Tuan Choi keluar dari kamar dengan pakaian yang rapi. Bersamaan dengan itu, Nyonya Kim datang. Nyonya Kim terpengarah begitu melihat Tuan Choi. Tuan Choi menatap Nyonya Kim sejenak, kemudian menghampirinya.
"Kenapa membawanya padahal banyak tempat tidur di rumah ini?" ucap Tuan Choi.
Nyonya Kim diam saja. Tuan Choi pun beranjak pergi, namun baru sampai di depan pintu ia berbalik dan membantu Nyonya Kim membawa barang. Di pintu kamar, Nyonya Hong melihatnya dengan wajah cemburu. Langkah Tuan Choi terhenti saat melihat Nyonya Hong. Nyonya Kim pun merasa tidak enak.
"Jangan lakukan ini lagi. Bersikaplah dewasa. Tidak bagus jika anak2 melihat sikapmu seperti ini." ucap Tuan Choi.
Tuan Choi lalu bertanya, apa istri Jin Eon tahu?
"Tahu apa? Fakta bahwa uangnya diambil semua oleh ibunya, atau fakta bahwa dia berkeliaran di jalan setelah kehilangan restoran dan rumah yang dibelikannya untuk dia?" jawab Nyonya Hong.
Nyonya Kim pun langsung terdiam karena malu. Tuan Choi menatap Nyonya Kim, lalu beranjak pergi tanpa mengatakan apa2.
Jin Eon masih di rumah abu. Ia duduk terdiam di depan lemari abu Eun Seol dengan tatapan kosong. Ponselnya berbunyi. Tapi ia diam saja. Hae Gang pun kesal karena Jin Eon tidak menjawab panggilannya.
Nyonya Kim sedang mempersiapkan alat2 pemijatan Nyonya Hong. Sementara itu, Nyonya Hong yang menunggu di depan cermin mengirimi pesan pada Hae Gang.
Di ruangannya, Hae Gang menghela napas mengetahui ada pesan masuk dari ibu mertuanya. Dalam pesannya, Nyonya Hong meminta Hae Gang pulang cepat agar mereka bisa makan malam bersama.
Baek Seok tampak sibuk mengatur kantor barunya. Senyumnya pun mengembang saat membaca papan namanya, 'Pengacara Baek Seok'.
"Kakak Ipar, kau seringkali datang? Apa kau sudah pulang kerja?" tanya Jin Ri begitu Hae Gang masuk ke rumah.
Hae Gang membungkukkan kepalanya, memberi hormat.
"Kudengar kau membunuh orang lagi. Sudah berapa banyak sekarang? Keahlian yang lumayan. Seorang pengacara pembawa kematian. Ah, ya. Kau juga membunuh putrimu." ucap Jin Ri sinis.
Hae Gang terperangah mendengar kata2 Jin Ri.
"Apa aku kelewatan? Aku minta maaf. Aku sangat menyayangi Eun Seol. Aku masih bisa mendengarnya memanggilku bibi. Kalau saja aku tahu hidupnya begitu singkat...."
"Ini permintaan ibu. Dimana ibu?" tanya Hae Gang memotong kata2 Jin Ri.
"Entahlah, kalau dia lenyap lebih bagus lagi." jawab Jin Ri.
Hae Gang menghela napas dan kembali memberi hormat pada Jin Ri. Setelah itu, ia pun pergi. Tapi lagi2 Jin Ri menghentikannya. Jin Ri mengingatkan Hae Gang agar segera memiliki anak. Dia berkata, Hae Gang tak berarti jika tidak bisa memberikan anak bagi keluarga mereka. Hae Gang yang kesal memilih pergi, daripada meladeni Jin Ri.
Hae Gang masuk ke kamar Nyonya Hong. Ia terperangah melihat ibunya yang sedang memijit Nyonya Hong. Nyonya Kim yang tak menyadari kehadiran Hae Gang terus memijit Nyonya Hong.
"Ah, siapa itu? Kau masuk tanpa bersuara." ucap Nyonya Hong, yang membuat Nyonya Kim mengarahkan pandangannya ke pintu. Nyonya Kim terperangah melihat Hae Gang.
"Hae... Hae Gang." ucap Nyonya Kim kaget.
"Aku datang, Bu." jawab Hae Gang.
"Baguslah, ibumu berjualan lagi. Jadi aku memanggilnya untuk membantunya." ucap Nyonya Hong.
"Jualan apa? Bukan begitu....." Nyonya Kim lalu menatap Hae Gang, "Aku tidak berjualan. Ibu mertuamu berkata badannya terasa kaku, jadi aku datang untuk memijitnya."
Hae Gang diam saja dan menatap kesal pada ibunya.
"Apa kau marah?" tanya Nyonya Hong.
"Tidak marah. Aku hanya merasa tidak nyaman saja sekitar 30 detik memikirkan diri sendiri. Melebihi perasaanku, kesehatan ibu lebih penting. Sekalipun ini tidak benar, sepanjang ibu suka, aku akan memilih merasa tidak nyaman saja selama 30 detik." jawab Hae Gang.
"Begitukah?" tanya Nyonya Hong.
"Aku akan membantu bibi menyiapkan makan malam." jawab Hae Gang, sambil menatap kesal pada Nyonya Kim. Nyonya Kim pun merasa tidak enak pada Hae Gang. Setelah itu, Hae Gang keluar dari kamar Nyonya Hong.
Baek Seok makan jajangmyeon dengan lahap. Selesai makan, ia pergi ke jendela. Di bawah ada seseorang nenek yang sedang meratapi nasibnya. Penyakit kankernya sudah sampai stadium akhir, dokter sudah angkat tangan. Baek Seok berteriak dari atas, apa nenek sedang sakit? Karena nenek itu tidak menjawab, Baek Seok melongok keluar jendela dan mengulangi pertanyaannya. Nenek itu berbalik, menatap Baek Seok tapi ia diam saja. Baek Seok mengulangi pertanyaannya lagi dan meminta nenek itu mengangkat tangannya kalau memang sakit. Nenek itu pun mengangkat tangannya, Baek Seok bergegas turun ke bawah.
"Nenek kalau kau sakit katakan padaku." pinta Baek Seok.
"Aku baik2 saja." jawab nenek itu.
"Benarkah? Kalau begitu, aku minta kau berdiri." suruh Baek Seok.
Nenek itu pun meraih tangan Baek Seok dan berdiri. Baek Seok lalu meminta nenek itu berjalan sebanyak 5 langkah. Nenek itu melakukannya, ia berjalan sebanyak 5 langkah sesuai perintah Baek Seok. Baek Seok lalu menyuruh nenek itu menggoyang2kan pinggulnya. Nenek itu tersenyum dan menggoyang2kan pinggulnya seperti Baek Seok.
"Ya seperti itu, Nek. Agar kau panjang umur." ucap Baek Seok lagi.
Hae Gang mengantar ibunya pulang. Sepanjang perjalanan, mereka tak bicara sepatah kata pun. Hae Gang terlihat kesal. Nyonya Kim pun meminta Hae Gang menurunkannya saja di jalan, ia tak ingin membuat Hae Gang lelah. Hae Gang diam saja. Wajahnya kian kesal.
"Aku membencinya mati2an, tapi karena kau aku melakukannya. Kau bahkan tidak peduli perasaanku. Aku benci hidupku. Rasanya aku ingin mati saja." ucap Nyonya Kim.
Hae Gang masih diam.
"Aku tahu betapa sulitnya menjadi putriku. Tapi hidup sebagai ibumu juga menyakitkan. Aku... bagaimana kita bisa berakhir seperti ini? Kim Gyu Nam bahkan mau diperintah Hong Se Hee." ucap Nyonya Kim.
Hae Gang semakin kesal dan akhirnya menepikan mobilnya.
"Turun!" ucap Hae Gang dingin.
"Apa? Di sini? Apa kau gila? Ini jembatan." protes Nyonya Kim.
"Itulah sebabnya. Kalau ingin mati ya mati saja. Kita akhiri saja semua ini. Ibu yang mengakhirinya. Setelah mengantarkan anakku, setelah mengantarkan ibuku, aku tak bisa hidup? Aku akan hidup. Demi anakku, demi kebahagiaanmu seutuhnya aku akan hidup! Kalau ibu ingin mati, mati lah. Aku tidak apa2." jawab Hae Gang.
Dan Hae Gang pun benar2 menurunkan ibunya di pinggir jalan. Nyonya Kim pun mendekat ke jembatan. Wajahnya terlihat sedih. Ya, ia mau menenangkan dirinya sejenak. Sejurus kemudian, ia menggendong barang2nya dan beranjak pergi.
Ternyata Hae Gang belum pergi. Ya, dari kejauhan ia melihat ibunya dengan wajah sedih.
Yong Gi sedang di karaoke bersama teman-temannya. Tapi ia terlihat tidak nyaman berada di sana.
Hae sedang merias dirinya. Tiba2, ia teringat kata-kata Jin Ri soal anak.
Sementara itu, Jin Eon sedang membaca buku di ruang baca. Ketika Hae Gang datang, ia memakai headphone nya dan pura2 tidur. Melihat itu Hae Gang jadi sedih. Hae Gang lantas mendekati Jin Eon dan hendak menyelimuti Jin Eon, namun tiba2 ia jadi kesal dan membanting selimut Jin Eon kemudian beranjak pergi. Setelah Hae Gang keluar, Jin Eon bangkit dan menyemprotkan pengharum ruangan.
(Kayaknya mereka udah lama pisah ranjang nih !! Gedek banget ama Jin Eon !!!)
Sebelumnya <<<
Yong Gi keluar dari toilet sambil berbicara dengan seseorang di telepon. Ia berkata dirinya sudah mau pulang. Saat kembali ke ruang karaoke, ia melihat atasannya sedang melecehkan karyawan perempuannya. Melihat itu, Yong Gi pun langsung duduk di tengah2 mereka, membuat sang atasan kesal. Sang atasan pun kesal dan memaksa Yong Gi menyanyikan satu lagu.
Saat sedang bernyanyi, Yong Gi melihat atasannya hendak mencium karyawan itu. Yong Gi yang kesal melemparkan mic nya ke arah atasannya, hingga membuat wig atasannya copot dan jatuh ke lantai. Sontak, karyawan lain langsung menahan tawa melihatnya. Yong Gi merasa bersalah. Atasan Yong Gi pun marah.
Paginya, Hae Gang mengajak Jin Eon liburan. Tapi Jin Eon menolak dan memilih pergi ke lab, padahal itu hari libur. Hae Gang memaksa. Jin Eon kesal dan berkata kalau mereka sudah seperti mangkuk yang pecah, tidak mungkin kembali utuh lagi. Hae Gang kecewa.
Jin Eon menyusuri jalan dengan langkah gontai. Setibanya di lab, dia termenung sebentar. Matanya kemudian melirik fotonya bersama Hae Gang yang ia pajang di meja. Setelah itu, ia membuka laci mengambil sebuah surat darisana dan mengisinya. Itu surat perceraian !! Ia mau menceraikan Hae Gang.
Hae Gang sedang membuat jus. Kemudian ia duduk di meja makan dan membaca sebuah buku. Tiba2, terdengar bunyi ponsel. Bukan ponselnya, tapi ponsel Jin Eon. Hae Gang mengambil ponsel Jin Eon dan melihat isinya. Kang Seol Ri, mengirimkan beberapa MMS.
"Sebetulnya kau bekerja saat diluar. Hanya di rumah ini, hanya di sisiku hatimu hancur. Untukmu sekarang, aku tak lebih dari anjing ini?" terdengar ungkapan hati Hae Gang.
"Dasar brengsek." rutuk Hae Gang masih sambil melihat foto2 yang dikirimkan Seol Ri.
Hae Gang lantas membuka akun medsos Seol Ri dan melihat foto Seol Ri.
"Siapa gadis ini Choi Jin Eun? Apa pekerjaannya? Gadis macam apa yang mengirimkan pesan seperti ini?" batin Hae Gang.
Kang Seol Ri sedang menyusuri jalanan ketika sepatunya tiba2 sobek. Ia mendengus kesal. Ponselnya kemudian berdering. Ia tersenyum membaca nama Jin Eon di layar ponselnya.
"Ya, Sunbaenim. Kau memintaku jangan memanggilmu begitu, tapi ini sudah kebiasaan. Sunbae, kau menghubungiku karena foto anjing itu kan? Foto terakhir sangat keren. Aku punya ide. Menurutmu apa idenya? Anjing lucu. Dua2nya sangat menggemaskan. Aku ingin mereka menjadi milikku. Saat aku tak datang aku terus menerus merindukan dan memikirkannya." ucap Seol Ri panjang lebar.
"Ini istri Choi Jin Eun. Dia meninggalkan ponselnya." jawab Hae Gang.
Seol Ri pun kaget.
"Teleponnya berdering, kupikir ada urusan penting jadi aku mengeceknya." ucap Hae Gang.
"Maaf." jawab Seol Ri.
"Kau mahasiswa pasca?" tanya Hae Gang.
"Ya, aku sedang menuju lab nanti akan kuberitahukan padanya kalau ponselnya tertinggal." jawab Seol Ri.
"Terima kasih Kang Seol Ri-ya." ucap Hae Gang.
Begitu selesai bicara, Seol Ri menghela napas frustasi lalu kembali melanjutkan langkahnya. Tapi baru beberapa langkah, Seol Ri berhenti berjalan.
"Kang Seol Ri-ya? Ya? Kenapa dia memperlakukanku seperti anak kecil? Suaranya bahkan kedengaran bagus." rutuk Seol Ri.
Tiba2 hujan turun. Seol Ri pun langsung berlari.
Di rumah, Hae Gang sedang bersiap2. Lalu tiba2, ia teringat pada Seol Ri. Teringat Seol Ri, membuat Hae Gang langsung menukar kemejanya dengan dress berwarna biru. Selesai merias dirinya, Hae Gang pun beranjak pergi.
Hae Gang melajukan mobilnya dengan kencang dan berhenti di depan lab. Ia hendak turun, tapi tiba2 ia mengurungkan niatnya dan memutuskan menunggu Jin Eon di mobil. Di seberang jalan, terlihat Seol Ri. Di belakang Seol Ri, ada Jin Eon yang berlari membawa payung dan sepatu ke arah Seol Ri. Jin Eon memberikan payung itu pada Seol Ri, serta memakaikan sepatunya ke kaki Seol Ri.
Di dalam mobil, Hae Gang menatap mereka dengan tatapan tajam.
Bersambung ke episode 2
Menurutku, Do Hae Gang ini sebenarnya orang yang baik tapi mungkin ada sesuatu yang akhirnya merubah sifatnya menjadi dingin. Oh ya, ini kali kedua Ji Jin Hee yang sekali lagi berperan sebagi suami yang berselingkuh dari isterinya...haaahh, rasanya hancur deh image pria baik-baik yang aku sematkan semenjak nonton aktingnya di drama Jewel in Palace. Apa pun alasannya seharusnya karakter Choi Jin Eon TIDAK BOLEH SELINGKUH dari isterinya. Meskipun dia sangat benci karena mungkin berpikir Do Hae Gang menjadi alasan anak perempuan mereka meninggal dan berubah menjadi tidak berperasaan. Yahhh, tapi namanya juga drama, nggak seru kalo konfliknya plain. Jadi, nggak sabar baca sinopsis berikutnya !!