Anak buah Myung Hoe
menyamar sebagai pelayan di Kediaman Sooyang. Saat Seung Yoo lewat di belakang
mereka, mereka tak sadar. Ya, Seung Yoo juga menyamar sebagai pelayan.
Seung Yoo juga
berpapasan dengan Jong. Seung Yoo tak melihat Jong, tapi Jong melihat Seung
Yoo. Namun, Jong tak yakin dengan penglihatannya.
Lady Yoon menasehati
Se Ryung.
“Lupakan dia. Hanya
Petugas Shin satu2nya orang yg boleh ada di matamu. Ikuti dia dan jadilah
bayangannya. Apa kau mengerti?” tanya Lady Yoon.
Nasihat itu justru
mengingatkan Se Ryung pada Seung Yoo, saat dirinya menyamar sebagai Tuan Putri,
Seung Yoo mengajarkannya tentang 3 kepatuhan, yang salah satunya adalah wanita
yang akan menjadi bayangan pria. Teringat Seung Yoo, membuat Se Ryung sedih.
Seung Yoo mulai
menyusup ke Kediaman Sooyang. Tak sulit bagi Seung Yoo menemukan kamar Se
Ryung. Se Ryung adalah putri pertama Keluarga Sooyang. Setiap kamar diatur
berdasarkan ajaran Konfusianisme, jadi Seung Yoo bisa dengan mudah menemukan
kamar Se Ryung.
Myun dan rombongannya
akhirnya tiba di Kediaman Sooyang. Pangeran Geum Sung dan Jong saling
berpandangan. Sooyang menatap Jong dan pengawal yg menyertai Jong. Ia pun
tersenyum licik, karena sudah tahu siapa pengawal2 itu.
Se Ryung duduk
sendirian di kamarnya. Ia teringat momen indahnya bersama Seung Yoo di dekat
air terjun. Tiba2, seseorang keluar dari balik sekat kamar. Orang itu, SEUNG
YOO! Seung Yoo mengeluarkan seutas tali dari balik bajunya. Se Ryung menyadari
ada seseorang di belakangnya. Seung Yoo kemudian membungkam mulut Se Ryung dan
mengikatnya kuat2, sebelum Se Ryung sempat melihatnya. Kemudian, Seung Yoo
memasukkan Se Ryung ke dalam kantong kain.
Sooyang dan
istrinya, Myun dan juga para tamu gelisah karena Se Ryung yang belum juga
keluar. Sooyang lantas memberikan kode pada istrinya untuk pergi melihat Se
Ryung.
“Nona, apa yang anda
lakukan di dalam? Meskipun anda tidak suka, anda tidak bisa menghindari
pernikahan ini.” ucap Yeo Ri.
Lady Yoon datang dan
memarahi Yeo Ri. Ia bilang kalau Se Ryung tidak mau keluar kamar, seharusnya
Yeo Ri menyeretnya keluar. Ia lalu menyuruh Se Ryung keluar. Namun karena tak
ada jawaban dari Se Ryung, Lady Yoon pun akhirnya membuka pintu kamar dan
terkejut melihat kondisi kamar yg berantakan dan Se Ryung tak ada di sana.
Seung Yoo membawa Se
Ryung keluar. Seorang pelayan yg melihat kantong yg dibawa Seung Yoo pun
curiga. Namun Seung Yoo dengan cepat melumpuhkan pelayan itu dan bergegas
pergi.
Lady Yoo dan Yeo Ri
menemui Sooyang, Myun dan keluarga lainnya. Yeo Ri menunjukkan sepatu Se Ryung
pada Sooyang. Sooyang tanya apa itu sepatu Se Ryung. Yeo Ri membenarkan. Lady
Yoon pusing, kemana anak itu. Disaat semuanya pusing mikirin kemana perginya Se
Ryung, pelayan yg tadi diserang Seung Yoo datang. Dipapah oleh rekan2nya sesaman
pelayan.
“Nyonya, tadi ada
pria mencurigakan yg pergi dengan kantong besar. Dia diserang saat mencoba
menahan pria itu.”
“Seberapa besar
kantongnya?” tanya Myun
“Cukup untuk memuat
seseorang di dalam.” Jawab si pelayan.
“Mungkinkah Se Ryung
yang ada di dalamnya?” tanya Sooyang.
“Ini penculikan.”
Jawab Myun.
“Penculikan? Apa
maksudmu penculikan? Siapa… Noonim?” ucap Soong.
Lady Yoon jatuh. Yeo
Ri dan Se Jeong langsung lari menolong Lady Yoon.
“Siapa yang berani….
Siapa yang berani menculik putriku!” geram Sooyang.
Myun pun beranjak
pergi. Geum Sung mendengar pembicaraan Sooyang di belakang.
Myun mengerahkan
pasukannya. Ia berkata, “Ada yang menculik Nona. Dia membawa Nona dalam kantong
kain. Dia mungkin pergi dengan kuda atau tandu. Cepat kejar dia!”
Myun dan pasukannya
pun pergi mengejar si penculik.
Seung Yoo memacu
kudanya dengan kantong kain di depannya.
Para tamu bingung
karena upacara pernikahan yg belum juga dimulai. Geum Sung menyuruh 3 anak
buahnya pergi. Myung Hoe menatap tajam Geum Sung, lalu menyuruh 2 anak buahnya
menangkap 3 anak buah Geum Sung. Namun, anak buah Myung Hoe gagal menangkap
mereka. Myung Hoe pun kesal.
Jong tidak mengerti
apa yg terjadi. Betapa kagetnya Jong, saat Geum Sung memberitahu ttg hilangnya
Se Ryung.
Sooyang dan Lady
Yoon datang ditemani Soong dan Se Jeong.
“Putriku tiba2
terserang mual2 dan flu. Mungkin dia tahu ayahnya ini belum rela melepaskan
kepergiannya. Penyebab sakit putriku, pasti akan kuselidiki.” Ucap Sooyang
sambil menatap tajam Geum Sung.
“Kami benar2 minta
maaf, sudah membuat kalian datang jauh2. Kami berjanji akan mengundang kalian
lagi. Sebelum pergi, silahkan menikmati hidangan yang sudah disediakan.” Ucap
Lady Yoon.
Geum Sung dan Jong
beranjak pergi. Gak lama setelah kepergiaan Geum Sung dan Jong, Sooyang dan
keluarganya juga pergi dikawal Im Woon.
Jae Beon bertanya ke
penduduk setempat. Setelah mendapatkan informasi, Jae Beon langsung melapor ke
Myun kalau orang itu melihat seseorang yg pergi dengan kuda membawa kantong
kain menuju Pelabuhan Mapo. Myun dan pasukannya pun bergegas ke sana.
Seung Yoo membawa Se
Ryung ke Bing Ok Gwan. Setelah mengikat kudanya, ia bergegas membawa Se Ryung
masuk. Saat melihat No Geol yg sedang mencuci muka, ia bersembunyi. Begitu No
Geol pergi, Seung Yoo pun membawa Se Ryung ke gudang.
Seung Yoo
mengeluarkan Se Ryung dari dalam kantong. Se Ryung yang dalam kondisi setengah
sadar, samar2 melihat Seung Yoo, kemudian pingsan. Seung Yoo lalu mengikat erat
Se Ryung. Setelah mengikat Se Ryung, ia memandangi Se Ryung sejenak, lalu pergi
keluar dan mengunci pintu gudang.
Muyeong keluar dari
dapur membawa sayur. No Geol mencicipi makanan di meja langsung dengan
tangannya. Hal itu, membuat tangannya dipukul Muyeong. Muyeong menunjuk sumpit
dengan dagunya. No Geol pun mengambil sumpit. Muyeong kemudian memukul pantat
No Geol terus pergi sambil tersenyum geli.
“Wanita ini… ah
bukan, pria itu.” ucap No Geol.
Seok Joo dan Chohi
turun. No Geol langsung menghampiri mereka.
No Geol heran,
“Kenapa Noonim dan Hyungnim turun bersama2? Apa semalam kalian….”
Chohi pun langsung
memukul bagian belakang kepala No Geol, lalu berkata, “Kalau kau bicara omong
kosong lagi, jangan makan!”
Chohi pun pergi.
Setelah Chohi pergi, Seok Joo ikut2an memukul bagian belakang kepala No Geol.
Seok Joo pun pergi menyusul Chohi. No Geol kesal dan teriak kalau dia tidak
akan makan.
Soaeng turun dan No
Geol langsung mengajaknya duduk. Soaeng menanyakan Seung Yoo. Tiba2, Seung Yoo
datang. Ia sudah memakai pakaian hitam-nya lagi. Seok Joo tanya darimana saja
Seung Yoo sepagi itu. Seung Yoo bukannya menjawab malah minta kertas dan tinta.
Seok Joo bingung, kertas, tinta… No Geol pun menjelaskan kertas dan tinta yg
dimaksud Seung Yoo adalah kertas, kuas… Soaeng pun langsung pergi mencari
kertas.
Di kamarnya, Seung
Yoo mulai menulis… Sooyang….
Shin Sook Joo
menemui Sooyang. Ia tanya apa yang terjadi. Sooyang bilang malu bertemu dengan
Shin Sook Joo. Shin Sook Joo bilang mudah2an Myun membawa kabar bagus nantinya.
Mereka lalu
berkumpul dengan Myung Hoe, Kwon Ram dan Onyeong.
“Apa mungkin
Pangeran Geum Sung yang melakukan semua ini? Dia sengaja membocorkan informasi
palsu untuk menikam kita dari belakang.” Ucap Kwon Ram.
“Informasi palsu?”
tanya Shin Sook Joo.
“Maafkan aku, Besan.
Aku tidak memberitahumu kalau Geum Sung berniat membunuhku.” Jawab Sooyang.
“Aku tahu kau pasti
punya alasan merahasiakannya. Tapi menurutmu, apa Pangeran Geum Sung yang
melakukan ini?” ucap Shin Sook Joo.
“Ini tidak mungkin
rencana Pangeran Geum Sung. Dia tidak mungkin menculik Nona Se Ryung dan
membocorkan rencana pemberontakan. Ada orang lain di balik semua ini.” jawab
Myung Hoe.
“Apa maksudmu orang
lain?” tanya Shin Sook Joo.
“Musuh yang tidak
terlihat.” Komentar Onyeong.
Putri mondar mandir
di halaman rumahnya. Ia cemas karena belum ada berita dari Jong dan Geum Sung.
Eun Geum menenangkan Putri dgn bilang kalau Jong dan Geum Sung pasti baik2
saja. Tak lama, Jong dan Geum Sung pulang.
Putri kaget, “Se
Ryung diculik?”
“Seseorang menculik
Nona Se Ryung.” Jawab Jong.
“Siapa pelakunya?”
tanya Putri.
“Karena pengantin
wanitanya menghilang, pernikahan pun ditunda dan kita tidak bisa melanjutkan
rencana kita.” jawab Geum Sung.
“Siapa yang
melakukan ini?” tanya Putri.
Jong tiba2 inget
pelayan yg mirip Seung Yoo di Kediaman Sooyang.
“Tidak mungkin. Ini
tidak mungkin.” ucap Jong sambil menggeleng2kan kepalanya.
“Apa yang kau
bicarakan?” tanya Putri.
“Di Kediaman
Sooyang, aku melihat seseorang yang mirip dengan Seung Yoo.” jawab Jong.
“Itu tidak mungkin.
Mungkin karena kau yang terlalu merindukannya, jadi kau salah melihat.” Ucap
Putri.
Kwon Ram : Petugas
Hanseong sedang mengejarnya, kita tidak punya cara lain selain menunggu.
Myung Hoe : Kita
tidak bisa diam saja.
Shin Sook Joo : Dia
pasti akan datang lagi untuk menyakiti Pangeran Sooyang.
Myung Hoe : Dalang
dibalik semua ini pasti Pangeran Geum Sung. Kita harus menangkapnya.
Sooyang :
Perintahkan Petugas Hanseong untuk menangkapnya.
Anak buah Myun
mendatangi kediaman Putri Kyung Hee. Putri Kyung Hee dan Jong kaget saat tahu
Sooyang memberi perintah untuk menangkap Geum Sung. Geum Sung pun dibawa pergi
oleh anak buah Myun. Putri dan Jong tak bisa berbuat apa2.
Putri dan Jong
menemui Danjong.
Danjong kaget,
“Paman Geum Sung dipenjara?”
Jong menjelaskan
kalau Sooyang memberi perintah Petugas Hanseong untuk menangkap Geum Sung.
Danjong kesal,
“Sekarang dia sudah berani bertindak tanpa berkonsultasi denganku terlebih
dahulu.”
“Yang Mulia,
tenanglah dulu.” Jawab Putri.
“Kali ini, aku tidak
bisa diam saja. Paman Sooyang menangkap Paman Geum Sung yang tidak bersalah.”
Ucap Raja.
Jong dan Putri
saling berpandangan. Jong pun akhirnya menjelaskan kalau Geum Sung berencana
melakukan pemberontakan di hari pernikahan Se Ryung. Tapi karena pernikahan itu
dibatalkan, mereka tidak bisa melanjutkan rencana mereka.
Danjong : Ini
berarti Paman Sooyang mengetahui rencana Paman Geum Sung?
Jong membenarkan.
Danjong : Kenapa
kalian tidak memberitahuku?
Jong : Maafkan saya.
Danjong : Pertama,
kita harus memindahkan Paman Geum Sung ke Biro Penyelidik Kerajaan. Jika dia
tetap berada di Hanseong, kita tidak akan bisa tahu apa yang terjadi padanya.
Aku tidak mau kehilangan Paman Geum Sung juga. Apapun yang terjadi, aku akan
melindungi Paman Geum Sung.
Se Ryung mulai
sadar. Ia terkejut menyadari dirinya berada di tempat asing. Ia lalu mencoba
melepaskan ikatannya, tapi tidak bisa.
Seung Yoo duduk dan
membersihkan pedangnya. Ia lalu teringat kata2 Se Ryung. Se Ryung bilang ingin
menjadi bayangan Seung Yoo dan Seung Yoo juga menjadi bayangannya.
Muyeong keluar
membawa barang2 yg sudah tidak dipakai lagi. Ia menyuruh No Geol membuang
barang itu.
No Geol : Aku?
Muyeong : Lalu kau
mau orang lemah seperti aku melakukannya?
No Geol : Lemah
katamu? Kita punya barang yang sama.
Muyeong lalu mengeluarkan
pisaunya dan mengancam No Geol. No Geol pun mengalah, kemudian tanya kemana
barang2 itu harus dibawa. Muyeong menyuruh No Geol membawa barang itu ke
gudang. Seung Yoo terkejut.
Sebelum No Geol pergi, Seung Yoo bangkit dan
mengambil barang2 itu lalu membawanya keluar. Muyeong dan No Geol kaget. Tapi
Seok Joo curiga.
Seung Yoo meletakkan
barang2 itu di depan gudang. Ia kemudian menatap ke arah gudang.
Se Ryung berhasil
melepaskan ikatannya. Tiba2, ia mendengar suara2. Ia lalu mencari sesuatu sbg
senjata, dan pura2 pingsan.
Seung Yoo masuk ke
dalam. Yakin kondisi aman, ia pun berbalik dan mau keluar. Saat itulah Se Ryung
bangkit dan hendak menusuk Seung Yoo. Seung Yoo tahu. Dengan reflek ia berbalik
dan menahan tangan Se Ryung. Se Ryung kaget setengah mati melihat Seung Yoo.
Saat Seung Yoo mengikatnya, ia diam saja.
“Bagaimana… apa ini
benar2 kau, Guru? Kau masih hidup? Aku pikir kau sudah mati karena kapalmu
tenggelam. Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau masih hidup?”
Seung Yoo berbalik
memunggungi Se Ryung. Lalu dengan dingin ia berkata, “Kim Seung Yoo yang kau
kenal dulu sudah mati.”
Seung Yoo lalu
menatap tajam Se Ryung.
“Putri musuh yang
membunuh ayahku, akan menikah dengan teman yg mengkhianatiku….”
Se Ryung menunduk.
Ia merasa bersalah.
“Benar2 pasangan yg
serasi.” Ucap Seung Yoo.
Se Ryung menatap
Seung Yoo.
“Bukankah kau
memintaku tetap bertahan dan kembali hidup2 untuk membunuhmu?” tanya Seung Yoo
dingin.
“Guru.” Jawab Se
Ryung.
“Bukankah kau
berkata kau akan menunggu hari dimana aku akan membunuhmu dengan tanganku
sendiri?” tanya Seung Yoo.
Se Ryung kaget.
Seung Yoo tersenyum menyeringai.
“Apa itu hanya omong
kosong? Tunggu saja, aku pasti akan membunuhmu.” Ucap Seung Yoo.
Seung Yoo bersiap
pergi. Se Ryung memanggil Seung Yoo, Guru. Seung Yoo murka dan mencekik Se
Ryung.
Seung Yoo mengancam, jika Se Ryung terus memanggilnya seperti itu, ia
akan membunuh Se Ryung saat itu juga. Se Ryung berkaca2 menatap Seung Yoo.
Seung Yoo kembali mengikat Se Ryung, lalu mendorong Se Ryung hingga jatuh ke
tanah.
Seok Joo melihat
Seung Yoo keluar dari gudang. Ia pun heran melihat raut muka Seung Yoo.
“Kim Seung Yoo yang kau kenal sudah mati.”
Se Ryung pun
menangis mengingat kata2 itu.
Myun dan pasukannya
tiba di Bing Ok Gwan. Para gisaeng dan tamu terkejut. Muyeong pun langsung
masuk, memanggil Chohi. Jae Beon berkata kalau mereka datang untuk mencari pria
mencurigakan. Soaeng berkata tidak ada pria mencurigakan di sana, yg ada hanya
pria hidung belang. Soaeng lalu mengajak Myun dan pasukannya masuk untuk
mencicipi anggur Bing Ok Gwan. Myun memberi perintah pasukannya untuk masuk ke
dalam.
“Jangan bergerak!”
teriak Jae Beon.
Myun masuk ke dalam.
Chohi langsung mendekat, Apa ada yang bisa dibantu? Jika kalian ingin minum,
duduklah. Jika ingin mencari gadis2 kami, maka tunggulah.
Myun berkata, Kami
mencari pria mencurigakan.
No Geol gemetaran,
Seok Joo pun langsung memegang tangan No Geol.
“Tidak ada orang
seperti itu di sini.” Jawab Chohi.
“Periksa tempat
ini!” perintah Myun.
Seung Yoo dari atas,
melihat Myun dan pasukannya. Ia pun menyelinap keluar dan berhasil menghindari
Myun beberapa kali. No Geol berbisik pada Seok Joo, siapa yang dicari oleh
mereka. Seok Joo menggeleng. Mereka lalu mendengar percakapan dua tentara ttg
Putri tertua Sooyang yang mungkin saja berada di tempat itu. Seok Joo pun
langsung menyadari sesuatu.
Se Ryung mengintip
keluar melalui celah2 di pintu gudang. Ia lalu melihat Myun yang berjalan
mendekat. Se Ryung pun menjauh dari pintu. Saat Myun mencoba masuk ke dalam
terdengar teriakan pasukannya yang menyuruh menangkap orang itu. Tampak
seseorang yang sedang berlari keluar. Myun dan pasukannya pun langsung mengejar
orang itu. Ya, orang itu No Geol yg ditugaskan mengalihkan perhatian.
Seung Yoo langsung
mengeluarkan Se Ryung dari gudang. Namun tiba2, langkah mereka ditahan Seok
Joo. Keduanya kaget.
Se Ryung menunggu di
dalam kamar Seung Yoo. Wajahnya terlihat tegang.
“Apa gadis itu putri
Pangeran Sooyang?” tanya Seok Joo.
Seung Yoo diam saja.
“Jawab aku!”
“Itu benar.”
Seok Joo marah dan
mencengkram kerah baju Seung Yoo.
“Apa yang kau
pikirkan? Jangan bilang ini caramu balas dendam!” ucap Seo Joo, kemudian
melepaskan cengkramannya. “… menggunakan wanita yang tidak bersalah sbg umpan, apa
kau tidak merasa malu pada ayahmu yang kau hormati itu dan membuatmu sangat
berduka?”
“Jaga bicaram!”
jawab Seung Yoo marah.
“Kupikir kau berbeda
dari yg lain. Pergi. Jangan buat org2 di sini dapat masalah.” Ucap Seok Joo.
Seung Yoo jalan
pergi. Bersamaan dengan itu, No Geol masuk. No Geol mengeluh, Hyungnim, kupikir
aku bakal mati saat mereka tadi menangkapku. Kenapa kau menyuruhku melakukan
hal yang berbahaya seperti itu? Seok Joo diam saja. Ia pusing menghadapi
tingkah Seung Yoo.
Seung Yoo masuk ke
kamarnya dan menyuruh Se Ryung ganti baju. Se Ryung diam saja dan memandangi
Seung Yoo dengan penuh air mata. Seung Yoo lalu membuka baju Se Ryung. Sebuah
kantong pun terjatuh. Seung Yoo mengambilnya dan menjatuhkan isinya ke lantai.
Isinya, pecahan cincin garakji. Seung Yoo kaget melihatnya.
Seung Yoo gemetaran.
Ia ingat kata2 Se Ryung di kuil.
“Itu adalah satu2nya peninggalan dari orang
yang kucintai, jadi kumohon, kembalikan.”
Se Ryung memungut
pecahan garakjinya satu per satu.
“Kenapa kau mengambil
barang yang sudah rusak? Cepat ganti baju!” ucap Seung Yoo.
Se Ryung diam saja.
Seung Yoo menarik tangan Se Ryung.
Se Ryung marah,
“Meskipun ini sudah hancur, bagiku ini mewakili orang yang memberikan seluruh
hatinya yang tidak bercatat padaku.”
“Apa guru ada di
Kuil Seung Beop kemarin? Apa kau mengikutiku selama ini? Aku selalu
memikirkanmu, dan kau mengikutiku, Guru. Terima kasih banyak. Karena tetap
hidup. Terima kasih banyak.” Ucap Se Ryung.
Seung Yoo berkaca2,
tapi ia mengeraskan hatinya, kemudian mencengkram kedua bahu Se Ryung. Seung
Yoo meminta Se Ryung melakukan apa yang dia suruh, lalu melemparkan Se Ryung ke
kasur. Se Ryung menangis, lalu mulai mengganti bajunya. Seung Yoo yg tidak
tahan akhirnya pergi keluar.
Seung Yoo membawa Se
Ryung pergi keluar. Namun tiba2, Se Ryung menarik Seung Yoo dan mengajak
bersembunyi. Ternyata Se Ryung melihat Myun. Myun dan pasukannya masih bertahan
di sana. Karena tidak menemukan apa2, akhirnya Myun dan pasukannya pun pergi.
Seung Yoo lalu melihat
Se Ryung yang memegang lengannya. Ia pun menghempaskan tangan Se Ryung.
Seung Yoo membawa Se
Ryung ke suatu tempat.
Se Ryung tanya, kita
mau kemana? Tapi Seung Yoo diam saja, membuat Se Ryung tanya lagi mereka mau
kemana. Seung Yoo lagi2 diam dan menarik Se Ryung turun dari kuda. Ia lalu
mengikat tangan Se Ryung, lalu membawa Se Ryung masuk ke hutan.
Se Ryung susah payah
jalan dalam kegelapan dan dengan tangan terikat. Kemudian, karena tersandung
sesuatu, Se Ryung jatuh berguling2 ke bawah. Seung Yoo diam saja menatap Se
Ryung dengan tatapan dingin.
Se Ryung pun tidak mengeluh sedikit pun. Ia
mencoba berdiri sendiri. Tapi terus jatuh. Seung Yoo akhirnya mendekati Se
Ryung dan membantu Se Ryung berdiri. Ia lalu melepaskan ikatan tangan Se Ryung.
Seung Yoo dan Se
Ryung akhirnya tiba di sebuah pondok kecil. Mereka masuk ke dalam dan duduk
diam. Seung Yoo memandangi Se Ryung yg seperti kesakitan dengan pandangan
cemas.
“Jangan melihatku
seperti itu. Aku tidak apa2.” Ucap Se Ryung menyadari Seung Yoo menatapnya
dengan cemas.
“Jangan salah
paham.” Jawab Seung Yoo.
“Kapan kau akan
membunuhku?” tanya Se Ryung.
“Aku digunakan
sebagai umpan untuk membunuh ayahku. Kau juga, kugunakan sbg umpan untuk
membunuh ayahmu.” Jawab Seung Yoo.
Se Ryung berkaca2.
“Kenapa? Meskipun
ayahmu sangat kejam, kau tidak rela dia mati? Apa kau begitu menyayangi ayahmu
yang tangannya berlumuran darah orang lan?” tanya Seung Yoo.
Se Ryung diam saja
dan menatap Seung Yoo dengan penuh air mata.
“Jangan melihatku seperti itu. Pandangan polos dan terluka yang kau perlihatkan…..” Seung Yoo teriak, Jangan perlihatkan itu padaku!
Namun Se Ryung terus
saja menatap Seung Yoo seperti itu.
Seung Yoo marah dan
mencengkram kerah baju Se Ryung.
“Apa kau tidak
mengerti yang kukatakan! Bagaimana aku… bagaimana aku bisa membuatmu mengerti
kata2ku! Kau dan ayahmu sama saja. Aku akan pergi menikam dada ayahmu dengan
pedang ini. Dan setelah memenggal kepala seluruh anggota keluargamu, aku akan
membunuhmu… dengan kejam. Apa kau mengerti?!”
Se Ryung tiba2
menarik Seung Yoo ke dalam pelukannya. Ia peluk Seung Yoo erat.
“Berapa banyak….
berapa banyak luka yang sudah kau derita? Jika dengan mencabut nyawaku, bisa
menyembuhkan lukamu, aku bersedia mati ribuan kali, jutaan kali.” Ucap Se
Ryung.
Seung Yoo syok,
kemudian menarik diri dari pelukan Se Ryung dan mengarahkan pedangnya ke leher
Se Ryung. Lalu, tanpa sengaja Seung Yoo melihat bekas luka di leher Se Ryung.
Seung Yoo pun teringat kata2 Myun ttg Se Ryung yang mengancam bunuh diri demi
menyelamatkannya.
Seung Yoo pun
berlari keluar, meninggalkan Se Ryung yang terduduk di lantai. Seung Yoo duduk
di teras pondok dan menenangkan dirinya. Melihat bayangan Seung Yoo di pintu,
Se Ryung pun mendekatinya dan membelainya. Seung Yoo yg menyadari itu, segera
pergi.
Sooyang kecewa
karena belum ada kabar dari penculik Se Ryung. Myun minta maaf dan berjanji
akan mencarinya sampai ketemu. Sooyang bilang sebenarnya, dia lah sasarannya
dan dia akan menangkap penculiknya dan membuat si penculik membayar mahal
karena sudah meremehkannya.
Lady Yoon, Soong dan
Se Jeong menunggu dengan gelisah di luar. Lalu, Yeo Ri datang dan berkata kalau
belum ada kabar. Lady Yoon mau jatuh, tapi Soong dan Se Jeong dengan cepat
memegangnya.
Lady Yoon : Aku
tidak apa2. Dia gadis yang kuat. Tidak akan terjadi sesuatu yg buruk padanya.
Se Jeong : Bagaimana
kalau sesuatu terjadi pada kakak?
Tiba2, seseorang
menembakkan panah dengan pesan. Panah itu menancap di tiang. Lady Yoon, Yeo Ri,
Soong dan Se Jeong kaget.
Seung Yoo melarikan
diri. Pasukan Sooyang melihatnya dan langsung mengejarnya.
Sooyang, putrimu sekarang ada di tanganku.
Besok siang, datangkah ke Batu Karang di Lembah Hwang sendiri. Jika kau
mengerahkan pasukan atau bertindak gegabah, putrimu akan mati di sana.
“Kau tidak boleh
pergi. Ini jebakan.” Ucap Myung Hoe.
”Nyawa Nona
dipertaruhkan di sini. Kita harus menyelamatkan Nona, meski mempertaruhkan
nyawa kita.” ucap Myun.
“Myun-ah.” Tegur
Shin Sook Joo.
“Bagaimana kalau
kita mengerahkan pasukan diam2? Kita tidak bisa membiarkan Pangeran Sooyang
pergi ke sana sendirian.” Ucap Onyeong.
“Aku akan pergi
sendiri.” Jawab Sooyang.
Seung Yoo kembali ke
pondok. Ia duduk dan tidur dan tidak mempedulikan tatapan Se Ryung padanya.
Paginya Seung Yoo
terbangun dan panic karena Se Ryung menghilang. Ia bergegas keluar mencari Se
Ryung. Se Ryung pun muncul dengan semangkuk air di tangannya. Ia memberikan air
itu pada Seung Yoo. Ia melempar mangkuk itu, kemudian mengikat tangan Se Ryung.
“Dendam ini, kumohon
akhirilah dengan mengambil nyawaku. Setelah mengambil nyawaku, bangunlah dari
mimpi buruk yang mengerikan ini.” ucap Se Ryung.
“Jangan bicara
ngawur. Ayahmu, dia harus membayar dosa2nya.” Jawab Seung Yoo.
“Kekejaman ayahku
memang tidak bisa dimaafkan, tapi orang yang mencegah guru dipenggal adalah
ayah.” ucap Se Ryung.
“Mencegahku
dipenggal? Lalu, siapa orang yang menenggelamkan kapal yang membawa banyak
nyawa dan mencoba menguburnya di dasar laut?” tanya Seung Yoo.
“Apa maksudmu?
Ayahku bilang nyawamu diampuni, tapi kau dikirim ke Pulau Kang Hwa sebagai
budak.” Jawab Se Ryung.
“Sepertinya kau
masih belum mengetahui wajah ayahmu yang sebenarnya. Menjadikan pengasingan sbg
alasan, untuk membunuh semua musuhnya sekaligus, termasuk aku.” ucap Seung Yoo.
Se Ryung pun terbelalak.
Seung Yoo lantas menarik Se Ryung pergi.
Sooyang bersiap
pergi menemui si penculik. Lady Yoon membantu memasangkan baju besi di balik
hanbok Sooyang.
Soong : Aku harus
ikut.
Sooyang : Ini
berbahaya, kau tetap di sini.
Soong : Tapi ini
tentang Noonim.
Sooyang : Aku senang
kau begitu peduli pada kakakmu, tapi saat ayahmu tidak ada di rumah, kau harus
menjadi kepala keluarga.
Soong : Pastikan
kembali dengan selamat bersama kakak.
Sooyang menatap
Soong, “Jangan khawatir.”
Sooyang keluar. Diluar,
Myun sudah siap dengan pasukannya.
Sooyang : Jangan
mengawali penyerangan. Kita bukan hanya harus menyelamatkan Se Ryung, tapi juga
harus menangkapnya hidup2, dan mencari tahu siapa dalang dibalik semua ini.
Myun : Tapi nyawa
Nona dalam bahaya.
Sooyang : Sampai aku
memberi perintah, jangan apa2kan orang itu.
Myun : Baik.
Seung Yoo mengelap
anak panahnya. Se Ryung mengamatinya, sambil teringat kata2 Seung Yoo kalau
ayahnya penyebab kapal yang menuju Pulau Kang Hwa tenggelam.
Myun dan pasukannya sudah
bersiap. Myun berkata kalau ada bahaya sekecil apapun, segera menembak.
“Bukankah tadi
Pangeran Sooyang menyuruh kita menangkapnya hidup2?” jawab Jae Beon.
“Aku ini atasanmu,
ikuti saja perintahku.” Ucap Myun marah.
“Maafkan saya.”
jawab Jae Beon.
Seung Yoo jalan
bersama Se Ryung. Se Ryung merasa ini berbahaya, ia takut ada penyergapan oleh
pasukan. Seung Yoo tidak peduli, selama ia bisa membunuh Sooyang. Se Ryung
tanya apa Seung Yoo tidak mau hidup. Seung Yoo bilang hidupnya tidak penting,
selama ia bisa membunuh semua keluarga Se Ryung. Se Ryung pun berseru kalau
keluarga Seung Yoo masih hidup. Seung Yoo tidak percaya. Se Ryung bilang
keponakan kecil Seung Yoo dan kakak ipar Seung Yoo, menunggu Seung Yoo dengan
gelisah.
Seung Yoo tidak percaya. Se Ryung mencoba meyakinkan Seung Yoo, tapi
Seung Yoo marah, lalu mengikat mulut Se Ryung dengan tali.
Seung Yoo pun
membawa Se Ryung ke lokasi yang sudah ditentukan. Melihat itu, Myun mencabut
pedangnya dan mau menyerang Seung Yoo, tapi ditahan Jae Beon.
Se Ryung melihat
sekeliling. Ia mencemaskan Seung Yoo.
Seung Yoo mengambil
busurnya dan mengarahkannya pada Se Ryung. Melihat itu, Myun merampas busur
anak buahnya, dan mengarahkannya ke Seung Yoo.
“Jika ayahmu tidak
datang, kau akan mati di sini.” Ancam Seung Yoo.
Tiba2 terdengar
suara Sooyang, “Bebaskan putriku yang tidak bersalah!”
Seung Yoo dan Se
Ryung sama2 kaget. Mereka tak menyangka, Sooyang datang.
“Pengecut yang
menutupi wajahnya di depan orang lain masih berani menantangku?” ucap Sooyang.
“Harga untuk
menyelamatkan putrimu adalah nyawamu.” Jawab Seung Yoo sambil mengarahkan
busurnya ke Sooyang.
“Ya aku. Cepat dan
biarkan dia pergi. Ambil nyawaku. Bukankah itu yang kau inginkan. Kenapa kau
ragu2?” ucap Sooyang.
Sooyang perlahan mendekati
Seung Yoo. “Kenapa kau tidak menembak!”
Akhirnya, Seung Yoo
melepaskan anak panahnya dan mengenai perut Sooyang. Se Ryung kaget dan tampak
mencemaskan ayahnya. Sesaat Sooyang seperti kesulitan bernapas, lalu tiba2 dia
tersenyum menyeringai.
Seung Yoo pun sadar
ada yg tidak beres.
Se Ryung tanpa sengaja melihat Myun yang bersiap menembak
Seung Yoo dengan panah. Tepat saat panah itu ditembakkan Myun, Se Ryung berlari
ke arah Seung Yoo.
Panah Myun pun menghujam punggung Se Ryung. Myun, Sooyang dan
Seung Yoo syok.
BERSAMBUNG……….