Se Ryung tertembak panah Myun! Myun, Sooyang dan Seung Yoo kaget. Se Ryung menatap Seung Yoo dengan pandangan memohon agar Seung Yoo mengakhiri semuanya. Tubuh Se Ryung merosot ke bawah. Seung Yoo menahan tubuh Se Ryung.
“Bagaimana bisa kau
merasakan luka yang begitu dalam? Jika dengan kematianku bisa menghapus lukamu,
aku bersedia mati ribuan kali.” Batin Se Ryung.
Se Ryung lalu
menatap ke sekelilingnya. Tangannya terulur hendak menyentuh wajah Seung Yoo.
Tapi sebelum sempat tangannya menyentuh wajah Seung Yoo, ia pingsan. Myun dan
pasukannya langsung bergerak ke arah Seung Yoo.
Seok Joo dan No Geol
yang juga menutupi wajah mereka, muncul dan menarik Seung Yoo pergi dari sana.
Seung Yoo terus menatap Se Ryung yang pingsan dengan pandangan syok. Pasukan
Myun mengejar Seung Yoo.
Myun teriak, “Nona!
Nona!”
Sooyang memeluk Se
Ryung dan berusaha menyadarkan putrinya. Ia lalu menangis.
Pasukan Myun terus
mengejar Seung Yoo, Seok Joo dan No Geol. Seok Joo dan No Geol pun bersembunyi
di balik batu dan berhasil menghindari pasukan Myun. Seung Yoo melepaskan kain
yang menutupi wajahnya. Ia masih syok dengan apa yang terjadi tadi.
Lady Yoon dibantu
Yeo Ri merawat Se Ryung. Se Ryung masih belum sadar.
“Nona, sadarlah.”
Ucap Yeo Ri.
Myun yang berdiri di
depan kamar Se Ryung mendengar suara Yeo Ri. Penyesalan tampak di wajahnya. Ia
lalu pergi dari sana dan bertemu Sooyang. Sooyang menghibur Myun dengan
mengatakan kalau kejadian ini terjadi karena Myun berusaha menyelamatkan Se
Ryung, jadi ini bukan salah Myun. Myun berpendapat kalau Se Ryung berusaha
melindungi orang itu. Sooyang menyangkalnya dengan berkata kalau Se Ryung berlari
karena ketakutan melihat anak panah berterbangan. Myun pun bertekad menangkap
penculik Se Ryung dengan tangannya sendiri. Sooyang bilang itu harus, karena
orang itu bukan saja menyelinap ke dalam kediamannya, tapi juga menculik dan
mengancam jiwa Se Ryung. Sooyang pun meminta Myun mengungkap identitas penculik
Se Ryung. Myun mengangguk.
Jae Beon lalu datang
membawa baju pengantin Se Ryung. Betapa kagetnya Sooyang dan Myun saat Jae Beon
bilang menemukan baju itu di dekat Pelabuhan Mapo.
Kini, gaun itu ada
di tangan Lady Yoon. Myun menghadap Lady Yoon. Lady Yoon minta maaf pada Myun
karena pernikahan Myun dan Se Ryung yang tidak berjalan lancar. Lady Yoon
menangis. Ia berkata seharusnya dirinya tak menangis, tapi melihat gaun
pengantin Se Ryung membuat hatinya sakit. Myun pun bertanya apa gaun itu benar2
gaun Se Ryung. Lady Yoon membenarkan. Lady Yoon juga menyayangkan Myun yang
belum sempat melihat betapa cantiknya Se Ryung dalam balutan gaun pengantin
itu.
Seok Joo bersembunyi
di depan kediaman Sooyang. Ia mendengar pembicaraan Myun dan Jae Beon. Myun
bilang mereka akan dapat mengungkap identitas penculik Se Ryung setelah Se
Ryung sadar.
Seung Yoo minum2. Ia
stress teringat Se Ryung yang menolongnya. Seok Joo datang, jadi kau di sini.
Seok Joo : Sebenarnya
ada apa denganmu? Kau kesal karena rencana balas dendammu gagal atau kau takut
wanita yang tertembak panah tadi mati?
Seung Yoo tertegun
mendengarnya. Seok Joo menghela napas, lalu berkata, “Dia masih hidup. Aku
mendengarnya sendiri dari petugas di sana.”
“Mau hidup atau
mati, tidak ada hubungannya denganku.” Jawab Seung Yoo, padahal hatinya lega Se
Ryung baik2 saja.
“Apa kau menculiknya
untuk balas dendam atau karena kau tidak rela dia menjadi istri orang lain?”
tanya Seok Joo.
Seung Yoo marah dan
mau mencengkram kerah baju Seung Yoo, namun Seok Joo mendorong Seung Yoo.
“Pikirkan baik2! Kau
bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya kau inginkan, tapi kau masih bisa bicara
balas dendam.” Jawab Seok Joo.
Seok Joo pun pergi.
Seung Yoo diam saja.
Myun dan pasukannya
pergi ke lokasi dimana gaun pengantin Se Ryung ditemukan.
“Kau bilang gaunnya
ditemukan di sini?” tanya Myun.
“Ya.” jawab Jae
Beon.
“Gibang mana?” tanya
Myun.
“Kami belum tahu.
Ada lusinan gibang dan distrik gisaeng di dekat pelabuhan Mapo.” Jawab Jae
Beon.
“Cari tahu Ketua
Geng daerah ini. Mencari orang akan lebih mudah lewat dia.” ucap Myun.
“Baik.” Jawab Jae
Beon.
Seorang petugas
datang, memberitahu Myun kalau Sooyang ingin bertemu.
Myun menghadap
Sooyang. Di sana juga ada antek2 Sooyang.
“Pelakunya sudah
jelas Pangeran Geum Sung.” Tuduh Myung Hoe.
“Kita harus menunggu
Nona sadar, untuk mengetahui siapa pelakunya.” Jawab Myun.
“Tidak peduli kita
menangkap penjahat yg sebenarnya atau tidak. Itu tidak penting. Bahkan jika kau
menemukan orang itu, kau bisa memaksanya mengatakan kalau Pangeran Geum Sung
lah yang ada di balik semua ini.” ucap Myung Hoe.
“Bukankah ini yg
dinamakan keberuntungan.” Jawab Kwon Ram.
“Lalu, dimana Geum
Sung sekarang?” tanya Onyeong.
“Sekretariat Kerajaan
sudah menerima perintah Raja untuk Nae Geum Bu, agar dia ditahan di Kantor
Hanseong.” Jawab Shin Sook Joo.
Onyeong tertawa
geli, lalu berkata, “Meskipun dia berusaha keras, Geum Sung tidak akan bisa
lolos dari Pangeran Sooyang.”
“Kita juga harus menangkap
Pangeran Pendamping.” Ucap Myung Hoe.
Myun terperanjat,
“Jong. Jangan ganggu Pangeran Pendamping.”
“Myun-ah.” Tegur
Shin Sook Joo.
“Pangeran Pendamping
juga ikut berpartisipasi dalam rencana pemberontakan Pangeran Geum Sung.” Ucap
Myung Hoe.
“Dia adalah temanku.
Dia datang sebagai Hu Haeng-ku.” Jawab Myun.
“Kau bisa tanyakan
langsung pada Pangeran Pendamping. Saat pernikahan, orang yang dia bawa sebagai
Hu Haeng-mu, adalah tentara yang dipimpin Pangeran Geum Sung.” Ucap Myung Hoe.
“Bagaimana bisa….”
Myun tidak percaya.
“Apa kau masih
menganggap Pangeran Pendamping temanmu?” tanya Sooyang.
Eun Geum memberitahu
Jong dan Putri perihal Se Ryung yang sudah dibawa pulang dan tertembak panah.
Putri kaget. Tiba2, terdengar seruan dari luar yang menyatakan kalau Jong
adalah penjahat yang harus ditahan.
Putri dan Jong
keluar menemui Myun dan pasukannya.
Jae Beon : Karena
menculik putri Pangeran Sooyang dan bekerja sama dengan Pangeran Geum Sung
untuk membunuh Pangeran Sooyang, kami diperintahkan untuk menangkap Pangeran
Pendamping.
Putri : Apa?
Penculikan? Beraninya kau datang ke sini dan menjebaknya. Waktu itu kau datang
sebagai teman dan sekarang kau mau membawa Pangeran Pendamping sebagai
penjahat?!
Jong : Aku akan ikut
denganmu. Tapi tolong berikan aku waktu.
Putri : Tidak, kau
tidak boleh pergi.
Jong : Ikutlah
denganku.
Jong membawa Putri
ke kamarnya. Putri menatap Jong sedih. Jong malah tersenyum dan meminta Putri
tetap di sini. Putri marah dan berkata tidak akan membiarkan Jong pergi. Putri
mau keluar kamar, tapi Jong menahannya dengan memegang tangannya. Jong
tersenyum dan meyakinkan Putri kalau dia akan kembali.
Jong lalu memanggil
Eun Geum. Jong meminta Eun Geum untuk menjaga dan jangan meninggalkan Putri.
Eun Geum dari luar berkata, saya mengerti.
Jong tersenyum pada
Putri, lalu berbalik dan mau pergi. Tapi Putri menahan Jong dengan memegang
lengan baju Jong. Jong berbalik dan menatap istrinya itu. Air mata Putri
berjatuhan. Jong tertegun melihat istrinya menangis. Lalu dengan tangan
bergetar, ia menghapus air mata istrinya.
Jong keluar. Jae
Beon hendak mengikat Jong, tapi Jong mendorongnya dan membentak.
“Aku tidak melakukan
kejahatan apapun yang membuatku pantas diikat!”
Mereka pun jalan
bersama.
Myun : Apa kau
bersedia menjadi Hu Haeng-ku untuk membantu rencana Pangeran Geum Sung?
Jong diam saja.
Myun membentak,
“Katakan sesuatu!”
“Tidak seperti saat
aku menjadi Hu Haeng-mu, kau datang ke pernikahanku tidak dengan hati yang
senang. Apa itu benar?” tanya Myun.
“Apa kau merasa
dikhianati untuk masalah sekecil itu? Dibandingkan dengan Seung Yoo yang
kehilangan keluarganya dan mati dengan tragis, pengkhianatan yang kau rasakan
belumlah apa2.” Jawab Jong.
“Setidaknya kau… aku
selalu berpikir setidaknya kau bisa mengerti diriku walaupun hanya sedikit.
Tapi aku salah. Kau bahkan berpikir aku lebih buruk dari binatang buas.” Ucap
Myun.
“Bukankah itu
pilihanmu menjadi binatang buas?” tanya Jong.
“Mulai sekarang kau
bukan lagi temanku.” Jawab Myun.
“Dan kau, siapa yang
mengatakan itu, bagaimana bisa memperlakukanku seperti ini? Kau tahu dengan
baik aku tidak terlibat dalam penculikan Nona Se Ryung. Kau tahu Sooyang ingin
membunuhku. Orang yang mengaku sebagai temanku, sekarang menangkapku, ya kan?
Jika kita saling membunuh, bagaimana kita bisa disebut teman?” ucap Jong
berkaca2.
“Ayo pergi!”
perintah Myun.
Jong dijebloskan ke
dalam penjara. Pangeran Geum Sung yang sudah ada di sana duluan kaget. Jong
bilang kalau Sooyang sudah membuat keputusan. Geum Sung pun mencemaskan Putri.
Putri ada di kamar
Jong. Ia meratapi Jong. Eun Geum meminta Putri istirahat. Putri bilang ia tak
bisa tidur dalam kondisi seperti itu.
Se Ryung yang masih
belum sadar, teringat saat Seung Yoo mencoba membunuhnya. Dan ia pun bangun.
Ia
lalu merasakan sakit di tubuhnya. Yeo Ri berlari menghampiri Se Ryung.
“Nona, kau sudah
sadar?” tanya Yeo Ri.
Se Ryung tidak
menjawan dan bertanya, “Orang itu? Dimana orang itu?”
“Nona…” jawab Yeo Ri
bingung.
Lady Yoon membantu
suaminya siap2. Mereka sepakat menunda pernikahan sampai Se Ryung pulih. Yeo Ri
lalu datang menghadap Sooyang dan Lady Yoon. Sooyang dan Lady Yoon sama2
menarik napas lega saat Yeo Ri melaporkan ttg Se Ryung yang sudah sadar. Lady
Yoon ingin menemui Se Ryung, tapi Sooyang berkata kalau ia dulu yang akan
menemui Se Ryung.
Se Ryung teringat
saat panah itu menghujam punggungnya. Tiba2, pintu kamarnya terbuka. Masuklah
Sooyang. Se Ryung ingin duduk, memberi hormat tapi Sooyang melarangnya.
Sooyang : Kumohon
jangan bergerak. Kau harus berhati2 agar lukamu tidak terbuka.
Sooyang duduk
disamping Se Ryung. Se Ryung ingat kata2 Seung Yoo ttg Sooyang.
“Sepertinya kau belum benar2 mengetahui wajah
ayahmu yang sesungguhnya. Menggunakan pengasingan sebagai alasan untuk membunuh
semua musuhnya, termasuk aku, sekaligus.”
Sooyang : Lukamu
pasti sangat sakit. Penjahat itu menyeretmu kesana kemari selama 2 hari. Kau
pasti ketakutan. Apa kau melihat wajah orang itu? Apa kau ingat sesuatu?
Se Ryung : Karena
mata saya ditutup, saya tidak bisa melihat apapun.
Sooyang : Sebagai
ayahmu, tidak seharusnya aku mengingatkanmu tentang hal ini. Kita bisa
membahasnya nanti.
Se Ryung : Orang
itu. Apa yang terjadi padanya? Apa dia tertangkap?
Sooyang heran, tapi
ia tetap menjawab pertanyaan Se Ryung, “Teman orang itu muncul dan mereka
kabur. Petugas Shin pasti akan menangkap mereka. Kau tidak perlu cemas.
Sooyang lalu
membelai kepala Se Ryung dan berkata, “Ayah pikir ayah sudah kehilanganmu. Jika
aku kehilangan anakku, tidak ada artinya lagi meski aku mendapatkan seluruh
dunia. Istirahat lah, aku akan pergi sekarang.”
Se Ryung diam saja.
Setelah ayahnya kluar, ia menarik napas lega.
Jae Beon memberitahu
Myun kalau Se Ryung sudah sadar. Myun tanya apa Se Ryung baik2 saja. Jae Beon
mengiyakan, lalu melapor kalau Se Ryung tidak ingat apa2 ttg kejadian itu. Jae
Beon tanya apa Myun ingin pergi ke Kediaman Sooyang. Myun bilang tidak dan
lebih penting melacak jejak penculik Se Ryung. Ia lalu tanya apa Jae Beon sudah
menemukan pimpinan geng di sana. Jae Beon pun memberitahu pimpinannya adalah
Gong Chil Goo. Sebagian besar gibang dan lokalisasi gisaeng dibawah pimpinan
Chil Goo. Myun pun ingin bertemu Chil Goo. Jae Beon mengerti.
Soaeng masuk ke
kamar Seung Yoo. Seung Yoo tidur sambil duduk.
“Orabeoni, tuliskan
beberapa kata untukku. Hanya sekali. Ya?” pinta Soaeng.
Seung Yoo mimpi saat
Se Ryung bilang, “Bunuhlah aku, dan bangunlah dari mimpi buruk ini.”
Soaeng hendak
menyentuh wajah Seung Yoo. Seung Yoo pun terbangun dan memegang tangan Soaeng.
Seung Yoo tak sadar. Di matanya, ia melihat Soaeng sebagai Se Ryung yang mau
menikamnya. Soaeng meletakkan tangan Seung Yoo di dadanya. Gadis itu terlihat
senang sekali.
Soaeng lalu memeluk
Seung Yoo. Tapi Seung Yoo merasa Se Ryung yang memeluknya.
Seung Yoo pun
akhirnya sadar dan mendorong Soaeng, kemudian beranjak pergi.
Soaeng teriak,
“Sekarang aku adalah wanita milik Orabeoni.”
Seung Yoo keluar.
Dibawah tampak Chil Goo dan anak buahnya menyandera Chohi dan Muyeong. Seung
Yoo pun langsung kembali ke kamarnya. Chil Goo teriak2 memanggil Seok Joo.
Chohi bilang Seok Joo pergi pagi2 sekali. Namun Chil Goo gak percaya dan
mengancam akan melukai Chohi.
Seok Joo pun keluar.
Chil Goo : Kau benar2 hidup.
Seok Joo : Kau itu
seperti anjing yang menggigit tuanmu.
Chil Goo murka dan
menyuruh anak buahnya menyerang Seok Joo. Seok Joo berhasil menjatuhkan anak
buah Chil Goo satu per satu. Melihat itu, Chil Goo pun ambil tindakan. Ia
mengambil bedak gisaeng dan melemparkannya ke mata Seok Joo. Seok Joo pun
meringis kesakitan memegangi matanya. Chil Goo menjatuhkan pedang Seok Joo.
Chil Goo lalu mengarahkan pedangnya ke leher Seok Joo.
Saat itulah, Seung
Yoo melompat dari atas dan menjatuhkan salah satu anak buah Chil Goo. Chil Goo
dan anak buahnya pun menyerang Seung Yoo, tapi Seung Yoo berhasil menjatuhkan
mereka. Chil Goo dan anak buahnya lalu kabur. No Geol yang sedari tadi
bersembunyi di balik meja, keluar dan bertingkah seolah2 dirinya lah yg
mengusir preman2 itu.
No Geol mendekati
Seok Joo. “Kalau bukan karena aku, kau mungkin sudah mati.”
No Geol dan Muyeong
pun membantu Seok Joo berdiri. Chohi mencemaskan Seok Joo, tapi tidak mau
mengaku dan malah menyuruh Seok Joo mengganti kerusakan yg ada. Seok Joo
mendekati Seung Yoo, kemudian menepuk pundak Seung Yoo dan mengucapkan terima
kasih.
Rombongan Chil Goo
dicegat Myun dan pasukannya. Tadinya, Chil Goo bersikap sok hebat tapi setelah
Jae Beon mengenalkan siapa Myun, Chil Goo dan anak buahnya pun langsung memberi
hormat pada Myun.
“Kudengar daerah
ini, seluruh gibang, lokalisasi gisaeng dan bar di Mapo berada dibawah
kendalimu.” Ucap Myun.
“Apa maumu?” tanya
Chil Goo.
“Cari orang2 yang
menentang Pangeran Sooyang di sekitar Pelabuhan Mapo. Jika kau menangkap mereka
dan memberikan informasi padaku, bukan hanya Mapo, tapi ibukota akan menjadi milikmu.”
Jawab Myun.
Chil Goo tertawa,
lalu berkata, “Orang2 seperti kami hanya mendapatkan uang untuk kebutuhan
sehari2, jadi apa gunanya kami menentang bangsawan? Baiklah, aku akan
mencarinya. Tapi apa maksudmu dengan ibu kota akan menjadi milikku? Tolong
lebih spesifik lagi.”
Myun merasa diatas
angin. Chil Goo menyeringai.
No Geol masih saja
menyombongkan diri. Chohi mengobati luka2 Seok Joo. Soaeng semakin mengagumi
Seung Yoo. Muyeong heran dan tanya dariman Seung Yoo mempelajari ilmu bela
diri. Apakah Seung Yoo dulu seorang jenderal? Seung Yoo diam saja.
No Geol kembali
menyombongkan diri, “Ayahku selalu mengajarkanku untuk hati2 menggunakan
pedang. Ayahku berkata hanya seseorang yang selalu siap yang bisa disebut pria
sejati.”
Mu Yeong : Lalu siapa
ayahmu?
No Geol : Kalian
harus merahasiakannya. Ayahku adalah…. Harimau besar, Jenderal Kim Jong Seo.
Seung Yoo pun
langsung menatap tajam No Geol. Seok Joo menatap Seung Yoo curiga.
“Siapa Kim Jong
Seo?” tanya Soaeng.
“Dia bilang
ayahnya.” Jawab Muyeong.
“Jadi namamu bukan
Wang No Geol, tapi Kim No Geol?” tanya Seok Joo.
“Itu namaku yang
sebenarnya.” Jawab No Geol.
Seung Yoo tak tahan
lagi, akhirnya pergi. Soaeng tanya, Seung Yoo mau kemana. Tapi Seung Yoo diam
saja dan pergi dengan hati resah. Muyeong lalu memberitahu tentang Pangeran
Pendamping yang dituduh menculik putri Pangeran Sooyang. Seung Yoo kaget
mendengarnya dan bergegas pergi. Seok Joo mulai curiga pada Seung Yoo.
Geum Sung dan Jong
dibawa ke tempat penyiksaan.
Geum Sung marah, “Beraninya
kalian melakukan hal ini pada Pangeran Pendamping!”
Petugas bilang ini
perintah dari Sooyang.
Geum Sung : Apa
perintah Sooyang lebih penting dari perintah Raja!
Petugas : Pangeran
Sooyang memerintah agar kami tidak melukai Pangeran Geum Sung dan Pangeran
Pendamping.
Jong menyindir,
“Menampar pipi yang satu dan mengelus pipi yang lain?”
Petugas : Kami
memiliki saksi yang bisa membuktikan kejahatan Pangeran Geum Sung dan Pangeran
Pendamping. Setelah melihatnya, kalian tidak akan bisa menyangkal lagi.
Jong dan Geum Sung
saling berpandangan. Petugas menyuruh Tentara Chong Tong Wi itu masuk. Geum
Sung dan Jong kaget.
“Beraninya kau
melakukan ini padaku! Dasar anjing!” teriak Geum Sung.
Putri Kyung Hee
menunggu Eun Geum di depan Kantor Hanseong. Ia terlihat gelisah. Tak lama, Eun
Geum datang. Putri Kyung Hee pun syok dan hampir pingsan saat diberitahu Eun
Geum ttg Geum Sung dan Jong yang disiksa. Seung Yoo ternyata juga ada di sana.
Ia kaget dan merasa bersalah atas penyiksaan yang dialami Geum Sung dan Jong.
“Paman Geum Sung dan
Kakak Ipar disiksa di Kantor Hanseong?” tanya Danjong pada Sooyang kaget.
“Geum Sung dan
Pangeran Pendamping harus dieksekusi dengan meminum racun.” Jawab Sooyang.
“Bukankah aku sudah
memberi perintah memindahkan Paman Geum Sung dan Kakak Ipar ke Nae Geum Bu?”
tanya Danjong ke Kasim.
“Aku pikir mereka
lebih baik bersama Yang Mulia jadi aku membatalkan pemindahan itu.” jawab
Sooyang.
“Perdana Menteri,
kau bilang mereka merencanakan pemberontakan. Aku tidak percaya hal itu.” ucap
Danjong.
“Yang Mulia, apa
anda benar2 tidak tahu Pangeran Geum Sung, Pangeran Pendamping bahkan Tuan
Putri pun terlibat.” Jawab Sooyang.
“Jadi kau tidak
berniat melepaskan Paman Geum Sung dan Kakak Ipar?” tanya Danjong.
“Pelayan anda, sudah
melepaskan Tuan Putri demi Yang Mulia. Jika anda tetap seperti ini, aku tidak
punya pilihan lain selain bertindak sesuai prinsipku.” Jawab Sooyang.
“Kim Jong Seo, Paman
Anpyung, Paman Geum Sung bahkan Kakak Ipar, setelah membunuh mereka semua, apa
berikutnya giliranku?” tanya Danjong.
“Pamanmu ini
menemukan ketakutan di dalam kata2mu.” Jawab Sooyang.
“Paman, kenapa kau
tidak mempercayaiku kemampuanku sebagai Raja? Meski aku masih muda, aku bisa
melanjutkan warisan kakek dan ayahku. Kenapa paman tidak memberiku kesempatan?”
ucap Danjong.
“Anda mungkin bisa
melakukannya. Tapi kita tidak bisa hanya mengandalkan harapan saja. Memikul
beban dari kekuasaan negeri ini tidaklah mudah.” Jawab Sooyang.
Danjong pun terdiam.
Sooyang tersenyum penuh kemenangan.
Sooyang tiba di
rumah. Pengawal memberitahu ttg kedatangan Putri Kyung Hee. Sooyang dan Im Woon
kaget.
Di kamarnya, Se
Ryung kembali ingat perkataan Seung Yoo.
“Kurasa kau belum benar2 tahu wajah ayahmu
yang sesungguhnya. Menjadikan pengasingan sebagai alasan untuk membunuh semua
musuhnya, termasuk aku, sekaligus.”
Yeo Ri masuk. Se
Ryung pun langsung menanyakan ayahnya. Yeo Ri melarang Se Ryung pergi. Se Ryung
tanya lagi apa ayahnya sudah pulang. Yeo Ri memberitahu kalau Sooyang sudah
pulang bersama Tuan Putri. Se Ryung heran.
“Ini sudah larut
malam. Pulang lah.” Suruh Sooyang.
Putri tiba2
berlutut. Sooyang kaget. Putri memohon agar Sooyang menyelamatkan Geum Sung dan
Jong.
Sooyang : Bagaimana
bisa seorang Putri yang arogan melakukan hal ini?
Putri : Tolong
maafkan kekurangajaran saya dulu. Jika kau menyelamatkannya, aku tidak akan
melawanmu lagi.
Sooyang : Aku
tersentuh dengan pengorbananmu untuk suamimu, tapi kita harus mematuhi hukum
negeri ini. Jadi pulanglah.
Sooyang pun masuk ke
rumahnya. Putri menangis. Se Ryung menghampiri Putri.
“Yang Mulia,
bagaimana bisa anda seperti ini?” ucap Se Ryung.
“Se Ryung-ah.” Jawab
Putri.
“Ikut ke kamarku.”
Ucap Se Ryung.
Se Ryung menghadap
ayahnya. Ia langsung tanya, “Apa ayah akan memanfaatkan saya lagi untuk
menyingkirkan Paman Geum Sung dan Pangeran Pendamping? Mereka tidak terlibat
penculikan.
Sooyang : Bukankah
kau berkata tidak mengingat apapun, bagaimana kau tahu itu bukan mereka?
Se Ryung : Saya
sangat mengenal Paman Geum Sung dan Pangeran Pendamping.
Sooyang : Mungkin
memang benar, tapi bagaimana jika orang2 itu disewa oleh mereka?
Se Ryung : Orang itu
memiliki dendam yang besar padamu ayah.
Sooyang : Apa?
Se Ryung : Demi
menghukum dosa2 ayah, dia bilang akan membunuh keluarga kita.
Sooyang : Apa kau
mengenalnya?
Se Ryung : Dia bukan
satu2nya orang yang memiliki dendam padamu ayah. Roh2 dari orang yang tidak
bersalah yang dibunuh dengan tidak adil, orang yang memiliki dendam yang begitu
besar, tidak terhitung jumlahnya.
Sooyang : Tutup
mulutmu!
Se Ryung menatap
tajam ayahnya, “Kenapa kau menenggelamkan kapal yang menuju Pulau Kanghwa?”
Sooyang : Apa
maksudmu?
Se Ryung : Saya
ditipu oleh ayah, sekali lagi. Mempercayai janji ayah yang akan
menyelamatkannya, saya benar2 bodoh.
Sooyang :
Menenggalamkan kapal? Darimana kau mendengar cerita bodoh itu?
Se Ryung : Satu2nya
orang yang telah membunuhnya adalah ayah. Ayah membunuhnya! Saya tidak bisa
lagi mempercayai ayah. Saya pasti tidak akan mempercayai ayah!
Sooyang marah, Se
Ryung-ah.
Se Ryung :
Pernikahan dengan Petugas Shin, aku tidak bisa menerimanya. Jika ayah memaksa
saya masuk ke dalam pernikahan ini, ayah akan melihat saya mati dalam gaun
pengantin karena menggigit lidah saya.
Sooyang tertegun
dengan kata2 putrinya. Se Ryung lalu pamit dan pergi.
Diluar, Se Ryung
bertemu Myun. Myun menghalangi langkah Se Ryung.
“Siapa sebenarnya
seseorang yang menculik Nona? Kata2mu menunjukkan kau mengetahui siapa dia. Kau
seharusnya memberikan petunjuk siapa dia.” ucap Myun.
“Aku hanya tahu dia
seseorang yang memiliki kebencian lebih besar daripada orang lain.” Jawab Se
Ryung.
Se Ryung pergi, tapi
Myun menghentikan langkah Se Ryung dengan kata2nya.
Myun : Kenapa Nona
melindungi orang itu? Aku pasti akan menemukan siapa dia.
Se Ryung : Tidak
peduli apapun yang kau lakukan, aku tidak akan menikah denganmu.
Se Ryung pergi. Myun
tampak terluka.
Se Ryung kembali ke
kamarnya. Langkahnya terhenti melihat Putri duduk di kamarnya. Ia pun bergegas
mendekati Putri. Putri tanya bagaimana hasilnya. Se Ryung diam saja. Melihat
ekspresi Se Ryung, Putri pun mengerti dan beranjak pergi. Se Ryung memanggil
Putri, membuat langkah Putri terhenti.
Se Ryung : Saya
bahkan tidak bisa mengatakan permintaan maaf.
Putri : Ayahmu harus
membayar dosa2nya. Aku harap kau tidak akan ikut tersakiti.
Se Ryung : Saya akan
membantu Yang Mulia dan Tuan Putri.
Putri : Meskipun kau
harus melawan ayahmu?
Se Ryung terdiam.
Putri tersenyum pahit.
Putri : Terima kasih
karena kau mempunyai pikiran membantuku. Jangan ikuti aku. Aku akan pulang
sendiri.
Danjong mengamati
bulan bersama para kasim. Kasim mengajak Danjong masuk karena angin malam yg
tidak bagus untuk kesehatan. Danjong diam saja dan teringat kata2 Sooyang tadi.
Ia lalu menyuruh Kasim memanggil Sooyang besok pagi2 sekali.
Paginya, Sooyang
dianter oleh antek2nya menemui Raja. Sooyang tampak percaya diri.
“Paman, kuizinkan kau
mengambil takhta.” Ucap Danjong.
Sooyang dan Para
Kasim kaget.
“Kumohon hentikan
pembunuhannya.” Ucap Danjong lagi.
“Apa maksud Yang
Mulia?” tanya Sooyang.
“Aku percaya pada
paman. Tolong lindungi Istana Raja dan negeri ini.” jawab Danjong.
“Yang Mulia saya
mohon tarik keputusan Yang Mulia.” Ucap Sooyang pura2 menolak.
Danjong tidak
menjawab dan hanya mengepalkan tangannya.
Myun di penjara,
melihat Jong dengan wajah kecewa. Lalu petugas datang memberitahu Myun kalau
Raja sudah memberikan takhta pada Sooyang. Geum Sung dan Jong kaget. Myun dan
Jae Beon beranjak pergi.
Geum Sung teriak,
“Yang Mulia! Anda tidak boleh melakukannya!”
Jong menangis, “Yang
Mulia! Tidak bisa!”
Putri Kyung Hee
histeris. Ia teriak memanggil2 ayahnya, “Ayah! Ayah! Apa yang dilakukan Yang
Mulia! Tidak boleh! Tidak boleh!”
Eun Geum mencoba
menenangkan Putri.
“Sampai mati ini
tidak bisa.” Ucap Putri.
Dan Putri pun
pingsan. Eun Geum dan pelayan lain panic.
Sooyang berlutut di depan Kediaman Raja. Rupanya ini nasihat
Shin Sook Joo.
Shin Sook Joo :
Pertama, kau harus menolak dengan kuat. Jika ini tidak dilakukan dengan benar,
akan muncul gossip Pangeran merampas takhta dari keponakannya yang masih muda.
Kwon Ram cemas,
“Bagaimana jika Yang Mulia mencabut keputusannya?”
Myung Hoe : Selama
nyawa Pangeran Geum Sung dan Pangeran Pendamping ada di tangan kita, kita tidak
perlu terburu2.
Shin Sook Joo : Kita
harus membuat seolah2 Yang Mulia memaksa Pangeran Sooyang mengambil takhta.
Onyeong tertawa,
“Akhirnya! Akhirnya!”
Yang lain pun ikut
tertawa.
Sementara itu,
Danjong menangis… “Ayah, saya minta maaf… Ayah…”
Seung Yoo ada di
depan kediaman Putri. Ia pun melihat Jong berlari masuk ke dalam.
Jong membuka pintu
kamar istrinya. Tampaklah sang istri yang duduk sambil menangis.
“Kenapa kau
menangis? Ini bukan dirimu, Tuan Putri.” Ucap Jong dengan mata yg berkaca2
pula.
Putri diam saja,
menahan tangisnya.
“Aku mengerti.
Bahkan tanpa kau bilang sekalipun, aku tau isi hatimu.” Ucap Jong.
Tangis Putri pun
pecah. Jong memeluk Putri.
“Apa yang harus kita
lakukan?” tanya Putri dengan air mata yang terus mengucur.
Jong menangis, “Tuan
Putri…”
“Kumohon, Yang
Mulia….” Ucap Putri.
“Maafkan aku. Aku
ini Pangeran Pendamping yang tidak becus dan tidak punya kekuatan.” Jawab Jong.
Jong minum2 karena
stress. Tiba2, ia mendengar suara orang. Jong pun keluar untuk memeriksa.
Jong : Siapa di
sana? Keluarlah.
Terdengarlah suara,
“Jong-ah.”
“Siapa itu?” tanya
Jong.
“Ini aku.” jawab
sosok itu sambil menampakkan dirinya.
“Siapa? Tidak bisa
kah kau menampakkan dirimu?” tanya Jong.
Sosok itu pun mulai
menampakkan dirinya. Dia Seung Yoo. Jong jatuh karena syok.
“Ini aku.” ucap
Seung Yoo.
“Apa itu benar2 kau?
Apa aku sudah mati atau kau masih hidup?” tanya Jong gemetar.
Seung Yoo pun
berjalan ke arah Jong. Jong menangis haru.
“Aku kembali.” Ucap
Seung Yoo.
“Ini benar2 kau?”
tanya Jong sambil memegangi Seung Yoo.
Seung Yoo pun
menangis haru. Mereka lalu berpelukan.
Seung Yoo dan Jong
pun minum2 di dalam.
“Maafkan aku. Karena
aku, kau hampir mati.” Ucap Seung Yoo.
“Tidak. Meskipun kau
mengakui penculikan itu, mereka tinggal berkata kalau Pangeran Geum Sung dan
aku bekerja sama denganmu. Sooyang sanggup melakukan apapun.” Jawab Jong.
Jong lalu kembali
minum dan Seung Yoo diam saja menatap Jong.
“Lebih baik seperti
ini. Mereka yang berpikir kau sudah mati dan tidak tau siapa kau, tidak akan
pernah tenang. Bukankah musuh yang tidak kelihatan itu lebih menakutkankan.” Ucap
Jong lagi.
Sooyang dan
antek2nya merayakan kemenangan mereka dengan berpesta di gibang.
“Kalau kau tidak
minum sekarang, kau akan rugi.” Ucap Onyeong.
“Ini masih belum
selesai.” Jawab Sooyang.
“Situasi ini sama
baiknya dengan menerima pernyataan menyerah.” Ujar Kwon Ram.
“Ayo minum2. Jangan
biarkan gelas kalian kosong.” Ucap Onyeong, lalu berkata ke Sooyang, “Tolong berikan
saya anggur kerajaan.”
“Anggur kerajaan?”
tanya Sooyang.
“Kalau bukan anggur
kerajaan apalagi namanya. Pangeran Sooyang akan segera menjadi Raja.” Jawab Onyeong.
“Benar juga.” ucap
Myung Hoe.
Dan mereka pun
tertawa puas.
Di kamarnya, Seung
Yoo merenungkan kata2 Jong.
“Mereka yang berpikir kau sudah mati dan
tidak tau siapa kau, tidak akan hidup tenang. Bukankah musuh yang tidak
kelihatan lebih menakutkan?”
Seung Yoo lalu ingat
kata2 ayahnya.
“Kau tidak boleh berlutut pada seseorang
dengan mudah. Kelak, kau yang akan menggantikanku melawan Sooyang.”
Seung Yoo lantas
menyiapkan pedangnya.
Sooyang dan
antek2nya masih di gibang. Onyeong yang sudah mabuk berat menari2 dengan
gisaeng.
Seung Yoo menyusup
ke kediaman seseorang.
Onyeong akhirnya
tiba di rumahnya. Ia mulai mengganti baju. Tiba2, muncul seseorang di belakang
Onyeong dengan pedang mengkilat di tangan. Orang itu mengarahkan pedangnya ke
leher Onyeong. Onyeong terkejut. Orang itu berjalan ke depan Onyeong.
“Aku datang untuk
membunuhmu, Pangeran Onyeong.” Ucap orang itu.
“Siapa kau!” tanya
Onyeong ketakutan.
Orang itu pun
membuka topengnya. Dia, Seung Yoo!
Onyeong kaget, Kim
Seung Yoo!
BERSAMBUNG…………..