• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Defendant Ep 5 Part 1

Sebelumnya...


(Hari terjadinya pembunuhan di Wolha-dong, pukul 00:30, 23 September, Hari Jumat)

Siapa sangka Joon Hyuk datang ke rumah Jung Woo di hari pembunuhan Ji Soo dan Ha Yeon. Ia datang untuk memberikan hadiah ulang tahun pada Ha Yeon. Ji Soo mempersilahkan Joon Hyuk masuk. Ia bahkan membuatkan secangkir teh untuk Joon Hyuk. Sembari menunggu Ji Soo selesai membuat teh, Joon Hyuk melihat2 foto Jung Woo sekeluarga.

“Terima kasih tehnya.” Ucap Joon Hyuk begitu Ji Soo datang membawakannya teh.

“Aku akan membangunkan Jung Woo.” Jawab Ji Soo, tapi Joon Hyuk menahannya.Ji Soo terkejut saat Joon Hyuk memegang tangannya.

“Jangan ganggu dia. Aku hanya mampir.” Ucap Joon Hyuk.

“Baiklah kalau begitu.” jawab Ji Soo, lalu duduk menemani Joon Hyuk.

“Kenapa jam segini Jung Woo sudah tidur?” tanya Joon Hyuk.

“Dia bilang dia harus melakukan sesuatu yang penting besok pagi. Dia memintaku membangunkannya jam enam.” Jawab Ji Soo.

“Aku tidak dengar soal rapat atau apapun?” tanya Joon Hyuk.

“Mungkin dia akan memberitahmu besok.” Jawab Ji Soo.


Ji Soo lalu melihat hadiah boneka nemo yang dibawah Joon Hyuk. Ji Soo berkata, Joon Hyuk tidak perlu repot2 datang selarut itu karena Joon Hyuk bisa menitipkan bonekanya pada Jung Woo.Joon Hyuk beralasan kalau ia ingin memberikan boneka itu lewat Ji Soo. Ji Soo pun merasa sedikit canggung.


Ji Soo kemudian menemukan alat perekam di boneka itu. Dan ia pun meminta Joon Hyuk mengatakan sesuatu untuk Ha Yeon. Joon Hyuk terkejut mengetahui boneka itu bisa merekam. Ji Soo pun memberikan boneka itu pada Joon Hyuk, agar Joon Hyuk bisa mengatakan sesuatu untuk Ha Yeon.


“Ha Yeon-ah, ini Paman Joon Hyuk. Sudah jam satu, aku minta maaf karena ulang tahunmu sudah lewat sejam sekarang. Selamat ulang tahun, Ha Yeon-ah.” Ucap Joon Hyuk.


Usai merekam suaranya, Joon Hyuk mengembalikan boneka itu pada Ji Soo. Ji Soo yakin kalau Ha Yeon akan senang. Joon Hyuk berkata, kalau dia tidak akan bisa melakukan itu lagi tahun depan. Ji Soo membenarkan lantaran Jung Woo mendapatkan tawaran bekerja sebagai Petugas Yudisial untuk PBB.

“Kalau kami pergi tahun depan, kita tidak akan bertemu selama dua tahun.Kau harus mengunjungi kami di Amerika nanti, Sunbae.” Ucap Ji Soo.

“Baiklah. Aku harus pergi sekarang.” jawab Joon Hyuk.


Joon Hyuk kemudian melihat Ha Yeon yang sudah tertidur pulas. Ia tersenyum menatap Ha Yeon, juga membelai Ha Yeon dengan lembut. Joon Hyuk lalu meletakkan boneka nemo itu di meja Ha Yeon.


Dan sekarang… boneka nemo itu menjadi salah satu bukti yang diamankan petugas.


Joon Hyuk menggelar konferensi pers langsung dari kantor kejaksaan. Ia berkata, saksi pertama yang melaporkan kejadian itu adalah satpam. Dan Jung Woo ditangkap di lokasi kejadian. Joon Hyuk pun berjanji kalau kejaksaan akan melakukan apapun untuk menemukan koper yang berisi jasad Ha Yeon.

Seorang reporter bertanya, kenapa kasusnya langsung dikirim ke kantor kejaksaan. Joon Hyuk berkata, kejaksaan akan mengumumkannya setelah melakukan investigasi lanjutan. Reporter lain bertanya, apa ada hubungannya dengan dendam pribadi? Atau alasan lain, namun Joon Hyuk tidak menjawab dan bergegas meninggalkan ruang konferensi pers.


Usai melakukan konferensi pers, Joon Hyuk langsung menemui atasan Kepala Jaksa Choi. Atasan Kepala Jaksa Choi berbasa basi. Ia berkata, ia tahu kalau Joon Hyuk sangat terkejut dengan kasus ini dan meminta Joon Hyuk menyelesaikan semuanya.

“Aku merasa aku bisa melakukan ini. Kemarin…”

Atasan Kepala Jaksa Choi langsung memotong kata2 Joon Hyuk dengan bertanya, apa Jung Woo kolega Joon Hyuk. Joon Hyuk mengiyakan. Atasan Kepala Jaksa Choi lalu memberikan selembar surat dari cabang kantor Yudisial PBB di New York.

“Kau bisa berangkat tahun depan. Harusnya Jung Woo yang pergi, tapi siapa yang menyangka hal ini akan terjadi?” ucap atasan Kepala Choi.


Joon Hyuk keluar dari ruangan atasan Kepala Jaksa Choi. Ia menatap selembar surat yang diberikan atasan Kepala Jaksa Choi dengan tatapan bimbang. Tiba2, Kepala Choi menghampiri Joon Hyuk dengan terburu2. Joon Hyuk pun buru2 menyembunyikan surat itu.

“Joon Hyuk-ah, Waktu kematian hasilnya sudah keluar. Antara pukul 00:30 sampai 1:30. Tolong selidiki.” Suruh Kepala Choi.


Joon Hyuk pun teringat kalau sekitar jam 1-an, ia berkunjung ke rumah Jung Woo untuk memberikan hadiah ulang tahun pada Ha Yeon. Joon Hyuk ingin memberitahu Kepala Choi kalau saat itu ia ada di rumah Jung Woo, tapi Kepala Choi malah memotong kata2nya.

“Pria yang ada di rumah mereka saat itu adalah pelaku penyerangannya. Temukan dia!” suruh Kepala Choi.

“Tapi, Pak…”


“Sadarlah, Kang Joon Hyuk! Jung Woo tidak mungkin melakukannya. Semua baru saja dikeluarkan oleh kantor polisi, ambillah.” Ucap Kepala Choi.



Joon Hyuk bergegas masuk ke ruangannya. Dan benar saja, beberapa orang di ruangannya sibuk mengurusi barang bukti. Asisten Joon Hyuk menyerahkan daftar barang bukti pada Joon Hyuk. Joon Hyuk terkejut karena boneka nemonya, hadiah ulang tahun untuk Ha Yeon, termasuk ke dalam barang bukti.

“Bagaimana CCTVnya?” tanya Joon Hyuk.

“Ini dia. Aku akan memberikannya padamu setelah selesai dianalisis.” Jawab rekan Joon Hyuk.

“Tunggu!” teriak Joon Hyuk, membuat rekan2nya heran.


“Ini adalah kasus Jung Woo, jadi kita harus berhati2. Ayo istirahat sebentar.Kenapa kalian tidak pergi makan dulu?” Joon Hyuk berdalih.


Rekan2nya pun pergi makan. Disaat rekan2nya pergi makan, Joon Hyuk memeriksa barang bukti itu. Ia pun tegang melihat boneka ikan hadiah darinya ada di dalam kotak barang bukti.


Joon Hyuk yang tengah membahas kasus Jung Woo dengan Kepala Choi, tegang saat rekannya datang memberitahu kalau hasil CCTVnya sudah keluar, namun tidak ada orang lain yang datang selain penghuni rumah.

“Astaga, apa kau melakukannya Jung Woo?” tanya Kepala Choi.


Kepala Choi lalu menanyakan soal kamera mobil.Joon Hyuk pun langsung menawarkan dirinya untuk memeriksa kamera mobil. Kepala Choi berterima kasih karena Joon Hyuk sudah mau mengambil kasus itu.


Setelah Kepala Choi pergi, Joon Hyuk melihat kamera yang ada di deretan bukti. Joon Hyuk kemudian melihat ke arah foto Jung Woo yang ada di bagan. Ia menatap foto Jung Woo dengan tatapan penuh arti.


Kembali ke masa sekarang—dimana Joon Hyun mengunjungi Jung Woo di penjara. Jung Woo tak sabar ingin mendengar jawaban Joon Hyuk kalau Joon Hyuk sudah menemukan orangnya. Namun sayangnya, Joon Hyuk memberikan jawaban yang tak ingin didengar Jung Woo.

“Jung Woo-ya, sepertinya… kau salah lihat. Bel rumahmu rusak.Tidak ada orang lain yang datang malam itu berdasarkan rekaman CCTV.” Ucap Jung Woo.

“Kalau begitu, apa aku salah soal bel pintu? Apa aku salah dengar?” tanya Jung Woo.

“Maaf karena aku tidak bisa membantumu.” Ucap Joon Hyuk.


Jung Woo frustasi. Semua usahanya menemui jalan buntu. Jung Woo dibawa petugas keluar dari ruang tunggu. Di saat yang bersamaan, Sung Gyu dibawa petugas menuju ruang tunggu. Keduanya berpapasan. Sung Gyu ingin tahu hasil pertemuan Jung Woo dengan jaksa. Tapi Jung Woo diam saja. Sung Gyu pun berkata, kalau ia mau menemui pengacaranya.


Sung Gyu bicara dengan pengacaranya.Pengacara Sung Gyu berkata, kalau Sung Gyu sudah melakukan tabrak lari dan menyerang seorang petugas kepolisian. Sung Gyu menyangkal. Ia berkata itu bukan tabrak lari dan ia juga tidak memukul polisi.

“Dalam kasus seperti ini, kau harusnya  meminta maaf dan mengakui kesalahanmu demi mengurangi hukumanmu.” Jawab pengacara Sung Gyu.

“Kau bilang aku bisa keluar.” Ucap Sung Gyu.

“Harusnya sejak awal kau tidak membuat masalah.” Jawab pengacara.

“Aku benar-benar harus keluar dari sini.” Ucap Sung Gyu.


“Kalau keluar kau mau apa? Aku bisa bertemu dengan jaksa dan  meminta pengurangan hukuman menjadi setahun setengah atau mencari pengacara baru.” Jawab pengacara.

“Kau tidak dengar aku?” tanya Sung Gyu.

Sung Gyu lalu berteriak, aku harus keluar dari sini!

“Aku mengambil kasusmu karena aku merasa kasihan padamu. Kau tidak bisa mencari pengacara lain. Tidak akan ada yang mau mengambil kasus ini dengan bayaran segitu.” Ucap pengacara, lalu pergi.

Sung Gyu pun kesal, sialan kau! Sialan kau!


Sementara itu, di sel, Jung Woo masih tidak percaya kalau bel rumahnya rusak. Tak lama kemudian, Sung Gyu datang dengan wajah lemas. Milyang, Wooruk dan Moongchi langsung memberondong Sung Gyu dengan pertanyaan karena melihat Sung Gyu tidak bersemangat.

“Aku sudah tahu semuanya tidak berjalan baik, ya.” ucap Sung Gyu.

“Jangan cemas. Walaupun kau nanti sudah jadi terpidana, semua akan tetap sama. Kau bisa tetap tinggal di sini. Bukankah itu bagus?” jawab Wooruk.

Moongchi menyahut, dia bilang dia harus meninggalkan rutan.

“Semua orang ingin meninggalkan rutan ini. Siapa yang tidak mau, coba?” ucap Wooruk.


“Sung Gyu-ya, kudengar adikmu sakit parah?” tanya Milyang.

Sung Gyu membenarkan, karena itulah ia harus segera bebas.


“Bisa aku lihat dokumen kasusmu? Aku ingin membalas kebaikanmu.” Ucap Jung Woo.


Jung Woo pun mulai membaca dokumen kasus Sung Gyu. 



Bangjang yang belum selesai nyetor, membuka pintu WC dan berkata bahwa ia akan segera kembali sambil menunjukkan foto wanita seksi. Wooruk yang kebauan langsung menutup pintu WC. Bangjang meminta mereka tidak melakukan apapun sebelum ia datang.

“Ini bukan ruangan untuk satu orang. Sepertinya ususnya busuk.” Ucap Wooruk.

“Itu karena perutnya busuk.” Jawab Moongchi.


“Bukan, sepertinya ususnya.” Ucap Wooruk.

“Bukan, tapi seisi perutnya.” Jawab Moongchi.

“Ususnya.” Ucap Wooruk

“Perutnya.” Balas Moongchi.


Disaat Wooruk dan Moongchi sibuk debat soal usus dan perut, Jung Woo meminta Sung Gyu menceritakan kasusnya.

“Aku diberitahu kalau adikku sedang sakit,jadi aku buru-buru ingin melihatnya. Dalam perjalanan ke rumah sakit, aku mengalami kecelakaan lalu lintas.” Ucap Sung Gyu.


Adegan lalu berpindah pada Eun Hye yang sedang melihat lowongan pekerjaan sebagai pengacara public. Eun Hye lalu melangkah mantap memasuki kantor pengacara. Ia pun menunjukkan formulir penunjukkannya sebagai pengacara Jung Woo dengan wajah bangga.


“Sekarang aku bisa ditunjuk ulang, kan? Aku akan mencopot pengumuman rekrut yang ada di papan pegngumuman.” Ucap Eun Hye.

Eun Hye pun teringat percakapannya dengan Jung Woo di penjara.

Flashback…


“Pengacara Publik Seo, apa kau mempercayaiku?” tanya Jung Woo.

“Tidak.Kau bilang aku tidak boleh mempercayai klienku. Aku hanya ingin mengetahui kebenarannya. Aku ingin tahu apa yang sudah kau alami.. sebagai konselormu.” Jawab Eun Hye.

“Gomawo, Pengacara Publik Seo.” Ucap Jung Woo.

Flashback end..


Eun Hye pun keluar dari gedung pengadilan dengan senyum ceria.


Kembali ke sel—Moongchi berkata, kalau Sung Gyu memang bersalah. Wooruk membela Sung Gyu. Ia berkata, kalau Sung Gyu tidak melarikan diri, korbannya tidak terluka, jadi Sung Gyu memberikan nomornya pada si korban.

“Itu yang namanya tabrak lari.”ucap Moongchi.

“Memangnya kau ini hakim berani bilang begitu?” jawab Wooruk.

“Dia bahkan bertengkar dengan polisi. Tidak ada jalan keluar dari masalah macam itu. Ini sudah jelas kesalahanmu.” Ucap Moongchi.

“Aku tahu aku sudah melakukan sesuatu yang buruk. Tapi kukira tidak sebesar itu sampai membuatku dipenjara.” Jawab Sung Gyu.


“Apa kau sudah bicara dengan jaksanya?” tanya Jung Woo.

Sung Gyu mengiyakan. Jung Woo ingin tahu hasilnya

“Dia meneriakiku dan memarahiku dengan kejam.” Jawab Sung Gyu.


Jung Woo mengangguk2. Milyang ingin tahu kenapa.

“Dia adalah juniorku. Dia bukan seseorang yang menakutkan. Dia hanya sedikit agresif. Dia sering kumarahi karena berulang kali membuat kesalahan. Mungkin aku harus memeriksa lagi siapa tahu dia membuat kesalahan lagi kali ini.” ucap Jung Woo.

“Bagaimana kalau dia salah? Bisakah aku keluar dari sini?” tanya Sung Gyu.

“Aku harap begitu.” jawab Jung Woo.


“Hyung, terima kasih. Aku janji akan membalas semua kebaikanmu kalau aku keluar nanti.” Ucap Sung Gyu.


Para tahanan sedang menjemur selimut di luar. Jung Woo melihat Cheol Sik yang sibuk menjemur selimut. Jung Woo pun mendekati Cheol Sik.

“Apalagi yang tertulis?” tanya Jung Woo.

“Kau bikin aku kaget saja. Apa kau menemukan sesuatu soal bel pintunya?” ucap Cheol Sik.

“Aku tidak punya banyak waktu.” Jawab Jung Woo.

“Apa kau ingat? Aku akan memberitahumu satu persatu. Mengerti?” ucap Cheol Sik.


Cheol Sik lalu meminta rokok pada Jung Woo. Jung Woo pun mendengus kesal. Cheol Sik lantas berbisik pada Jung Woo, kalau ia mendengar ada tahanan yang ketahuan merokok.

“Kau tahu artinya itu? Itu artinya ada rokok yang bisa kau ambil di sini.” Ucap Cheol Sik.

“Kau bercanda, ya?” jawab Jung Woo.

“Bercanda? Aku juga berharap semua yang terjadi padaku ini adalah candaan. Sayangnya, setiap kali aku bangun tidur ternyata semua ini adalah kenyataan.” Ucap Cheol Sik.

Cheol Sik lalu pura2 membersihkan kerah seragam Jung Woo dan menyuruh Jung Woo mencarikannya rokok.


Jung Woo duduk terdiam di pinggir lapangan memikirkan permintaan Cheol Sik, sementara teman2 satu selnya asyik berolahraga. Ia bahkan tidak menggubris permintaan Sung Gyu yang meminta Jung Woo mengambilkan bolanya yang terlempar ke kaki Jung Woo. Sung Gyu lalu mengambil bolanya dan mengajak Jung Woo main bersama mereka.

“Jung Woo Hyung masuk. Sekarang jadi 3 lawan 4.” Ucap Sung Gyu.

“Aku tidak yakin dia bisa melakukan ini. Dia kan aneh. Kami mempertaruhkan roti krim untuk pertandingan ini.Jangan berubah pikiran, ya.” pinta Moongchi pada Jung Woo.

“Aku kedinginan. Cepat dan tendang sajalah.” Ucap Wooruk.


Jung Woo kemudian mendekati Bangjang. Ia berkata, sedang mencari sesuatu.

“Mencari sesuatu? Apa itu? Katakan padaku. Kau bisa.. mendapatkan apapun yang kau mau kecuali wanita.” Jawab Bangjang.

“Aku butuh beberapa batang rokok.” Ucap Jung Woo mengejutkan Bangjang.



Sung Gyu melempar bola ke arah Bangjang. Bangjang membalas, tapi ia melempar bola ke jalur yang salah membuat Sung Gyu protes. Bangjang meminta maaf, lalu mengajak Jung Woo bicara.

“Tahanan 3866, aku tidak tahu kau merokok. Kau tidak pernah membicarakan ini sebelumnya. Sudah lama sih memang. Aku tahu kau pasti ingin sekali merokok.” Ucap Bangjang.

“Aku butuh rokok tidak peduli bagaimanapun caranya.” Jawab Jung Woo.

“Apa kau punya uang?” tanya Bangjang.

“Berapa harganya?” tanya Jung Woo.

“30 dolar Per-batangnya. Harganya semakin naik saat ada tahanan yang tertangkap basah merokok. Banyak sekali resikonya. Jadi kalau per-bungkus, harganya 500 dolar.” Jawab Bangjang.

“Semahal itu?” tanya Jung Woo.


“Omong-omong, sepertinya uang sama sekali bukan masalah buatmu.” Jawab Bangjang.

“Apa maksudmu?” tanya Jung Woo.

“Penjualnya namanya Rakun. Kau tahu dia siapa?” jawab Bangjang, sambil menoleh ke belakang.

Ternyata Rakun adalah seseorang yang pernah bertengkar dengan Jung Woo. Saat itu, Jung Woo sengaja mencari masalah dengan Rakun agar ia bisa masuk ke sel isolasi, yang sayangnya sel isolasi yang biasa ia tempati sudah ditempati Cheol Sik waktu itu.

“Kenapa kau tidak berhenti merokok saja? Merokok itu tidak baik untuk kesehatan.” Ucap Bangjang.


Jung Woo diam di pojokan saat teman2nya asyik bermain mahjong. Tak lama, petugas datang membawakan buku tabungan untuk para tahanan yang dikirim oleh keluarga masing2. Moongchi mengambilnya dengan senang hati.

“Sung Gayu, tulis 6 roti krim.” Suruh Moongchi sambil memberikan buku tabungan Sung Gyu.

“Coba kulihat. Berapa banyak uang yang dimiliki Bos? Wah, dia kaya.” Ucap Moongchi sambil mengintip buku tabungan Wooruk.

“Ini untuk Pak Tua. Dan.. kita bahkan tak perlu memeriksa milikmu.” Ucap Moongchi sambil memberikan buku tabungan Milyang dan Bangjang.


“Tahanan 3866, milikmu.” Ucap Moongchi. Jung Woo pun terkejut.

“Siapa dia? Apa dia selingkuhanmu?” tanya Wooruk.

Dan Bangjang langsung melempar Wooruk dengan batu mahjong agar Wooruk berhenti mengganggu Jung Woo. Jung Woo terhenyak melihat buku tabungannya.

“Dia adalah ibu mertuaku.” Ucap Jung Woo.


“Dia datang ke sini beberapa kali. Tapi kau menolak bertemu dia.” beritahu Miryang.

“Aku?” tanya Jung Woo. Jung Woo lalu terdiam dan menyesali kebodohannya karena menolak bertemu ibu mertuanya.


Tae Soo mengunjungi ibunya di restoran. Sang ibu meminta Tae Soo memaafkan Jung Woo. Tae Soo menolak. Ia bahkan mengaku sangat ingin membunuh Jung Woo.

“Kau tahu orang seperti apa dia itu. Tidak ada orang lain yang lebih baik dalam memperlakukan Ji Soo, Ha Yeon dan aku selain Jeong Woo.” Ucap sang ibu.

“Hentikan!” teriak Tae Soo, membuat ibunya terdiam.

“Aku akan segera menemukan Ha Yeon. Bajingan itu.. bilang kalau dia sudah ingat.” Ucap Tae Soo.

Tae Soo lalu beranjak pergi.

“Jangan pergi, Tae Soo-ya.” pinta sang ibu.

“Ibu,kau hanya ingin percaya kalau Ha Yeon masih hidup sekarang
di suatu tempat. Kau lebih ingin.. agar dia tidak usah ditemukan.” Ucap Tae Soo, lalu beranjak pergi.

“Tae Soo-ya. Tae Soo-ya!” panggil sang ibu, tapi Tae Soo tidak mempedulikannya.


Sang ibu lalu teringat saat Jung Woo makan masakannya dengan sangat lahap. Jung Woo berkata, masakan ibu mertuanya itu sangat enak.

“Jadi Ji Soo sudah makan makanan seenak ini sepanjang hidupnya. Ini benar-benar tidak adil.” Ucap Jung Woo.

Ibu Ji Soo pun menangis teringat Jung Woo.

Bersambung ke part 2......