• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

My Golden Life Ep 27 Part 1

Sebelumnya...


Ji An mencoba menenangkan dirinya setelah marah besar pada Do Kyung yang memberitahu keberadaannya pada ayahnya. Setelah mulai tenang, barulah Ji An bicara baik-baik dengan Do Kyung. Ji An bilang, dia benci melihat Do Kyung peduli padanya.

“Aku hanya ingin membantumu karena aku mengkhawatirkanmu.” Jawab Do Kyung.

“Itu hanya untuk membuat dirimu merasa lebih baik. Aku akan menjalani hidupku sendiri, jadi jalanilah hidupmu sendiri.” Ucap Ji An.


“Kau tidak mau melihatku lagi?” tanya Do Kyung.

“Kumohon. Kau mengingatkanku akan keputusan mengerikan yang kubuat. “ jawab Ji An.

Do Kyung pun menjelaskan kalau bukan seperti itu perasaannya. Tapi karena Ji An berpikir seperti itu, ia akan berhenti menemui Ji An. Do Kyung bilang, dia sudah melakukan yang terbaik.

Ji An pun minta maaf atas reaksi berlebihannya tadi. Ia juga berkata, menghargai setiap kebaikan Do Kyung padanya. Terakhir, Ji An minta maaf karena dia dan orang tuanya sudah mengganggu Do Kyung. Do Kyung mengangguk sambil menatap sedih Ji An.


Mereka pun akhirnya berpisah.


Ji An tiba di rumah saat Hyuk mau pergi. Hyuk bilang dia mau membantu Hee menutup kafe. Hyuk lalu bertanya, apa Ji An sudah makan. Ji An bilang, dia akan ramyeon saja dan bergegas masuk. Hyuk hanya bisa menghela nafas melihat keras kepalanya Ji An.


Do Kyung ternyata belum pergi. Ia masih berdiri diluar rumah Hyuk. Do Kyung berkali2 menghela nafas mengingat kata-kata Ji An tadi. 


Tak hanya itu. Do Kyung juga mengingat pertemuannya dengan Ji An di Incheon. Saat itu, Ji An menyuruh Hyuk menyingkirkan Do Kyung darinya. Ji An bilang ke Hyuk, kalau dia tidak tahu kenapa Do Kyung melakukan itu padanya.


Do Kyung juga ingat kata2 Ji An saat mereka bertemu di depan toko perabotan tempat Ji An bekerja. Saat itu, Ji An berkata mereka mencoba membuat kesepakatan untuk kepentingan mereka masing2 setelah mereka mengetahui bahwa mereka bukanlah kakak adik.

“Tapi tetap saja tidak berhasil. Lalu, seperti inilah akhir dari kita berdua.” Ucap Ji An.

“Benar. Kau benar, Seo Ji An. Kau benar tentang semuanya. Mari kita akhiri semuanya. Sekarang, aku tidak akan mempedulikanmu lagi.” Ucap Do Kyung sembari menahan rasa sedihnya.

Dan, perlahan-lahan, Do Kyung pun beranjak pergi.


Ji An terkejut melihat Hyuk yang masih di rumah. Hyuk menyuruh Ji An makan makanan yang sudah disiapkannya. Tanpa banyak bicara, Ji An langsung duduk dan memakan makanan yang disiapkan Hyuk.

“Kudengar kau melewatkan makan siangmu. Kau pasti sangat lapar.” Ucap Hyuk.

“Benar. Kau pergilah. Kakakmu pasti sudah menunggumu.” Jawab Ji An.


Tuan Seo memberitahu Nyonya Yang kalau Ji An selamat. Nyonya Yang terkejut tahu dan ingin tahu dimana suaminya bertemu Ji An. Tapi Tuan Seo tidak mau bicara dan tidur lagi. Nyonya Yang pun menatap cemas Tuan Seo.


Di kamarnya, Ji Tae kesal karena ayahnya tadi marah2 padanya. Tak lama kemudian, Soo A kembali ke kamar dan Ji Tae langsung mengajak Soo A pindah. Tapi Soo A menolak. Soo A bilang, dia tak ingin pindah karena Ji Tae.

“Apa maksudmu karena aku?” tanya Ji Tae.

“Sudah kukatakan sejak tadi, aku merasa tercekik melihat kemarahanmu pada orang tuamu.” Jawab Soo A.

“Itulah kenapa kubilang kita harus pindah.” Ucap Ji Tae.

“Hidup terpisah bukan berarti kau mandiri. Kau anak tertua. Bahkan jika kita pindah, kau akan lebih mengkhawatirkan keluargamu.” Jawab Soo A.


“Kau melihat apa yang dilakukan ayah tadi, kan? Bagaimana aku tidak marah.” Ucap Ji Tae.

“Benar. Orang tuamu telah melakukan sesuatu yang sangat buruk. Tapi itu bukan salahmu. Kenapa kau masih kecewa karena itu? Tidak semua orang tua itu sempurna. Kita tidak bisa memilih mau dilahirkan orang tua yang mana. Bagaimana dengan anak-anak yang orang tuanya dipenjara? Kurasa mereka bahkan tidak bisa tidur nyenyak.” Jawab Soo A.

“Kau tidak akan mengatakan itu jika mereka orang tuamu.” Ucap Ji Tae.

“Aku hidup sendiri selama 10 tahun sejak orang tuaku pindah ke Kanada. Aku merindukan mereka, tapi aku tidak sedih.” Jawab Soo A.

“Itu tidak sama.” Ucap Ji Tae.

“Kau masih tidak mengerti? Kau berusaha kabur sekarang! Pikirkan seolah-olah kau pindah ke lantai dua. Kau ingin menyia-nyiakan 20 ribu dollar setahun hanya untuk merasa lebih baik? Aku tidak mau melakukannya.” Jawab Soo A.

“Apa kau akan baik-baik saja melihat orang tuaku setiap hari seperti itu?” tanya Ji Tae.

“Berapa kali harus kukatakan padamu! Biayanya hampir 30 ribu dollar untuk dua tahun biaya sewa dan perawatan. Jika suamiku tidak bisa mandiri secara mental, paling tidak aku harus menghemat sejumlah uang. “ jawab Soo A.


Nyonya Yang kembali melihat suaminya yang masih tidur dengan posisi membelakangi pintu. Nyonya Yang menghela napas, lalu menutup pintu kamarnya kembali. Tapi Tuan Seo ternyata tidak tidur. Ia nampak lelah memikirkan semua masalahnya.


Ji Soo yang lagi membuat roti di toko, teringat kemarahan Nyonya No.

“Kau disini karena kau tidak ingin hidup sebagai Ji Soo! Kenapa kau begitu bodoh? Sadarlah! Kami orang tuamu! Kau adalah keluarga kami! Kita memiliki darah yang sama! Jika kau ingin tetap hidup sebagai orang asing dan tidak mau menyesuaikan diri, angkat kaki dari sini!”


Lamunan Ji Soo pun buyar karena kedatangan Boss Kang. Boss Kang menyuruh Ji Soo pulang. Ji Soo pun menurut. Ia bilang, akan pulang setelah rotinya matang.


Tapi sampai di rumah, dia langsung dipeluk kakeknya. Sontak, dia kaget. Seohyun hanya bisa ternganga melihat pemandangan itu. Nyonya No pun memberitahu Ji Soo, kalau itu adalah kakeknya. Sementara Tuan Choi nampak tak suka melihat pemandangan itu.


CEO No pun menceritakan masa kecil Ji Soo. CEO No bilang, saat Ji Soo kecil berada di pangkuannya, Ji Soo tak pernah ingin bangun. Saat ia memberi Ji Soo cokelat, Ji Soo tersenyum.  Dan Ji Soo terkekeh saat ia meletakkan Ji Soo di bahunya.

“Kau gadis kecil yang baik. Kau juga tidak malu melihat orang lain. Jadi kau pasti tidak menangis saat mereka menangkapmu untuk mencuri berlianmu.” Ucap CEO No.

“Dia tidak pernah menangis kecuali jika dia lapar.” Jawab Nyonya No.


CEO No lalu melirik roti yang dibawa Ji Soo. Ji Soo bilang, dia memanggang roti itu sendiri untuk sarapannya besok. CEO No pun ingin mencoba roti Ji Soo. Ia mengambil roti Ji Soo, lalu membuka bungkusnya dan mulai mencicipinya satu. CEO No biang, roti buatan Ji Soo sangat lezat. Ji Soo pun tersenyum lebar rotinya dibilang lezat.

Setelah mencicipi roti Ji Soo, CEO No bilang kalau Ji Soo memang benar2 bagian dari mereka.


Seohyun langsung dejavu. Dia ingat saat kakeknya mengatakan hal yang sama pada Ji An. Sementara Tuan Choi dan Nyonya No tampak tidak nyaman. Tuan Choi lalu mengingat pembicaraannya tadi dengan CEO No soal rencana CEO No terhadap Ji Soo.

Flashback…


CEO No menyuruh mereka membatalkan acara perayaan ultah Haesung. Tuan Choi dan Nyonya sontak terkejut. Nyonya No bilang, mereka tidak bisa mengumumkan kalau mereka menemukan Eun Seok di acara itu. Nyonya No bilang, itu karena Presdir Jang dan istri ada di dalam daftar tamu perayaan ultah Haesung.

CEO No bilang, sebaiknya mereka membuat pesta kecil saja dengan para karyawan. CEO No juga menyuruh Tuan Choi untuk mengubah tanggal perayaan ultah Haesung menjadi hari kerja dan membatalkan mengundang pers.


CEO No juga menyuruh mereka mengirim Ji Soo keluar negeri. CEO No bilang, sampai pernikahan kedua cucunya tiba, mereka tidak akan membuat pengumuman resmi terkait Ji Soo. CEO No yakin, ketika Do Kyung dan Seohyun sudah menikah, serta Ji Soo kembali dari luar negeri, keluarga So Ra dan calon suami Seohyun tidak akan bisa melakukan apapun.

“Mereka akan merasa aneh karena tidak ada pengumuman itu.” jawab Tuan Choi.

“Kita tidak berkewajiban membuat pengumuman. Kita hanya menundanya, karena pers akan menyebutkan mertua masa depan kita.” ucap CEO No.


“Dengan latar belakang pendidikan Eun Seok, belajar diluar negeri itu penting. Aku rasa, kita harus cepat memutuskan dimana dia akan belajar.” jawab Nyonya No.

“Apa pendapatmu?” tanya CEO No pada Tuan Choi.

“Aku akan mencari tahu.” jawab Tuan Choi sembari menahan kekesalannya.

“Aku tidak mau perusahaanku hancur karena insiden Eun Seok.” Ucap CEO No.

CEO No lalu membahas tentang tingkah Ji Soo yang tidak mau beradaptasi dengan keluarga mereka. CEO No bilang, jika Ji Soo menolak keluar negeri dan insiden itu bocor ke public, maka itu akan sangat mempermalukan Haesung.


Adegan pun beralih ke CEO No yang mencicipi roti Ji Soo. Ternyata, itu adalah cara CEO No untuk melunakkan hati Ji Soo. Itulah kenapa Tuan Choi kesal melihatnya.

CEO No lalu menyuruh Ji Soo istirahat. Tak lama kemudian, Seketaris Min datang memberitahukan kalau mobil CEO No sudah siap. Ji Soo penasaran, CEO No mau kemana lagi malam2 begitu.  Seohyun bilang, kalau kakek tinggal di sebuah pondok di Yangpyeong karena sistem pernapasan kakek lemah.


Setelah kembali ke kamarnya, Ji Soo mengaku kalau dia senang dengan sikap kakeknya. Ji Soo berkata, setidaknya ada satu orang yang bersikap manis padanya di rumah itu, dan orang itu adalah kakeknya.


Tak lama kemudian, Nyonya No masuk kamar Ji Soo. Ji Soo pun terkejut saat Nyonya No meminta maaf padanya.

“Kau dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Nilai dan pendapatmu pasti berbeda. Aku tidak bisa memahamimu karena aku terlalu kesal. Aku tahu kau tidak sungguh-sungguh ingin pindah keluar saat aku menyuruhmu keluar.” Ucap Nyonya No.

Nyonya No lalu memberikan kartu kredit yang pernah diberikannya ke Ji An.  Awalnya Ji Soo menolak. Ia bilang tidak butuh kartu kredit. Tapi Nyonya No memaksa Ji Soo menerimanya. Nyonya No bilang, terserah jika Ji Soo mau menggunakannya atau tidak. Jadilah, Ji Soo menerima kartu kredit itu.


Saat sarapan, Do Kyung minta maaf karena pulang telat kemarin sehingga ia tidak bisa menemui kakeknya.  Seohyun memberitahu Do Kyung, kalau kakek sangat senang bertemu Ji Soo. Do Kyung pun senang mendengarnya.

Nyonya No lalu membahas soal So Ra yang akan segera balik ke Korea. Nyonya No menyuruh Do Kyung segera menghubungi So Ra.


Ji Soo penasaran siapa So Ra itu. Nyonya No bilang, So Ra adalah calon kakak ipar Ji Soo. Ji Soo pun kaget mengetahui Do Kyung sudah punya pacar. Ji Soo lalu bertanya, kenapa sang ibu membahas soal So Ra. Do Kyung bilang, akan memberitahu Ji Soo nanti.


Do Kyung kembali ke kamarnya dan mengemasi boneka kayu Ji An.


Setelah itu, Do Kyung kembali bekerja seperti biasa. Do Kyung juga tak lupa menghubungi So Ra.


Ji An lagi sibuk mengamplas ketika Hyuk datang. Hyuk menyapa Ji An. Tapi Ji An minta Hyuk tidak mengganggunya sebentar.

“Kudengar kau membuat sesuatu kemarin.” Ucap Hyuk. Ji An diam saja dan terus focus mengamplas. Hyuk pun melirik si pemilik tempat (sy masih belum tahu namanya). Si pemilik pun menunjukkan meja rias hasil karya Ji An.


Hyuk melihat hasil karya Ji An. Hyuk menyukainya dan berkata Ji An bisa menjualnya. Ji An pun menjawab, kalau boss nya belum melihat hasil karyanya itu.

“Aku sudah melihatnya. Kau begitu tangkas sehingga kau bisa menjadi asistenku.” Jawab si boss.

“Sepertinya kau masih tangkas.” Puji Hyuk.

“Ngomong-ngomong, kau juga harus menjual furniture lengkap. Berapa banyak jumlah yang kau miliki?” tanya Ji An.

Hyuk pun tersenyum mendengar pertanyaan Ji An.


Beralih ke Nyonya Yang yang mengaku pada Tuan Seo kalau ia menemui Tuan Choi kemarin. Nyonya Yang bertanya, kenapa Tuan Seo tidak bilang kalau sudah berbicara dengan Tuan Choi beberapa hari lalu. Nyonya Yang lalu memberitahu Tuan Seo kalau Tuan Choi sudah memaafkan mereka.

Tuan Seo membenarkan, kalau Tuan Choi memang sudah memaafkan mereka.

Nyonya Yang lalu berkata, kalau ia akan bekerja di restoran sampai mereka menemukan penggantinya.

Tuan Seo lantas bangkit dari duduknya. Ia bilang, mau mandi.

“Apa kau baik-baik saja? Apa itu karena kau sudah tidak cemas lagi?” tanya Nyonya Yang.


Di toko, Boss Kang lagi melamun di depan roti2nya. Tak lama, Ji Soo datang dan menyuruh Boss Kang mengantarkan roti ke kafe Hee. Tapi Boss Kang malah balik menyuruh Ji Soo mengantarkan roti itu. Boss Kang juga menyuruh Ji Soo memberitahu Hee, kalau mereka tidak akan memasok roti lagi ke kafe Hee.

Ji Soo terkejut, kenapa?

“Ucapkan selamat tinggal kepadanya.” Ucap Boss Kang, lalu pergi ke dapur.


Ji Soo mengantarkan roti ke kafe Hee. Hee terkejut saat Ji Soo bilang kalau toko mereka tidak akan memasok roti lagi ke kafenya. Ji Soo ingin menanyakan penyebabnya, tapi gak jadi karena takut Hee tersinggung. Hee lalu menyerahkan uang penjualan rotinya. Ji Soo pun menerima uang itu seraya berkata kalau ia akan sering datang untuk minum kopi.


Setelah Ji Soo pergi, Hee pun menghela napasnya. Sorot matanya nampak sedih.


Dari luar kafe, Ji Soo melihat Hee yang kecewa. Ji Soo heran, kenapa Hee menolak pria sebaik Boss Kang.


Boss Kang sendiri masih terlihat lesu. Ji Soo penasaran, kenapa Boss Kang menyerah mengejar Hee. Boss Kang menjawab pelan, karena Hee tidak menyukainya. Ji Soo terdiam. Boss Kang lalu beranjak membuka tokonya.


Hyuk di kantornya, teringat saran Ji An kalau ia harus menjual furniture lengkap. Hyuk pun menyambar buku sketsa nya dan bergegas ke toko perabotan menemui Ji An. Hyuk membuka buku sketsa nya dan menyuruh Ji An memilih satu desainnya.

Hyuk lantas mengambil sepapan kayu dan berkata pada Ji An kalau dia akan menggunakan kayu rosewood.

“Sudah lama aku tidak melihat rosewood.” Ucap Ji An sambil mengelus kayu itu.

“Aku akan membuat satu desain untuk pria dan satu untuk wanita. Sudahkah kau memilih desain untuk wanita?” tanya Hyuk.

“Guru kami mengatakan bahwa kita harus merancang perabotan berdasarkan gaya hidup dan kerpribadian pengguna.” Jawab Ji An.

“Dia baik hati atau dia punya pemikiran sederhana? Aku tidak tahu bagaimana dia sebenarnya.” ucap Hyuk.

“Bagaimana kalau ikan?” usul Ji An.

“Itu ide yang bagus. Lalu kenapa kau tidak mulai menggambarnya? Itu idemu jadi kau yang harus menggambarnya. Buku desain ada di sana.” Jawab Hyuk.


Ji An pun terdiam memandangi buku sketsa di belakangnya. Hyuk lalu pergi meninggalkan Ji An. Setelah Hyuk pergi, Ji An pun mulai meraih buku sketsa itu dan menatap buku sketsanya dengan tatapan yakin.


Tuan Seo keluar dari pemandian umum. Sehabis dari pemandian umum, Tuan Seo duduk di bangku taman. Tuan Seo terdiam melihat beberapa pasangan ayah dan anak, serta ayah dengan ibunya yang lalu lalang di hadapannya.


Ingatan Tuan Seo kemudian melayang pada Ji An yang memilih hidup sendiri tanpa keluarga.


Beralih ke Ji Ho yang dihubungi Seohyun pas dia lagi kerja di department store. Seohyun berencana datang ke klub tempat Ji Ho kerja malam ini. Ji Ho pun protes Seohyun mau datang ke klub tempatnya bekerja. Seohyun beralasan, itu karena sekarang dia sudah tidak memiliki pengawal lagi.

“Aku tidak bekerja malam ini.” ucap Ji Ho.

“Kalau begitu, bisakah kau menjadi pengawalku? Aku akan membayarmu.” Jawab Seohyun.

“Aku tidak mau terlibat denganmu lagi.” Ucap Ji Ho, lalu mau mematikan panggilan Seohyun tapi gak jadi karena Seohyun menyebut2 nama Ji Soo.

Ji Ho panic, ia pikir terjadi sesuatu dengan kakaknya itu. Seohyun pun berkata, akan memberitahu Ji Ho nanti setelah mereka bertemu.


Ji An menunjukkan desainnya pada Hyuk. Hyuk memuji desain Ji An, lalu menyodorkan sepapan kayu pada Ji An dan menyuruh Ji An menggambar di atas kayu itu.


Do Kyung meninggalkan sebuah bingkisan untuk Ji An di pagar rumah Hyuk.


Seohyun menunggu Ji Ho di tepi jalan. Tak lama, Ji Ho datang dan langsung mengomeli Seohyun. Ia tidak percaya saat Seohyun mengaku Ji Soo membuat Seohyun stress. Ji Ho bilang, Ji Soo tidak pernah menyulitkan orang lain. Terakhir, ia menuduh Seohyun yang sudah menyulitkan Ji Soo.

“Aku tidak percaya ini.” dengus Seohyun kesal.

“Cepat katakan padaku.” Suruh Ji Ho.

“Semua orang di keluargaku, kakek, ayah, ibu dan kakakku hanya berbicara tentang Ji Soo. Mereka membiarkan dia melanggar peraturan di keluarga kami. Bagaimana aku tidak stress? Hal itu adalah sesuatu yang tidak boleh dan tidak pernah terjadi dalam keluargaku. Aku diberitahu sepanjang hidupku kalau aku tidak boleh melakukan hal itu. “ protes Seohyun.

“Aku tidak tahu tentangmu. Aku lega karena kakakku hidup dengan baik.” Jawab Ji Ho.


Ji Ho lalu melirik wig Seohyun. Ji Ho mengambil wig itu dan berkata, kalau memakai wig seperti itu akan membuat Seohyun terlihat lebih menonjol. Seohyun membela diri dengan mengatakan kalau ia hanya sedang berusaha menyamarkan diri.

“Kau bilang melakukan ini untuk melepas stress, kan?” tanya Ji Ho.

“Menari adalah satu-satunya hal yang bisa kulakukan untuk menghilangkan stress.” Jawab Seohyun.

“Baiklah, aku akan membantumu melepaskan stress tapi kau harus membayarku 100 dollar.” Ucap Ji Ho.

“Sepakat.” Jawab Seohyun sembari tersenyum.