• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

My Golden Life Ep 11 Part 1

Sebelumnya...


Semuanya terkejut dengan kedatangan Ji An, terutama Ha Jung yang sampai melongo melihat Ji An. Manajer Lee yang baru kembali ke kantor setelah mengambil cuti beberapa hari, juga tak kalah herannya. Senior Jo menjelaskan, kalau ternyata nama Ji An ada di dalam daftar pegawai tetap dan data itu baru ditemukan saat inspeksi internal.

Ha Jung pun kesal, ia protes pada Manajer Lee yang tidak memeriksa data karyawan dengan benar. Ha Jung tak ingin satu tim dengan Ji An.

Manajer Lee membela diri, ia berkata kenapa juga dirinya harus melakukan itu di saat sedang menghadiri pemakaman.

Manajer Lee, Senior Jo, Senior Yang dan Senior Song memberikan ucapan selamat pada Ji An. Manajer Lee lantas memberitahu dimana meja Ji An. Meja Ji An ada di sebelah Ha Jung. Ha Jung langsung kembali ke mejanya  sambil terus menatap Ji An dengan kesal.

“Senang melihatmu lagi, Ji An.” Ucap Senior Song.


“Kalian pasti merindukan kopi buatanku. Akan kusajikan kopi sebagai perayaan hari pertamaku.” Jawab Ji An.

“Ji An, kau tidak perlu membuatkan kami kopi lagi.” Ucap Senior Song.

“Aku mengetahuinya. Tapi kita sudah lama tidak bertemu. Aku akan membuatkan kopi karena dipekerjakan kembali. Ini kali terakhir.” Jawab Ji An, lalu bergegas ke pantry.


Ha Jung menyusul Ji An ke pantry. Ia ingin tahu apa yang terjadi pada Ji An. Ji An hanya berkata, kalau perusahaan mereka cukupp bijak untuk memperbaiki kesalahan jadi mereka memperbaiki kesalahan yang seharusnya diperbaiki.

“Bukan itu maksudku. Kau memenangi lotre atau semacamnya? Maksudku pakaian yang kamu kenakan, termasuk tas, sepatu, dan antingmu.” Jawab Ha Jung.

“Mungkin aku memang memenangi lotre.” Ucap Ji An.

“Benarkah?” tanya Ha Jung.


Ji An pun tertawa Ha Jung percaya kata-katanya. Ji An kemudian menjelaskan, kalau ia hanya berdandan karena itu hari pertamanya bekerja. Tapi Ha Jung bilang, Ji An tidak akan mungkin bisa membeli semua itu. Harga keseluruhan pakaian dan aksesoris yang dikenakan Ji An lebih dari 5.000 dollar.

“Yoon Ha Jung-ssi, jangan mencampuri kehidupan pribadiku. Memangnya kita berteman?” jawab Ji An.


Ha Jung lalu minta Ji An menghormatinya sebagai senior. Ji An pun membalas dengan mengatakan, kalau dia akan menjadi senior Ha Jung kalau saja Ha Jung tidak merampas posisinya dengan koneksi yang dimiliki Ha Jung.

“Tapi karena aku dipekerjakan setelah dipecat, aku akan menerimamu sebagai seniorku.  Tapi tentu saja kalau kau bersikap semestinya padaku.” Ucap Ji An.


Ha Jung pun akhirnya pergi dengan wajah kesal. Kembali ke mejanya, dia malah makin dibuat kesal karena Senior Song menyuruhnya minta maaf pada Ji An.

“Minta maaf apa? Dia juga punya koneksi.” Jawab Ha Jung.

“Apa maksudmu? Resume nya sangat bagus.” Ucap Senior Song.


“Song Sunbae, tahukah kau berapa harga tasnya? Itu tas tangan desainer.” Jawab Ha Jung.

“Itu bukan tas tangan desainer, tapi hanya tas kulit biasa.” Ucap Senior Song.

“Jika orang-orang biasa berkesempatan untuk membeli tas tangan desainer, mereka membeli tas dari Louis Vuitton, Gucci, atau Prada untuk memamerkan bahwa itu tas mahal. Tapi orang kaya sesungguhnya hanya memakai merek yang mereka ketahui.” Jawab Ha Jung.


“Ayolah. Itu pasti tas replika.” Ucap Senior Oh.

“Bukan hanya gayanya yang telah berubah. Auranya kini benar-benar berbeda. Dia merasa percaya diri dan pamer.” Jawab Ha Jung.

“Jangan bersikap konyol. Minta maaflah dan pikirkan cara agar kalian bisa akur. Selain itu, koneksi tidak terbentuk secepat itu.” ucap Senior Jo.


“Jika punya koneksi, dia tidak akan bersikap baik. Dia pasti akan menyingkirkanmu dan merampas tempat dudukmu.” Jawab Senior Yang.

“Aku direkrut dari program khusus!” balas Ha Jung sambil berteriak.


Ji Soo kepo, pengen tahu Nam Goo akan pergi kemana saat Chuseok. Nam Goo yang lagi asyik menyantap pop mie hanya berkata, itu bukan urusan Ji Soo. Ji Soo kemudian bertanya, kenapa Nam Goo selalu makan pop mie.

“Memang apa salahnya?” tanya Nam Goo.

“Maksudku kau berusaha keras dalam membuat roti untuk para pelanggan, tapi kau tidak mengurus dirimu sendiri. Jika kau menerimaku sebagai murid, aku akan memperlakukanmu sebagai guruku. Aku bisa memasak tiga kali sehari untukmu. Aku bisa memasak hidangan Korea, Tionghoa, dan Jepang.” Jawab Ji Soo.

“Aku tidak tertarik.” Ucap Nam Goo.

“Astaga. Kau masih tidak menyukaiku?” tanya Ji Soo.


“Biar kuberi tahu sekali lagi. Aku enggan menghasilkan banyak uang, enggan meninggalkan keahlianku, dan takut berumur panjang. Jadi, Ji Soo, aku hanya membutuhkanmu sebagai pekerja paruh waktu.” Jawab Nam Goo.

“Tapi kenapa? Kenapa kau enggan meninggalkan keahlianmu?” tanya Ji Soo.

“Saat aku pergi, aku tidak mau meninggalkan jejak.” Jawab Nam Goo.

Paniklah Ji Soo, dia pikir boss nya itu mau menutup toko. Nam Goo pun melarang Ji Soo bertanya lagi dan masuk ke dapur. Ji Soo lemas, karena Nam Goo tidak mau berbagi ilmu dengannya.

Omo… ada apa dengan Boss Kang? Btw, mulai skrng Nam Goo sy panggil Boss Kang aja ya… jgn2 Boss Kang sakit..


Ji Soo yang menuju pulang sambil ngemil roti terkejut melihat mobil si Mr. Sun ada di dekat rumahnya. Ji Soo penasaran, ngapain Mr. Sun nya keliaran di lingkungan rumahnya.


Manajer Lee menanyakan perkembangan project hari jadi Haesung yang ke-40 pada Ha Jung. Ha Jung dengan santainya mengaku kalau dirinya sedang membuat rencana untuk melaksanakan project itu.

“Kapan kau akan selesai memeriksa proposalnya? Kapan kau akan menghubungi perusahaan dan memilih mereka?” tanya Manajer Lee.

“Aku bukan sedang memeriksa, tapi merencanakannya.” Jawab Ha Jung.


Manajer Lee pun kesal mendengar jawaban Ha Jung. Senior Jo kemudian nyeletuk, kalau proposal ‘Festival Lima Indera’ digagas oleh Ji An jadi seharusnya project itu diberikan pada Ji An.

Ha Jung tak terima, karena sejak awal dirinya lah yang diberi tanggung jawab mengemban project itu.

“Apa yang kalian lakukan dengan proposalku? Itu rencana acara untuk hari jadi ke-40.” Ucap Ji An kaget.

“Aku baru membaca proposalmu setelah kamu keluar, dan kupikir itu ide bagus. Jadi, aku menyerahkannya atas nama Ha Jung.” Jawab Manajer Lee.


“Lalu, proposalku terpilih?” tanya Ji An senang.

“Bukan itu yang penting. Menjalankan rencananya yang penting. Aku yang telah menanganinya selama berminggu-minggu di bawah perintah manajer umum.” Jawab Ha Jung.

“Itu hanya konsep mentahnya. Detailnya tidak ada di proposal itu. Aku memikirkan ide itu hanya dalam semalam. Bagaimana perkembangannya?” tanya Ji An.

“Kenapa aku harus memberitahumu?” jawab Ha Jung.

“Pak, kurasa kita harus mengembalikannya kepada Ji An.” Ucap Senior Jo.

“Tapi Ha Jung sudah mengerjakannya.” Jawab Manajer Lee.


Manajer Lee lantas menyuruh Ji An dan Ha Jung bekerja sama dalam project itu. Ha Jung langsung menolak. Karena Ha Jung tak mau bekerja sama dengan Ji An, Seinor Yang pun memberikan usul.


“Karena kita butuh konsep detail dari proposal itu, mereka berdua harus mengerjakannya dan kita akan memutuskan dalam sebuah rapat.” Ucap Senior Yang.


Tuan Seo belajar dengan giat, mengumpulkan info usaha ekspor yang akan dikerjakannya bersama Seok Doo.  Saat lagi sibuk berselancar di internet, Tuan Seo tanpa sengaja menemukan artikel lama tentang kesuksesannya memimpin bisnis seperti itu hingga ke Timur Tengah.

"Tantang dirimu, dan jangan menyerah. Akan selalu ada kesempatan lain." Ucap Tuan Seo membaca kalimatnya sendiri dalam artikel itu.


Setibanya di rumah, Tuan Seo langsung melihat-lihat barang lamanya saat ia masih sukses dulu. Tuan Seo heran sendiri, dulu ia ia begitu sukses tapi sekarang ia mati-matian berusaha untuk sukses seperti dulu.


Tak lama, Nyonya Yang datang dan bertanya apa Tuan Seo serius mau mulai berbisnis lagi. Tuan Seo tidak menjawab pertanyaan Nyonya Yang. Ia hanya melarang Nyonya Yang membuat hidangan Chuseok karena besok ia mau mengunjungi makam ibunya.


Tuan Choi ingin tahu bagaimana hari pertama Ji An di kantor. Ji An pun berkata, kalau ia disambut dengan baik. Meski pada awalnya agak canggung, tapi situasinya cepat membaik.

“Itu cara kolegamu memperlakukanmu. Ayah menanyakan perasaanmu.” Ucap Do Kyung.

“Rasanya mengharukan. Aku menjadi pegawai tetap di perusahaan tempatku dahulu bekerja sebagai pegawai kontrak.” Jawab Ji An.

“Mengharukan? Kau masih belum menyadari siapa dirimu?” protes Nyonya No.

“Akan lebih berbahaya jika dia cepat berubah.” Ucap Do Kyung.

“Do Kyung benar soal ini. Sebelum membuat pengumuman resmi, dia harus tetap dikenal sebagai pegawai Seo Ji An.” Jawab Tuan Choi.

“Dia mungkin bersikap seperti itu, tapi dia harus menyiapkan diri.” Ucap Nyonya No.


“Aku hanya agak bersemangat. Ada kemungkinan aku akan bertanggung jawab untuk hari jadi ke-40.” Jawab Ji An.

“Kenapa mereka memberimu proyek besar begitu kau dipekerjakan kembali?” tanya Nyonya No heran.

“Ada kontes proposal untuk acara itu dan semua pegawai bisa mengikutinya. Tapi pegawai kontrak tidak bisa berpartisipasi, jadi, aku tidak menyerahkan proposalku. Tapi manajer menyerahkannya karena dia yakin aku pasti akan menjadi pegawai tetap.” Jawab Ji An.


“Proyek Lima Indera itu?” tanya Do Kyung.

“Bagaimana Kakak tahu?” tanya Ji An kaget.

“Itu milikmu? Tapi itu bukan atas nama dirimu.” Jawab Do Kyung.

“Kontrakku telah berakhir, tapi dia amat menyukai proposalku. Jadi, dia menyerahkannya atas nama orang lain.” Ucap Ji An.


“Dia meniru idemu?” tanya Tuan Choi.

“Aku hendak memberi tahu Ayah soal ini. Kita harus melakukan sesi pelatihan untuk para pegawai kita. Mereka mengingkari janji kepada pekerja kontrak juga.” jawab Do Kyung.


Nyonya No lantas menyuruh mereka berhenti membicarakan pekerjaan di rumah dan menyuruh Ji An istirahat. Ji An mengangguk dan mengaku kalau dirinya juga masih harus memikirkan tentang detail proposalnya.


Tuan Choi senang melihat semangat Ji An. Nyonya No berkata, kalau acara yang digagas Ji An berjalan dengan baik, Ji Akan memberikan kontribusi besar bagi Haesung. Nyonya No pun menyuruh Do Kyung mendukung Ji An secara diam-diam.

Menurut sy, yg lebih pantes jadi Choi Eun Seok itu Ji An, daripada Ji Soo… Sukaak liat Ji An bahas pekerjaan sama Tuan Choi, Nyonya No dan Do Kyung… kalo Ji Soo ngertinya mah soal roti doang…


Keesokan harinya, saat Chuseok, CEO No datang ke rumah Tuan Choi bersama putri bungsunya dan juga menantunya. Nyonya No pun langsung menyuruh Ji An memberi salam pada Jin Hee dan Myung Soo. Jin Hee langsung memeluk Ji An dengan hangat.

“Dia persis seperti Myung Hee muda. Dia sama cerdasnya.” Puji CEO No.

“Saat kau masih kecil, kau mirip ibumu. Tapi kini lebih mirip ayahmu. Bukankah sulit mengikuti pelatihan dari ibumu?” ucap Jin Hee.

“Aku masih banyak kekurangan, jadi, perlu banyak belajar.” jawab Ji An.


Di rumah keluarga Seo, tidak ada perayaan khusus.  Ji Soo pun protes karena mereka tidak melakukan ritual saat Chuseok. Tuan Seo berkata , ia akan melakukannya sendiri. Ji Tae ingin ikut ayahnya, mengunjungi makam sang nenek di Provinsi Gangwon. Ji Ho juga mau ikut tapi dilarang Tuan Seo.

“Ayah ingin kembali menjadi putra kecil mereka dan duduk di hadapan mereka.” Jawab Tuan Seo.

“Begitu rupanya. Itukah sebabnya orang tua bersikap seperti bayi?” tanya Ji Ho.


Wajah Ji Ho kemudian berubah serius. Ia mengaku mau mengatakan sesuatu sebelum sang ayah pergi. Ji Soo langsung mendelik curiga. Ji Ho pun langsung mendengus kesal pada Ji Soo. Setelah itu, Ji Ho mengatakan niatnya mau pindah ke asrama sampai ujian masuk universitas.


Nyonya Yang terkejut, asrama?

“Aku harus berangkat pagi-pagi dan naik kereta terakhir ke rumah, jadi, aku kurang tidur. Waktu tidurku hanya lima jam. Pulang pergi itu buang-buang waktu.” Jawab Ji Ho.


“Biaya pembelajaran dan uang jajanmu sudah banyak. Ji An juga tidak memberi uang lagi, tapi kau malah mau pindah?” protes Ji Tae.

“Aku tidak butuh ongkos kendaraan dan mereka memberiku makan. Ujiannya tinggal 1,5 bulan lagi. Selain itu, aku sudah berencana bekerja paruh waktu setelah ujian.” Jawab Ji Ho.

“Tidak. Kau punya anemia dan hidungmu bahkan mimisan. Kau setidaknya harus memakan makanan rumah.” Ucap Nyonya Yang.


“Hidungmu mimisan?Apa mungkin kau mengupil?” curiga Ji Soo.

“Bukan begitu. Wajahnya menjadi pucat karena dia sakit kepala. Hanya ada waktu 1,5 bulan sebelum ujian. Perubahan lingkungan tidak ada gunanya. Meski kau tinggal di sini, nilaimu tetap naik.” Jawab Nyonya Yang.

Ji Ho langsung menghela nafas kesal usahanya gagal….

Ngakak…  si Ji Soo tahu aja Ji Ho pura2 mimisan… tapi kebohongan Ji Ho sia…  udah capek2 nyodok hidung sendiri biar diizinin pindah, malah jadi boomerang sendiri buat dia…. ibu yang takut Ji Ho mimisan lagi, gk ngizinin dia pindah…


Usai melakukan ritual Chuseok, Do Kyung pun bercerita soal keluarganya pada Ji An. Do Kyung cerita, kalau ayahnya adalah anak sulung dari empat bersaudara. Ayah Tuan Choi sudah meninggal.

“Jika dia yang tertua, kenapa tidak melakukan ritual untuk keluarganya?” tanya Ji An.

“Dia akan pergi ke kampung halaman setelah hari raya. Sebagai menantu tertua, dia harus mengurus ritual di sini. Lagi pula, orang tuanya sudah tiada.” Jawab Do Kyung.

“Tapi mereka tetap orang tuanya. Dia harus melakukan ritual sebagai anak tertua, bukan?” ucap Ji An.

“Lalu di sini bagaimana? Kakek hanya punya dua putri.” Jawab Do Kyung.


“Mereka bisa bergantian. Atau mereka bisa mengurus ritualnya bersama-sama di sini.” Ucap Ji An.

“Ini pilihan ayah. Itulah sebabnya dia wakil pimpinan di Grup Haesung. Bahkan Paman Myung Soo ke sini untuk hari raya.” Jawab Do Kyung.

“Karena keluarga ini memiliki Grup Haesung, haruskah semuanya berkisar di keluarga ini? Haruskah semua keputusan akhir ada di tangan Ibu?” tanya Ji An.


“Ibu adalah putri sulung dari pemilik Grup Haesung. Ayah mendapat lebih banyak karena menikahi Ibu. Ibu adalah anak tertua dari pemimpin Grup Haesung. Jadi, dia diharapkan berperan sebagai anak laki-laki. Untuk mendapat banyak hal, ada harga yang harus dibayar.” Jawab Do Kyung.

“Bagi orang-orang kaya, ternyata keluarga itu urusan bisnis.” Ucap Ji An.

“Di dunia ini tidak ada yang gratis. Jangan lupa itu.” jawab Do Kyung.


Hyuk juga lagi melakukan ritual di rumahnya, bersama noona dan ayahnya. Sang ayah pun berharap, agar Woo Hee bisa menikah dengan pria yang baik, bukan pria jahat seperti dulu.

“Tentu saja. Ada lebih banyak pria baik.” Ucap Hyuk.

“Aku tidak akan menikah lagi!” jawab Woo Hee tegas.

“Usiamu hampir 40 tahun. Kau mau hidup sendiri selamanya?” tanya sang ayah.
“Ya. Aku akan hidup sendiri. Berapa kali harus kubilang? Aku tidak mau menikah. Jangan menyuruhku menikah lagi!” tegas Woo Hee.

“Kami tidak meminta kakak untuk menikah lagi sekarang.” jawab Hyuk.


“Hyuk, apa kakak beban bagimu? Baiklah. Kalau begitu, kita harus hidup terpisah. Kakak bisa pergi besok!” marah Woo Hee.

“Aku hanya mau Kakak bahagia.” Jawab Hyuk, lalu memeluk erat sang kakak.

“Kakak tahu.” ucap Woo Hee.

‘Aku tidak akan mengatakannya sampai Kakak berubah pikiran.” Jawab Hyuk.

“Tolong hentikan ayah juga.” pinta Woo Hee.

“Tidak akan. Ayah tidak akan mengatakannya.” Jawab sang ayah dengan paras kecewa.


Boss Kang diam2 melihat kafenya Woo Hee. Tapi begitu Woo Hee datang bersama Hyuk dan juga sang ayah, Boss Kang pun langsung sembunyi. Boss Kang lalu teringat masa lalunya, saat ayah Woo Hee melabraknya ketika ia lagi jualan tteokbokki di pinggir jalan. Ayah Woo Hee melarang Boss Kang mendekati Woo Hee.

Melihat Woo Hee makan bersama adik dan ayahnya, Boss Kang heran sendiri.


“Kenapa dia bersama keluarganya saat Chuseok? Kudengar suaminya anak sulung.” Gumam Boss Kang.

Oooo… mulai ngerti sy apa yg bikin Woo Hee takut sama banyak org…  Woo Hee ini sepertinya mendapat KDRT dari suaminya, karena itulah ia dan suaminya bercerai… berarti pria jahat yang dimaksud ayah Woo Hee tadi adalah mantan suaminya Woo Hee… bisa jadi KDRT yang dialami Woo Hee pemicunya Boss Kang karena Boss Kang adalah pria yang dicintai Woo Hee..


Tuan Seo yang lagi dalam perjalanan menuju makam, melewati jalan tempat ia dan istrinya menemukan Eun Seok. Tuan Seo pun langsung teringat apa yang terjadi setelah mereka menemukan Eun Seok.

Flashback…


Setelah menemukan Eun Seok, Tuan Seo dan Nyonya Yang langsung membawa Eun Seok ke rumah mereka. Esok paginya, sebelum berangkat ke Dubai, Nyonya Yang memotong rambut panjang Eun Seok agar terlihat mirip dengan Ji Soo mereka yang sudah meninggal. Tuan Seo kesal. Nyonya Yang membuat alasan, kalau Eun Seok memang sengaja dibuang oleh orang tuanya, apalagi setelah mendengar kata-kata Tuan Seo kalau tidak ada satu pun laporan soal anak hilang.


Tak lama kemudian, ibu Tae Soo datang mengantarkan Ji An. Tae Soo marah karena ibunya diam saja melihat kelakuan Nyonya Yang.

“Tidak bisakah kamu membiarkannya melakukan keinginannya? Kau melihatnya tiap datang kemari. Selagi tinggal di sini selama dua bulan usai Ji Soo tewas, Mi Jung seperti orang hilang akal.” Jawab ibu Tae Soo.


Orang tua kandungnya mungkin akan mencarinya nanti.” Ucap Tae Soo.

“Dia tidak akan ditinggalkan di sini jika mereka memang peduli. Mereka meninggalkannya di sana agar dia tewas. Dia bahkan tidak mengetahui namanya sendiri. Dia hanya mengatakan Seok.” Jawab Nyonya Yang.

Nyonya Yang lalu memeluk Eun Seok dan berkata, bahwa Eun Seok adalah seorang anak yang dikirimkan Ji Soo pada mereka.

Flashback end…


Tae Soo pun meminta maaf pada ibunya, karena sudah melarang anak2nya mengunjungi makam sang ibu. Tae Soo lantas berjanji di depan makam ibunya, bahwa ia akan mencari uang yang banyak agar bisa membawa Ji An pulang kembali.


Tae Soo juga mengunjungi makam Ji Soo. Saat lagi membersihkan makam Ji Soo, ponselnya berdering. Satu pesan masuk, dari Ji An.
“Aku berusaha menyesuaikan diri dengan kehidupan di sini. Aku sangat merindukan ayah, tapi aku akan menjauh untuk sementara waktu. Aku akan mengunjungi ayah saat sudah terbiasa dengan kehidupan ini.”


Ji Tae mengingat kenangannya bersama Soo A, tentang hal yang mereka lakukan saat Chuseok. Saat Chuseok, biasanya mereka pergi piknik berdua.


Ji Tae pun langsung nyamperin tempat piknik favorit mereka. Tak dinyana, Soo A juga pergi kesana. Tapi Soo A datang saat Ji Tae sudah pergi.


Tuan Seo akhirnya mengizinkan Ji Ho pindah ke asrama. Ji Ho langsung senang dan berjanji akan masuk kuliah tahun depan, apapun yang terjadi. Nyonya Yang jelas heran, ia penasaran kenapa tiba-tiba suaminya mengizinkan si bungsu masuk asrama.

“Katamu kau mau mengelola kedai. Kau yakin bisa membiayai Ji Ho, kan?” sindir Tuan Seo.

Tuan Seo lantas pergi ke kamar, ninggalin Nyonya Yang yang langsung terdiam.


Di kantor, Ji An tampak sibuk meneliti idenya. Ia memeriksa di internet, juga menghubungi seseorang untuk mencari tahu tentang pewarna alami. Ha Jung pun melirik ke meja Ji An, ia penasaran dengan ide Ji An.


Di sisi lain, Nyonya Yang mengantarkan bungsu nya ke asrama. Nyonya Yang tampak cemas melihat asrama Ji Ho. Takut ibunya berubah pikiran, Ji Ho pun buru2 meyakinkan sang ibu kalau dirinya akan baik2 saja.


Di hari berikutnya, Ji An sudah selesai dengan proposalnya. Ia pun mengirimkan proposalnya pada sang atasan.


Tuan Choi heran melihat Nyonya No yang pagi2 sudah rapi. Tuan Choi pikir, Nyonya No ada rapat. Nyonya No berkata, dirinya akan bertemu dengan beberapa temannya untuk melihat2 lukisan dan pahatan baru di galerinya Nyonya Yoon.

“Bukankah sikapmu agak gegabah? Putrinya Presdir Jang akan bertemu dengan Do Kyung musim dingin ini, jadi, dia akan menjadi besan kita. Tapi kau tidak perlu menemui putra pemilik New World.” Jawab Tuan Choi.

“Ada rumor bahwa Shimsung menginginkan putrinya Presdir Jang. Akan kuperkenalkan Presdir Jang kepada New World dan memastikan kepadanya bahwa kami akan menjadi besan.” Ucap Nyonya No.

Bersambung ke part 2...

My Golden Life Ep 10 Part 2

Sebelumnya...


Di sekolah, Seohyun diprotes oleh temannya atas ketidakikutsertaan dirinya di acara sekolah. Seohyun menjawab singkat, kalau dirinya hanya enggan. Teman Seohyun memaksa Seohyun memberitahu alasannya.

“Aku harus memberitahumu? Itu tidak sopan.” Jawab Seohyun.

“Tidak sopan? Hei, kau yang tidak sopan. kau mengabaikan kami.” ucap temannya.

“Aku tidak mengabaikan kalian. Aku memang seperti itu.” jawab Seohyun.

“Kau hanya ingin memamerkan latar belakangmu. Kau mengabaikan pengumuman di ruang obrolan kita. Tapi kenapa mau mengadakan resital bersama kami? Kenapa menghadiri kelas di ruang musik bersama kami? Kenapa tidak bermain solo saja? Kau putri satu-satunya pemilik Perusahaan Haesung. Kini profesor berusaha menyenangkanmu. Kau juga ingin kami memperhatikanmu? Tapi kami akan membuat ruang obrolan baru tanpa dirimu. Saat kami berlatih untuk resital kelulusan dan saat menghadiri kelas musi kau harus menanyakannya secara langsung kepadaku.” Ucap temannya.

Seohyun mulai kesal, tapi ia berusaha menahan emosinya. Ia lantas mengaku kalau sebenarnya ia bukan tidak memeriksa ruang obrolan mereka, tapi ia sengaja mematikan notifikasinya.

“Ada seseorang yang memberitahuku. Kau tidak tahu? Bisa-bisanya kau menyebut dirimu perwakilan siswa.” Jawab Seohyun.


Teman Seohyun marah, ia mau menampar Seohyun tapi gak jadi karena Seohyun mengancam akan membuatnya dikeluarkan dari sekolah. Seohyun juga memperingatkan temannya, kalau ia bukanlah seseorang yang akan diam saja kalau dibully.


Saat sudah berada diluar kelas, teman Seohyun yang membenci Seohyun berniat menyiram Seohyun dengan air bekas pel. Sopir Seohyun tak tinggal diam. Ia dengan sigap melindungi Seohyun. Ia mendekap Seohyun dan menyembunyikan Seohyun dibalik jasnya. Seohyun terpana menatap sopirnya.


Ji An mengajak Do Kyung makan siang di sebuah pasar. Inilah dia rencana rahasia yang dimaksud Do Kyung dan Ji An. Do Kyung sudah berjanji akan mengabulkan satu permintaan Ji An, asalkan Ji An mau tutup mulut soal hutang mereka. Ji An pun mengajak Do Kyung makan siang di pasar.

Tapi sayangnya, Do Kyung gak mau makan meski sudah dibujuk2 Ji An kalau makanannya enak. Terpaksalah Ji An makan sendiri. Do Kyung melongo melihat cara Ji An makan. Do Kyung tambah melongo melihat Ji An menghabiskan dua porsi nasi hanya dalam waktu 12 menit.


Saat hendak menuju mobil, kalung Ji An dijambret seorang pria. Do Kyung dan Ji An pun langsung mengejar si penjambret dan berhasil mendapatkan kalung Ji An meski Do Kyung harus merasakan kelelahan karena gak pernah lari. Do Kyung juga tertawa bangga karena berhasil melumpuhkan si jambret yang nyaris menusuk Ji An.


Selamat dari penjambret bersenjata,  Do Kyung pun memarahi Ji An yang nekad mengambil kembali kalung itu. Tapi Ji An malah ngomel2 gara2 rantai kalungnya putus. Ji An kemudian menakuti Do Kyung. Ia pura2 panik sembari menatap ke arah Do Kyung. Do Kyung yang mikir si penjambret balik lagi, terkejut dan langsung menatap ke belakang. Saat itulah, Ji An mengagetkan Do Kyung dengan menepuk bahu Do Kyung.

Ji An tertawa melihat ekspresi kaget Do Kyung. Do Kyung awalnya marah, tapi kemudian ia senang menyadari Ji An yang sudah mulai memanggilnya kakak. Do Kyung lalu mengajak Ji An pergi.


Ji Tae dan teman2nya pergi minum. Sebenarnya mereka pergi minum untuk merayakan salah satu teman mereka yang akan menikah. Seorang teman Ji Tae yang tahu hubungan Ji Tae dan Soo A, bertanya, kenapa Ji Tae dan Soo A tidak menikah. Mereka pun terkejut saat Ji Tae bilang ia dan Soo A sudah putus.

“Kau tampak biasa saja. Kau bilang hanya akan putus jika perasaan salah satunya berubah. Siapa?” tanya temannya.

“Hanya aku yang menentang pernikahan. Soo A, dia harus menikah. Dia sebaya denganku.” Jawab Ji Tae.

“Lupakan harga dirimu dan kembalilah kepadanya.” Ucap temannya.

“Aku memahami situasimu dan pandanganmu akan masa depan, tapi sebelumnya kau tidak pernah begitu menyukai seseorang sampai memacarinya selama itu. Dapatkan dia kembali atau kamu akan menyesalinya.” Tambah temannya yang lain.

“Untuk apa? Agar kami bisa hidup di ruangan sempit? Kami bekerja beberapa tahun hanya untuk memiliki tempat tinggal. Jika punya anak, semuanya akan berhenti. Kita hanya bisa menyewa apartemen dengan dua kamar di Seoul.” Jawab Ji Tae.


Sementara itu, Soo A yang juga terluka karena hubungannya kandas dengan Ji Tae, mengubah gaya rambutnya.


Habis minum2, Ji Tae dan temannya pergi karaoke. Saat Ji Tae tengah asyik bernyanyi, satu temannya yang tahu soal kisah hidupnya, keceplosan mengatakan tentang bisnis ayah Ji Tae yang bangkrut padahal saat itu Ji Tae hampir masuk sekolah music.

Di saat teman2 Ji Tae sudah pada teler, Ji Tae terus bernyanyi. Namun tak lama, tangis Ji Tae keluar.

Soo A juga tak kuasa menahan kesedihannya.


Tuan Seo heran sendiri karena Ji Tae belum pulang. Ia terus menunggu Ji Tae di luar rumah. Tak lama, ia melihat Ji Tae yang baru turun dari taksi dipapah oleh supir taksi. Tuan Seo pun dengan susah payah memapah Ji Tae ke rumah.


Sampai di kamar, Ji Ho yang kaget melihat kakaknya mabuk, merasa kakaknya baru putus dari pacarnya. Tuan Seo pun refleks, teringat pertengkaran Ji Tae dan Soo A di tepi jalan. Tuan Seo lalu melarang Ji Ho memberitahu Ji Tae kalau ia yang membawa Ji Tae pulang.


Keesokan paginya, rekan2 Ji An di Haesung dulu lagi membahas pegawai baru yang akan masuk tim mereka. Salah satu rekan Ji An yakin, kalau pegawai baru itu adalah Ji An. Ha Jung tidak yakin itu Ji An, karena nomor ponsel Ji An sudah tidak aktif lagi.


Tak lama kemudian, Ji An datang dan Ha Jung langsung melongo menatap Ji An.