Joon Hyuk pun dihadirkan sebagai saksi pertama. Jung Woo mulai menanyai Jung Woo.
“Siapa yang menurutmu menjadi
tersangka utama pembunuhan Yoon Ji Soo?” tanya Jung Woo.
“Aku percaya bahwa terdakwa
adalah pelakunya.” Jawab Joon Hyuk.
“Kenapa begitu?” tanya Jung Woo.
“Dia bilang, ada sebilah pisau. Pisau
yang dia gunakan untuk menikam Yoon Ji Soo. Dia juga bilang ada darahnya di
pisau itu. Dia memintaku mencari pisau itu.” jawab Joon Hyuk.
Rekaman percakapan Min Ho yang menyuruh Joon Hyuk mencari pisau itu dan mengaku menggunakan pisau itu untuk menikam Ji Soo pun diputar. Pengacara Yoo pun keberatan dengan rekaman itu.
“Yang Mulia. Melihat kondisi
kesehatan terdakwa sekarang, tidak bisa diketahui dalam kondisi semacam apa percakapan
itu terjadi. Dan yang aku tahu saksi dan jaksa sudah berteman selama 15 tahun. Kau
tidak bisa mempercayai kesaksiannya.” Ucap Pengacara Yoo.
Jung Woo lantas melirik Joon
Hyuk. Joon Hyuk menganggukkan kepalanya sambil menatap Jung Woo.
“Kau benar. Saksi dan aku sudah
berteman dalam waktu yang lama. Namun, Aku akan tetap mendakwanya dengan
tuduhan menutupi tindakan criminal dan menghancurkan barang bukti dalam kasus
ini.” ucap Jung Woo.
“Saksi. Apa itu benar?” tanya
hakim.
“Ya. Aku sedang ada dalam tahap
penyelidikan tanpa penahanan.” Jawab Joon Hyuk.
“Saksi, kau tidak bisa terhindar
dari kehilangan pekerjaan sebagai jaksa dan kau tetap menerima hukuman dengan
menjadi saksi di persidangan ini. Kenapa kau dengan sukarela datang dan menjadi
saksi di sini?” tanya Jung Woo.
“Aku ingin menunjukkan kebenaran
di balik insiden yang sudah kututupi selama ini.” jawab Joon Hyuk.
“Siapa yang memintamu.. membunuh
Lee Sung Gyu?” tanya Jung Woo.
“Cha Min Ho.” Jawab Seok.
“Min Ho? Min Ho sudah mati.”
Ucap Min Ho.
“Dia bilang segala kejahatanku
akan ditutupi kalau aku membunuh Lee Sung Gyu. Dia memerintahku pada saat
dirinya sedang ada dalam masa penahanan kejaksaan.” Ucap Seok lagi.
“Terdakwa, apa itu benar?” tanya
Jung Woo.
Min Ho diam saja dan terus berpura-pura gila. Pengacara Yoo mengajukan keberatannya atas pertanyaan Jung Woo, tapi hakim menolaknya dan menyuruh Jung Woo melanjutkan pertanyaan.
“Kemudian siapa yang menikam
Yoon Ji Soo?” tanya Jung Woo.
“Cha Min Ho.” Jawab Seok.
Min Ho pun kembali
berteriak-teriak kalau Min Ho sudah mati.
“Bisa kau jelaskan dengan detail
bagaimana kejadiannya saat itu?” tanya Jung Woo lagi.
“Pada hari itu, aku membius Park
Jung Woo yang sedang tidur. Kemudian aku
memegangi Yoon Ji Soo dari belakang. Dan Cha Min Ho membawa sebilah pisau dari
dapur kemudian menikamnya dua kali dengan tangan kirinya.” Jawab Seok.
Min Ho pun kembali teriak2 kalau
Min Ho sudah mati. Ia bahkan maju mau menyerang Seok. Petugas pun langsung
memegangi Min Ho. Pengacara Yoo meminta sidangnya dihentikan sementara. Hakim
setuju dan menghentikan sidang sampai keadaan Min Ho stabil. Min Ho pun dibawa
keluar ruangan.
Di ruang tunggu, Pengacara Yoo
menyuruh Min Ho terus pura-pura gila, karena hanya itu satu-satunya cara agar
Min Ho bisa bebas.
Sidang kembali dilanjutkan. Jung Woo ingin mengajukan satu pertanyaan pada Min Ho tapi hakim melarang dengan alasan kejiwaan Min Ho yang sedang terganggu. Hakim menyuruh Jung Woo bicara pada Pengacara Yoo.
“Yang Mulia, apakah kau percaya
dengan keadaan terdakwa saat ini?” tanya Jung Woo kesal.
“Pemeriksaan psikiaternya
mengatakan keadaannya sedang tidak normal.” Jawab hakim.
“Aku meminta dilakukan
pemeriksaan kedua.” Ucap Jung Woo.
“Keberatan, Yang Mulia. Terdakwa
sedang dalam masa pengobatan sejak penahanannya, jadi pemeriksaan kedua mungkin
tidak akan ada gunanya.” Jawab Pengacara Yoo.
“Apa dia sedang dirawat dengan obat-obatan
saat ini?” tanya hakim.
Pengacara Yoo mengiyakan.
“Aku akan memutuskan apakah
pemeriksaan kedua perlu dilakukan nanti.” Jawab hakim.
“Yang Mulia!” sentak Jung Woo.
Bersamaan dengan itu, Yeon Hee masuk ke ruang sidang dan duduk di bangku penonton. Melihat Yeon Hee, Jung Woo langsung meminta hakim mengizinkannya membawa saksi terakhir. Hakim ingin tahu siapa saksi terakhirnya. Jung Woo berkata, Na Yeon Hee. Min Ho mulai terpukul.
“Saksi. Kapan pertama kali kau
sadar kalau suamimu Cha Seon Ho sudah meninggal?” tanya Jung Woo.
“Aku tahu pada hari di mana Cha
Min Ho diberitakan melakukan bunuh diri.” Jawab Yeon Hee.
“Bagaimana kau bisa tahu?” tanya
Jung Woo.
“Cha Min Ho datang ke rumahku sebagai
Seon Ho.” Jawab Yeon Hee.
“Lantas kenapa kau hidup dengan
berpura-pura kalau kau tidak tahu?” tanya Jung Woo.
“Aku merasa kasihan padanya.”
Jawab Yeon Hee.
“Dia membunuh kakaknya sendiri. Bagaimana
bisa kau mengasihani orang yang sudah membunuh Cha Seon Ho?” tanya Jung Woo.
“Aku pernah mencintainya. Dia
sebenarnya bukanlah orang jahat. Dia mulai berubah sejak ayahnya sering memukulinya
dalam waktu yang lama. Dan sejak aku menikah dengan Seon Ho dia berubah menjadi
orang lain. Karena itulah.. aku merasa tidak punya pilihan kecuali menerima Min
Ho yang sedang menyamar sebagai Seon Ho.” Jawab Yeon Hee.
Min Ho semakin terpukul dengan
jawaban Yeon Hee.
“Jadi... beginilah 9 bulan ini
berlalu. Tapi kenapa kau baru mengatakan semuanya sekarang?” tanya Jung Woo.
“Karena anakku. Bagaimana anakku
kelak akan mengingat ayahnya itu adalah hal yang sangat penting bagiku. Kalau
Cha Min Ho dihukum dengan menggunakan nama Cha Seon Ho, anakku akan mengingat ayahnya
sebagai seorang penjahat. Namun, ayah anakku yang sebenarnya memang Cha Min Ho yang
sekarang duduk di bangku terdakwa.” Jawab Yeon Hee.
“Yeon Hee-ya.” ucapnya. Yeon Hee
menatap Min Ho.
“Kau adalah ayah yang baik bagi
Eun Soo.” Jawab Yeon Hee.
“Aku bukan ayahnya. Seon Ho
adalah ayahnya. Cha Seon Ho, pria yang kubunuh adalah ayah dari anakmu. Aku
bukan ayahnya.” ucap Min Ho.
“Min Ho-ya, hentikan itu. Kau sudah mengalami masa sulit selama hidup menjadi Seon Ho. Mari kita bayar semua kejahatan yang sudah kita lakukan. Aku akan memberitahu Eun Soo.. seberapa besar… cinta ayahnya terhadap dirinya.” Jawab Yeon Hee.
Tangis Min Ho semakin deras.
Hukuman Min Ho pun mulai dibacakan. Jung Woo berdiri di depan Min Ho dan menuntut hukuman mati untuk Min Ho atas semua kejahatan yang Min Ho sudah lakukan. Tapi Min Ho? Dia masih saja menatap Min Ho dengan tatapan angkuhnya.
“Bagus. Kalau begini kau
kelihatan seperti seorang pengacara.” Ucap bibi.
“Aku 'kan memang pengacara.”
Jawab Eun Hye.
“Pengacara Seo Eun Hye. Pastikan
kau memenangkan sidang kali ini.” ucap Bibi.
Persidangan Milyang digelar. Hanya
terlihat mantan istri Milyang di bangku penonton. Eun Hye pun mulai membacakan
pembelaannya.
“Yang Mulia, terdakwa Han Sang
Wook sudah didakwa dengan hukuman seumur hidup atas kejahatan yang tidak dia
lakukan karena kesalahan informasi saat penyelidikan dan hasil sidang dia sudah
menjalani hukuman selama 20 tahun. Dan satu bukti baru untuk membuktikan terdakwa
Han Sang Wook tidak bersalah sudah ditemukan.” Ucap Eun Hye.
Min Ho mulai dikirim ke Rutan Woljeong. Setibanya di sana, ia disambut Kepala Sipir dan Kepala Park tapi sambutan yang diterimanya berbeda dari sambutan yang biasa ia terima. Dengan sombongnya, ia menyuruh Kepala Sipir menyiapkan ruangan untuknya. Kepala Park mau protes, tapi langsung dihentikan Kepala Sipir. Kepala Sipir menyuruh petugas membawa Min Ho ke ruangan Min Ho.
Kemanakah Min Ho dibawa? Ia
dijebloskan ke sel hukuman. Min Ho pun langsung protes.
“Apa kau sudah gila? Apa kau
tahu siapa aku? Petugas! Petugas!” teriaknya, namun tak ada yang sudi
mendengarnya lagi.
Min Ho menatap sel hukumannya
dengan kesal. Tak lama kemudian, Tae Soo pun datang.
“Aku senang kau di sini. Aku
sudah menunggumu. Buatlah dirimu nyaman. Walaupun, ya.. tidak akan ada
nyaman-nyamannya, sih.” Ucap Tae Soo sambil menatap geram Min Ho.
Tae Soo lalu beranjak pergi.
Setelah Tae Soo pergi, Min Ho mulai meringkuk di lantai dan memohon pengampunan
sang ayah.
“Apa kau mencemaskanku?” tanya
Joon Hyuk.
“Ya, aku mencemaskanmu.” Jawab
Jung Woo sembari tersenyum.
“Jung Woo-ya, jangan maafkan
aku.” ucap Joon Hyuk.
“Apa kau ingat? Hari pertama
saat kita bekerja menjadi jaksa. Hari itu, kau bilang padaku. Tidak apa-apa
menjadi jaksa yang tidak kompeten, tapi jangan menjadi jaksa yang memalukan. Aku
akan menunggumu, Joon Hyuk-ah.” Jawab Jung Woo.
Keduanya lalu saling menatap dan
tersenyum.
Min Ho masih meringkuk di selnya. Tak lama, seseorang memanggilnya. Ia terkejut dan langsung mendekat ke pintu. Orang itu ternyata Jung Woo. Min Ho langsung menatap sinis Jung Woo.
“Sudah kubilang. Kau tidak akan
bisa… menjadi Cha Seon Ho.” Ucap Jung Woo.
“Benar. Aku tidak akan bisa
menjadi Seon Ho karena kau. Tapi bagaimana denganmu? Istrimu mati karena aku.”
jawab Min Ho dengan wajah bangga.
“Apakah nama anakmu Eun Soo?”
tanya Min Ho.
Min Ho pun marah,Jangan coba
mempermainkanku!
“Dia akan pergi ke luar negeri hari ini. Yeon Hee memintaku menyampaikan itu padamu. Kau tidak akan pernah bertemu dengan mereka lagi. Dan aku juga tidak akan pernah bertemu denganmu lagi. Habiskan sisa hidupmu di sini sambil meratapi apa yang sudah kau lakukan.” ucap Jung Woo.
Min Ho terkejut. Jung Woo lalu
beranjak pergi. Min Ho teriak2, meminjam ponsel Jung Woo. Tapi Jung Woo tidak
peduli dan terus berjalan pergi.
Moongchi tampak sibuk di toko
pakaiannya. Wooruk juga di sana membantu Moongchi. Tak lama kemudian, Jung Woo
datang bersama Eun Hye. Jung Woo berkata, ia datang karena mau membelikan
beberapa pakaian untuk Eun Hye. Wooruk langsung menyalami Eun Hye.
“Aku merasa sangat terhormat bisa
bertemu denganmu.” Ucap Wooruk.
Wooruk langsung memilihkan jaket
untuk Eun Hye. Pilihannya jatuh pada jaket berwarna abu-abu. Jung Woo membantu
Eun Hye mengenakan jaket pilihan Wooruk.
“Pakai apa saja kau pasti akan
tetap kelihatan cantik.” Puji Wooruk.
“Sudah hampir tiba waktunya dia
datang.” ucap Moongchi.
“Siapa?” tanya Jung Woo.
“Separuh jiwaku yang berasal dari
Rutan Woljeong.” Jawab Moongchi.
Tak lama kemudian, dokter pun datang dan berlari sambil memanggil Moongchi dengan panggilan sayang. Keduanya pun saling menepuk2kan tangan mereka. Jung Woo dan Eun Hye pun sama2 terkejut.
“Sejak kapan ini terjadi?” tanya Jung Woo penasaran.
“Terjadi begitu saja. Kau tidak
akan pernah tahu apa yang akan terjadi dalam hidupmu.” Jawab dokter.
Moongchi pun langsung mencium
rambut istrinya itu. Dan sang istri memasang tampang imut.
“Aku cemburu.” Ucap Wooruk.
Dan sekarang, mereka pergi menemui Bangjang dan Milyang yang sudah menunggu di sebuah restoran. Wooruk dan Bangjang saling berpelukan melepas rindu. Eun Hye menyapa Milyang. Milyang senang Jung Woo baik2 saja.
“Tahanan 3866. Tahanan 2124 dan
2835. Lama tak jumpa.” Ucap Bangjang.
“Kenapa kau memanggil kami dengan
angka itu?” tanya Moongchi polos.
“Itu karena aku sangat senang bertemu
kalian.” Jawab Bangjang.
“Bagaimana dengan tahanan 6514? Apa dia tidak datang?” tanya Wooruk.
“Dia akan sampai sebentar lagi.”
Jawab Jung Woo.
Benar saja! Cheol Sik datang
dengan truknya. Ya, Cheol Sik sekarang sudah menjadi juragan truk.
“Hei! Senang melihatmu lagi!”
ucap Moongchi yang langsung memeluk Cheol Sik.
“Aku juga.” jawab Cheol Sik.
“Apa ini? Apa kau beli mobil
baru?” tanya Moongchi saat melihat kunci mobil Cheol Sik.
“Tidak ada tempat parkirnya, ya
di sini? Kau tahu, kita harus hidup sebagai mana seorang warga negara yang taat
hukum. Kita mana bisa membiarkan Jung Woo menangkap kita.” jawab Cheol Sik.
“Kau tahu, kalau ada sesuatu
yang terjadi padamu, kau bisa langsung menelponku. Mengerti?” ucap Eun Hye.
“Berjanjilah kita tidak akan
kembali ke penjara lagi.” Jawab Jung Woo.
Keesokan harinya, Eun Hye sudah
berdiri di depan gedung pengadilan. Ia siap mengajukan banding untuk ayahnya.
Sementara Jung Woo mengajak Ha Yeon menemui Ji Soo. Ha Yeon menempelkan buket bunga kecil di pintu lemari abu Ji Soo. Jung Woo lalu memangku Ha Yeon.
“Ucapkan salam pada Ibu.” Suruh
Jung Woo.
“Ibu. Ha Yeon datang.” ucap Ha
Yeon.
“Ji Soo-ya, Bong Goo juga
datang.” ucap Jung Woo.
“Itu waktu ulang tahunmu, 'kan? Mukamu
kena krim waktu itu. Ibu sangat cantik. 'kan?” ucap Jung Woo sambil melihat
tanggal kematian Ji Soo.
“Ibu, aku merindukanmu.” Ucap Ha
Yeon.
Tangis Ha Yeon pun pecah.
“Ayah juga sangat merindukannya.”
Jawab Jung Woo.
Jung Woo lalu menyuruh Ha Yeon menyanyikan lagu nina bobo favorit Ha Yeon. Ha Yeon pun mulai bernyanyi. Sementara tangisnya terus saja mengalir. Tak lama, Jung Woo juga ikut bernyanyi.
Di hari lainnya, Jung Woo dan Ha
Yeon mengunjungi pohon Ji Soo bersama Nyonya Oh dan Tae Oh.
“Ji Soo-ya, disana pasti sesak,
kan? Kau bisa melihat langit sepuas hatimu.” Ucap Nyonya Oh.
“Noona, jangan cemaskan Ibu. Kami akan sering berkunjung.”
Ucap Tae Soo.
“Ibu. Ha Yeon… sangat merindukan
Ibu.” Ucap Ha Yeon.
Jung Woo pun langsung menarik Ha
Yeon ke depannya dan memeluk Ha Yeon.
Sekarang, Ha Yeon dan Jung Woo
berjalan diantara pepohonan.
“Ha Yeon-ah, ingat apa yang
pernah Ayah katakan padamu? Ayah pernah bilang dunia ini tidak akan menelantarkan
kita dan kita harus menjadi pemberani.” Ucap Jung Woo.
“Aku ingat.” Jawab Ha Yeon.
Keduanya lalu berhenti melangkah dan Jung Woo jongkok di hadapan Ha Yeon serta memegang tangan Ha Yeon.
“Ayah akan membuat dunia ini menjadi
tempat yang lebih indah dan membahagiakan untuk Ha Yeon. Bisakah kau
mempercayai Ayah?” tanya Jung Woo.
“Ya, aku percaya Ayah.” jawab Ha
Yeon.
“Dan juga, Ibu akan selalu mengawasi
kita dari sana. Ayah dan Ha Yeon harus hidup dengan penuh semangat dan senyuman.
Mengerti?” ucap Jung Woo.
“Baiklah.” Jawab Ha Yeon.
“Jaksa. Aku baru saja
mendapatkan informasi kalau Ketua Park baru tiba.” Ucap Detektif Go.
“Begitukah?” tanya Jung Woo,
lalu mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Kepala Choi.
“Apa yang akan kau lakukan?”
tanya Detektif Go heran.
“Ya, Pak Kepala. Park Ki Tae? Siapa
Park Ki Tae? Baiklah. CEO Park Ki Tae. Kenapa
aku harus menangkap CEO Park? Kau yang melarangku untuk melakukannya Pak
Kepala.Baiklah.” ucap Jung Woo yang langsung disambut tawa geli Detektif Go.
Mereka pun masuk ke dalam dan
langsung dihadang tim keamanannya CEO Park.
“Kau mencoba menghentikanku?”
tanya Jung Woo.
“Siapa kau?” tanya pengacara CEO
Park.
Jung Woo pun menunjukkan tanda
pengenalnya.
“Aku adalah Jaksa dari Unit
Khusus Kantor Kejaksaan Pusat Park Jung Woo.” Ucap Jung Woo.
Jung Woo lalu tersenyum dan
mengedipkan matanya.
TAMAT!!