Promosi Do Kyung sebagai Wakil Presdir sudah dipublikasi. Para pegawai bisa melihatnya di papan pengumuman perusahaan. Perusahaan langsung heboh termasuk, termasuk rekan2 Ji An di tim pemasaran. Ha Jung sesumbar, kalau ia dekat dengan Do Kyung. Habis sesumbar dekat dengan Do Kyung, Ha Jung bertanya dengan angkuhnya pada Ji An, soal proposal Ji An. Ji An pun dengan santainya memberitahu Manajer Lee kalau ia sudah mencetak proposalnya.
Tuan Choi bicara serius dengan Do Kyung. Tuan Choi bilang, begitu Do Kyung bisa mengendalikan Haesung, Do Kyung bisa memulai bisnis bio produk yang pernah Do Kyung usulkan itu.
“Kenapa Ayah berkata begitu? Ada ayah di sini.” Jawab Do Kyung.
“Kita harus bekerja terpisah. Ingatlah alasan Pimpinan No mengirimmu ke Haesung Apparel tempat Presdir Jung berada.” Ucap Tuan Choi.
Ha Jung tak terima karena rekan2nya lebih memilih proposal Ji An. Manajer Lee pun menjelaskan, kalau proposal yang Ha Jung buat membutuhkan banyak biaya.
“Ji An menyarankan mengundang para penyanyi dari universitas dan memberi mereka kesempatan untuk menyanyi di depan orang-orang. Pada waktu bersamaan, mereka akan membuat orang-orang mengenang masa lalu. Ide itu brilian.” Tambah Senior Song.
“Proposalmu tidak jauh berbeda dengan milik Ji An. Ji An punya berbagai ide untuk acara-acara menarik seperti peragaan busana, kontes cetak tangan, kontes mewarnai dengan pewarna alami, dan bahkan pasar bebas.” Ucap Senior Jo.
Ha Jung menghampiri Ji An yang lagi nyari angin di atap gedung. Ha Jung menyuruh Ji An membagi data pemasaran 10 tahun lalu menjadi dua bagian karena tim pemasaran yang sudah terbagi dua sekarang. Ha Jung awalnya mau menekan Ji An, tapi ternyata Ji An malah tak merasa tertekan sama sekali. Ha Jung sontak penasaran.
“Aku bisa mengerjakan pekerjaanku tanpa dicemooh.” Jawab Ji An.
Ha Jung pun kesal dan kembali menghina Ji An yang tidak punya apa2.
Nyonya No yang lagi bertemu kedua calon besannya di galeri Nyonya Yoon, terkejut melihat kedatangan Nyonya Hong. Nyonya Hong yang menginginkan putri Nyonya Son menjadi menantunya, dengan sengaja memberitahu mereka soal Eun Seok yang sudah ditemukan. Sontak saja, hal itu membuat Nyonya Son dan Nyonya Han merasa tersinggung. Mereka protes karena Nyonya No tidak memberitahu mereka kabar sepenting itu padahal mereka akan menjadi besan.
Mereka menodong Nyonya No, ingin bertemu Eun Seok. Nyonya No pun berjanji akan mengatur waktunya. Nyonya Hong langsung menyindir, kalau Nyonya No belum mau memperkenalkan Eun Seok ke public karena sedang melatih Eun Seok. Tak ingin kehilangan muka, Nyonya No pun mengatakan kalau Eun Seok nya sudah bekerja di Haesung.
“Dia bekerja di Haesung?” kaget Nyonya Son.
“Ya. Itu membuatku menyadari bahwa hubungan darah memiliki cara untuk membawa kami kembali.” Jawab Nyonya No.
“Lantas, kau bisa memperkenalkan dia kepada kami hari ini?” tanya Nyonya Hong.
Nyonya No pun tak bisa menghindar lagi. Ia tak punya pilihan lain selain meminta Ji An datang.
Ji An yang lagi di ruang arsip, mengaku kalau penampilannya berantakan. Tapi Nyonya No tak peduli dan menyuruh Ji An datang ke galeri dalam waktu satu jam.
“Kenapa dia berpura-pura tidak mendengarku? Astaga. Aku harus bagaimana?” ucap Ji An panik.
Do Kyung lagi membereskan dokumen2nya dibantu Seketaris Yoo. Do Kyung menyuruh Seketaris Yoo meletakkan sebagian dokumennya di ruangan Wakil Presdir dan yang ada di lemari kaca, untuk penggantinya. Tak lama kemudian, Ji An menghubungi Do Kyung.
Ji An menjelaskan keadaannya. Do Kyung langsung ngeh kalau rahasia mereka soal Ji An sudah ketahuan. Do Kyung lantas memerintahkan Ji An pergi ke toilet untuk mencuci muka.
Di saat Ji An lagi nyuci mukanya, Do Kyung menghubungi Gi Jae. Do Kyung menyuruh personal shopper nya Gi Jae untuk menyediakan beberapa pakaian di belakang gedung Gi Jae. Do Kyung juga memberitahu secara rinci soal style Ji An.
Tepat setelah Ji An selesai mencuci mukanya, Do Kyung menelpon. Do Kyung menyuruh Ji An keluar dari Haesung lewat pintu belakang dan menaiki taksi yang sudah dipesan Do Kyung. Do Kyung menyuruh Ji An turun dimana pun taksinya nanti berhenti.
“Kakak bercanda?” tanya Ji An.
“Ini mendesak. Kakak tidak bercanda, jadi, larilah.” Jawab Do Kyung.
Begitu turun dari taksi, Ji An langsung naik ke dalam mobil van yang juga sudah disiapkan Do Kyung. Ji An terkejut, ia lantas bertanya pada Do Kyung kenapa menyewa mobil van segala.
“Kurasa kau ketahuan.” Jawab Do Kyung.
“Bagaimana bisa?” tanya Ji An.
“Kakak belum tahu. Dia memberimu waktu sejam untuk
sampai ke Galeri Seoyi. Artinya dia bersama orang-orang yang tidak bisa dia
hindari.” Jawab Do Kyung.
“Bersama siapa? Aku tidak bisa pergi ke sana
dengan penampilan seperti ini.” ucap Ji An.
“Tidak, tunggu. Bukan itu masalahnya. Aku tidak
bisa muncul dengan tiba-tiba begini. Bagaimana jika aku mengacau?” ucap Ji An
cemas.
“Kau bisa. Kau berhasil melakukannya di
Yangpyeong. Kau tiba-tiba muncul dan tidak gemetar sama sekali.” Jawab Do Kyung.
“Situasi itu berbeda dengan yang ini. Aku tidak
mau pergi tanpa persiapan apa pun.” Ucap Ji An.
“Kau tidak bisa menolak hanya karena tidak mau. Ini
sangat penting.” Jawab Do Kyung.
“Jangan melakukan ini kepadaku. Jika Ibu tidak bisa menghindar, mereka pasti orang-orang penting. Aku harus bilang apa jika mereka bertanya macam-macam?” tanya Ji An.
“Katakan apa saja dan itu akan menjadi jawaban
yang tepat.” Jawab Do Kyung.
Nyonya No sendiri cemas, ia takut kalau Ji An
muncul begitu saja. Ia berharap, Ji An meminta bantuan Do Kyung.
Di jalan menuju ke belakang gedungnya Gi Jae, Ji
An lagi berdandan dibantu oleh seorang penata rias yang juga telah disiapkan Do
Kyung. Begitu sampai di gedungnya Gi Jae, para staff Gi Jae sudah menunggu
dengan deretan pakaian yang berjejer rapi. Do Kyung memilihkan baju, tas,
sepatu dan perhiasan untuk dipakai Ji An.
Setelah penampilan Ji An perfect, Do Kyung pun
bergegas membawa Ji An menuju Galeri Seoyi. Ji An menyuruh Do Kyung menghubungi
Nyonya No. Ia yakin, Nyonya No pasti sangat mencemaskan penampilannya.
“Tidak bisa karena banyak yang memperhatikan. Ini seperti permainan. Jika Ibu menerima pesan atau ditelepon, dia kalah. Kau hanya perlu datang tanpa pemberitahuan awal.” Jawab Do Kyung.
“Tidak bisa karena banyak yang memperhatikan. Ini seperti permainan. Jika Ibu menerima pesan atau ditelepon, dia kalah. Kau hanya perlu datang tanpa pemberitahuan awal.” Jawab Do Kyung.
“Kehidupan yang ini ternyata tidak mudah.” Ucap Ji
An.
“Galeri Seoyi milik Nyonya Yoon dan Ibu saling
berkaitan. Mereka mengoleksi karya seni. Saat ada barang langka masuk, satu
grup kecil berkumpul untuk melihatnya dan mengobrol.” Jawab Do Kyung.
“Mereka bertukar informasi, menemui orang-orang
baru, dan membuat koneksi baru. Mereka menemui satu sama lain karena kebutuhan
itu. Istri Presdir Jang mungkin ada di sana. Lalu, pimpinan Yayasan Jaeneung. Ibu
mendanai mereka. Nyonya Jin memberikan dukungan moral sebagai imbalannya.
Nyonya Yoon tentu saja ada. Orang yang memaksa Ibu untuk meneleponmu... lalu,
Nyonya Han, calon mertuanya Seo Hyun? Kakak rasa itu sudah semuanya, tapi kakak
tidak terpikirkan orang lain lagi.” Jawab Do Kyung.
“Masih ada lagi?” tanya Ji An kaget.
“Mereka tidak mungkin mengancam Ibu seperti ini. Seseorang
yang mengenalmu dan ingin menemuimu sekarang.” jawab Do Kyung.
Begitu sampai, mereka tak langsung masuk. Ji An takut kalau ia mengacau di dalam sana. Do Kyung yakin Ji An bisa melewati ini dengan baik. Do Kyung kemudian melatih Ji An.
“Kau adiknya Choi Do Kyung. Siapa kau?”
“Choi Eun Seok.”
“Putrinya Choi Jae Sung. Siapa?”
“Choi Eun Seok.”
“Putrinya No Myung Hee. Siapa?”
“Choi Eun Seok.”
“Kau siapa?”
“Choi Eun Seok.”
Di dalam, Nyonya No makin dag dig dug, ia takut kalau Ji An tiba-tiba muncul dengan penampilan acakadut. Namun begitu Ji An muncul, Nyonya No langsung menarik napas lega. Setelah Ji An memperkenalkan diri pada ibu2 sosialita itu, Nyonya No menyuruh Ji An menunggu diluar, tapi Nyonya Hong malah menahan Ji An.
“Kau tertarik pada seni?” tanya Nyonya Han.
Ji An pun mengangguk. Nyonya Son lantas mengajak
Ji An bergabung dengan mereka.
“Kau mengenalnya? Dia pengrajin terkenal. Tiruan
pahatan ini ada di mana-mana.” Jawab Nyonya Han.
“Ternyata ibumu mengajarimu tentang seni lebih
dahulu.” Sinis Nyonya Hong.
Nyonya Hong lalu menyuruh Ji An memilih salah satu lukisan yang ada di sana. Pilihan Ji An jatuh pada lukisan Lee Yong Sool. Ji An juga menjelaskan sedikit tentang lukisan yang dipilihnya.
“Dia memiliki gaya unik yang konsisten. Kupikir
itu sebuah foto dan terkejut setelah mengetahui ada efek tiga dimensinya. Sebuah
foto mangkuk sungguhan dan lukisan yang menghasilkan ilusi. Dari kedua itu, mana
yang lebih mendekati bentuk mangkuk sungguhan? Itu cara yang unik dalam
menggambarkan ilusi seseorang.” ucap Ji An.
“Kau mempelajari seni?” tanya Nyonya Son.
“Tidak, jurusanku bisnis.” Jawab Ji An.
Ibu2 sosialita itu seketika tercengang. Sementara
Nyonya No yang tadinya kaget Ji An tahu banyak soal lukisan, langsung merasa di
atas angin.
Do Kyung yang menunggu diluar dengan cemas,
akhirnya memutuskan masuk menyusul Ji An.
“Egon Schiele menggambar banyak potret diri. Dia
juga memiliki hubungan yang kompleks. Dia bahkan meninggalkan kekasih yang
sudah lama dikencaninya untuk seseorang dengan latar belakang yang lebih baik. Mereka
berdua diajari oleh Klimt, jadi, karya mereka tampak mirip dengan "Hidup
dan Mati", tapi aku lebih suka "Pengantin Angin"-nya Kokoschka. Itu
lebih menyentuh. Dia hanya mencintai satu wanita, Alma.” Ucap Ji An.
“Kau tahu siapa Alma?” tanya Nyonya Hong.
“Dia menikah dengan Gustav Mahler. Meski dia
menikah lagi setelah kematian suaminya.” Jawab Ji An.
Mendengar pemaparan Ji An soal Alma, Do Kyung yang
mendengar di depan pintu pun tersenyum. Ia teringat saat bercerita soal Alma
dengan Seohyun di depan Ji An.
Do Kyung akhirnya masuk, ia pura2 mau menjemput Ji
An yang akan makan malam dengan CEO No. Ibu2 sosialita itu pun langsung merasa
bersalah dan minta maaf karena sudah menahan Ji An dan Nyonya No di sana.
Nyonya No kemudian memberitahu teman2nya kalau sekarang Do Kyung sudah diangkat
menjadi Wakil Presdir.
“Dia sudah dipromosikan?” tanya Nyonya Han kaget.
Adegan lantas berpindah pada Nyonya No yang menyusul Do Kyung dan Ji An keluar. Nyonya No memeluk Ji An dan mengaku bangga pada Ji An. Nyonya No kemudian menanyakan apa yang terjadi. Ia penasaran bagaimana bisa Ji An berubah cantik dalam waktu satu jam.
“Kak Do Kyung membantuku.” Jawab Ji An malu2.
“Pasti begitu. Dari semua hal yang kau lakukan, meneleponnya
adalah hal terbaik.” Ucap Do Kyung.
Nyonya No lantas menyuruh Do Kyung dan Ji An
pulang duluan. Ia berjanji, tidak akan berlama-lama dengan para wanita itu. Do Kyung
dan Ji An pun tersenyum geli melihatnya.
Begitulah bagaimana ‘kakak adik’ ini bisa berakhir kembali di depan mini market favoritnya Ji An. Ji An meletakkan kakinya di kursi dan mencopot stockingnya.
“Kakimu terluka?” tanya Do Kyung.
“Hanya agak gatal.” Jawab Ji An.
“Maaf kakak tidak menanyakan ukuran sepatumu
sebelumnya, tapi haruskah kamu begitu di depan umum? Kakak takut ada orang yang
melihat.” Ucap Do Kyung.
“Aku merasa amat hidup sekarang.” jawab Ji An.
Do Kyung lalu melirik ke bekas luka yang ada di kelingking Ji An. Ji An pun berkata, kelingkingnya dijahit saat ia masih kecil. Setelah mengobrol2 sedikit, Do Kyung mengajak Ji An pulang. Ji An mengangguk dan bergegas memasang kakinya. Saat memasang kaus kakinya, pandangan Ji An tertuju pada lukanya. Ia pun teringat cerita ibunya tentang bagaimana ia mendapatkan luka itu saat ia berumur satu tahun.
“Aku berusia satu tahun pada 1991. Eun Seok menghilang pada Agustus 1992. Jika kakiku terluka pada tahun 1991, berarti aku bukan Choi Eun Seok?” ucap Ji An bingung.
Omo…. Ji An akhirnya sadar kalau dia bukan Eun
Seok…