak merasa lelah sama sekali.” Jawab Ji An.
“Aku
tahu rasanya. Bekerja di toko roti amat menyenangkan sampai aku tidak merasa
lelah.” Ucap Ji Ho.
“Ji
Ho-ya, kau sudah dewasa.” Puji Ji An, lalu bangkit dari duduknya dan bermain
dengan Seul Gi.
Di pabrik, Do Kyung dan Seketaris Yoo lagi membahas soal pesanan. Do Kyung bilang, mereka tidak bisa memproduksi pelet berkualitas dengan kayu buangan yang mereka dapatkan di Korea. Seketaris Yoo pun bertanya, apa mereka harus mengimpor kayu jika mau membuat kertas dinding birch. Do Kyung bilang, mereka belum memiliki rekanan.
“Yoo
Gwan Woo, kenapa kau amat agresif? Kau belum kehabisan napas?” tanya Do Kyung
heran.
“Keuntungannya
mulai masuk. Aku tidak bisa kehilangan momentum.” Jawab Seketaris Yoo.
Seketaris
Yoo lalu bertanya, kenapa Do Kyung menyuruhnya mencari pabrik baru.
“Aku
berusaha mengelolanya secara perlahan. Mari lakukan setahap demi setahap.
Jangan serakah. Saat berjalan, kau bisa melihat sekeliling. Tapi saat berlari,
kau bisa melihat ke depan.” Ucap Do Kyung.
Ji An dan Ji Soo masuk ke kamar mereka. Ji Soo protes, karena Ji An melarangnya memberitahu apa yang terjadi selama Ji An di pergi. Ji An pun berkata, apa gunanya Ji Soo menceritakan semua itu toh dia ada di Finlandia.
“Kau
tidak penasaran? Do Kyung Oppa keluar dari Haesung enam bulan lalu.” Ucap Ji
Soo.
“Sudah
kuduga.” Jawab Ji An berusaha bersikap acuh.
Tapi
saat Ji Soo memberitahu bahwa kepemimpinan Haesung diserahkan pada Tuan Jung,
ia pun kaget.
Ji Soo
pun membuka internet dan menunjukkan artikel Haesung pada Ji An.
“Do
Kyung Oppa pasti amat bertekad. Dia mempekerjakan spesialis manajemen untuk
mengelola semua anak perusahaan dan membuat kakek turun dari dewan. Lalu dia
menyerahkannya ke Paman Myung Soo. Ternyata Paman Myung Soo lah yang paling
menyayangi Haesung.” Ucap Ji Soo.
Ji Soo
juga memberitahu tentang pernikahan CEO No dengan wanita itu. Ji An terkejut.
Di
rumah Yangpyeong, para orang tua Haesung berkumpul.
“Kapan
Do Kyung akan menikah?” tanya CEO No.
“Ayah, siapa
yang bisa memaksanya melakukan sesuatu? Dia bahkan mengalahkan ayah.” Ucap Jin
Hee.
“Ini
soal cucu dan keturunan ayah. Sebelum meninggal, ayah harus melihatnya menikah
dan punya anak.” Jawab CEO No.
“Apa
sekarang pernikahan, ayah?” tanya Tuan Choi.
“Jika
tidak punya obsesi, kau akan mati.” Jawab CEO No.
“Masalahnya
adalah dia pindah.” Ucap Jin Hee.
“Kenapa
kau membiarkan anakmu pindah?” tanya CEO No.
Seperti
yang dibilang CEO No, Do Kyung memang sudah pindah. Do Kyung tinggal seorang
diri di sebuah rumah. Ia bahkan memasak sendiri.
“Ayah,
Ji An datang. Ayah tidak bisa melihatnya selama setahun, jadi ayah pasti paling
merindukannya.” Ucap Ji Tae.
“Ayah,
lihat gaya kakak. Dia menjadi hippy.” Ucap Ji Ho.
“Kami
kemari beberapa kali jadi dia tahu segalanya.” Ucap Nyonya Yang.
“Ayah,
berkat ayah aku menikmati kuliahku. Karena ayah memberikanku lebih banyak yang
dibandingan yang lain, aku memutuskan untuk memperpanjang studiku.” Ucap Ji An.
Ji An
mulai menangis. Ji Tae pun menguatkan Ji An dengan menepuk2 bahu Ji An.
Ji An
lantas teringat hari itu. Hari dimana ia pergi ke rumah sakit tempat sang ayah
dirawat, bersama Ji Tae dan Soo A.
Flashback...
Setelah
pemakaman, Ji An, Ji Tae dan Soo A pergi ke rumah sakit tempat sang ayah
menerima perawatan. Mereka membuka koper sang ayah. Ji Tae menemukan sebuah
amplop berwarna cokelat di dalam koper itu. Dan Ji An mengambil buku catatan
ayahnya.
“Aku
meninggalkan pesan ini untuk keluargaku....” tulis Tuan Seo di dalam buku
catatannya.
Ji Tae
membuka amplop itu yang isinya klaim asuransi sang ayah.
“Ji
An-ah, ayah punya asuransi jiwa disamping asuransi kanker.” Ucap Ji Tae.
“Oppa,
ayah menuliskan cara kita memakainya.” Jawab Ji An, lalu menunjukkan catatan
sang ayah pada Ji Tae.
“Untuk
keluargaku tersayang. Setelah si kembar lahir, aku mendaftar asuransi. Karena
kini punya tiga anak, aku takut apa yang akan terjadi kepada kalian semua jika
aku kecelakaan atau mati. Karena takut, aku mendaftar asuransi jiwa ini. Dahulu
jumlahnya besar. Tapi sekarang tidak banyak. Kuharap kalian bisa menggunakannya
dengan baik. Jadi, akan kutuliskan semuanya di sini. 20.000 dolar untuk
diagnosis kanker ditambah 10.000 dolar menjadi 30.000 dolar. Asuransi jiwaku
akan membayar kalian 50.000 dolar ditambah biaya spesial sebesar 100.000 dolar.
Itu 150.000 dolar, jadi, totalnya 180.000 dolar. Pertama, Mi Jung mendapat
40.000 dolar. Aku mau dia membantu Ji Tae membeli rumah. Kedua, Ji Tae dan Soo
A akan mendapat 40.000 dolar. Mereka bisa menggunakannya sesukanya. Ketiga, Ji
An akan mendapat 20.000 untuk biaya hidup di Finlandia. Jika dia memperpanjang
studinya, dia akan mendapat 50.000 dolar lagi. Keempat, Ji Soo akan mendapat
10.000 dolar sebagai uang jajan. Kelima, Ji Ho akan mendapat 10.000 dolar. Itu
bisa digunakan untuk bisnisnya.” Tulis Tuan Seo.
Flashback
end...
Soo A
sibuk dengan putri kecilnya. Ji Tae menghampiri Soo A dan menggendong Seul Gi.
Narasi
Tuan Seo terdengar.
Aku tidak
meminta apapun dari Ji Tae dan Soo A. Fakta kalian bertemu sudah cukup bagus.
Ji Soo
memberitahu keluarganya bahwa ia sudah meneken kontrak sewa untuk toko rotinya.
Hyuk
yang duduk di belakang Ji Soo pun mengadukan Ji Soo pada Nyonya Yang karena
terus menunda pernikahan mereka.
Narasi
Tuan Seo kembali terdengar.
Ji Soo-ya, maaf
hanya memberikanmu sedikit uang jajan karena orang tua kandungmu sudah kaya.
“Mari kita lihat siapa yang mengelola bisnis lebih baik.” Ucap Ji Ho sambil menunjuk2 Ji Soo dengan garpunya.
Dan ibu
langsung memukul Ji Ho.
Ji Ho
pura2 kesal.
Ji Soo
pun langsung menyenderkan kepalanya ke bahu Hyuk.
Ji An
menepuk pundak Ji Ho. Ji Ho pun tersenyum.
Narasi
Tuan Seo : Ji Ho-ya, kau sudah menabung dan masih muda. Jadi ayah
memberikanmu sedikit. Ayah harap kau mengerti. Ayah yakin kau akan sukses
sendiri.
“Astaga,
hanya aku yang menghabiskan uang!” ucap Ji An.
Kuharap kalian
semua mengerti alasan ayah memberikan uang lebih untuk pendidikan Ji An. Kau
seperti ayah.
Ji An
lalu teringat saat ia dan sang ayah piknik berdua.
“Appa,
di kehidupan selanjutnya, tolong jadi ayahku lagi. Lantas aku akan menjadi
putri yang manis untuk ayah.” Ucap Ji An berkaca-kaca.
“Ucapanmu
salah. Di kehidupan selanjutnya, tolong jadilah putraku. Kau seharusnya bilang
begitu.” Jawab Tuan Seo.
“Begitukah?”
tanya Ji An.
“Ayah
bilang begini sebelum ibu ayah meninggal. Ibu, di kehidupan selanjutnya tolong
jadilah putriku. Ayah kasihan padanya.” Jawab Tuan Seo.
“Tapi
aku tidak mau begitu. Aku tidak yakin akan menyayangi anakku seperti Ayah. Aku
tidak tahu Ayah akan menjadi putra atau putri, tapi aku tidak yakin untuk
menyayangi anakku seperti Ayah menyayangiku. Aku mau Ayah terus menyayangiku dan
aku mau menjadi putri yang manis.” Ucap Ji An.
“Itu
karena kau belum pernah punya anak. Setelah punya anak, kamu akan amat
menyayanginya.” Jawab Tuan Seo.
Flashback
end...
Nyonya
Yang mengelus pohon suaminya. Tangisnya keluar lagi. Ji Ho pun mengajak ibunya
pulang sambil memegangi ibunya.
Narasi
Tuan Seo kembali terdengar, terima kasih, Ji An-ah. Terima kasih sudah terlahir sebagai putri
ayah. Ji Soo-ya, terima kasih sudah
menjadi putri ayah. Ji Tae ya, Ji Ho-ya,
terima kasih. Ayah bahagia hidup sebagai ayah kalian. Terakhir, Mi Jung,
aku mencintaimu.
Tapi Ji An balik lagi ke makam sang ayah karena ia lupa menaruh pigura yang disiapkannya untuk sang ayah.
Sesampainya
di makam sang ayah, ia terkejut melihat ada bunga di sana.
Tanpa Ji An sadari, Do Kyung lah yang meletakkan bunga itu. Di belakang Ji An, Do Kyung tampak berjalan pergi meninggalkan area pemakaman.
Ji An yang dalam perjalanan kembali ke Seoul bersama Hyuk, Ji Ho dan Ji Soo ditelpon Myung Shin. Myung Shin memaksa Ji An menggantikan dirinya kencan buta. Myung Shin bilang, ia ikut kencan buta tapi ia tidak bisa datang karena sudah baikan dengan pacarnya.
Terpaksalah Ji An ke kafe, menggantikan Myung Shin kencan buta. Tapi sampai di sana, ia terkejut melihat sosok pria yang akan ditemui Myung Shin ternyata Do Kyung.
“Aku
tidak menyangka kau berkencan buta menggunakan nama palsu.” Ucap Do Kyung.
“Aku
tidak bermaksud menggunakan nama palsu. Aku membantu temanku. Tapi, apa kau
mengatur ini dengan Myung Shin?” tanya Ji An.
“Aku
tidak pernah mengenal seseorang bernama Myung Shin.” Jawab Do Kyung.
“Tadinya
begitu. Tapi Kang Myung Shin malah mengirim temannya. Kudengar dia gadis baik
yang bekerja sebagai PNS. Ternyata bukan.” Jawab Do Kyung.
“Karena
ketahuan, aku harus meminta maaf mewakilinya. Dia ada urusan mendadak, jadi,
tidak bisa datang.” Ucap Ji an.
“Kurasa
begitu. Aku tidak seburuk itu sampai ditolak dalam kencan buta.” Jawab Do
Kyung.
“Omong-omong,
kenapa kau bicara sopan kepadaku?” tanya Ji An.
“Karena
kau orang asing.” Jawab Do Kyung.
Ji An pun
seketika ingat saat dia meminta Do Kyung melupakannya. Saat itu, dia juga
bilang agar mereka berpura2 tidak saling mengenal jika tak sengaja berpapasan
di jalan.
“Aku
tidak bermaksud seperti ini.” Gumam Ji An.
“Aku
tidak bisa menganggapmu orang asing.” Ucap Do Kyung.
“Kalau
begitu kita pulang saja.” Jawab Ji An.
Tapi
pesanan kopi mereka keburu datang dan Do Kyung mengajak Ji An menghabiskan
kopinya dulu.
Do Kyung
lantas memberikan kartu namanya dan memperkenalkan diri sebagai CEO DK Eco
Tech. Ia juga menjelaskan detail soal pekerjaannya yang membuat pasir kayu
untuk hewan peliharaan.
“Apa
yang kau lakukan?” tanya Ji An.
“Memperkenalkan
diri dalam kencan buta. Ini tetap kencan buta meski hanya kebetulan. Kau yang
memintaku menganggapmu orang asing.” Jawab Do Kyung.
“Kamu
sangat tidak menyukaiku? Apa kesan pertamaku seburuk itu? Kita baru bertemu
hari ini. Kau tidak bisa menilai seseorang tanpa mengobrol dengannya. Itu bisa
dianggap kekerasan.” Jawab Do Kyung.
“Kurasa
kau tidak sepenuhnya memahami maksudku. Aku tidak ingin kita mulai lagi sebagai
orang asing. Aku hanya ingin kita tetap menjadi orang asing.” Ucap Ji An.
“Karena
itulah. Mari kita mulai lagi sebagai orang asing.” Jawab Do Kyung.
“Tidak
mau.” Tolak Ji An.
“Kenapa?”
tanya Do Kyung.
“Aku
sedang berkuliah di Finlandia. Aku hanya di Korea selama empat hari, jadi, aku
akan kembali ke Finlandia lusa. Maka, kencan buta ini tidak akan berarti
apa-apa. Kamu tinggal di Seoul, dan aku tinggal di Helsinki. Kita tidak bisa
bertemu.” Jawab Ji An.
“Kenapa
tidak bisa? Hubungan jarak jauh bisa
berhasil. Kapan kau ke Seoul? Berapa hari lagi sisanya? Berkencanlah denganku
sebelum kau pergi.” Ucap Do Kyung.
“Ini
bukan kebetulan, ya?” tanya Ji An.
“Aku
sudah paham satu hal soal karaktermu. Kau tidak mudah memercayai orang. Kenapa
tidak bertanya kepada temanmu?” jawab Do Kyung.
“Jangan
membodohiku dan jujurlah. Ini kencan buta Bukan untukmu, tapi aku. Benar? Kau
bilang kau tidak tahu nama pria itu. Mana bisa kau kencan buta tanpa tahu
namanya?” ucap Ji An.
“Pikirmu
aku peduli dengan namanya? Aku putus dengan Jung Soo. Kenapa? Dia aneh? Kudengar
dia pebisnis berusia 30-an. Aku juga diberi tahu bahwa dia tampan.” Jawab Myung
Shin.
Ji An
pun menghela nafas. Ia tak percaya ada kebetulan yang seperti itu.
“Kau
mau ke mana? Aku akan mengantarmu.” Ucap Do Kyung.
“Aku
mau naik bus saja.” Jawab Ji An.
“Lantas
apa besok kau senggang? Kurasa aku berhak mengajakmu berkencan setelah kita
kencan buta.” Ucap Do Kyung.
“Menurutmu
ini mungkin?” tanya Ji An.
“Kau
belum melupakanku. Kau belum melupakan masa lalu ataupun aku. Kau tidak kesal? Aku
amat kesal. Aku kesal dengan diriku karena bertindak bodoh. Lalu kau menderita
karena orang bodoh sepertiku.” Ucap Do Kyung.
“Aku
tidak pernah berpikir aku menderita karena dirimu. Serta aku sudah melupakanmu.
Beberapa tahun belakangan aku baik-baik saja. Untuk apa aku mulai lagi
denganmu?” jawab Ji An.
“Ada
alasan kita tidak bisa mulai lagi? Jika kau sudah melupakanku, itu lebih baik. Maka
kita bisa memulai hubungan baru. Seperti orang asing. Seperti dua orang yang
belum pernah bertemu.” Ucap Do Kyung.
“Tapi
kenapa kau tiba-tiba bicara santai denganku? Saat kembali ke Finlandia, aku
tidak akan kembali sampai tahun berikutnya. Aku akan meneruskan sekolahku di
sana.” Jawab Ji An.
“Lantas
mari berkencan sampai kau bisa memutuskan apakah hubungan jarak jauh akan
berhasil.” Ucap Do Kyung.
“Aku
akan kembali ke sana lusa.” Jawab Ji An.
“Lantas
aku akan menemuimu setidaknya dua kali lagi.” Ucap Do Kyung.
“Ini
mengingatkanku pada masa lalu. Aku pernah mendengar ini sebelumnya.” Jawab Ji
An.
“Lupakan
saja bedebah itu. Pikirkanlah dan hubungi aku.” Ucap Do Kyung.
“Tidak,
aku bahkan tidak akan mempertimbangkannya. Aku menolak berkencan denganmu.”
Jawab Ji An.
Ji An
lantas buru2 pergi meninggalkan Do Kyung. Dan Do Kyung, malah tersenyum ke arah
Ji An.
Ditolak
oleh Ji An, Nyonya No pun kepanasan.
Nyonya No langsung menemui Ji Soo yang sibuk memanggang roti di dapur. Ia protes karena penolakan Ji An.
“Untuk
apa dia menemui Ibu?” tanya Ji Soo.
“Ibu
lebih tua darinya. Seharusnya dia tahu ibu ingin bertemu dan meminta maaf.”
Jawab Nyonya No.
“Aku
sudah melarang Ibu menghubunginya.” Ucap Ji Soo.
Salah
satu pelayan kemudian datang, memberitahukan kepulangan Seohyun.
Begitu
masuk ke rumah, Seohyun nyengir menatap orang tua dan juga kakaknya.