Tuan Seo berharap dirinya benar-benar sakit. Ia bahkan menganggap penyakitnya sebagai hadiah Natal.
Tuan Seo pergi mengecat rambutnya. Tak hanya itu, ia juga membeli
beberapa stelan.
“Aku membeli beberapa barang yang kubutuhkan.” Ucap Tuan Seo.
“Kau tampak bahagia.” Jawab Nyonya Yang.
“Aku akan meminta Seok Doo untuk tidak mencari penyewa baru. Tapi
jangan berpikir untuk tinggal bersama Ji Tae saat dia pindah setelah dua tahun.
Jangan tinggal bersama Ji An atau Ji Ho juga.” Ucap Tuan Seo.
“Kita tidak akan pindah?” tanya Nyonya Yang.
“Ya, tidak akan.” Jawab Tuan Seo, lalu masuk ke kamar.
“Apa yang merasukinya? Dia tiba-tiba tampak bahagia dalam semalam.”
Heran Nyonya Yang.
Ji An membantu Nona Yang mengikis wallpaper kamar Boss Kang. Tak lama kemudian, Hyuk datang dan menyuruh Ji An pergi. Hyuk bilang, Ji An datang untuk membuat furniture.
“Aku ingin membantumu sedikit lagi.” Jawab Ji An.
“Kau mahir, Ji An-ssi.” Puji Nona Yang.
Hee kemudian datang dan menagih janji Ji An yang akan menyelesaikan
desain furniture kamarnya.
“Kakak menyukai desain furniturenya?” tanya Hyuk.
“Ya, kakak tidak sabar melihatnya.” Jawab Hee.
Di kamarnya, Ji Soo melamun memikirkan keakraban Ji An dan Hee. Tak
lama kemudian, terdengar suara ketukan di pintu kamarnya, disertai oleh suara
Seketaris Min. Seketaris Min pun masuk setelah dipersilahkan Ji Soo. Seketaris
Min memberitahu Ji Soo, kalau besok akan ada kumpul keluarga untuk merayakan
Malam Natal.
“Jika Nona berencana keluar, pulanglah sebelum pukul 18.00. Sudah ada
reservasi pukul 19.00.” ucap Seketaris Min.
“Ada kumpul keluarga di Malam Natal?” tanya Ji Soo.
“Ada setiap tahunnya. Anda harus ikut.” Jawab Seketaris Min.
“Baik, aku mengerti.” Ucap Ji Soo.
Setelah Seketaris Min pergi, Ji Soo pun langsung menghubungi Do Kyung.
Tapi ponsel Do Kyung sudah tak aktif. Ji Soo tak habis pikir bagaimana bisa
mereka mengadakan kumpul keluarga setelah mengusir Do Kyung. Ji Soo pun tambah
cemas karena Do Kyung pergi tanpa membawa apapun.
Do Kyung sendiri lagi menjalani pekerjaan sambilannya di malam hari. Ia mengangkat barang berat yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan.
Seorang pekerja lain menegur Do Kyung karena Do Kyung salah meletakkan
dusnya.
“Yang berat di bawah, yang ringan di atas. Lakukan seperti bermain
Tetris.” Ucapnya.
“Aku akan berusaha keras, tapi jangan bersikap tidak sopan.” Jawab Do
Kyung.
Salju turun dengan deras. Do Kyung yang tidak biasa melakukan pekerjaan berat, merasakan sakit di punggungnya.
Do Kyung lantas memeriksa ponselnya dan tidak menemukan pesan atau pun
panggilan dari Ji An.
“Meskipun aku pulang terlambat, Ji An sama sekali tidak menghubungiku. Dia
dingin sekali.” Ucap Do Kyung.
Do Kyung lalu menemukan pesan Ji Soo.
“Kak, aku menghubungi untuk menanyakan keadaan kakak. Kakak membutuhkan
bantuan?” tanya Ji Soo.
Do Kyung pun langsung menghubungi Ji Soo.
Ji An kembali melanjutkan desainnya. Ia menggambar dengan serius pada
awalnya, tapi kemudian ia melirik jam di ponselnya dan bertanya-tanya kenapa Do
Kyung belum pulang juga padahal hari sudah larut.
“Terserah saja. Aku tidak peduli.” Ucap Ji An, lalu melanjutkan
gambarnya.
Ji Soo masuk ke kamar Do Kyung dengan membawa sebuah koper. Ia dapat
tugas dari Do Kyung. Do Kyung juga melarang Ji Soo menyentuh koper yang ada di
kamarnya.
Do Kyung akhirnya tiba di rumah. Karena merasa tubuhnya sangat bau, ia
langsung berlari ke kamar mandi, tapi menemukan tulisan di pintu kamar mandi
yang menyuruh mereka datang ke kafe Hee jika tidak punya rencana di Malam
Natal.
Do Kyung lalu mengetuk pintu kamar mandi dan bertanya apakah orang yang
di dalam masih lama atau tidak.
“Kau tidak bisa Bahasa Korea, ya?” sahut orang yang di dalam.
Ji An pun menyuruh Do Kyung menggunakan kamar mandi di lantai atas jika sedang terburu-buru. Ji An juga menunjukkan tulisan, “Tunggu. Aku akan lama” yang berada tepat di atas pengumuman tadi.
“Aku amat berkeringat, jadi, ingin mandi.” Ucap Do Kyung.
“Kau berkeringat?” tanya Ji An, lalu mengendus tubuh Do Kyung. Sontak,
Do Kyung menjauh dan Ji An menutup hidungnya.
“Apa yang kau kerjakan sampai keringatmu bau begitu?” tanya Ji An.
“Aku berolahraga.” Jawab Do Kyung.
“Tapi biasanya kau memakai baju olahraga.” Ucap Ji An.
“Aku tidak membawanya.” Jawab Do Kyung.
Ji An pun pergi. Setelah Ji An pergi, Do Kyung bergumam kalau mencari
uang itu amat sulit.
Soon Ok mengeluhkan hidupnya yang seperti di penjara. Tapi suaminya sadar bahwa mereka sudah melakukan kejahatan dan tidak berhak protes.
“Tidak. Kita bisa melakukan hal yang lebih buruk daripada protes.”
Jawab Soon Ok, lalu menghubungi seseorang.
Seketaris Min menyampaikan pesan Soon Ok pada Nyonya No. Nyonya No mengaku, lupa soal mereka karena banyak masalah di rumahnya.
“Acara yayasan sudah selesai. Nona Eun Seok juga tidak sempat
memperkenalkan dirinya.” Ucap Seketaris Min.
“Kau sudah menyelesaikan urusan di Filipina?” tanya Nyonya No.
“Sudah selesai sejak lama.” Jawab Seketaris Min.
“Lantas pesan tiket dan biarkan mereka pergi besok.” Ucap Nyonya No.
“Aku tidak boleh memberi tahu mereka sebelumnya, bukan?” tanya
Seketaris Min.
“Tentu saja tidak. Langsung bawa mereka ke bandara. Biarkan mereka
mencari uangnya di Filipina.” Jawab Nyonya No.
Tanpa mereka sadari, Tuan Choi menguping pembicaraan mereka di depan
pintu.
Keesokan harinya, Nyonya Yang yang sudah bersiap pergi, memberitahu Tuan Seo kalau ia akan pulang terlambat. Tuan Seo mengerti, lalu mengenakan lotion. Nyonya Yang heran melihat Tuan Seo mengenakan lotion, padahal sebelumnya Tuan Seo tidak pernah mengenakan lotion.
Setelah Nyonya Yang pergi, Tuan Seo mengambil asuransi kanker atas
namanya dan penerima klaim nya adalah Nyonya Yang yang selama ini disembunyikan
Tuan Seo di bagian bawah kopernya.
Tuan Seo lantas mengganti pakaiannya dengan pakaian yang dibelinya
semalam.
Ji An tidak menyangka Hyuk ingat hari ulang tahunnya. Hyuk berkata, ia tidak mungkin lupa hari ulang tahun Ji An yang jatuh pada 25 Desember. Ji An pun mengatakan keinginannya. Ia bilang, ingin pergi ke bioskop yang didalamnya juga bisa makan.
“Karena kau ingin menghindari Do Kyung?” tanya Hyuk.
“Dia bahkan tidak tahu hari ulang tahunku.” Jawab Ji An.
“Baiklah, aku akan memesan tempat.” Ucap Hyuk.
Ji An kembali ke kamarnya dan sedih mengingat kebahagiaan keluarganya dulu saat merayakan hari ulang tahunnya dan Ji Soo.
“Ji Soo pasti merasa berulang tahun. Akankah mereka merayakan ulang
tahunnya?” tanya Ji An.
Ji An lalu membuka lacinya. Tadinya ia mau mengambil boneka Ji Soo, tapi pandangannya langsung mengarah ke tasnya yang kemarin dikembalikan Do Kyung.
“Bu No membelikan ini untukku. Aku tidak bisa membuangnya begitu saja. Haruskah
kudonasikan?” tanyanya.
Ji An lantas teringat saat Do Kyung mengembalikan ponselnya di malam saat jati dirinya yang bukan Eun Seok sudah diketahui Tuan Choi dan Nyonya No.
“Astaga, aku hampir lupa. Pabo, pabo, pabo, pabo!” ucapnya sambil
memukuli jidatnya berkali2.
Ji An pun menyalakan ponsel lamanya dan mencari kontak Myung Shin.
Ji Soo dan Do Kyung bertemu di pinggir jalan. Ji Soo datang membawakan koper yang berisi baju2 Do Kyung. Do Kyung terkejut melihat koper yang dibawa Ji Soo berwarna pink.
“Kakak bilang aku tidak boleh menyentuh barang-barang kakak. Ini koper
terbesar yang bisa kutemukan. Terlalu feminin?” tanya Ji Soo.
“Tidak. Kakak senang kau membawakannya.” Jawab Do Kyung.
“Omong-omong,kakak tinggal di mana?” tanya Ji Soo.
“Di rumah teman kakak.” Jawab Do Kyung.
“Ini. Kupikir kakak membutuhkan uang.” Ucap Ji Soo.
“Senang rasanya diberi uang oleh adik kakak, tapi kakak tidak bisa
menerimanya. Ini curang. Nantinya mereka juga akan membuang baju kakak, jadi,
ini semacam daur ulang.” Jawab Do Kyung.
“Lantas dari mana kakak mendapatkan uang?” tanya Ji Soo.
“Kakak mencari uang. Apa lagi?” jawab Do Kyung.
“Apa? Kakak bekerja di mana?” tanya Ji Soo.
“Pilihan kakak hanya bekerja paruh waktu. Kakak punya cara. Kakak akan
sukses agar bisa membantu adik kakak. Jangan mencemaskan kakak. Tunggu saja.”
Jawab Do Kyung.
“Aku memasukkan banyak baju sebisaku.” Ucap Ji Soo.
“Aigoo, kerja yang bagus.” Puji Do Kyung.
Do Kyung lalu menyuruh Ji Soo pergi karena sopir taksi sudah menunggu.
Ji Soo pun meminta Do Kyung menghubunginya jika butuh sesuatu. Setelah Ji Soo
pergi, Do Kyung pun bergegas pergi bekerja.
Seketaris Min terkejut mendapati rumah Soon Ok sudah kosong. Ia pun langsung melaporkan itu pada Nyonya No. Seketaris Min juga bilang, kalau kedua pengawal yang menjaga rumah Soon Ok juga sudah mengundurkan diri pagi tadi.
“Mereka tidak akan pergi tanpa dibayar.” Ucap Nyonya No.
“Aku juga tidak tahu ada apa.” Jawab Seketaris Min.
Pasti Tuan Choi nih yang ngumpetin Soon Ok...
Hyuk masuk ke toko roti dengan terburu-buru. Ia menemui Boss Kang untuk menanyakan apa sudah ada izin dari pemilik rumah Boss Kang untuk mengganti lokasi pipa dapur.
Sementara di belakang, Ji Soo sudah bersiap2 untuk menyapa Hyuk sesuai
saran Boss Kang. Tapi sayangnya Hyuk langsung pergi begitu saja usai bertanya
pada Boss Kang, namun langkahnya terhenti di depan pintu. Ia pun berbalik,
menatap Ji Soo dan memberitahu Ji Soo kalau mereka akan mengadakan pesta di
kafe Hee.
“Hari ini? Tapi aku ada makan malam bersama keluargaku malam ini.”
Jawab Ji Soo.
“Rupanya keluargamu berkumpul di Malam Natal.” Ucap Hyuk kecewa. Tapi
Hyuk tetap mengharapkan kedatangan Ji Soo. Ia bilang, mereka akan berkumpul
sampai malam. Ia meminta Ji Soo datang selesai makan malam.
Tuan Seo yang menuju makam orang tuanya, teringat tangisan Ji Soo kecil
saat ia melintasi jembatan tempat ia dan Nyonya Yang menemukan Ji Soo dulu.
“Abeoji, maaf telah membencimu karena hanya membayar biaya kuliah
kakakku. Eomma, maaf karena pernah memintamu untuk tidak operasi. Saat nanti
bertemu denganku, eomma bisa mengomeliku sepuasnya. Akan kuturuti semua
permintaan eomma. Tapi kini aku bahagia. Aku merasa bahagia. Jika aku mati
karena sakit, anak-anakku tidak akan merasa bersalah.” Ucap Tuan Seo.
Tuan Sun memuji desain Ji An. Ji An berkata, karena ruangan Boss Kang
sempit, jadi ia membuat tempat tidur dan lemari sederhana.
“Kupikir lemari riasnya bisa agak mewah. Sebaiknya kau menjadi desainer
furniture.” Ucap Tuan Sun.
“Tidak begitu. Aku harus lulus dari sekolah seni.” Jawab Ji An.
Do Kyung berhenti dari gym. Pihak gym berniat menjadikan Do Kyung sebagai karyawan tetapnya, tapi Do Kyung menolak karena staf yang digantikan Do Kyung akan kembali bekerja mulai besok.
“Aku bisa memecatnya.”
“Tidak usah, bayar saja upahku 70 dollar. Aku harus makan malam dan lanjut bekerja. Aku
belajar banyak dalam empat hari.” Ucap Do Kyung.
“Karena kini Do Kyung tinggal di rumah itu, kau pasti merasa tersaingi.”
Jawab Yong Gook.
“Bukan begitu. Ini untuk hadiah ulang tahunnya. Ji An ingin ke sana.”
Ucap Hyuk.
“Ji An akan berkencan denganmu dan menghindari Do Kyung?” tanya Yong
Gook.
“Ji An tidak selemah itu.” Jawab Hyuk.
Hyuk lalu bertanya kenapa Yong Gook menyuruh Do Kyung membayar 30 dolar
sehari.
“Setelah membayar itu dan biaya makan serta transportasi, dia pasti
tidak punya uang lagi.” Ucap Hyuk.
“Itu yang kuinginkan. Kita pasti bisa melihat dalam 10 hari. Apakah dia
akan lanjut atau menyerah? Aku ingin tahu.” Jawab Yong Gook.
“Kalian sudah lama berteman.Tapi kau kejam kepadanya.” Ucap Hyuk.
“Setelah membayar 30 dolar selama 10 hari, dia bisa tinggal selama
sebulan di rumah kita. Yang dia pilih hari itu akan menunjukkan seberapa besar
tekadnya.” Jawab Yong Gook.
Do Kyung sendiri lagi menikmati makan malamnya di minimarket. Ia hanya
makan kimbab sebagai makan malamnya.
Di kafe, Boss Kang tampak sibuk memasak. Sedangkan Hee sedang menghiasi
pohon natal. Ia juga meletakkan beberapa hiasan di rak, termasuk kotak musik
kayu yang mirip seperti punya Ji An.
Mereka pun mulai berpesta. Seluruh penghuni rumah kos hadir, kecuali Do
Kyung.
Sementara keluarga Haesung makan malam di restoran mewah. Tapi mereka
tampak lesu. Nyonya No lesu karena teringat pada Do Kyung yang tidak ada di
tengah2 mereka. Sementara Tuan Choi teringat kata2 Do Kyung yang ingin hidup
mandiri. Sedangkan Seohyun merasa bosan dengan makan malam itu. Ia ingin pergi
ke klub. Seohyun juga memikirkan Ji Ho yang tidak menghubunginya sama sekali.
Dan Ji Soo memikirkan pesta di kafe Hee.
“Apa Ji An juga diundang?” batinnya.
Tiba2 saja, Ji Soo membayangkan Ji An dan Hyuk yang ditodong pacaran.
Ji Soo pun mengumpat, sial...
Tuan Choi dan Nyonya No pun sontak melihat ke arahnya.
“Maafkan aku.” Ucap Ji Soo.
“Kau tidak menyukai makanannya?” tanya Tuan Choi.
“Tidak, aku memikirkan hal lain.” Jawab Ji Soo.
“Sebaiknya kau tidak mengucapkannya. Kau tidak boleh mengungkapkannya.”
Ucap Nyonya No.
“Aku akan berhati-hati.” Jawab Ji Soo.
Seohyun pamit ke belakang. Di belakang, dia tempat Ji Ho bekerja dan mendapat informasi kalau Ji Ho sudah berhenti. Seohyun lantas menelpon ke ponsel Ji Ho. Saat itu, Ji Ho tengah bekerja di klub. Ji Ho pun meminta Seohyun tidak menghubunginya lagi. Ji Ho bilang, urusan mereka sudah selesai.
Sementara Hyuk terus menatap ke arah jendela, menunggu Ji Soo.
Nona Yang lalu menanyakan Do Kyung. Yong Gook pun berkata, tidak bisa
menghubungi Do Kyung. Hyuk menyuruh Yong Gook mengajak Do Kyung bergabung
dengan mereka. Yong Gook bilang, Do Kyung tidak mengaktifkan ponselnya agar
tidak bisa dilacak.
“Dia bukan pria biasa. Mana bisa dia hidup tanpa ponsel?” ucap Nona
Yang.
Ji An yang lagi memanaskan sup, seketika terdiam dan jadi memikirkan Do
Kyung.
Do Kyung sendiri lagi melahap sebungkus roti bersama para pekerja yang
lain. Saat lagi asyik makan roti, tiba-tiba boss nya menyuruhnya dan para
pekerja lain kembali bekerja. Do Kyung pun buru2 makan, tapi malah membuatnya
tersedak. Saat lagi minum, ia kena tegur boss nya.
Usai bekerja, Do Kyung berlari mengejar bis sambil menggeret kopernya.
Tapi sialnya, ia terjatuh menyebabkan telapak tangannya terluka.
Di bis, para penumpang merasa terganggu dengan bau badannya.
Hyuk dan Ji An, serta penghuni rumah kos lainnya kembali ke rumah.
Bersamaan dengan itu, Do Kyung juga kembali. Hyuk berkata, bahwa Do Kyung
terlambat. Do Kyung pun mengucapkan selamat natal, lalu masuk duluan.
Ji An menghela nafas sembari menatap ke arah Do Kyung.
Do Kyung tidak mengerti cara mengoperasikan mesin cuci. Saat lagi sibuk mengutak ngatik mesin cuci, Ji An nongol di pintu. Ji An terkejut melihat memar2 di leher Do Kyung.
Ji An pun menghampiri Do Kyung. Ia memberitahu Do Kyung cara
mengoperasikan mesin cuci. Ia juga melarang Do Kyung mencuci pakaian sekaligus.
“Tapi apa maksudnya "cuci cepat, cuci untuk noda, dan pakaian
fungsional?” tanya Do Kyung.
“Itu penting jika cucianmu dipisahkan. Tapi katamu kau akan mencucinya
sekaligus. Isinya jaket, kaus kaki, dan pakaian dalam, bukan?” jawab Ji An.
Ji An lalu berbalik menatap Do Kyung. Dan seketika ia berhenti bicara
saat menyadari jarak antara wajahnya dan wajah Do Kyung cukup dekat. Ji An yang
mulai gugup pun langsung berdiri dan memberitahu Do Kyung yang mana deterjen
dan pelembut. Setelah itu, Ji An buru2 pergi.
“Kenapa dia gugup?” tanya Do Kyung. Do Kyung kemudian tersenyum.
Ji An pergi keluar untuk menenangkan hatinya. Tak lama kemudian, ia
masuk lagi ke dalam dan langsung menghampiri Do Kyung yang lagi fokus ke layar
laptop.
“Hanya sebentar. Ikutlah denganku.” Pinta Ji An.
“Kita bisa bicara di sini.” Jawab Do Kyung.
Tapi baru mau mulai mengomeli Do Kyung, Do Kyung langsung menyuruhnya
berhenti bicara.
“Aku tahu kau mau bilang apa, jadi, hentikan. Kau bukan istriku. Kenapa
malah mengomeliku? Aku sudah memperjelasnya. Sudah kubilang, aku tidak bisa
mengganggumu. Apa aku mengganggumu? Mengganggu atau tidak? Tidak, bukan? Tapi
kenapa kau mengomeliku?” protes Do Kyung.
Ji An lalu memberikan ponsel lamanya pada Do Kyung. Semula Do Kyung
menolak dengan alasan ia punya ponsel.
“Apa gunanya jika kau tidak bisa menggunakannya?” jawab Ji An.
Do Kyung pun menerima ponsel Ji An.
“Berarti kau ingin aku bertahan tanpa ketahuan?” tanya Do Kyung.
Ji An pun sebal dan berniat mengambil ponselnya kembali, tapi Do Kyung
langsung menjauhkan ponsel itu dari tangan Ji An.
“Aku akan menganggapnya sebagai bantuan darimu. Aku menarik ucapanku
yang tadi.” Ucap Do Kyung.
“Jangan digunakan dalam waktu lama. Aku hanya meminjamkannya beberapa
hari.” Jawab Ji An.
Ji An pun beranjak pergi. Dan Do Kyung, dia senyum2 menatap kepergian
Ji An.