Episode ini,, diawali dengan Kim Hye Jin yang sedang membacakan profil Wie Dae Han dan Kang Kyung Hoon yang mengikuti pemilihan Presiden Korea.
Hye Jin : Pemilihan Umum 2016, pilihan Rakyat Korea. Hari ini, kita akan pergi ke Jungang-gu di Kota Inju. Anggota Dewan saat ini Kang Kyung Hoon dari Partai Nasionalis, yang menjalani masa jabatan kelima, adalah ketua fraksi Partai Nasionalis dan perwakilan partai mereka. Dia tokoh terkemuka di Partai Nasionalis. Dia sangat diakui sebagai calon presiden untuk pemilu mendatang.
"Anggota Dewan Wi Dae Han dari Partai Progresif terpilih sebagai perwakilan pemuda Partai Progresif. Dia masuk Majelis Nasional sebagai anggota termuda dalam sejarah. Dia mengajukan total hukum terbanyak pada tahun 2015 di antara para anggota dewan baru. Kehadirannya sempurna di rapat umum dan rapat komite, dan dia menunjukkan ketekunannya. Dia memenangi Penghargaan Anggota Dewan Terbaik tahun 2015. Berdasarkan pemungutan suara, keduanya seimbang." lanjut Hye Jin.
Hye Jin lalu bertanya-tanya, siapa yang akan memenangkan pertarungan? Hye Jin kemudian mengatakan, mereka harus menunggu.
Dae Han sedang berorasi di jalanan bersama pendukungnya.
"Wie Dae Han! Pilih Nomor Dua, Wie Dae Han!" teriak para pendukungnya.
Tak lama kemudian,, Dae Han mulai berbicara.
Dae Han : Halo, orang-orang tersayangku dari Jungang-gu. Aku akan mengubah total Jungang-gu. Aku calon nomor dua, Wie Dae Han. Senang bertemu dengan kalian.
"Aku memilih Anda! Anda sangat tampan!" teriak para pendukungnya lagi.
Dae Han lantas memberi pertanyaan pada pendukungnya.
Dae Han : Aku yakin kalian muak selalu mendengar hal yang sama. Aku akan memberikan pertanyaan yang menarik. Jika pastor, suster, anggota dewan jatuh ke Sungai Han, siapa yang harus kalian selamatkan lebih dahulu?
Ada yang menjawab, akan menyelamatkan Dae Han lebih dulu. Tapi ada juga yang menjawab akan menyelamatkan pastor dan suster.
Dae Han : Jawabannya adalah anggota dewan. Kenapa? Karena Sungai Han akan tercemar. Alih-alih Anggota Dewan korup yang akan mencemari Sungai Han, apa kalian menginginkan politikus yang adil dan kompeten yang melayani rakyat?
"Ya!" ucap pendukungnya.
Dae Han : Kalau begitu, berikan suara berharga kalian kepada kandidat nomor dua, Wie Dae Han dari Partai Progresif!
Para pendukung Dae Han pun lagi meneriakkan namanya.
Terdengar narasi Dae Han.
Dae Han : Hidup adalah pilihan. Kau mau sup atau salad? Kau akan menghipotek atau membeli rumah? Akankah kau menjual rumahmu selagi harganya naik? Kau akan memilih kandidat satu atau kandidat dua?
Spanduk para kandidat pun mulai dipasang. Kamera menyorot foto Dae Han.
Ep 1, Kelahiran Seorang Putra Durhaka
Usai berorasi di jalanan, Dae Han dan para pendukungnya berkumpul di sebuah ruangan.
Dae Han dan para pendukungnya terus berteriak, meneriakkan namanya.
Tak lama kemudian, asisten Dae Han, Ko Bong Joo, datang membawakan hasilnya.
Dae Han pun meminta para pendukungnya tenang dan berkata hasilnya sudah keluar.
Para pendukung Dae Han harap-harap cemas.
Dae Han : Di sini tertulis aku akhirnya.... melampaui Kang Kyung Hoon sebanyak dua persen!
Sontak,, para pendukung Dae Han bersorak sorai, kecuali Bong Joo.
Sekarang, Dae Han dan Bong Joo sudah duduk di dalam mobil yang melaju kencang. Dae Han lagi menikmati makanannya.
Bong Joo berkata, yang disampaikan Dae Han tadi adalah bohong. Dae Han tidak melampaui Pak Kang, tapi tertinggal sebanyak 2 persen.
Bong Joo : Anda hampir menyusulnya. Kenapa harus menggertak sekarang?
Dae Han : Pemilu adalah pertempuran semangat. Semangat kita harus tinggi untuk menekan lawan. Aku tidak percaya hal seperti itu.
Bong Joo : Benarkah? Lalu apa yang kau percayai?
Dae Han : Data. Data tidak berbohong.
Bong Joo : Benarkah?
Dae Han : Siapa menurut datamu yang akan menang? Aku atau Kang Kyung Hoon?
Bong Joo : Mengingat peringkat kalian masing-masing dan perkiraan suara berdasarkan usia, dengan perbedaan sekitar 3,7 persen, Anda akan terpilih.
Dae Han : Kau memang yang terbaik, Ko Bong Joo.
Bong Joo : Tapi dengan pemilu dan golf, kau akan kalah saat lengah.
Dae Han : Lengah? Itu tidak boleh terjadi. Selalu siaga. Ya? Bagaimanapun, aku akan menang, bukan?
Ponsel Dae Han berbunyi. Dae Han menjawabnya dan tanya ada apa menelponnya. Ia memanggil si penelpon 'Pak' padahal yang menelponnya Hye Jin. Hye Jin yang dipanggil 'Pak' langsung tahu kalau Dae Han sedang tidak sendirian saat ini. Dae Han membenarkan. Hye Jin menanyakan hasilnya.
Dae Han : Tertulis aku sudah melampaui dia dua persen.
Hye Jin : Kau akan menepati janjimu untuk menikah setelah memenangi pemilihan umum, bukan?
Dae Han : Tentu saja. Aku tahu hal lainnya, tapi aku selalu menepati janjiku apa pun yang terjadi.
Dae Han pun memutuskan panggilannya dari Hye Jin begitu mendengar suara telepon masuk,, telepon dari Pak Lee.
Dae Han : Hai, Pak Lee. Kau sudah makan?
Dae Han kemudian terkejut, kapan? Baiklah.
Dae Han memutus teleponnya.
Melihat reaksi Dae Han, Bong Joo tanya siapa yang menelpon.
Bong Joo : Kenapa? Kau terlihat seperti baru makan kotoran?
Dae Han : Dia sudah meninggal.
Bong Joo : Siapa?
Dae Han tiba di rumah duka. Para reporter langsung menghampirinya, bahkan sebelum ia turun dari mobil.
Reporter wanita yang berdiri disamping Dae Han tanya, kapan Dae Han tahu kabar duka itu.
Dae Han : Kurang dari satu jam sejak aku mendengar berita ini.
"Apa kau tahu ayahmu tinggal sendirian di studio yang sangat kecil selama beberapa tahun ini?" tanya reporter wanita itu lagi.
Dae Han mengaku tidak tahu.
Reporter pria lantas bertanya, kapan terakhir kali Dae Han dan sang ayah bertemu.
Dae Han bilang, ia dan ayahnya tidak perna bertemu lagi sejak usianya delapan tahun.
"Ayah Anda ditemukan sepekan setelah dia bunuh diri. Bukankah ini pengkhianatan kematian sebagai putra ayahmu?" tanya reporter wanita.
Dae Han tidak menjawab, hanya memberinya tatapan tajam, lalu masuk ke dalam.
Di dalam, dia menatap foto sang ayah. Dae Han bicara dengan seorang wanita yang duduk lemas di lantai.
"Aku sudah tidak melihatnya selama lima tahun." ucap Dae Han.
"Meski kita putus hubungan, apa yang bisa kita lakukan? Dia tidak punya keluarga lain. Kau harus bertindak sebagai kepala pengantar jenazah." jawab wanita itu.
Dae Han tanya, kenapa harus dia. Sang ayah bahkan tidak datang ke pemakaman ibunya.
"Tetap saja. Kau putra satu-satunya."
"Aku bukan putra satu-satunya. Anda punya putra."
"Yong Soo bukan putranya. Dia tidak punya hubungan darah."
Dae Han menghela nafas dan kembali menatap foto ayahnya.
Terdengar narasinya.
"Akan datang saatnya seseorang harus membuat pilihan. Momen yang menentukan takdirku datang saat usiaku delapan tahun."
Flashback....
-Tahun 1988-
Dae Han dibawa ibunya ke sebuah restoran. Disana, mereka memergoki sang ayah sedang suap-suapan dengan wanita lain.
Sontak, emosi ibu Dae Han meledak dan langsung menjambak wanita itu.
"Jika kau lulus dari universitas empat tahun, betapa bodohnya kau berkencan dengan pria yang sudah menikah!" teriak ibu Dae Han.
*Berarti ibunya Dae Han udah tahu sejak lama dong ini, lakinya slengki.
Terdengar narasi Dae Han.
Dae Han : Ibu membawaku ke sana dengan sengaja. Dia pikir jika aku di sana untuk melihatnya, ayah tidak akan berselingkuh darinya lagi. Tapi hasilnya, ayah memilih untuk menceraikan Ibu.
Dae Han disuruh ayahnya memilih mau ikut siapa.
"Jika pergi, kita tidak akan bisa bertemu dengan ibumu lagi. Jika kau memutuskan untuk tinggal dengan ibumu, ayah juga tidak akan bisa bertemu denganmu lagi."
Ibu Dae Han sewot.
"Beraninya kau mengancam anak kita!"
"Aku tidak mengancamnya. Aku mengatakan yang sebenarnya. Dae Han-ah, kau mau ikut siapa? Ayah atau ibu?"
Dae Han pun bermain 'cap cip cup kembang kuncup' untuk menentukan siapa yang dipilihnya. Ayah atau ibunya. Dan begitu lagunya berakhir, tangannya berhenti pada sang ibu.
Narasi Dae Han berlanjut, " Ibu atau Ayah? Itu pilihan yang terlalu besar untuk dibuat anak delapan tahun. Aku memutuskan memakai metode itu saat tidak tahu harus bagaimana.
Ayah Dae Han kemudian pergi. Dae Han menangis,, sambil dipeluk ibunya.
Dae Han : Sejak hari itu, ayah menghilang dari hidupku dan ibuku selamanya.
Flashback end...
Dae Han sedang bersama para pelayat yang datang melayati ayahnya. Ia sebenarnya males datang ke pemakaman, apalagi sampe jadi kepala pengantar jenazah tapi karena pemilu tinggal beberapa hari lagi, terpaksa lah ia melakukannya.
Bong Joo lantas datang dan berbisik, kalau ada video Dae Han di SNS dan meminta Dae Han keluar sebentar.
Dae Han dan Bong Joo masuk ke mobil. Dae Han sedang menonton videonya berorasi.
Dalam video itu, ketika ia sedang menyalami rakyat, sang ayah datang dan memanggilnya tapi ia mengabaikan sang ayah.
Bong Joo : Tim Kang Kyung Hoon penuh siaran negatif. Dan video itu tersebar luas di antara grup obrolan kampanye.
Dae Han : Apa orang akan peduli?
Bong Joo : Kuharap juga begitu.
Bong Joo lantas menunjukkan komentar orang2 terhadap video itu.
Bong Joo : Ternyata mereka sangat peduli.
Dae Han membaca komentar2 orang yang menyebutnya anak durhaka,, sampai menjadi trending kalau ia anak durhaka.
Dae Han : Ini bagus. Aku yang paling dicari untuk hari ini.
Bong Joo : Apa ini lelucon?
Dae Han merebahkan kursinya dan berniat tidur. Melihat itu, Bong Joo mengerti dan langsung keluar.
Dae Han mau tidur tapi tak bisa tidur gara2 video itu. Akhirnya, ia teriak2.
Dae Han : Sial! Aku tidak tahan lagi! Apa yang telah kulakukan sehingga pantas menerima ini! Apa salahku Ayah meninggal! Dia bahkan tidak datang ke pemakaman ibu! Dialah yang mengabaikanku selama 30 tahun terakhir! Jika aku anak durhaka karena mengabaikan pria itu, baiklah, aku memang durhaka. Aku memang anak durhaka! Sial!
Dae Han dan Bong Joo kembali ke dalam. Dae Han berbisik, sebaiknya mereka memantau dulu situasi terkait video itu, daripada bereaksi.
Bong Joo mengerti.
Di depan ruang duka ayahnya, mereka bertemu Kyung Hoon.
Dae Han menghela napas kesal.
"Anggota Dewan Kang Kyung Hoon. Orang yang memaksaku membuat pilihan kedua." batinnya.
Flashback...
Seorang pria tiba2 saja datang dan mengusir ibu Dae Han.
Ibu Dae Han protes,, ia bilang mereka bisa mati jika tiba2 saja pergi.
Dae Han yang baru pulang sekolah, melihat semua itu dan marah. Ia tanya, apa alasannya kenapa mereka diusir.
Ternyata pria itu adalah pemilik bangunan tempat Dae Han dan ibunya berusaha.
Pria itu, menyebut nama Kyung Hoon.
"Dia anggota dewan distrik kita." ucap pria itu.
"Apa Anggota Dewan Kang memaksa kami pergi?" tanya Dae Han.
"Itu tidak penting. Aku ingin kalian keluar akhir bulan. Atau aku harus menempuh proses hukum." ucap pria bernama 'Park' itu.
Kesal,, Dae Han pergi ke kantornya Kyung Hoon. Kyung Hoon tertawa saat Dae Han memperkenalkan diri.
Kyung Hoon : Kau harus sukses untuk memanggul nama itu.
Kyung Hoon lalu tanya kenapa Dae Han mencarinya.
Dae Han : Anggota Dewan, aku tidak punya ayah. Ibuku membesarkanku seorang diri dengan mengelola restoran kecil. Dan kami terpaksa pergi dalam semalam setelah delapan tahun.
Kyung Hoon : Sayang sekali.
Ternyata semua itu gara2 Dae Han mendapat peringkat pertama dalam ujian di sekolah, mengalahkan Kang Joon Ho, putra Kyung Hoon.
Dae Han mengklaim, ia bisa dapat nilai terbaik, karena hanya beruntung saja, bukan karena ia lebih pintar dari Joon Hoo. Dae Han berjanji, hal itu tidak akan terulang lagi.
Dae Han : Keberuntungan hanya keberuntungan. Itu terjadi sesekali.
Kyung Hoon : Aku tidak mengerti maksudmu. Jika sudah selesai, kau harus pulang.
Dae Han berlutut dan memohon sambil menangis.
Dae Han : Anggota Dewan, restoran ibuku bukan sekadar restoran biasa. Itu tumpuan hidup kami. Tolong bantu kami agar tumpuan hidup kami tetap ada.
Kyung Hoon pun membantu Dae Han berdiri dan memuji Dae Han sbg anak baik. Kyung Hoon berjanji, akan menyuruh ajudannya menyelidiki apa yang terjadi.
Dae Han berterima kasih dan berjanji tidak akan melupakan kebaikan Kyung Hoon.
Namun, saat hendak keluar, Kyung Hoon bicara lagi, membuat Dae Han kesal.
Kyung Hoon : Kau tahu agar negara bisa berjalan dengan baik, orang-orang harus menjalankan tugas mereka dan tak menginginkan apa yang bukan milik mereka.
Dae Han kemudian pergi. Sampai diluar, Dae Han berjanji, akan menjadi anggota dewan untuk menyingkirkan bedebah macam Kyung Hoon.
Flashback end...
Dae Han mendekati Kyung Hoon dan tanya alasan kedatangan Kyung Hoon.
Kyung Hoon : Tentu saja aku datang untuk memberi hormat. Kita sudah lama saling mengenal. Ibumu meninggal setelah menjalani hidup yang sulit dan kini ayahmu meninggal dengan tidak terduga. Hidup ini terlalu kejam kepadamu.
Dae Han : Anda pasti sangat sibuk dengan kampanye. Terima kasih sudah datang seperti ini.
Kyung Hoon : Tentu saja. Aku hanya melakukan yang bermoral. Bersemangatlah, Anggota Dewan Wi.
Dae Han : Tentu saja. Aku harus semangat jika ingin membalas perbuatan anda kepadaku.
Para reporter pun meminta mereka berpose. Dae Han kesal, sementara Kyung Hoon memasang senyum lebar di wajahnya.
Kyung Hoon sedang beorasi di pingir jalan tapi dalam orasinya, dia menyerang Dae Han.
Kyung Hoon : Agar bangsa bisa berjalan dengan baik, dasar-dasarnya harus tepat. Tapi jika orang tanpa dasar baik menjalankan pemerintahan, menurut kalian apa yang akan terjadi? Ada pepatah, "Hal-hal dasar adalah yang utama." Jika orang yang tidak mengakui ayahnya dan membiarkannya mati sendirian menjalankan pemerintahan, menurut kalian dia akan menjadi pemimpin yang baik untuk kita?
"Tidak!" ucap rakyat.
"Semuanya! 13 April adalah hari kita menilai putra durhaka ini! Tolong pilih aku, Kang Kyung Hoon, agar kita bisa membuktikan keadilan di lingkungan ini!"
Beralih ke Soo Hyun, yang lagi di studio bersama Penulis Ma dan Penulis Ahn.
Soo Hyun tanya, kapan Anggota Dewan Hwang akan datang. Penulis Ma bilang, dia akan datang 20 menit lagi.
"Sudah berapa kali dia bersikap seperti ini? Sudah lima kali tahun ini." sewot Soo Hyun.
"Dia pasti sengaja melakukan ini." ucap Penulis Ahn.
Soo Hyun menyuruh Penulis Ahn menghubungi Anggota Dewan Hwang.
Soo Hyun : Beritahu dia, jika dia tidak tiba 30 menit sebelum acara, ini akan menjadi hari terakhirnya.
Penulis Ahn : Bagaimana kau akan menanganinya?
Soo Hyun : Aku akan berhenti jika tidak bisa. Telepon saja dia.
Penulis Ma : Aku menelepon.
Soo Hyun : Silakan.
Penulis Ma : Kudengar dia berteman baik dengan Direktur.
Soo Hyun kaget, Direktur?
Penulis Ma : Ya, Bu.
Soo Hyun : Kenapa baru bilang sekarang?
Soo Hyun berubah pikiran dan langsung melarang Penulis Ahn menghubungi Anggota Dewan Hwang.
Soo Hyun bilang, setelah ia pikir2, tidak akan bagus kalau mereka menggantinya tiba2.
Produser Koo datang, nyamperin Soo Hyun.
Produser Koo : Acara hari ini akan sukses. Video Wi Dae Han dan ayahnya telah tersebar luas. Orang-orang menggila. Bahkan aku tidak sabar mendengar apa yang akan dikatakan Pak Kang tentang Wi Dae Han.
Soo Hyun kaget. Mereka lalu melirik Joon Ho yang sedang berdiskusi dengan penulis wanita.
Di ruangan mereka, Dae Han dan Bong Joo sedang menonton programnya Soo Hyun.
"Orang terpopuler dalam pemilu tahun ini adalah Anggota Dewan Wi." ucap penyiar.
Kemudian, video saat Dae Han mengabaikan ayahnya diputar di studio.
Soo Hyun dan Joon Ho melihatnya.
Dae Han dan Bong Joo terus menontonnya.
Video itu dimatikan. Penyiar pun membuka topik yang akan mereka bahas dengan mengundang Anggota Dewan Hwang dan Joon Hoo.
Penyiar : Dia makin dikritik setelah kematian ayahnya baru-baru ini. Itu sebabnya topik yang kami siapkan hari ini adalah Politikus dan Keluarga Mereka.
Penyiar lalu meminta pendapat Anggota Dewan Hwang.
"Rasa etis yang lebih tinggi diharapkan dari para politisi, tapi etika mereka sebagai tokoh masyarakat dan kehidupan pribadi mereka harus dibedakan."
Penyiar lantas minta pendapat Joon Hoo,sebagai teman SMA Dae Han dan sebagai anaknya Kyung Hoon, rival Dae Han.
Joon Hoo tersenyum dan menjawabnya dengan bijak. Dae Han menontonnya.
Joon Hoo : Aku agak berhati-hati, tapi jika aku boleh mengatakan satu hal saja, kritik saat ini terhadap Anggota Dewan Wi sudah keterlaluan. Kudengar Anggota Dewan Wi adalah putra yang berbakti kepada ibunya yang meninggal beberapa tahun lalu. Kurasa mencapnya sebagai putra durhaka karena insiden ini mungkin tidak adil.
Penyiar kaget dengan jawaban Joon Ho. Ia fikir, Joon Ho akan memberikan jawaban yang menyudutkan Dae Han.
Dae Han mematikan TVnya.
Bong Joo tak menyangka, Joon Ho memihak mereka.
Dae Han : Tidak. Dia hanya membuat kita terlihat lebih buruk. Jika dia bilang, "Dia bukan anak durhaka" orang hanya akan mengingat bagian putra durhaka. Sementara Anggota Dewan Kang hanya akan menjadi ayah hebat yang membesarkan putra yang adil seperti itu.
Bong Joo : Jadi, itu strategi untuk menjatuhkanmu sebagai putra durhaka? Kurasa itu masuk akal.
Dae Han : Bong Joo-ya, a pa pendapatmu?
Bong Joo Sejujurnya, kurasa kau harus melupakan pemilu tahun ini dan berharap akan lebih baik lain kali.
Dae Han : Apakah seburuk itu? Jujurlah kepadaku.
Bong Joo : Sejujurnya, kau adalah perwakilan berimbang, jadi, dari awal kau punya dasar yang lemah. Kau bisa mengejarnya dengan ketat dengan citra publik yang muda dan segar. Namun, kau menghancurkannya dengan insiden ayahmu. Tinggal satu pekan lagi sebelum pemilu. Citramu sebagai putra durhaka terlalu kuat, jadi, kurasa kau tidak punya kesempatan bagus.
Dae Han kesal, ia minta saran Bong Joo sebagai manajernya. Ia bilang tidak mau menyerah lagi kali ini.
Bong Joo menyuruh Dae Han berdoa.
Dae Han tamba ngamuk.
Dae Han : Astaga, ini membuatku gila. Berdoa? Jadi, aku pergi ke jalanan dengan tangan disatukan? Seperti itu?
Dae Han pun turun ke jalan,, bersama Bong Joo dan tim nya. Sementara pemilu tinggal 6 hari lagi.
Dae Han : Apa pun alasannya, aku tidak berbakti kepada ayahku. Aku tidak bisa sepenuhnya menyampaikan permintaan maaf kepada orang-orang yang mendukung dan mencintaiku. Mulai sekarang, aku akan menunda kampanye dan membungkuk dengan setiap tiga langkah yang kuambil sampai aku tiba di makam ayahku untuk bertobat.
Reporter juga hadir meliput 'pertobatan' Dae Han tanya, apa Dae Han benar2 tulus.
Dae Han pun mulai berlutut,, tak hanya berlutut, ia juga tengkurep di jalanan, setiap 3 langkah.
Dae Han tengkurep di tengah jalan, karena 3 langkahnya berakhir disana. Sontak pengguna jalan marah. Setelah selesai, Dae Han pun kembali melanjutkan 'pertobatannya'.
Hari kelima sebelum pemilu,, Dae Han masih melakukan 'pertobatannya.
Seorang pria kemudian menyuruhnya mundur dan mengatainya anak durhaka.
Dae Han tak peduli dan terus berlutut.
Tiba2, gadis remaja datang dan memaksa Dae Han memakai pelindung lutut.
Dae Han menolak, tapi gadis itu memaksa.
Dae Han : Kubilang aku tidak apa-apa!
Dae Han menepis tangan gadis itu dan tidak sengaja mendorong gadis itu.
Sontak warga yang menontonnya marah dan membela gadis itu.
Melihat itu, Dae Han buru2 minta maaf ke gadis itu. Ia berterima kasih pada gadis itu sudah memberinya bantalan lutut.
Diam2, sebelum acara 'pertobatan' itu, Dae Han sudah memakai bantalan lutut.
Dae Han : Aku akan menyimpan ini. Aku akan melihat ini pada setiap hari yang berat. Ini akan mengingatkanku menjadi politisi yang melindungi rakyat. Terima kasih.
Dae Han lantas memberikan bantalan itu pada Bong Joo dan melanjutkan 'pertobatannya'.
4 hari, menjelang pemilu, Dae Han masih melakukannya.
3 hari menjelang pemilu, Dae Han juga masih melakukannya.
Hye Jin pun melaporkan aksi Dae Han dalam beritanya.
Hye Jin : Wi Dae Han dari Partai Progresif kini sampai di hari kelima perjalanan dukanya atas kematian ayahnya. Dan tindakannya menarik banyak perhatian pemilih. Perjalanan duka Wi Dae Han dimulai dari Gwanghuamun dan akan berakhir di rumah abu tempat abu ayahnya berada. Awalnya masyarakat menunjukkan sentimen negatif, tapi seiring berjalannya waktu, lebih banyak orang bersimpati kepada Anggota Dewan Wi. Menurut survei yang dilakukan di lembaga Jongang-Gu dari Kota Inju, tingkat penerimaan Wi Dae Han menunjukkan peningkatan hebat.
Grafik menunjukkan, suara Dae Han hampir menyusul Kyung Hoon.
Kyung Hoon yang membaca artikel Dae Han di internet, sewot.
Kyung Hoon : Apa yang dilakukan para jurnalis kita?
"Kita masih merilis artikel negatif, tapi dukanya selama beberapa hari terakhi telah mengubah tingkat penerimaannya." jawab manajernya.
"Sangat bodoh terhadap perasaan. Itu sebabnya orang menyebut mereka hewan." sinis Kyung Hoon.
Dae Han masih melakukannya, bahkan hingga malam hari dan turun hujan deras.
1 hari menjelang pemilu, Dae Han tiba di rumah abu ayahnya. 'Pertobatan' Dae Han berakhir disana.
Terdengar narasi Dae Han, "Aku seorang materialis. Aku tidak percaya kepada dewa atau akhirat. Tapi saat itu, aku berdoa kepada orang tuaku Aku meminta mereka membantuku memenangi pemilu ini.
Dae Han yang sudah kelelahan itu pun akhirnya jatuh pingsan.
Awalnya Bong Joo tidak tahu Dae Han pingsan, tapi saat menyadarinya, ia panic. Para reporter bukannya menolong, malah hanya mengambil gambarnya saja.
Besoknya, Hye Jin memberikan hasil perhitungan suara.
Hye Jin : Tempat pertama yang akan kami kunjungi adalah Kota Machon Provinsi Gyeonggi. Kandidat Kim Jin Woo dari Partai Progresif diprediksi memimpin dengan 57,7 persen.
Joon Ho dan Kyung Hoon menonton beritanya dengan tim mereka.
Begitu pula dengan Dae Han. Dae Han nampak tegang.
Hye Jin : Kandidat Park dari Partai Nasionalis diprediksi menang. Berikutnya adalah Kota Inju, Jungang-gu. Kandidat Kang diprediksi menang 48,9 persen sedangkan Kandidat Wi diperkirakan menang 47,6 persen. Ini pemilihan yang sangat ketat. Sejauh ini, 5,7 persen suara telah dihitung. Ini Kota Inju, Jungang-gu. Saat ini, Kandidat Wi telah memutarbalikkan keadaan dengan 49,1 persen.
Sontak, Dae Han dan timnya bersorak sorai.
Hye Jin : Sampai sekarang, 11,3 persen suara telah dihitung. Sekarang kita akan melihat Kota Inju, Jungang-gu. Kandidat Kang sekali lagi melewati Kandidat Wi dengan 48,9 persen. Kami kembali ke Kota Inju, Jungang-gu. Kini Kandidat Wi dari Partai Progresif memimpin di 51,2 persen.
Dae Han dan timnya senang.
Hye Jin : Berikutnya, kita akan kembali ke distrik paling kompetitif. Pemenang pertempuran antara Daud dan Goliat adalah....
Hye Jin tampak cemas dengan hasilnya.
Hasilnya, Kyung Hoon keluar sebagai pemenang.
Kyung Hoon dan tim nya bersorak.
Dae Han terdiam.
Bersambung ke part 2....