Se Ryung menemui Seung Yoo di sel. Seung Yoo berdiri, kemudian mendekati Se Ryung dengan wajah geram. Se Ryung memejamkan matanya, menyiapkan diri menerima amukan Seung Yoo. Begitu Se Ryung membuka matanya, Seung Yoo langsung mencekiknya. Se Ryung tidak melawan. Ia hanya berpegangan pada jeruji besi.
“Siapa kau sebenarnya? Apa kau benar2 putri
Sooyang?!” tanya Seung Yoo marah.
Se Ryung diam saja. Ia tatap Seung Yoo dengan penuh
rasa bersalah. Penjaga lalu datang dan melepaskan cekikan itu. Jae Beon datang
dan berkata, cukup! Penjaga pun pergi. Jae Beon menatap tajam Seung Yoo. Se
Ryung berusaha mengatur napasnya. Ia lalu menatap Seung Yoo.
“Beraninya kau muncul di hadapanku! Aku akan
membunuhmu dan ayahmu dengan tanganku sendiri. Akan kucincang kalian!” teriak
Seung Yoo.
“Namaku…” ucap Se Ryung setelah cukup lama menatap
Seung Yoo, “… Lee Se Ryung. Kau harus tetap hidup untuk membunuhku. Aku akan
menunggu hari, dimana aku akan mati di tanganmu.”
Setelah mengucapkan itu, Se Ryung pergi. Seung Yoo
lalu teringat kata2 ayahnya.
“Karena wanita itu…. hidupmu dalam bahaya. Apakah
kau siap menanggungnya?” tanya sang ayah.
Seung Yoo lalu berteriak. Ia menyesali apa yang
sudah terjadi.
Se Ryung jalan keluar dengan rasa sesak di dadanya.
Ia mau jatuh, tapi Myun menahan lengannya. Tampak kecemasan di wajah Myun. Se
Ryung melepaskan dirinya dari Myun, kemudian jalan pergi.
Flashback
Seung Yoo mencekik Se Ryung. Dengan kemarahan yg
amat sangat, Seung Yoo tanya siapa Se Ryung sebenarnya? Apa Se Ryung benar2
putri Sooyang. Seung Yoo lalu berkata akan membunuh Se Ryung dan Sooyang dengan
tangannya sendiri.
Flashback end
Air mata Se Ryung pun jatuh teringat hal itu.
Tangannya lalu memegang tembok yang rendah. Se Ryung kemudian menghapus air
matanya. Tiba2, seseorang memegang tangannya. Se Ryung kaget dan menoleh. Orang
itu Myun. Se Ryung berusaha melepaskan pegangan Myun, tapi Myun tak mau melepas
pegangannya.
“Apa yang kau lakukan?!” bentak Se Ryung.
“Aku akan mengantarmu.” Jawab Myun.
Myun menarik Se Ryung. Se Ryung menghempaskan tangan
Myun.
“Jangan ikut campur urusanku!” ucap Se Ryung.
“Aku tidak bisa membiarkan wanita yang akan kunikahi
pulang sendirian malam2 begini.” Jawab Myun.
“Orang sepertimu yang tidak tahu malu yang sudah
mengkhianati temannya sendiri, bukanlah orang yang kuharap menemaniku, meski
hanya sebentar.” Ucap Se Ryung.
Myun kaget. Ia kemudian melihat goresan luka di
leher Se Ryung. Se Ryung beranjak pergi. Yeo Ri menyusul Se Ryung. Myun menatap
kepergian Se Ryung dengan wajah terluka.
Se Ryung tiba di rumahnya, tapi ia tak langsung
masuk. Yeo Ri mengajaknya masuk. Se Ryung bilang rumahnya terasa asing dan
menakutkan buatnya.
Pangeran Sooyang dan tanya darimana Se Ryung malam2
begini. Yeo Ri menundukkan kepalanya, memberi hormat tapi Se Ryung tidak. Yeo
Ri berbohong dengan mengatakan kalau mereka jalan2 karena Se Ryung terus2an
murung. Tapi Se Ryung berkata terus terang kalau dia habis menemui Seung Yoo.
“Kau benar2 terus terang pada ayahmu. Kau
menyelamatkan hidupnya dengan mengarahkan pedang ke lehermu. Kau bilang jika
aku menyelamatkannya, kau akan menuruti perkataanku. Apa kau sudah melupakan
hal itu?” jawab Sooyang.
“Aku tidak lupa.” Jawab Se Ryung.
“Aku sudah menetapkan hari pernikahanmu dengan
Petugas Shin. Aku mau hari itu menjadi hari yang paling membahagiakan. Jadi
kendalikan perasaanmu.” Ucap Sooyang lalu jalan masuk.
Se Ryung kaget, tapi ia diam saja dan jalan masuk.
Myun muncul dari balik pohon. Ia kaget setelah
mendengar percakapan Se Ryung dan Sooyang.
Myun minum2 sendirian. Ia ingat kata2 Sooyang ttg Se
Ryung yg mengancam bunuh diri demi menyelamatkan Seung Yoo. Ia juga teringat
luka di leher Se Ryung. Ia emosi.
Se Ryung duduk dan memegangi lukanya. Yeo Ri datang,
memberitahu kalau besok Seung Yoo akan dibawa ke pengasingan. Se Ryung diam
saja dan memandangi bulan di langit.
Bulan yg sama juga dipandangi Seung Yoo dari balik
jeruji besi.
Myun ke penjara dan menemui Seung Yoo.
“Apa kau benar2… mau membunuhnya? Bukankah dia
wanita yang kau cintai?” tanya Myun.
Seung Yoo tidak menjawab, dan balik bertanya, “Kau
sudah tahu dia putri Sooyang kan?”
“Jika kukatakan wanita itu, demi menyelamatkanmu,
sampai mempertaruhkan nyawanya, apa kau percaya?” tanya Myun.
“Dia tidak ada lagi hubungannya denganku.” Jawab
Seung Yoo.
“Benarkah?” tanya Myun, lalu beranjak pergi.
“Shin Myun.” Seung Yoo memanggil Myun.
Myun berbalik dan menatap Seung Yoo.
“Tolong cari kakak iparku dan Ah Kang. Sebagai
balasannya, kau boleh mengambil nyawaku sekarang.”
Myun lalu ingat perkataan Myung Hoe kalau mereka tak
akan membiarkan Seung Yoo hidup.
“Bagaimana pun juga kau tetap akan mati.” Ucap Myun
dingin.
“Tolonglah. Jika mereka masih hidup, bisa kah kau
membantu mereka melarikan diri?” pinta Seung Yoo.
“Kenapa aku harus membantu keluarga pengkhianat?”
tanya Myun.
“Kau jelas2 tahu ayahku tidak bersalah.” Jawab Seung
Yoo.
“Jika ayahmu mencelakakan Pangeran Sooyang, maka
akulah yang berada di dalam sana, dan kau diluar sini. Jadi salahkan saja
takdirmu.” Ucap Myun.
“Takdir? Menggunakan takdir sbg alasan atas semua
darah yang sudah mengotori tanganmu?” jawab Seung Yoo.
Myun diam saja, lalu jalan pergi.
“Apa yang akan kau lakukan pada Ah Kang dan kakak
iparku? Jawab aku sebelum pergi!” teriak Seung Yoo.
“Selamat tinggal, Kim Seung Yoo.” ucap Myun,
kemudian pergi.
“Shin Myun!” teriak Seung Yoo.
Sooyang memuji puisi Pangeran Anpyeong sbg karya
seni terbaik. Myung Hoe yg duduk di depan Sooyang berkata kalau Sooyang tidak
akan bisa lagi melihat karya Anpyeong di masa mendatang. Mae Hyang lalu datang,
memberitahu kalau seniman terbaik di ibukota sudah datang. Sooyang kemudian
memberikan puisi Anpyeong pada Mae Hyang.
Mae Hyang menemui seniman itu. Ia memberikan puisi
Anpyeong, juga uang dan surat pada seniman itu. Seniman itu pun mulai menulis,
memalsukan tulisan tangan Anpyeong.
Paginya, Anpyeong diantar menuju ke pengasingan.
Tiba2, perjalanan mereka terhenti karena dihadang oleh Geum Sung dan Putri.
Kepala Pengawal melarang mereka mendekat. Geum Sung marah. Kepala Pengawal
akhirnya mengizinkan keduanya mendekati Anpyeong.
“Tuan Puteri.” Ucap Anpyeong.
“Kudengar perjalanan menuju pengasingan sangat
panjang.” Jawab Putri sedih.
“Bukankah itu lebih baik daripada dihukum mati? Aku
minta maaf karena tidak bisa lagi melindungi anda dan Yang Mulia sampai akhir.”
Ucap Anpyeong.
“Jaga diri paman baik2.” Jawab Putri.
“Hyungnim, bertahanlah. Adikmu, Geum Sung, berjanji
akan membersihkan namamu.” Ucap Geum Sung.
“Geum Sung, sekarang kau yang harus mendukung Yang
Mulia. Aku bagaimana pun caranya akan kembali untuk menghukum Pangeran
Sooyang.” Jawab Anpyeong.
Lalu, Kepala Pengawal datang mengingatkan kalau
mereka harus segera berangkat. Putri Kyung Hee menangis.
Disaat yg sama, Seung Yoo bersama tahanan lain juga
diarah menuju pengasingan. Jong dan Profesor Lee Gae ada diantara masyarakat yg
menonton. Seung Yoo keluar bersama para tahanan. Jong dan Profesor Lee langsung
teriak memanggil Seung Yoo.
“Kumohon, jaga dirimu.” Ucap Profesor.
Seung Yoo terus jalan. Ia tak melihat Se Ryung dan
Yeo Ri yg ada di kerumunan org2. Se Ryung menangis melihat Seung Yoo. Yeo Ri
mencemaskan Se Ryung, dan Se Ryung terus melihat Seung Yoo.
Dari arah berlawanan, ada tahanan lain yg terdiri
dari wanita dan anak2 diarak. Diantara tahanan2 itu, ada Lady Ryu dan Ah Kang.
Ah Kang melihat Seung Yoo dan memberitahu ibunya. Tapi sang ibu menyuruhnya
diam. Ah Kang teriak, PAMAN! Se Ryung mendengar teriakan Ah Kang, langsung
menoleh ke Ah Kang. Ah Kang pingsan.
“Ah Kang!” teriak Lady Ryu
Seung Yoo mendengar nama Ah Kang disebut. Ia menoleh
ke belakang dan tidak melihat Lady Ryu dan Ah Kang yang ditutupi kerumunan org.
Seung Yoo jalan lagi dan terus menoleh ke belakang. Profesor Lee dan Jong
mengiringi Seung Yoo.
Lady Ryu panik, “Ah Kang, buka matamu. Tuan, tolong
anakku.”
Se Ryung ingin mendekat, tapi dihalangi pengawal.
Yeo Ri mengajak Se Ryung pulang.
Dalam perjalanan pulang, Se Ryung baru ingat pernah
melihat Ah Kang di rumah Seung Yoo. Se Ryung pun beranjak pergi.
Myun di kantornya, kaget melihat Ah Kang dan Lady
Ryu yg jalan melintas. Tapi Myun diam saja. Ia lalu berbalik dan kaget melihat
Se Ryung di belakangnya. Myun terus jalan melewati Se Ryung.
“Anak itu membutuhkan dokter.” Ucap Se Ryung
menghentikan langkah Myun.
“Aku tidak bisa mengizinkanmu memberikan pengobatan
pada keluarga penjahat.” Jawab Myun.
“Apa salah anak kecil itu? Apa kau benar2 tidak
memiliki darah dan air mata?” tanya Se Ryung.
Myun berbalik dan menatap tajam Se Ryung, “Apa kau
melakukan ini karena mereka keluarga Seung Yoo?”
“Aku mohon padamu. Kalau anak itu sampai kenapa2, aku
tidak akan pernah memaafkan diriku. Kurasa, hal yang sama juga akan dirasakan
Petugas Shin.” Jawab Se Ryung.
Myun pun akhirnya mengizinkan Se Ryung menolong Lady
Ryu. Saat bertemu Lady Ryu, Se Ryung membungkuk memberi hormat.
“Siapa kau?” tanya Lady Ryu heran.
“Anak itu sakit. Sebaiknya diobati dulu.” Jawab Se
Ryung.
Se Ryung membawa Lady Ryu ke tabib. Tabib memeriksa
Ah Kang. Tabib bilang Ah Kang sakit karena syok. Tabib pun segera menyiapkan
obat untuk Ah Kang. Lady Ryu memeluk Ah Kang. Kesedihan tampak di wajahnya.
“Bagaimana aku dapat membalas kebaikanmu?” tanya
Lady Ryu.
“Tidak usah.” Jawab Se Ryung.
“Kenapa kau membantu kami?” tanya Lady Ryu.
“Itu karena….”
Lady Ryu memotong kata2 Se Ryung. “Aku baru saja
kehilangan keluargaku di depan mataku, aku tidak bisa kalau harus kehilangan
anakku juga. Aku berterima kasih padamu.”
“Justru aku yang minta maaf. Aku benar2 menyesal.”
Ucap Se Ryung.
“Apa maksudmu?” tanya Lady Ryu.
Se Ryung diam saja. Tabib lalu datang membawa obat.
“Penyelidikan ulang?” tanya Sooyang saat menemui
Danjong.
“Penyelidikan ulang untuk mencari tahu
kebenarannya.” Jawab Danjong.
“Yang Mulia, apa anda benar2 tidak percaya padaku?”
tanya Sooyang.
“Aku hanya berusaha bersikap adil. Tanpa bukti yang
jelas, Paman Anpyeong dikirim ke pengasingan. Ini tidak benar.” Jawab Danjong.
Lalu, Shin Suk Joo datang membawa bukti kejahatan
Pangeran Anpyeong berupa surat yang ditemukan di kediaman Pangeran Anpyeong. Danjong
syok membaca isi surat itu. Shin Suk Joo berkata kalau Pangeran Anpyeong
memerintahkan Petugas Lee Jin Ok untuk mengerahkan pasukan untuk mencelakai
Raja dan Pangeran Sooyang karena mengincar takhta.
Sooyang pun meminta Anpyeong dihukum sayak.
Putri Kyung Hee heran, kenapa dia menyuruhku ke
sana?
“Maafkan saya. Pangeran Pendamping yang menyuruh
saya membawa anda ke sana.” Jawab Eun Geum.
Putri akhirnya keluar diantar Eun Geum. Eun Geum
mengantarnya ke taman. Sesampainya di sana, Putri tertegun melihat banyak
sangkar burung tergantung di pohon. Jong yang sudah menunggu di sana, tersipu
malu.
“Eun Geum bilang, kau suka mendengar kicauan burung
saat masih berada di istana.” Ucap Jong.
“Dan kau menyiapkan ini untukku?” tanya Putri.
“Di taman ini, aku ingin melihatmu tersenyum lagi.
Setelah apa yang terjadi, satu demi satu, aku akan berusaha sekeras mungkin
melindungi kau dan Yang Mulia.” Jawab Jong.
Putri tersentuh. Kemudian, Eun Geum datang membawa
berita buruk. Pemerintah mengajukan petisi pada Raja untuk menghukum mati
Pangeran Anpyeong dengan cara disayak! Putri dan Jong kaget. Jong pun pergi
untuk mencari tahu kebenarannya.
Di istana, menteri2 yg berpihak pada Sooyang memohon
pada Raja menghukum mati Pangeran Anpyeong dengan cara sayak—minum racun.
Danjong tak bisa berbuat apa2 lagi. Sooyang mereka di atas angin.
Seung Yoo dan para tahanan duduk di dek bawah kapal.
Mereka akan menuju ke pengasingan. Tak jauh dari kapal mereka, ada kapal lain
yg berisi anak buah Myung Hoe.
Tahanan yang duduk disamping Seung Yoo mulai curiga
kalau mereka tidak akan dibawa ke Pulang Kang Hwa. Ia mencoba melepaskan rantai
yang membelit tangannya. Ia lalu berkata pada Seung Yoo dan tahanan yg duduk
disampingnya kalau mereka tidak akan dibawa ke Pulang Kang Hwa karena ini sudah
lewat Pulang Kang Hwa. Ditambah lagi ada kapal lain yang mengikuti mereka di
belakang. Ia juga berkata ttg Raja Taejo yang memasukkan seluruh keluarga
kerajaan Dinasti Goryeo ke dalam kapal, lalu menenggelamkan kapal itu di laut.
Di istana, Pangeran Geum Sung dan Jong menemui
Sooyang.
“Kali ini siapa lagi yg akan kau bunuh? Apa nanti
giliran kepalaku yang akan kau penggal?” tanya Geum Sung.
“Apa kau pikir aku senang melakukannya?” jawab
Sooyang.
“Apa kau pikir kau bisa menutup langit dengan
telapak tanganmu? Atas nama Tuhan, aku Geum Sung, tidak akan pernah
memaafkanmu.” Ucap Geum Sung.
“Aku tahu bagaimana perasaanmu, tapi aku minta kau
jaga sikapmu.” Jawab Sooyang.
Seorang tahanan pura2 sakit perut untuk menarik
perhatian pengawal. Pengawal pun datang. Begitu pengawal datang, tahanan yg
lain langsung menyerangnya. Tahanan itu lantas meminta kunci rantai yg mengikat
tangannya.
Kapal yg membawa para tahanan memberikan kode pada
kapal anak buah Myung Hoe.
Seorang penjaga,
menyelinap ke kapal bawah untuk menghancurkan kapal.
Saat pengawal mau memberikan kunci, tiba2 saja kapal
miring. Beberapa prajurit jatuh ke laut. Seorang tahanan akhirnya mendapatkan
kunci. Namun tiba2, tahanan lain mengarahkan pedang kepadanya dan meminta kunci
itu. Mereka pun akhirnya berebut kunci.
Putri Kyung Hee menunggu dengan gelisah di kamarnya.
Begitu Jong pulang, ia tanya gimana hasilnya. Namun Jong diam saja dan wajahnya
pucat. Putri pun terduduk lemas. Ia mengerti Pangeran Anpyeong tidak akan
selamat.
Pangeran Anpyeong masih dalam perjalanan. Kemudian
petugas datang membawakan surat berisi perintah Raja.
Pangeran Anpyeong pucat tapi ia tak bisa apa2. Ia
terpaksa menjalani prosesi sayak. Pangeran Anpyeong memegang cawan dengan
tangan gemetar, kemudian meminumnya.
“Sooyang, aku tidak akan pernah memaafkanmu.” Ucap
Pangeran Anpyeong, kemudian muntah darah dan meninggal dunia.
Sooyang berkumpul dengan sekutunya. Ia diam saja.
Myung Hoe tertawa puas lalu berkata kalau Pangeran Anpyeong dan Sooyang secara
bersamaan akan menjadi teman menuju akhirat. Myung lalu tertawa, dan Sooyang
tersenyum menyeringai.
Air terus merembes ke dalam kapal Seung Yoo. Seok
Joo—tahanan yang tadi duduk disamping Seung Yoo—berusaha melepaskan rantai yg
membelit tangannya dgn cara memukul2 rantai itu. Tiba2, ada tahanan lain yg mau
menikam Seok Joo. Seung Yoo pun menyelamatkan Seok Joo dengan membunuh tahanan
itu.
Seung Yoo dan Seok Joo saling membantu. Mereka lalu
sama2 menyelam ke dasar kapal, lalu berhasil naik permukaan.
Anak buah Han yg melihat prajurit dan tahanan di
permukaan, langsung memanah mereka.
Seung Yoo dan beberapa tahanan lain berenang ke
darat. Anak buah Han mengejar mereka.
“Kau anggota keluarga Wakil Perdana Menteri Kim Jong
Seo kan?” tanya Se Ryung saat mengantar Lady Ryu dan Ah Kang kembali ke Kantor
Hanseong.
“Bagaimana kau tahu?” tanya Lady Ryu heran.
“Aku pernah datang ke kediaman kalian dan melihat
anak ini.” jawab Se Ryung.
“Begitu rupanya.” Ucap Lady Ryu.
“Tuan Muda Kim lolos dari eksekusi dan dibuang ke
Pulau Kanghwa.” Jawab Se Ryung.
“Benarkah itu?” tanya Lady Ryu kaget.
“Ya, saya melihatnya sendiri.” Jawab Se Ryung.
“Ini melegakan. Setidaknya aku dan anakku masih ada
harapan.” Ucap Lady Ryu.
Sooyang ke kantor Myun. Ia berkata akan segera
memberikan Myun jabatan di istana. Myun pun mengucapkan terima kasih.
“Sudah waktunya kau pergi.” Ucap Se Ryung pada Lady
Ryu.
Se Ryung berpisah dgn Lady Ryu dan Ah Kang. Lalu, ia
bertemu dengan Sooyang dan Myun.
“Apa yang kau lakukan di sini? Wanita itu seperti
anggota keluarga penjahat. Kenapa dia bisa alan2 dengan bebas?” ucap Sooyang.
“Itu….”
“Anak kecil itu sakit….” Se Ryung memotong kata2
Myun, “… jadi aku membawanya ke tabib.”
“Memangnya siapa mereka sehingga kau begitu peduli?”
tanya Sooyang.
“Mereka adalah menantu dan cucu Wakil Perdana
Menteri Kim Jong Seo.” Jawab Se Ryung.
Sooyang pun terdiam. Dan Myun kaget dengan jawaban
Se Ryung.
“Kau mulai lagi. Karena kau sangat menyukai anak2,
kuharap kalian akan segera memberiku cucu.” Ucap Sooyang sambil menatap Myun.
“Ayah.” protes Se Ryung.
“Sebentar lagi kalian akan menikah jadi tidak perlu
merasa malu.” Jawab Sooyang.
Seung Yoo dan tahanan lain berhasil tiba di darat.
Anak buah Myung Hoe mengejar dan memanah mereka. Seok Joo yg tangannya masih di
rantai dgn tangan Seung Yoo memaksa Seung Yoo melarikan diri. Anak buah Myung
Hoe terus mengejarnya.
Seung Yoo, Seok Joo dan seorang tahanan lain
bersembunyi di balik semak2. Seung Yoo rupanya mengenali wajah salah satu anak
buah Myung Hoe sbg pembunuh ayahnya. Seung Yoo marah. Ia ingin berteriak dan
melemparkan batu pada pembunuh ayahnya, namun Seok Joo langsung membekap mulut
Seung Yoo. Anak buah Myung Hoe lalu pergi. Seok Joo menarik napas lega.
Malam pun tiba. Anak buah Myung Hoe berkumpul.
Seorang dari mereka berkata tidak bisa menemukan Seung Yoo. Pembunuh yg lain
berkata mereka hanya perlu memenggal kepala Seung Yoo untuk bisa mendapatkan
jabatan di pemerintahan. Mereka pun akhirnya memutuskan menunggu sampai pagi.
Seo Joo memata2i para pembunuh. Mengetahui para
pembunuh sudah pergi, Seok Joo mencari tahanan lain dan menyuruh mereka keluar.
Seok Joo juga memperingatkan Seung Yoo agar tak bertindak macam2. Ia berkata
jika Seung Yoo mau balas dendam, maka Seung Yoo harus menunggu saat yg tepat.
Seok Joo dan yg lainnya mulai memikirkan jalan
keluar dari pulau itu. Seorang tahanan—No Geol—mengusulkan untuk mencuri kapal.
Seok Joo tak setuju, karena mereka tak punya senjata. Seok Joo yakin para
pembunuh itu akan menghadang mereka di tengah laut. Seorang tahanan lain
mengusulkan bersembunyi di pulau itu sampai mereka pergi. Seung Yoo berkata
kalau mereka tidak akan pergi begitu saja. Seok Joo pun mengusulkan mendatangi
kapal para pembunuh untuk mencuri senjata mereka, lalu menghabisi para
pembunuh.
Semua mulai bergerak. Saat Seung Yoo dan Seok Joo
melewati sebuah pohon, rantai mereka tersangkut.
Seok Joo : Kau ini mau tetap mati atau hidup?
Seung Yoo : Sisi di sana basah, kau akan
meninggalkan jejak jika melewatinya.
Seok Joo kaget. Ia pun akhirnya menyadari kemampuan
Seung Yoo.
Mereka akhirnya tiba di pantai. Mereka mengendap2
diantara pembunuh yg tertidur dan mencuri senjata mereka. Salah seorang tahanan
menginjak tangan salah seorang pembunuh yg lagi tidur. Para pembunuh itu pun
bangun. Seung Yoo dan yg lainnya pun melarikan diri.
Saat melarikan diri, lagi2 rantai Seung Yoo dan Seok
Joo nyangkut di pohon. Pembunuh mendekat. Seung Yoo dan Seok Joo pun terpaksa
melawan pembunuh itu. Mereka pun berhasil melumpuhkan pembunuh itu. Seung Yoo
dan Seok Joo kembali bersembunyi. Seung Yoo kembali melihat pembunuh ayahnya.
Ia tak tahan lagi dan maju menyerang pembunuh ayahnya.
Pria itu, si pembunuh ayah Seung Yoo, merasa di atas
angin karena berhasil melumpuhkan Seung Yoo. Ia lalu mengarahkan pedangnya ke
jantung Seung Yoo. Seung Yoo berusaha sekuat tenaga agar pedang itu tidak
sampai menusuknya. Ia lalu kembali teringat saat pembunuh itu membantai
ayahnya. Dendam yg begitu besar, membuat Seung Yoo berhasil membalikan pedang
itu dan akhirnya menusuk si pembunuh. Seok Joo terpana melihatnya.
BERSAMBUNG………