Dae Mok dengan senang hati menyampaikan pada kelompoknya, bahwa kelompok mereka akan bertanggung atas Biro Penyediaan Air. Biro Penyediaan Air akan dibangun di seluruh Joseon dan anak buahnya akan menjadi Kepala dari masing2 biro. Anak buah Dae Mok pun langsung bersorak gembira.
Sementara di istana, Raja menyuruh Kepala Prajurit Lee untuk menutup istana Pangeran dan tidak ada yang boleh masuk ke sana tanpa seizinnya. Youngbin Lee pun bingung dan bertanya kenapa Raja melakukan itu. Raja berkata, ia melakukannya demi keselamatan Pangeran sendiri.
“Kelompok Pyunsoo akan
mencoba membuatnya bergabung dengan mereka. Mereka akan membunuhnya jika saya
menolak.Bahkan jika dia ingin menjadi raja yang hebat, jika dia bergabung
dengan kelompok tersebut, dia hanya akan berubah menjadi boneka seperti saya. Dia
tidak boleh seperti saya. Anak ini... harus menjadi raja sejati. Untuk
mencegahnya bergabung, kita harus menyembunyikan wajahnya. Namun, ada mata-mata
di mana-mana dari Kelompok Pyunsoo. Saya membuat keputusan ini untuk
menyelamatkan hidupnya. Mohon menerimanya.” Ucap Raja.
Youngbin Lee tampak terpukul dengan kenyataan itu. Raja lalu kembali menatap wajah anaknya dan berkata bahwa ia akan menemukan cara untuk melindungi anaknya apapun yang terjadi.
“Kepala Lee, mulai
sekarang, satu-satunya orang yang tahu wajah Pangeran... hanya aku, Nyonya Yi dan
kau. Jika ada orang lain yang melihat wajahnya, bunuh mereka.” Perintah Raja.
Kelompok Pyunsoo mulai
mengawasi orang2 yang mereka pekerjakan. Sekarang, rakyat harus membayar untuk
air. Air itu dihargai murah dan diantarkan dari rumah ke rumah sehingga rakyat
merasa sangat terbantu. Namun yang jadi masalah, mereka juga mengambil pasokan
air dari sumur yang tak pernah kering.
Beberapa wanita tampak menimba air dari sumur tapi sumur itu sudah kering dan mereka hanya bisa mengelus dada melihat anak buah Dae Mok menguasai sumur sebelah dan memberikannya pada orang2 yang mampu membeli air.
Raja sangat marah saat
mendapat laporan tentang apa yang dilakukan Dae Mok itu, namun ia tak bisa
berbuat apapun pada akhirnya. Kepala Lee lantas melaporkan bahwa ia sudah
menyebar rumor kalau wajah Pangeran harus disembunyikan karena penyakit. Rakyat
mempercayai hal itu. Kelompok Pyunsoo menganggap penyakit itu lantaran racun
yang mereka berikan.
Namun saat Pangeran yang
masih balita itu dimandikan, seseorang melubangi sekat pintu dan mencoba
mengintipnya. Pangeran pun dengan polosnya menunjuk ke arah si pengintip. Si
pengintip terkejut dan bergegas lari. Sementara Youngbin Lee langsung menutupi
wajah putranya dengan badannya dan Raja langsung menyuruh Kepala Lee mengejar
si pengintip.
Si pengintip ternyata
seorang kasim. Dia berusaha meyakinkan kalau dia tidak melihat wajah Pangeran
tapi Kepala Lee tidak peduli dan langsung menebasnya tanpa ampun.
Saat Pangeran tidur, Raja
pun memakaikan sebuah topeng ke wajah Pangeran dan berharap Pangeran akan
bertahan dari serangan Kelompok Pyunsoo.
“Kembangkan kekuatanmu untuk
melawan mereka, lepaskan topeng ini suatu hari nanti, dan jadilah kaisar
sejati.” Ucap Raja.
14 tahun berlalu…
Para pemain sandiwara
sedang menampilkan pertunjukan dengan menggunakan topeng dan wajah Pangeran Lee
Sun sebagai candaan.
Sementara di istana,
beberapa dayang istana berkumpul di pojokan dan menggosipkan Dongungjeon,
sebuah ruang rahasia yang hanya boleh dimasuki Pangeran. Jika sampai ada orang
lain yang memasuki ruangan itu, maka harus dibunuh. Lagi asyik menggosip, kasim
Pangeran pun datang dan langsung menghardik mereka. Sontak, ketiga dayang itu
langsung kabur.
Kasim mau mengejarnya tapi Pangeran datang dan menegurnya karena ia sudah memberikan tugas yang lebih penting ketimbang menghardik dayang2 itu. Kasim pun langsung menunjukkan buku2 dibalik lengannya. Pangeran tersenyum melihat itu.
Di ruangannya, Pangeran
membaca buku2 itu. Ternyata Lee Sun sedang mencari tahu alasan kenapa ia harus
memakai topeng lewat buku2 itu dan ia pun bingung sendiri karena tidak ada
catatan yang menunjukkan dirinya sakit. Namun ada catatan yang mengatakan kalau
Tabib Park dan Woo Shim berusaha memeriksanya tapi kemudian ia diperiksa oleh
seseorang yang bukan tabib dan orang itu diangkat menjadi tabib kerajaan.
Saat jalan2 mengelilingi
istana, Raja memberitahu Pangeran tentang rencananya memilih Putri Mahkota dan
menanyakan pendapat Pangeran. Pangeran pun tersenyum sinis dan bertanya
bolehkah Putri Mahkota melihat wajahnya atau Putri Mahkota harus mengabdi
padanya tanpa pernah melihat wajahnya.
“Putra Mahkota!” sentak
Raja.
“Katakan sekarang, Ayah! Apa
alasan sebenarnya saya harus memakai topeng ini? Jangan bilang itu karena
penyakit saya. Aku tidak ingin mendengar kebohonganmu lagi.” Ucap Pangeran.
Pangeran lalu berusaha
melepas topengnya. Sontak, Kepala Lee langsung mencabut pedangnya dan menghunus
pedang ke arah kasim dan para dayang. Kasim dan para dayang pun langsung
bersujud ke lantai. Pangeran terpukul dengan kenyataan itu.
“Jika saya melepas topeng
ini, seseorang akan ada yang mati, kan?” ucapnya sedih.
“Sudah kukatakan bahwa kau
menderita penyakit. Bila kau benar-benar pulih dari itu, aku akan membiarkanmu melepas
topeng.” Jawab Raja yang membuat Pangeran semakin terluka.
Lee Sun bersedih di
ruangannya. Tak lama kemudian, kasimnya datang menyerahkan buku lain tanpa
berani melihat wajahnya. Lee Sun memukul pelan kepala kasimnya karena kecewa
dan mengambil buku itu. Lee Sun membaca
buku itu. Dalam buku itu disebutkan, saat ia kritis, tabib istana bernama Woo
Shim dan seorang pengajar Sungkyunkwan bernama Woo Bo datang.
Lee Sun pun langsung
memanggil salah satu gurunya untuk menanyakan soal Woo Boo.
“Dia berpengalaman dalam
setiap bidang studi termasuk pembelajaran Barat, Karakter Cina, sejarah, dan
bahkan geografi.” Ucap gurunya.
“Apakah dia...seorang
ahli kedokteran juga?” tanya Lee Sun.
“Tentu saja.Keterampilannya
sama bagusnya dengan seorang tabib di Balai Pengobatan.” Jawab sang guru.
Di depan istana, Kim Hwa
Gun keluar dari tandunya dan masuk ke istana bersama ayahnya. Ratu dan sang
ayah kemudian membicarakan soal Hwa Gun yang menjadi salah satu kandidat Putri
Mahkota. Disaat ayahnya dan Ratu sibuk membahas itu, Hwa Gun yang duduk di
belakang sibuk memainkan jarumnya dengan wajah bosan. Pembicaraan ayahnya dan
Ratu sempat terganggu karena Hwa Gun tanpa sengaja menjatuhkan jarumnya dan
menimbulkan suara berisik.
“Saya minta maaf, Yang
Mulia.” Ucap sang ayah.
“Tidak masalah. Dia pasti
sudah bosan dengan percakapan orang dewasa.” Jawab Ratu.
Ratu lalu bertanya
pendapat Hwa Gun yang menjadi salah satu kandidat Putri Mahkota.
“Saya tidak tertarik
untuk menjadi Putri Mahkota.” Jawab Hwa Gun yang langsung kena semprot ayahnya.
Namun Ratu malah menyukai kejujuran dan keberanian Hwa Gun itu.
Ratu lalu menyuruh Dayang
Han membawa Hwa Gun berkeliling istana. Sang ayah komat kamit menasehati Hwa
Gun agar Hwa Gun tak membuat masalah.
Saat berkeliling istana,
mereka melewati ruang rahasia. Hwa Gun pun menanyakan soal kabar tentang
banyaknya bunga langka di ruang rahasia itu. Dayang Han membenarkan dan berkata
kalau hanya Putra Mahkota lah yang boleh masuk kesana.
“Bagaimana jika saya
ingin masuk?” tanya Hwa Gun.
“Aku meninggalkan
kantongku di Jungungjeon. Maukah kau mengambilkannya untukku?” tanya Hwa Gun.
Dayang Han mengangguk dan
bergegas pergi. Begitu Dayang Han pergi, Hwa Gun pun langsung menyelinap masuk
ke ruang rahasia itu.
Begitu masuk, ia melihat
jubah Putra Mahkota. Tapi perhatiannya teralihkan karena banyaknya bungka
langka di sana. Saat dirinya sedang terkagum2 melihat bunga langka itu, ia
dikejutkan dengan suara pria. Ia menoleh ke belakang dan melihat seorang pria
yang duduk membelakanginya sambil bicara sendiri.
“Saya yakin tentang ini. Orang
ini bernama Woo Bo. Dia bukan pejabat pemerintahan Joseon, jadi dia mungkin
bisa memberitahuku yang sebenarnya.” ucap Lee Sun pada topengnya.
Lee Sun kemudian berdiri
dan terkejut melihat sosok Hwa Gun. Hwa Gun yang tak tahu pria di hadapannya
adalah Putra Mahkota, malah menyuruh Lee Sun memindahkan bunga2 itu ke dalam
pot.