• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

I Have a Lover Ep 2 Part 2

Sebelumnya <<<


Tampak Baek Seok yang sedang memeriksa mobil yang parkir sembarangan di tepi jalan. Mulutnya bernyanyi, tangannya memegang es krim. Baek Seok kemudian menempelkan sebuah memo di kaca mobil itu, lalu kembali meneruskan langkahnya. Langkahnya pun terhenti lagi karena mobil Hae Gang yang sembarangan parkir. Tanpa menyadari si pemilik mobil ada di dalam, Baek Seok menempelkan memo di kaca belakang mobil Hae Gang. Ia lalu berjalan ke depan spion, dan menatap wajahnya. Baek Seok kemudian menjulur2kan lidahnya, dan menggosok2an es krim ke lidahnya. Raut wajahnya tampak begitu kesal. Saat matanya melirik Baek Seok, ia pun risih. Masih dengan perasaan kesal, Hae Gang memasang seat belt-nya dan menyalakan mesin mobil. Baek Seok terperangah dan tersenyum malu begitu mesin mobil Hae Gang menyala.



Seol Ri sedang mengobati lukanya ketika Baek Seok datang. Melihat Baek Seok, Seol Ri langsung berseru, Oppa!

"Bidibida bidibu Ta-da." seru Baek Seok sambil menyodorkan es krim pada Seol Ri. Baek Seok lalu melihat luka di kaki Seol Ri.

"Kau terluka?" tanya Baek Seok.

"Cuma pecahan kaca." jawab Seol Ri.


"Kau pasti kesakitan. Sudah kau keluarkan?" tanya Baek Seok sambil memeriksa luka Seol Ri.

Seol Ri pun mengangguk. Baek Seok lalu duduk di depan Seol Ri dan memberikan Seol Ri es krim. Dengan senang hati, Seol Ri mengambil es krim itu dan langsung memakannya. Baek Seok melirik bungkusan disamping Seol Ri dan melihat isinya.


"Kenapa kau punya dua pasang?" tanya Baek Seok sambil mengeluarkan sepasang sepatu.

"Berikan pada anak2. Mereka bisa memakainya tahun depan." jawab Seol Ri.

"Ini bukan punyamu?" tanya Baek Seok.

Seol Ri menggeleng.

"Tapi kakimu tak beralas." ucap Baek Seok.

"Aku masih muda." jawab Seol Ri.

"Apa?" ucap Baek Seok bingung.


"Oppa, apa mantra untuk menghilangkan ingatan?" tanya Seol Ri.

"Obliviate." jawab Baek Seok.

"Obliviate.. obliviate..." ucap Seol Ri.

"Itu mantra untuk mengubah ingatan seseorang." jawab Baek Seok.

"Itu lebih bagus lagi." ucap Seol Ri.

"Obliviate." jawab Baek Seok.

"Untuk siapa?" tanya Seol Ri.

"Aku tidak tahu siapa. Aku tak tahu ada orang di mobil saat berkaca di kaca spion." jawab Baek Seok malu.

"Memalukan." jawab Seol Ri.


Baek Seok lalu melepaskan sandalnya dan melemparkannya ke sembarang arah. Seol Ri pun bertanya, apa yang sedang dilakukan Baek Seok? Baek Seok menjawab agar sama dengan Seol Ri. Baek Seok lalu memberikan kartu namanya pada Seol Ri. Seol Ri pun tersenyum saat Baek Seok membawa cangkir teh bekas Hae Gang masuk ke dalam. Namun senyumnya menghilang sesaat, wajahnya tampak tertekan.

(Sukaaa chemistry Park Han Byul dan Lee Gyu Han. Ngarep endingnya Seol Ri sama Baek Seok. Jin Eon tetep sama Hae Gang)


Jin Eon dan Hae Gang duduk di taman. Jin Eon kaget mengetahui Hae Gang mengambil kembali sepatu yang ia pinjamkan pada Seol Ri.

"Aku lihat. Aku melihatmu memakaikan ini padanya." ucap Hae Gang dengan wajah sedih.

"Terus? Jadi kau mengikutinya dan mengambilnya kembali?" tanya Jin Eon.

"Aku menggantinya dengan yang baru." jawab Hae Gang.

"Kenapa? Apa yang kau tahu?" tanya Jin Eon.

"Aku istrimu." jawab Hae Gang sambil menatap Jin Eon.

"Dia masih anak kecil. Cuma adik kelas." ucap Jin Eon.

"Dia suka padamu. Dia bilang mencintaimu. Apa pendapatmu tentang gadis yang lebih muda 10 tahun dariku? Kau pikir dia cantik kan? Muda dan sangat lugu sampai kau ingin melindunginya!" jawab Hae Gang.

"Do Hae Gang!" bentak Jin Eon.


"Bagaimana kalau hatimu berubah? Berlari keluar memayunginya dan memakaikan sepatu di kakinya. Mengkhawatirkannya dan tersenyum padanya. Setiap hari kau mencemaskan dan memikirkan dia. Itulah yang dulu kau lakukan padaku. Itulah awal hubungan kita!" jawab Hae Gang.

"Tidak begitu." ucap Jin Eon.

"Sekali pun dia menggodamu, bisakah kau pastikan dirimu tidak akan tergoda?" tanya Hae Gang cemas.

"Tidak akan. Aku tidak akan tergoda, Do Hae Gang." jawab Jin Eon sembari tersenyum.


Sayangnya, percakapan itu hanyalah bayangan Hae Gang. Kenyatannya Hae Gang duduk di sana sendirian. Ya, sendirian. Ia ingin Jin Eon mengucapkan itu. Mengatakan kalau dirinya tidak akan tergoda. Jin Eon keluar dari kantornya dan melihat Hae Gang yang duduk melamun sendirian. Jin Eon pun lekas menghampiri Hae Gang.

"Sudah makan?" tegur Hae Gang.

"Sudah?" jawab Jin Eon.

"Malam ini kau tidak akan makan di rumah kan?" tanya Hae Gang sambil memberikan ponsel Jin Eon.

"Aku akan bermalam disini. Kau pergi lah." jawab Jin Eon dingin.

"Kenapa hubungan kita jadi seperti ini?" tanya Hae Gang sedih.

Jin Eon diam saja, wajahnya terlihat dingin.

"Aku kesini setelah bertemu Kang Seol Ri. Dia menyukaimu. Katanya dia mencintaimu." ucap Hae Gang lagi.


Jin Eon langsung menatap Hae Gang. Hae Gang pun menatap Jin Eon dan berkata tidak mungkin seorang wanita memfoto seorang pria kalau pria itu tidak membuatnya tertarik.
"Dia masih kecil dan tidak mampu mengendalikan perasaannya. Dia akan terus memfotomu dan mengirimkannya padamu. Jangan biarkan gosip2 aneh beredar di kampus dan mempengaruhi jabatanmu. Pastikan kau tetap terkendali." ucap Hae Gang.


Jin Eon terkejut, tapi diam saja. Ia baru bereaksi setelah Hae Gang mengembalikan sepatunya dan berkata membelikan Seol Ri sepatu yang baru. Jin Eon marah dan merasa Hae Gang masih belum memahami kenapa hubungan mereka menjadi sedingin itu. Setelah puas memarahi Hae Gang, Jin Eon kembali masuk ke kampus. Hae Gang menatap kepergian Jin Eon dengan wajah terluka.


Nyonya Kim duduk di ranjangnya dengan wajah lelah. Ia lalu melirik fotonya bersama Hae Gang. Di foto itu, Hae Gang terlihat seperti baru saja menerima penghargaan. Nyonya Kim berdiri mendampingi Hae Gang. Sejurus kemudian, Nyonya Kim membalik foto itu dan melepas bingkainya. Dibalik bingkai itu, ada sebuah foto tua. Fotonya yang sedang menggendong dua bayi.

"Kami memiliki kakakmu, jadi pasti tidak akan sulit mengenalimu. Cepatlah muncul, Yong Gi-ya." ucap Nyonya Kim dengan mata yang berkaca2.

Nyonya Kim lalu mengalihkan pandangannya dan menghela napas.

"Apa yang baru saja kulakukan? Dia bisa pingsan kalau mengetahuinya. Dia sudah membenci cara hidupnya. Dia bisa gila. Dia tak akan tahan." ucap Nyonya Kim dan kembali menatap foto tua itu.


Yong Gi terlihat duduk di tokonya, sambil mengipasi dirinya dan sang nenek. Sementara sang nenek sedang menuliskan sesuatu di kertas. Tiba2, dua bocah laki2 datang dan mencuri makanan di toko Yong Gi. Yong Gi yang melihat itu, langsung meneriaki mereka. Bocah2 itu kabur menyadari aksi mereka dipergoki. Yong Gi tak tinggal diam. Ia mengejar bocah2 nakal itu.


Merasa sudah aman, bocah2 itu menarik napas lega. Tiba2, dari atas mereka.. sreeet.... seseorang menjatuhkan jala pada mereka. Yong Gi pun tertawa puas karena berhasil menangkap bocah2 nakal itu. Namun saat Yong Gi bertanya siapa nama mereka, mereka tidak mau memberitahukannya.


"Kalian masih sekolah kan?" tanya Yong Gi.

"Terus? Beri saja kami hukuman. Siapa sih Ahjumma mencampuri urusan kami? Bahkan guru kami saja sudah menyerah. Orang tua kami pun sudah menyerah." jawab salah satu dari bocah itu.

"Lalu bagaimana denganmu? Apa kau sudah menyerah pada temanmu?" tanya Yong Gi, tapi tak dijawab bocah itu.

"Aku tahu kalian belum menyerah. Aku juga belum menyerah. Baiklah, ayo lakukan hukuman kalian." ucap Yong Gi lagi.


Di kamar, Tae Seok dan Jin Ri sedang melihat rekaman wawancara Yong Gi. Tuan Choi menutup laptopnya dengan kesal kemudian mengomeli Tae Seok dan Jin Ri. Tuan Choi lalu menyuruh Tae Seok menyingkirkan Yong Gi. Jin Ri berkata kalau itu salah Hae Gang, jadi Hae Gang lah yang harus bertanggung jawab. Tae Seok membela Hae Gang. Ia berkata, dirinya yang akan mencari dan menyingkirkan Yong Gi. Setelah mengatakan itu, Tuan Choi beranjak pergi. Tae Seok pun teringat igauan Tuan Choi saat itu.


Yong Gi sudah kembali ke rumahnya. Ia masuk ke kamar dan mendapati sang nenek sudah tertidur. Yong Gi pun terheran2 melihat neneknya sudah tidur, padahal ia hanya pergi sebentar. Yong Gi lalu duduk dan memeriksa tulisan sang nenek. Rupanya sang nenek sedang belajar menulis. Yong Gi memeriksa semua tulisan neneknya. Di akhir tulisan, ia mendapati sang nenek menuliskan sebuah nama pulau. Ia pun menyesal karena tidak pernah mengajak neneknya jalan2. Sementara sang nenek yang pura2 tidur mendengarkan ucapan Yong Gi.


Jin Eon masih berada di lab. Kata2 Hae Gang soal Seol Ri tiba2 saja terngiang2 di telinganya. Jin Eon lalu mengecek ponselnya dan terkejut mendapati foto2nya yang dikirimkan oleh Seol Ri. Go Sunbae datang, mengajak Jin Eon makan diluar. Setelah menyimpan berkas2nya, Jin Eon pun pergi duluan. Namun langkahnya langsung terhenti begitu melihat Seol Ri yang berjalan ke arahnya. Seol Ri pun begitu, kaget melihat Jin Eon.


"Ini makalahnya." ucap Seol Ri sambil memperlihatkan makalahnya.

"Letakkan di meja." suruh Jin Eon.

"Terima kasih karena kau sudah membantuku. Payung ini akan kuletakkan di mejamu." ucap Seol Ri.

Jin Eon lalu melirik sandal yang digunakan Seol Ri.

"Aku merasa sedikit gerah. Bukankah ini keliatan keren?" ucap Seol Ri.

"Kau kelihatan sedikit berbeda hari ini." jawab Jin Eon.

Bersambung ke Part 3

I Have a Lover Ep 2 Part 1

Sebelumnya <<<


Seol Ri menghela napas setelah menerima telepon dari Hae Gang. Dipanggil Kang Seol Ri-ya oleh Hae Gang membuat suasana hatinya berubah. Tiba2, hujan turun dengan deras. Seol Ri pun langsung menepi.



Di lab, Jin Eon sedang berdebat soal pernikahan dengan temannya. Mereka berdebat sambil melihat sesuatu dengan mikroskop.Temannya berkata, marriage is a romance in which the hero dies in the first scene of a movie. Semakin menunda pernikahan, semakin baik.
"Lalu kenapa kau pergi kencan buta jika kau membencinya?" tanya Jin Eon.

"Terus terang, bagaimana jika aku kehilangan takdirku karena menghabiskan seluruh waktuku disini?" jawab temannya.


"Kencani seseorang. Jika kau memikirkan pernikahan, maka kau harus jatuh cinta." ucap Jin Eon.

"Tidak! Mereka yang menikah demi cinta meninggal karena sakit hati. Jujur saja, Dokter Choi. Apa bagusnya menikah karena cinta? Kau sakit hati karena ditinggalkan. Cinta itu sia2 dan pernikahan itu hampa." jawab temannya.

Jin Eon langsung terdiam. Sepertinya ia merasa kata2 temannya itu benar. Tiba2, terdengar suara langkah. Si pemilik langkah itu adalah Kang Seol Ri. Teman Jin Eon (karena saya gak tahu namanya, jadi kita panggil saja dia Namja, oke??) melirik sepatu Seol Ri, kemudian mengomeli gadis itu.


"Lihat sepatumu! Kenapa tak kau belanjakan sedikit uang untuk dirimu sendiri? Aku yang malu, aku !" Namja lantas melirik Jin Eon, "... Dokter Choi, kau malu atau tidak melihatnya?"

"Sepatuku rusak dalam perjalanan kesini. Ada kejadian tak terduga." jawab Seol Ri, lalu beranjak ke mejanya.

Jin Eon melirik ke sepatu Seol Ri.


"Kalau begitu biar kutanya, kemana kau gunakan seluruh uang yang kau dapat?" tanya Namja.

"Aku menggunakannya sebagai kertas dinding." jawab Seol Ri, kemudian mendorong trolley yang berisi peralatan kerjanya.

"Kalau begitu ayo kita menikah." ucap Namja, mengejutkan Seol Ri, "... Meskipun aku tak bisa memberimu cinta, tapi aku bisa membelikanmu pakaian dan sepatu."

"Kau tidak akan bisa, Go Sunbae." ucap Seol Ri, lalu melirik Jin Eon.

"Choi Sunbae." panggil Seol Ri.

"Kau mau melakukan apa pada pria yang sudah menikah?" tanya Go Sunbae (sekarang kita panggil dia Go Sunbae saja ya).

"Kau meninggalkan ponselmu di rumah. Dan seseorang menelponku." ucap Seol Ri.

"Ooh." jawab Jin Eon tanpa menatap Seol Ri. Dia sibuk dengan mikroskopnya.

Melihat reaksi cuek Jin Eon, Seol Ri pun mengerti dan bergegas masuk ke dalam. Setelah Seol Ri pergi, Go Sunbae bertanya, kenapa ponsel Seol Ri bisa tahu tentang ponsel Jin Eon? Jin Eon langsung terpengarah dan menatap ke arah ruangan Seol Ri.


Seol Ri sedang sibuk mengocok2 sesuatu di dalam botol kaca. Poninya jatuh, membuat ia merasa terganggu. Jin Eon menyusul Seol Ri, tepat saat Seol Ri sedang meniup2 poninya. Jin Eon mendekati Seol Ri dan mengenyampingkan poni Seol Ri. Seol Ri memberitahu ada penjepit disana. Jin Eon pun mengambil penjepit itu, penjepit kertas, dan menjepit poni Seol Ri dengan itu.

"Istriku menelponmu?" tanya Jin Eon.

"Aku mengirimkan banyak pesan dan dia kira itu penting." jawab Seol Ri tak enak hati.

Jin Eon tersenyum..

"Tidak seharusnya kau tersenyum seperti itu. Senyummu membuat hatiku sedikit hancur." ucap Seol Ri.


"Kenapa tidak kau katakan? Bukankah kau akan ke Stanford? Kau bisa tinggal disana setelah menjadi mahasiswa pertukaran. Kenapa kau tidak pergi selagi mereka membayarkan pengeluaran dan tempat tinggalmu? Kau harus pergi. Kau harus meraih peluang selagi bisa. Itulah caranya mengubah masa depan." jawab Jin Eon.

"Aku suka labor kita." ucap Seol Ri.

"Ini standford. Apa yang kau katakan? Semua yang kau inginkan dan cita2mu ada disana." jawab Jin Eon.

"Ada sesuatu yang membuatku tidak bisa pergi." ucap Seol Ri.

"Apa itu? Keluarga?" tanya Jin Eon.

Seol Ri diam saja dan menundukkan wajahnya. Jin Eon melirik sepatu Seol Ri, lalu tersenyum dan memegang wajah Seol Ri dengan kedua tangannya.
"Pikirkan lagi. Karena ini akan jadi sia2. Ini." ucap Jin Eon menunjuk otak Seol Ri. Setelah mengatakan itu, Jin Eon beranjak pergi. Seol Ri menghela napas setelah Jin Eon pergi.

(Sepertinya Jin Eon alasan Seol Ri tidak mau pergi.)


Hujan turun dengan deras, tapi Seol Ri tidak peduli. Ia terus berjalan menerobos hujan, sambil menengadahkan tangannya di atas kepala. Tiba2, terdengar suara Jin Eon yang memanggilnya. Seol Ri berhenti melangkah dan berbalik. Jin Eon berlari ke arah Seol Ri, membawa payung dan sepatu.

"Pakai ini." suruh Jin Eon.

"Lau kau?" tanya Seol Ri.

"Aku harus bermalam disini, jadi kau bisa memakainya dan mengembalikannya padaku besok." jawab Jin Eon.


Seol Ri diam saja, ia ragu2 memakai sepatu Jin Eon. Jin Eon menyuruh Seol Ri memegang payungnya, lalu memakaikan sepatu itu ke kaki Seol Ri. Seol Ri terpana melihat sikap Jin Eon. Tanpa mereka sadari, dari kejauhan, di dalam mobil Hae Gang melihatnya dengan wajah cemburu. Ia lantas teringat pada Jin Eon yang menolak ciumannya.


Selesai memasangkan sepatu Seol Ri, Jin Eon kembali ke lab. Seol Ri membalikkan badannya, dan dia tersenyum. Hae Gang kesal melihatnya. Seol Ri kembali melanjutkan langkahnya, dengan sepatu Jin Eon. Lalu Hae Gang? Dia mengikuti Seol Ri diam2. Seol Ri yang tak sadari diikuti Hae Gang, terus berjalan dengan hati gembira.

Hae Gang mencipratkan air genangan ke tubuh Seol Ri. Seol Ri kaget dan payungnya terlepas. Hae Gang menepikan mobilnya. Dari spionnya, dilihatnya Seol Ri yang mengejar payung itu. Hatinya semakin panas melihat Seol Ri mengelap sepatu Jin Eon.


Di kamar, Tae Seok dan Jin Ri duduk berdua. Mereka sama2 menatap sebuah file. Sambil menatap file itu Tae Seok berkata, jatuh cinta pada orang lain setelah beristri, kacau namanya. Apapun yang terjadi, aku selalu menjaga hatiku. Aku memperjuangkannya dengan gigih. Mendengar itu, Jin Ri gondok dan langsung menutup berkas filenya.

"Dengan gigih? Kau tak lebih dari sepatu usang yang tak berguna." ucap Jin Ri sinis.

Jin Ri menghela napas kesal, lalu menatap layar laptopnya.

"Adakah sepatu usang seharga 100 miliar won yang tak berguna? Kau sepatu usang seharga 1 triliun won yang tak berguna." jawab Tae Seok.

"Kalau ketahuan ayah, habislah kau." ucap Jin Ri.

"Kau tahu kenapa ikan paus melompat ke udara? Untuk bernafas. Mereka tak berinsang, dan merindukan pantai tapi punya sirip. Untuk hidup, sayang. Mereka tahu akan tertangkap pemburu paus, tapi untuk hidup." jawab Tae Seok.

"Itu pilihanmu." ucap Jin Ri.

"Kau dan ayahmu yang memilihku. Di rumah ini, satu2nya pilihan yang bisa kubuat adalah menjadi tangan kananmu atau ayahmu. Masih belum kutentukan. Oh, aku tiba2 jadi lapar. Apa kau mau mie pedas? Campurkan dengan tangan kanan, campurkan dengan tangan kiri." jawab Tae Seok membuat Jin Ri makin kesal.


Tae Seok turun ke bawah dan mendapati ibu mertuanya sedang membaca puisi di buku. Tae Seok memuji kecantikan ibu mertuanya. Sang ibu mertua langsung menyombongkan kecantikannya. Nyonya Hong menawari Tae Seok secangkir teh. Tae Seok menolak dan berkata akan membuat mie. Tae Seok menanyakan ayah mertuanya. Nyonya Hong bilang Tuan Choi sedang tidur, kakinya sakit dan hatinya juga sakit karena seseorang.

"Ibu bilang itu kecelakaan saat hiking?" tanya Tae Seok.

"Ya, dia trauma karena pergi bersama-sama dan dia kembali sendirian." jawab Nyonya Hong.

"Bagaimana kecelakaan itu terjadi?" tanya Tae Seok.

"Aku tidak tahu detailnya. Itu titik kelemahan ayahmu." jawab Nyonya Hong, yang langsung membuat Tae Seok tersenyum sinis.


Tae Seok masuk ke kamar ayah mertuanya dan mendapati sang ayah sedang mengigau.
 "Tidak ! Tolong selamatkan aku. Aku yang salah." igau Tuan Choi.
Tae Seok pun mendekatkan wajahnya, agar bisa mendengar suara Tuan Choi lebih jelas.
"Apa yang salah?" tanya Tae Seok.
"Kumohon. Aku memiliki putrimu." igau Tuan Choi, membuat Tae Seok jadi berpikir. Jin Ri datang, mengagetkan Tae Seok.
"Aku mau menawari ayah makan mie? Siapa tau dia mau. Tapi dia sedang tidur." jawab Tae Seok.
"Lalu kenapa masih disini?" tanya Jin Ri.
 "Ayah bermimpi. Coba lihat, dia keringatan dan aku mau mengelapnya." jawab Tae Seok.


Jin Ri melirik ayahnya. Tae Seok mengambil tisue dan mengelap keringat Tuan Choi. Tuan Choi terbangun dan terkejut melihat Tae Seok.
"Ada apa ini?" tanya Tuan Choi.
"Tadi ayah bermimpi sampai keringatan. Aku bermaksud mengelap keringat ayah." jawab Tae Seok.
"Apa aku mengatakan sesuatu?" tanya Tuan Choi cemas.
"Tidak." jawab Tae Seok, tapi wajah Tuan Choi tetap cemas.


Seol Ri  sedang membersihkan lantai sebuah kafe. Diluar, Hae Gang terus memperhatikan Seol Ri. Selesai mengepel, Seol Ri berdiri di teras kafe dan mengelap2 sepatunya. Hae Gang menatapnya dengan wajah kesal. Seol Ri lalu kembali ke dalam kafe.


Seol Ri sedang meminum obatnya ketika Hae Gang datang. Seol Ri terkejut dengan kehadiran Hae Gang. Ia ingat pernah melihat foto Hae Gang di meja Jin Eon. Seol Ri pura2 tak mengenali Hae Gang dan menanyakan pesanan Hae Gang. Hae Gang memperkenalkan dirinya sebagai istri Jin Eon. Seol Ri tampak kaku dan sedikit bingung menghadapi Hae Gang. Hae Gang mengajak bicara Seol Ri. Seol Ri kaget.


Hae pergi ke meja dan meletakkan tasnya belanjaannya disana. Seol Ri menyusul Hae Gang. Hae Gang mengeluarkan dua pasang sepatu dari kantong belanjaannya.
"Aku tidak tahu ukurannmu, jadi aku membelinya dua pasang." ucap Hae Gang.

Seol Ri terkejut dan melirik sepatu Jin Eon yang dikenakannya.

"Dia tak bisa mengabaikan orang yang membutuhkan. Pada orang2 yang tidur di bangku umum, dia memberikan makanan dan kaos yang dipakainya. Dia melihat anak2 yang sakit di televisi dan membelikan mereka buku komik dan mainan." ucap Hae Gang.

Seol Ri diam saja dan bingung harus melakukan apa. Hae Gang melirik sepatu Jin Eon yang dikenakan Seol Ri dan menyuruh Seol Ri melepasnya. Tidak nyaman memakai sepatu orang lain kan? Kalau kau tidak mau menerimanya, aku akan membiarkanmu membayarnya, ucap Hae Gang.

Dengan berat hati, Seol Ri melepas sepatu Jin Eon dan mengembalikannya pada Hae Gang.
"Aku sendiri yang akan berterima kasih padanya karena sudah meminjamkan sepatu ini. Sepatu yang kau belikan bukan gayaku. Jadi kau tidak perlu memberikannya." ucap Seol Ri, kemudian meletakkan sepatu Jin Eon di meja. Seol Ri lalu kembali ke mejanya. Hae Gang memasukkan sepatu Jin Eon ke kantong belanjaannya, lalu memesan secangkir teh.

"Bukankah bekerja di kafe itu sulit? Bayarannya tidak terlalu besar?" tanya Hae Gang.

"Ini liburan bagiku karena aku merasa gerah di rumah. Lab penelitian dekat dan saya bisa belajar tentang kopi. Saya ingin berbaur dengan orang hidup, bukan orang mati." jawab Seol Ri, seperti menyindir Hae Gang.

"Orang mati?" tanya Hae Gang.

"Saya  membersihkan mayat. Saya juga membersihkan lokasi kejadian yang berdarah2." jawab Seol Ri kesal.

"Bawakan tehnya, ada yang ingin kukatakan." ucap Hae Gang, lalu pergi ke meja.

Seol Ri menatap kesal Hae Gang.

Jin Eon masih di lab. Saat memeriksa berkas yang diberikan Seol Ri, ia menemukan dua buah pesan cinta. Jin Eon tersenyum melihatnya.


Hae Gang menunggu Seol Ri dengan wajah terluka. Seol Ri membuatkan teh untuk Hae Gang dengan hati kesal. Saat ia mau mengantarkan pesanan Hae Gang, kakinya menginjak beling. Hae Gang terkejut, tapi kemudian tersenyum sinis. Seol Ri berjalan ke meja Hae Gang.

"Kenapa kau bersikap seperti ini padaku?" tanya Seol Ri.

(Omo, omo, omo... nih cewek masih nanya kenapa? Gak tau malu banget)

"Kakimu berdarah." ucap Hae Gang.

Seol Ri melirik kakinya, lalu kembali menatap Hae Gang.

"Apa kau tidak bisa membaca tanda2 peringatan? Kau cuma melihat yang ada di depanmu dan berpikir betapa kau sangat menginginkannya. Tak lama lagi, kau baru menyadari kesalahanmu. Pakai sepatunya." ucap Hae Gang.

"Aku menyukainya. Ini salah paham." jawab Seol Ri, membuat Hae Gang berhenti menuang tehnya.

"Sunbae tidak tahu perasaanku. Jadi perasaanku tidak berarti." ucap Seol Ri lagi.

"Kau harus memeriksa kakimu. Kalau dibiarkan bisa infeksi." jawab Hae Gang, kemudian meminum tehnya.


"Kau tidak perlu mencemaskanku. Apa kau pikir semakin tua kau semakin berpengetahuan jadi kau ikut campur urusanku? Kau merasa lega memegangi kendali tapi kau tak mampu menangani kejadian yang tak kau sangka. Kau tak perlu memberiku peringatan. Aku akan mengurus perasaanku sendiri." ucap Seol Ri kesal.

Hae Gang langsung melotot mendengar penuturan Seol Ri. Hae Gang kemudian bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Seol Ri.
"Aku harap kau berhasil." ucap Hae Gang.
"Kau harus melindungi cintamu, Ahjuma. Aku harap kau berhasil." jawab Seol Ri.
"Jangan melampaui batas. Jika kau lakukan..."
"Aku akan mati?"
"Lakukan kalau kau berani, kita lihat apa yang akan terjadi." ucap Hae Gang, lalu pergi dengan wajah kesal.

Bersambung ke part 2

Sinopsis Drama Korea "My Golden Life" Episode 1-52

 My Golden Life 1-52 LENGKAP
(Park Shi Hoo, Shin Hye Sun)

Seo Ji An, seorang gadis yang memiliki peluang untuk sukses. Namun ia malah jatuh ke titik terendah dalam hidupnya. Ji An lantas berusaha mencari jalan untuk menemukan kebahagiaannya sendiri.

Ep 1 Part 1 Part 2
Ep 2 Part 1 Part 2
Ep 3 Part 1 Part 2
Ep 4 Part 1 Part 2
Ep 5 Part 1 Part 2
Ep 6 Part 1 Part 2
Ep 7 Part 1 Part 2
Ep 8 Part 1 Part 2
Ep 9 Part 1 Part 2
Ep 10 Part 1 Part 2
Ep 11 Part 1 Part 2
Ep 12 Part 1 Part 2
Ep 13 Part 1 Part 2
Ep 14 Part 1 Part 2
Ep 15 Part 1 Part 2
Ep 16 Part 1 Part 2
Episode 17
Ep 18 Part 1 Part 2
Episode19
Ep 20 Part 1 Part 2
Ep 21 Part 1 Part 2
Epi 22 Part 1 Part 2
Epi 23 Part 1 Part 2
Epi 24 Part 1 Part 2
Episode 25
Episode 26
Ep 27 Part 1 Part 2
Ep 28 Part 1 Part 2
Ep 29 Part 1 Part 2
Ep 30 Part 1 Part 2
Ep 31 Part 1 Part 2
Ep 32 Part 1 Part 2
Ep 33 Part 1 Part 2
Ep 34 Part 1 Part 2
Ep 35 Part 1 Part 2
Ep 36 Part 1 Part 2
Ep 37 Part 1 Part 2
Ep 38 Part 1 Part 2
Ep 39 Part 1 Part 2
Episode 40
Ep 41 Part 1 Part 2
Ep 42 Part 1 Part 2
Ep 43 Part 1 Part 2
Ep 44 Part 1 Part 2
Ep 45 Part 1 Part 2
Ep 46 Part 1 Part 2
Episode 47
Ep 48 Part 1 Part 2
Ep 49 Part 1 Part 2
Ep 50 Part 1 Part 2
Ep 51 Part 1 Part 2 Part 3
Ep 52 Part 1 Part 2 Part 3