Min Ho memeriksa CCTV. Namun sayangnya, di lantai tempat Min Ho berdiri tadi tidak ada CCTV, karena Seon Ho yang menyuruh petugs mematikan CCTV di area itu.
“Aku
menyuruh kalian, ya?” ucap Min Ho.
“Haruskah
kita nyalakan lagi?” tanya petugas.
“Tidak.
Biarkan saja begitu.” jawab Min Ho.
Di ruangannya, Min Ho merobek rekam medisnya dan teringat saat ia mengunjungi Jung Woo, Jung Woo sama sekali tidak ingat kepadanya. Min Ho pun yakin bukan Jung Woo pelakunya.
Min
Ho lalu masuk ke ruangan rahasianya dan melihat bagan Jung Woo. Di sana, ada
foto2 Jung Woo, beserta Ha Yeon, Ji Soo, Tae Soo dan tiga pegawai Jung Woo.Min
Ho lalu melirik ke foto Joon Hyuk dan Kepala Jaksa Choi.
“Siapa
sebenarnya baj*ngan itu?” ucap Min Ho.
Detektif Go baru saja kembali ke ruangannya. Ia membelikan banyak makanan dan juga kopi untuk ketiga rekannya. Staff wanita menyuruh Detektif Go membaca laporannya, karena ia masih bingung dengan laporan itu. Tapi Detektif Go menyuruhnya makan terlebih dahulu.
Di
saat ketiga rekannya asik menyantap makanan yang ia beli, ia kembali ke mejanya
dan melihat laporan rekam medis Min Ho. Detektif Go lalu teringat kata2 Jung
Woo saat mereka sedang di perjalanan untuk menangkap Min Ho.
“Saat kau
menemukan sebuah tembok, kau harus mengeluarkan tenaga lebih banyak. Pasti akan
ada seseorang yang akhirnya menunjukkan kelemahannya.” Ucap Jung Woo.
“Jaksa
Park.” Ucap Detektif Go, menyadari semuanya.
Sudah
jelas, Detektif Go lah yang meneror Min Ho.
Cheol
Sik sudah tertidur di sel nya. Sementara Jung Woo masih terjaga, dia sibuk
memikirkan masalahnya. Lalu tahanan lain, datang membagikan makanan untuk
tahanan yang dihukum di sel isolasi. Tapi Jung Woo memutuskan tidak menyentuh
makanannya, sementara Cheol Sik asik makan di sel nya.
“Apa
kau sudah memutuskan? Aku akan ada di sini sampai akhir minggu.” ucap Cheol
Sik.
“Kalau
aku mengeluarkanmu, penuhi janjimu, ya.” jawab Jung Woo.
Dan
Cheol Sik pun langsung merangsek mendekati tembok mendengar itu.
“Sepertinya
kau sudah punya jalan keluar.” Ucap Cheol Sik.
Tahanan
yang bertugas pun kembali membagikan makanan. Jung Woo pun langsung meminta
tahanan itu menyampaikan sebuah pesan. Tahanan itu kemudian menyampaikan pesan
pada Tae Soo. Dan tak lama, Tae Soo langsung mengeluarkan Cheol Sik dari sel
isolasi.
“Kau
hebat juga, Jaksa. Kau masih bisa melakukan apa saja.” Puji Cheol Sik.
“Apa
itu benar? Kau ingat di mana Ha Yeon?” tanya Tae Soo.
“Ya.
Aku ingat di mana aku…” Jung Woo mengepalkan tangannya.
“…menguburkan
Ha Yeon.” Ucap Jung Woo.
“Kalau
kau bohong lagi aku tidak tahu harus melakukan apa padamu.” Jawab Tae Soo.
“Yoon
Tae Soo.” Ucap Jung Woo.
Jung
Woo lalu memeluk Tae Soo.
“Aku
benar-benar minta maaf.” Ucap Jung Woo.
Tae
Soo tertegun mendengarnya. Setelah mengatakan itu, Tae Soo menyuruh petugas
membawa Jung Woo pergi.
Tae
Soo ditampar sipir yang membenci Jung Woo. Dia ternyata atasan Tae Soo. Sipir
yang membenci Jung Woo marah karena Tae Soo mengeluarkan Jung Woo dari sel
isolasi.
“Apa
itu karena dia adalah iparmu?” tanya sipir.
“Dia
bukan iparku lagi.” Jawab Tae Soo.
“Jadi
apa?” tanya sipir.
“Aku
minta maaf, Pak.” Jawab Tae Soo.
“Pak,
aku akan pastikan dia mendapatkan pelajaran.” Ucap rekan Tae Soo.
Tae
Soo lalu dibawa pergi oleh rekannya. Setelah Tae Soo pergi, sipir mencurigai
ada sesuatu diantara Tae Soo dan Jung Woo.
Sung
Gyoo menasehati Jung Woo agar berhenti membuat masalah supaya tidak dijebloskan
ke ruang isolasi. Sung Gyoo kemudian menyodorkan minuman kotak, ia menyuruh
Jung Woo meminum itu sebagai pengganti tofu.
“Kau
harus minum itu dalam sekali teguk.” Ucap Wooruk.
“Bos,
kau benar-benar peduli pada Tahanan 3866, ya. Menyebalkan sekali.” Ucap Moongchi.
“Aku
punya impian memiliki anak seorang jaksa.” Jawab Bangjang.
“Jadi
kalau dia jaksa memangnya kenapa? Dia duduk di sini dengan kita karena dia
membunuh istri dan anaknya.” Ucap Wooruk, yang langsung mendapat tatapan
tajam dari Jung Woo.
“Kenapa?
Kau mau memukulku lagi? Jangan bunuh aku.” sindir Wooruk.
“Astaga.
Tutup mulutmu.” Suruh Bangjang.
“Kau
punya catatan kriminal yang terlalu banyak untuk ukuran seseorang yang ingin
anaknya jadi jaksa. Apa kau kira itu bisa menolongnya?” ucap Wooruk.
“Tahanan
3866, kalau aku punya catatan kejahatan, anakku tidak akan bisa jadi jaksa,
kan?” tanya Bangjang.
“Bukan
cuma masalah kriminalmu, tapi kalau otaknya sama dengan otakmu, kau kira dia
bisa jadi jaksa?” ucap Moongchi.
“Apa?
Otakku? Kau mau mati, ya?” sembur Bangjang.
Bangjang lalu menyombongkan anaknya yang sangat pintar di sekolah.
Moongchi
lantas mengejek Bangjang dengan menirukan gaya seekor ayam. Bangjang kesal, ia pun
langsung menampol Moongchi.
“Kau
tunggu saja dan pastikan apakah anakmu jadi jaksa atau tidak.” Ucap Moongchi.
“Anakku
jago bahasa Inggris.” Jawab Wooruk.
“Kalau
dia tidak jadi jaksa, kau harus makan tutup kepalamu ya.” suruh Moongchi.
Sementara
Moongchi dan Bangjang sibuk berdebat, Jung Woo diam saja sambil menatap ke arah
sinar matahari.
Yeon
Hee sedang berkumpul dengan teman2 sosialitanya. Salah satu temannya ada yang
akan bercerai dan hanya Yeon Hee yang tidak tahu. Yeon Hee pun meminta maaf
karena baru mendengar kabar itu. Si teman berkata, tidak masalah karena ia juga
tidak mencintai suaminya.
“Jujur
saja, siapa yang menikah karena cinta? Semua kan urusan antar keluarga.” Ucap
teman Yeon Hee yang lain.
Teman
Yeon Hee yang berbaju putih menyindir Yeon Hee. Ia berkata, setidaknya Yeon Hee
tidak menyesali apapun.
“Kau
kan memilih antara dua orang pria yang mirip. Kau berkencan dengan adiknya, lalu
menikahi kakaknya.” Ucap teman yang berbaju putih.
“Siapa
yang pernah berpikir seperti itu? Dia kan tidak punya pilihan demi
menyelamatkan perusahaan ayahnya.” sambung teman yang mau bercerai.
“Yeon
Hee membuat keputusan yang benar. Memikirkan dia harus menikahi Min Ho, dia
mungkin akan disalahkan juga.” ucap teman yang satu lagi.
“Kalau
Min Ho menikah dengan Yeon Hee, semua tidak akan berakhir begini.” Tambah si
baju putih.
“Apa
yang kalian lakukan? Kita sudah lama tidak bertemu Yeon Hee.” Ucap si yang mau
bercerai.
“Melihatnya
aku jadi teringat soal itu. Aku kan hanya mengatakan apa yang ada di pikiranku.
Siapa lagi yang sanggup membuat pilihan antara dua orang?” jawab si baju putih.
Yeon
Hee pun marah. Ia mencengkram kuat tangan si baju putih dan menatapnya tajam.
Si baju putih minta Yeon Hee melepaskannya, ia berkata kalau dirinya hanya
bercanda tapi Yeon Hee malah semakin kuat mencengkram tangan si baju putih.
“Apa
kau tahu keputusan seperti apa yang sudah kubuat?” tanya Yeon Hee.
“Yeon
Hee-ya.” si baju putih tercengang.
“Lepaskan,
Yeon Hee-ya.” suruh temannya yang mau bercerai.
Yeon
Hee yang tersinggung itu pun lalu pergi dengan alasan harus menjemput Eun Soo.
Setibanya diluar, ia teringat keputusan apa yang sudah diambilnya saat itu.
Flashback—Yeon
Hee datang ke pemakaman Seon Ho, membuat Min Ho was2 karena orang2 mulai
bergosip melihat Yeon Hee berdiri di depan altar. Min Ho mencoba memperingatkan
Yeon Hee. Yeon Hee pun langsung memejamkan matanya. Setelah terdiam di depan
altar cukup lama, Yeon Hee menyuruh Eun Soo mengucapkan salam pada Seon Ho yang
diakuinya sebagai Min Ho. Yeon Hee kemudian menatap Min Hoo dengan berkaca2,
setelah itu ia pun mengajak Eun Soo pergi—Flashback end.
Jung
Woo menghampiri Cheol Sik untuk menagih janji Cheol Sik. Cheol Sik pun berkata,
tulisan yang ia lihat adalah bel pintu. Jung Woo ragu, Cheol Sik pun menyuruh
Jung Woo mengecek sendiri kalau tidak percaya padanya.
“Oh,
tidak. Kau tidak bisa melihatnya karena aku sudah menghapusnya.” Ejek Cheol
Sik.
Jung
Woo kesal sehingga ia mencekik Cheol Sik. Cheol Sik bersumpah mengatakan hal
yang sebenarnya dan mengaku masih ada yang mau dikatakannya pada Jung Woo.
“Ada
yang lain? “Apa yang lain itu?” tanya Jung Woo.
“Mana
seru kalau semua kukatakan sekaligus. Aku akan memberitahumu satu-satu. Oke? Aku
akan memberitahumu kalau aku butuh sesuatu.” Jawab Cheol Sik.
Cheol
Sik pun pergi meninggalkan Jung Woo sambil berkata kalau dirinya haus.
Sementara
Jung Woo terus menerus mengucapkan bel pintu sambil memikirkan apa maksudnya.
Min
Ho yang sudah mengenakan baju anggar, melihat dirinya di cermin dan mengarahkan
pedang pada bayangannya di cermin. Ia pun tak sanggup melakukannya. Kenangan
saat ia terluka pun kembali muncul di benaknya.
Flashback—Min
Ho langsung dilarikan ke RS setelah kejadian itu. Setelah perban dibuka,
penglihatan Min Ho terganggu. Ia tidak bisa melihat secara jelas. Dokter
menjelaskan, kalau kornea Min Ho terluka jadi Min Ho tidak akan bisa melihat
secara jelas. Seon Ho menangis dan terus menerus meminta maaf pada Min Ho.
Tapi apa yang
dikatakan CEO Cha?? Ia berkata, itu bukan masalah besar dan memilih Seon Ho
yang memimpin Chamyung! Ia juga minta Seon Ho berhenti menangis karena Seon Ho
adalah calon pemimpin Chamyung jadi tidak pantas menangis begitu.
Min Ho terluka
mendengarnya. Ia menepis tangan sang ibu yang ingin menjelaskan maksud
ayahnya—flashback end.
“Seon
Ho yang kau sukai sudah pergi sekarang. Karena.. aku membunuhnya.” Ucap Min Ho
dengan sorot mata terluka.
Min
Ho lalu mulai berlatih anggar dengan serius.
Jung
Woo berpikir keras apa maksud bel pintu yang ia tulis. Sementara teman2nya yang
lain sudah terlelap.
Bibi
Eun Hye menanyakan soal kelanjutan pekerjaan Eun Hye. Eun Hye meminta bibinya
membiarkannya makan dulu. Sang bibi pun langsung mengira kalau Eun Hye tidak
berhasil.
“Dia
mengizinkan aku menemuinya.” Jawab Eun Hye.
“Apa
bagusnya bertemu dia? Lagian kau tidak
berhasil mendapatkan tanda tangannya. Kenapa dia mau menemuimu? Padahal bukan dia yang menginginkan
penunjukanmu. Carilah seorang pria yang baik dan menikahlah.” Ucap sang bibi.
“Apa
yang barusan Bibi katakan?” tanya Eun Hye kaget.
“Masuk
firma hukum.” Jawab sang bibi.
“Bukan,
sebelumnya.” Ucap Eun Hye.
“Bagaimana
aku bisa mengingat semuanya?” protes sang bibi.
Entah
apa yang terjadi, Eun Hye tiba2 saja pergi meninggalkan sarapannya.
Eun
Hye mengunjungi Jung Woo lagi. Petugas memberitahu Jung Woo kalau ada kunjungan,
tapi Jung Woo yang sibuk memikirkan maksud tulisan bel pintu yang ditulisnya
diam saja. Eun Hye gelisah karena pengunjung lain yang datang duluan dari
dirinya sudah masuk semua. Dan tak lama, gilirannya pun tiba.
Jung
Woo kesal dan bertanya kapan Eun Hye akan berhenti menemuinya. Eun Hye pun
berkata, akan mengajukan pertanyaan. Ia bertanya, tangan mana yang digunakan
Jung Woo.
“Apa?”
tanya Jung Woo heran.
“Tangan
mana yang kau gunakan untuk menikam istrimu?” jawab Eun Hye.
“Apa
kau gila?” sewot Jung Woo.
“Kau
tidak ingat itu? Cobalah ingat-ingat lagi. Yoon Ji Soo ditikam dengan sebuah
pisau yang dipegang oleh seseorang yang kidal. Apa kau yang menikamnya? Apa kau
benar menikamnya?” tanya Eun Hye.
“Aku
tidak ingat.” Jawab Jung Woo.
“Cobalah
lagi. Kau melihat file kasusnya, keadaan TKP dan
Semuanya.”
ucap Eun Hye.
Jung
Woo yang merasa disudutkan akhirnya marah. Ia menggebrak meja dan mengaku kalau
ia memang menikam Ji Soo.
“Data
kasus dan keadaan TKP menjadi bukti kalau aku memang menikamnya. Tidak ada satu
bukti pun yang bisa menyangkalnya!” teriak Jung Woo.
Mendengar
itu, Eun Hye pun yakin kalau Jung Woo memang hilang ingatan. Eun Hye pun
mengaku kalau tadinya ia tidak percaya Jung Woo hilang ingatan.
“Jadi
karena itu kau ke sini? Karena sekarang kau sudah dapat jawabanmu, berhentilah
datang ke sini.” Pinta Jung Woo.
“Aku
bilang aku punya pertanyaan untukmu. Jawab aku. Kenapa kau selalu datang
menemuiku setiap kali aku meminta? Kau tidak mau aku mengambil alih kasusmu. Tapi
kenapa kau selalu saja muncul setiap kali aku meminta bertemu denganmu, Park Jung
Woo—ssi? Bukankah itu artinya kau berharap sesuatu? Kau berharap aku membawa
sesuatu yang tidak kau ketahui sebelumnya. Dan sekarang kau di sini lagi. Kenapa
kau ada di sini?” tanya Eun Hye.
“Hentikan!”
pinta Jung Woo.
“Kau
tahu pengacara macam apa aku ini. Aku bukan orang yang logis, tapi kau tahu
tidak ada orang lain yang bisa menolongmu sekarang kecuali aku. Makanya kau
menemuiku, karena kau sedikit berharap.” Ucap Eun Hye.
“Hentikan!”
pinta Jung Woo.
“Kudengar
kau tidak jadi menyerah untuk banding. Kau akan berdiri di persidangan saat kau tidak bisa mengingat apa-apa. Kalau
kau memang mau mengikuti persidangan, kau membutuhkan seseorang yang bisa
membantumu.” Ucap Eun Hye.
Air
mata Jung Woo pun mengalir. Ia terdiam karena yang dikatakan Eun Hye itu benar.
“Aku
akan menjadi orang yang akan membantumu itu. Aku akan menjawabkannya untukmu.”
Ucap Eun Hye dengan mata berkaca2.
Eun
Hye lalu menerjemahkan arti pandangan Jung Woo.
"Tolong
aku, Pengacara Publik Seo Eun Hye." ucap Eun Hye.
Jung
Woo terdiam karena yang dikatakan Eun Hye memang benar. Eun Hye lalu menghapus
air matanya. Dengan wajah bersemangat, ia menanyakan apa yang bisa dilakukannya
untuk membantu Jung Woo. Jung Woo sedikit tersenyum. Eun Hye pun senang
melihatnya.
Eun
Hye lalu mengulurkan tangannya.
“Mari
kita berusaha.” Ucap Eun Hye.
Jung
Woo diam saja menatap Eun Hye.
“Aku
menunggu. Tanganku mulai sakit nih. Ayolah.” Pinta Eun Hye.
Dan Jung Woo pun menyambut uluran tangan Eun Hye.
“Apa
yang kau inginkan dariku sekarang?” tanya Eun Hye.
“Kau
bilang kau akan mencoba membantuku?” tanya Jung Woo balik.
“Memang
begitu.” jawab Eun Hye.
“Lakukan
kalau begitu. Sampai jumpa minggu depan.” Ucap Jung Woo.
Jung
Woo terus menerus memikirkan arti bel pintu sampai ia ketiduran. Ingatan Jung
Woo pun muncul saat ia tidur.
Flashback—malam
setelah ultahnya Ha Yeon, Jung Woo tidur lebih awal karena pagi2 sekali ia ada
meeting. Ia minta dibangunkan jam enam pagi. Saat tidur, ia mendengar bunyi bel
sebanyak dua kali—flasback end.
Jung
Woo terbangun. Ia yakin ada seseorang yang datang ke rumahnya di malam
pembunuhan itu.
Keesokan
harinya, Joon Hyuk yang baru tiba di kantor diberitahu asistennya kalau Jung
Woo ingin bertemu.
Jung Woo dibawa pergi dengan bus tahanan. Di jalan, ia menangis
melihat keluarga kecil sedang bercengkrama. Sampai di gedung kejaksaan, ia
terdiam melihat tempatnya bekerja dulu.
Jung
Woo menemui Joon Hyuk yang menunggunya di ruang interogasi. Joon Hyuk meminta
petugas melepaskan borgol dan tali Jung Woo. Joon Hyuk juga mengajak Jung Woo
minum soju.
“Aku
mengingat sesuatu. Ada yang datang ke rumahku malam itu. Malam di hari ulang
tahun Ha Yeon seseorang datang ke rumahku.Aku yakin.” Ucap Jung Woo.
“Apa
maksudmu seseorang datang ke rumahmu? Itu tidak ada dalam data investigasi.”
Jawab Joon Hyuk.
“Seseorang
memang datang ke rumahku. Aku dengar suara belnya samar-samar.” Ucap Jung Woo.
“Baiklah.
Coba kucari tahu dulu.” Jawab Joon Hyuk.
“Tolong
aku, Jun Hyuk-ah.” Pinta Jung Woo.
Jung
Woo kembali dibawa pergi. Asisten Joon Hyuk mendekati Joon Hyuk yang sedang
menatap kepergian Jung Woo.
“Haruskah
kita lakukan investigasi lagi soal siapa yang datang ke rumahnya malam itu?”
tanya asisten Joon Hyuk.
“Tidak.
Aku yang akan memastikannya sendiri.” Jawab Joon Hyuk.
Jung
Woo dibawa kembali ke sel nya. Dan di ruangannya, Joon Hyuk terdiam memikirkan
perkataan Jung Woo.
Dalam
kilas balik, diperlihatkan Joon Hyuk lah yang datang ke rumah Jung Woo malam
itu.
Joon
Hyuk mengangkat sebelah ujung bibirnya ke atas. Dan Jung Woo tak bisa tidur di
sel nya memikirkan masalahnya.