• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruby Ring Ep 48 Part 2

Sebelumnya...


Dongpal menyusul Jihyeok.

"Kapan kau datang? Bukankah seharusnya kau menelpon ayah dulu? Apakah sesuatu terjadi?" tanya Dongpal.

"Seperti apa? Seperti aku memberitahunya kau ayahku?"

"Bukan itu maksudku. Aku hanya penasaran dengan yang kalian bicarakan."

"Jangan khawatir. Aku tidak memberitahunya kau ayahku. Aku datang karena penasaran, seperti apa dia dan apakah dia bisa merawat ayahku yang kekanak-kanakan."

"Tapi... dia belum tahu tentang diriku, kan?" tanya Jihyeok lagi.

"Soal itu..."

"Jangan beritahu dia. Itulah satu-satunya jalan agar ayah bisa menikah dengannya."

"Jihyeok-ah."

"Aku sudah dewasa, ayah. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Jadi jangan beritahu dia."

Jihyeok tersenyum, lalu beranjak pergi. Dongpal pun menatap kepergian anaknya dengan perasaan bersalah.


Chorim datang. Dongpal berkata, kondisinya lebih baik setelah menghirup udara segar. Dongpal lantas berniat mengatakan kebenarannya, bahwa ia sudah memiliki anak. Tapi belum sempat bicara, Chorim keburu memarahinya. Chorim menuding dirinya habis dari tempat wanita lain.

"Wanita lain? Kurasa itu benar." jawab Dongpal.

"No Dongpal, no...."

"Aku bersama kakakmu. Dia menyuruhku pindah ke tempatmu dan memberiku kepiting dan tulang iga."

"Dia melakukannya?"

"Bersikap baiklah padanya."

"Jangan menyeretku ke dalam masalah ini.  Kaulah yang mendapatkan makanan."

"Karena pasangan itu satu jiwa dan satu tubuh. Kau tidak tahu?" Dongpal lalu merangkul Chorim.


Jihyeok pulang ke rumah dan mendapati Daepung lagi baringan sambil maskeran. Jihyeok duduk disamping Daepung dan menghela napasnya. Daepung langsung bangun dan bertanya kenapa  Jihyeok menghela nafas.

Jihyeok pun cerita soal ayahnya. Ia berkata, bahwa dirinya cemas jika pacar ayahnya meninggalkan ayahnya setelah mengetahui sang ayah sudah memiliki anak.

"Setelah mereka menikah dan memiliki anak, meskipun dia mengetahui soal dirimu, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Dia bukan wanita berhati dingin yang tega meninggalkan bayinya." jawab Daepung.

"Tapi dia berbeda dari ibuku, kan?" tanya Jihyeok.

"Kurasa benar." jawab Daepung.

Daepung lalu mengajak Jihyeok makan. Tapi Jihyeok mengaku tidak lapar dan beranjak pergi. Sorot mata Jihyeok nampak sedih, meskipun mulutnya tersenyum.


Gyeong Min sudah berada di ruangannya. Tak lama kemudian, ia dikagetkan dengan Roo Na yang menerobos masuk ke ruangannya.

"Darimana saja dirimu? Kenapa tidak menjawab teleponku? Kau bilang, mau meeting. Apa yang kalian berdua lakukan!"

Gyeong Min langsung beranjak dari duduknya dan menutup pintu.

"Ada apa denganmu?" tanya Gyeong Min.

"Itulah yang mau kutanyakan padamu. Meeting? Kau pergi dengan Roo Na!"

"Kami meeting diluar. Apa kau marah karena kami tidak meeting dengan pintu terbuka dan bersama sisa karyawan yang hadir? Itukah sebabnya kau menerobos masuk ke sini dan meneriakiku tanpa berpikir apa yang akan dipikirkan karyawan tentang kita?"


"Kau tidak punya hak meninggikan suaramu padaku. Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku? Katakan padaku, kenapa kau tidak menjawab teleponku."

"Karena aku sedang meeting! Karena aku tahu apa yang akan kau katakan jika aku menjawabnya!"

"Kenapa kau seperti ini padaku?" tanya Roo Na.

"Roo Bi, apa yang kau cemaskan?" tanya Gyeong Min.

"Aku sudah bilang padamu, aku tidak suka kau berduaan dengan Roo Na!"

"Roo Na adalah adik iparku. Dia bukan gadis lain, dia adikmu. Aku, Bae Gyeong Min, mencintaimu dan menikahimu. Aku tidak mau bertengkar denganmu di kantor, jadi tolong tunjukkan sikap hormatmu.  Caramu bersikap sekarang menunjukkan bahwa dirimu bukan Jeong Roo Bi."

Gyeong Min pun mengambil jasnya dan beranjak pergi.


"Aku bukan Jeong Roo Bi... aku?" tanya Roo Na. Tangisnya pun keluar.

*Sepertinya Roo Na sudah menganggap kalau dirinya benar-benar Jeong Roo Bi.


Di mobil, Gyeong Min memikirkan kata-kata Roo Bi tadi.

Di kamarnya, Roo Bi menangis teringat puisi favoritnya.

"Ini aku, Gyeong Min-ssi. Ruby."


Chorim memberitahu Gilja bahwa ia sudah siap menikah dengan Dongpal. Gilja pun berkata, tentang Dongpal yang cemas dengan kondisi rumahnya yang kecil. Gilja juga bilang, ia menyuruh Dongpal pindah ke rumah mereka setelah menikah nanti. Chorim tidak setuju, tapi sedetik kemudian ia terdiam memikirkan biaya sewa rumah yang tidaklah murah.


Begitu masuk ke kamar, Gyeong Min mendapati Roo Na sedang menenggak wine. Ia pun mengingatkan Roo Na, bahwa besok mereka harus menghadiri seminar jadi Roo Na tidak boleh mabuk.

"Jangan khawatir. Aku tetap akan pergi. Jika aku tidak melakukannya, kau akan marah lagi padaku." jawab Roo Na.

Roo Na lalu bertanya, apa yang harus ia lakukan agar bisa menjadi Jeong Roo Bi yang sangat dicintai Gyeong Min.


Keesokan harinya, Roo Na terbangun dan mendapati Gyeong Min sudah duduk di depan cermin.

"Kau tidak perlu pergi. Aku sudah membuat penjelasan kenapa kau tidak pergi." ucap Gyeong Min.

"Aku akan tetap pergi." jawab Roo Na, lalu beranjak ke toilet.

Gyeong Min pun memikirkan kata-kata Roo Na semalam.

"Apa yang harus kulakukan agar bisa menjadi Jeong Roo Bi yang kau cintai?"

Itu membuat Gyeong Min tambah bingung.


Tak lama kemudian, Roo Na keluar dari kamar mandi dan menghampiri Gyeong Min. Ia minta maaf karena sikapnya agak kasar kemarin. Ia menjelaskan, bahwa dirinya bersikap seperti itu karena sangat mencintai Gyeong Min.

"Tapi kau juga harus berhati-hati. Bagaimana kalau orang-orang menyebarkan rumor yang tidak benar antara kau dan Roo Na?"

"Bukankah seharusnya kita saling percaya sebagai pasangan? Kau sendiri yang mengatakannya, tidak peduli apapun, kau ingin aku berada di pihakmu. Sekarang aku meminta hal yang sama."

"Itulah kenapa aku meminta maaf, jadi berhentilah marah padaku. Kau akan bertemu dengan karyawanmu. Tidak baik jika kau masih marah padaku." jawab Roo Na.

Roo Na lalu memeluk Gyeong Min.


"Apa yang terjadi pada kita? Wae? Wae?" batin Gyeong Min dengan mata berkaca-kaca.

Bersambung......

Ruby Ring Ep 48 Part 1

Sebelumnya...


Roo Na buru-buru keluar dari lift. Ia pun berusaha sabar mendengar omongan orang-orang tentang dirinya terkait insiden itu.


Sementara itu, Roo Bi sedang main tebak-tebakkan bersama Jin Hee, Seokho dan Hyeryeon.

Tak lama kemudian, Roo Na datang. Hyeryeon memuji Roo Bi sebagai orang yang menyenangkan. Karena Roo Na sudah kembali, Seokho pun merasa mereka semua harus merayakannya dengan makan malam. Jin Hee mengingatkan Seokho, kalau mereka sudah makan malam di kantor dua hari yang lalu.

Mereka semua pun kembali bekerja.


Roo Na menatap Roo Bi dengan wajah penasaran. Tak lama kemudian, Roo Bi pun menatap Roo Na.

"Wae? Kau merasa aneh melihatku duduk disini?" tanya Roo Bi.

"Kau cocok duduk disitu." jawab Roo Na.

Roo Na lalu balas bertanya. Ia bertanya, apa pekerjaannya menyenangkan?


"Jangan memulai. Dia sudah bekerja cukup keras. Proposalnya memenangkan hadiah utama." ucap Jin Hee.


"Berhentilah menyanjungku. Aku malu." jawab Roo Bi.

"Itu benar! Sanjungan bisa membuat seseorang menjadi arogan!" sentak Roo Na.


Mereka kemudian rapat bersama Gyeong Min dan staff lain.

"Jadi anda akan terlibat langsung dalam proyek Nona Jeong Roo Na?" tanya Jin Hee.

"Gyeong Min-ssi, maksudku, Wakil Presdir Bae, Tim Pemasaran bisa menanganinya." ucap Roo Na.

"Untuk mengaturnya, aku harus terlibat langsung. Dengan sesekali terlibat dalam proyek, aku bisa mengawasi apa yang terjadi pada proyeknya. Hari-hari ketika para direktur hanya bisa duduk dan memberikan tandatangan itu sudah lewat. Aku sendiri secara pribadi tertarik dengan gagasan Nona Jeong Roo Na. Jadi, Nona Jeong Roo Bi dan Nona Seo Jin Hee bisa fokus pada dua project lainnya." jawab Gyeong Min.


"Jadi dengan kata lain, Nona Jeong Roo Na akan seruangan dengan anda, Wakil Presdir?" tanya Jin Hee.

"Selama proyek ini berjalan, aku adalah Kepala Tim." jawab Gyeong Min.


Roo Na pun tak bisa berkutik lagi. Dari tempat duduknya, Roo Bi menatap Roo Na dengan tatapan puas.


Di toilet, dua karyawan menggosipkan Roo Na.

"Dia punya keberanian, kembali bekerja setelah kegagalan itu." ucap karyawan 1.

"Dia punya banyak uang." jawab karyawan 2.

"Nona Seo kehilangan promosi karena dirinya. Bahkan kudengar, adiknya dulu reporter di TV kabel. Tapi sekarang, dia masuk ke divisi pemasaran. Sementara kita harus melakukan ini itu yang sangat melelahkan." ucap karyawan 1.

Mereka pun berhenti mengoceh dan langsung pergi ketika Roo Na tiba-tiba muncul.

"Mereka bahkan tidak tahu apa2, tapi berani mengoceh." gerutu Roo Na. Roo Bi pun muncul.


"Jadi kau akan menangani proyek ini hanya berdua dengan Gyeong Min?" tanya Roo Na.

"Aku tidak punya pilihan. Wae? Kau merasa terganggu?" jawab Roo Bi.

"Kau pikir aku tidak tahu kebiasaan lamamu?" ucap Roo Na.

"Kau takut kalau aku dan Gyeong Min bermain di belakangmu? Ini bukan drama, kau sangat aneh." jawab Roo Bi sembari tertawa.

".. tapi menggoda laki-laki adalah satu-satunya hal yang aku kuasai. Dan suamimu dari semua orang? Kau sangat aneh." ucap Roo Bi lagi.


Lalu, tatapan Roo Bi pun berubah tajam.

"Tapi Jeong Roo Na, itulah yang sama persis yang sedang kau lakukan." lanjut Roo Bi, dalam hati.


Roo Bi lalu memegang lengan Roo Na.

"Eonni, semua orang berpikir aku bekerja disini karena koneksi. Jadi, bantulah aku sedikit saja." pinta Roo Bi.


Roo Na menepis tangan Roo Bi. Ia meminta Roo Bi menjaga sikap karena semua orang memperhatikan mereka.

Roo Bi mengangguk. Lalu, Roo Na beranjak pergi.

"Tunggulah Jeong Roo Na. Akan kubuat kau merasakan sakit yang kurasakan." ucap Roo Bi dalam hati sambil menatap tajam kepergian Roo Na.

Di kantor, Roo Na masih terlihat gelisah memikirkan Roo Bi dan Gyeong Min. Jin Hee mendekati Roo Na. Ia bertanya, apa Roo Na takut Roo Bi dan Gyeong Min punya affair.

Mendengar itu, Roo Na pun marah. Jin Hee berkata kalau dia hanya bercanda. Jin Hee juga heran kenapa belakangan ini Roo Na mudah sekali tersinggung.

"Mian, aku mendengar omongan yang tidak mengenakkan di toilet." jawab Roo Na.

"Abaikan saja. Bukan hanya kau yang tidak sengaja mendengar omongan mereka. Aku mendengar semua yang mereka katakan." ucap Jin Hee.


In Soo datang, mencari Roo Bi. Ia terkejut mendengar Roo Bi sedang meeting hanya berdua dengan Gyeong Min.


In Soo lalu pergi. Roo Na pun bergegas menyusul In Soo.

"Kapan kau akan menikahi Roo Bi?" tanya Roo Na.

"Kalau waktunya tiba." jawab In Soo.

"Tentang Roo Bi, apa kau menangkap sesuatu yang aneh darinya. Dia terlihat berbeda. Apa mungkin...?"

"Maksudmu ingatannya kembali?" tanya In Soo.

"Jika ingatannya kembali, tidak akan bagus untukmu. Jadi tolong awasi dia." pinta Roo Na.

Setelah mengatakan itu, Roo Na pun pergi meninggalkan In Soo yang tampak cemas.


Habis dari In Soo, Roo Na pergi ke ruangan Gyeong Min. Ia pun terbelalak karena tidak menemukan Gyeong Min dan Roo Bi di sana. Ia juga menanyakan keberadaan Gyeong Min pada seketaris Gyeong Min, tapi seketaris Gyeong Min mengaku tidak tahu.


Gyeong Min dan Roo Bi ada di sebuah perpustakaan. Gyeong Min menjelaskan, ia sengaja mengajak Roo Bi meeting di sana karena takut Roo Bi tidak akan nyaman di ruangannya.

"Aku tidak masalah bekerja di kantormu." jawab Roo Bi.

"Tapi ini musim gugur. Kau bisa lebih produktif disini daripada di ruanganku yang pengap." ucap Gyeong Min.

Gyeong Min pun membacakan sebuah sajak.  Pohon-pohon itu terlihat indah di musim gugur. Jalur hutannya kering. Dibawah senja di Bulan Oktober, cermin langit masih....

Gyeong Min lupa sajak berikutnya. Roo Bi pun melanjutkan sajaknya.

"Diatas air yang melimpah diantara bebatuan. Musim gugur ke-19 telah menantiku."

Gyeong Min pun terkejut Roo Bi tahu puisi itu.

"Karena ini puisi favoritnya... Roo Bi eonni-ya." jawab Roo Bi.


Gyeong Min lantas berusaha mengingat-ingat nama pengarangnya.

"Yeats. William Butler Yeats." jawab Roo Bi.

Gyeong Min terpana...

"Aku tidak menyangka kau dan Roo Bi memiliki banyak kesamaan." ucap Gyeong Min.


"Kami mungkin memang mirip, tapi aku tidak bisa menjadi Jeong Roo Bi. Aku mencemaskan dirimu dan Roo Bi. Kalian pasangan yang serasi, tapi nampaknya memiliki masalah. Jangan membenci Roo Bi." jawab Roo Bi.

"Benci? Kenapa aku harus membencinya?" tanya Gyeong Min.

"Suatu hari, cinta kalian akan berakhir dan hanya menyisakan kebencian." jawab Roo Bi.

"Apakah itu sebabnya kau ragu-ragu mengambil keputusan menikah dengan In Soo? Karena aku dan Roo Bi nampak tidak bahagia?" tanya Gyeong Min.

"Apakah kau 100% yakin saat menikahi Roo Bi? Apa kau tidak memiliki keraguan sedikit pun bahwa dia lah orangnya?" tanya Roo Bi.

"Ini sedikit memalukan untuk mengakuinya tapi aku yakin dia orangnya." jawab Gyeong Min.

"Meskipun dia melakukan kesalahan fatal, kau bisa memaafkannya?" tanya Roo Bi.

"Apa yang membuatmu mengatakan itu?" tanya Gyeong Min bingung.


"Karena tidak seorang pun yang bisa memprediksi masa depan." jawab Roo Bi.

"Aku tidak mengerti. Aku pikir hanya Roo Bi tapi kau juga sama. Kalian berdua sangat mirip kadang- kadang tapi sangat berbeda di lain waktu." ucap Gyeong Min.

"Aku tahu. Kau dan In Soo tidak berubah, jadi kenapa aku dan kakakku berubah?" tanya Roo Bi.

Sekali lagi, Roo Bi membuat Gyeong Min salah tingkah dengan kata-katanya.

Lalu, ponsel Gyeong Min berdering. Telepon dari Roo Na. Tak enak pada Roo Bi, Gyeong Min pun memilih menolak panggilan Roo Na.


Di ruangan Gyeong Min, Roo Na panic lantaran tidak bisa menghubungi Gyeong Min. Tak bisa menghubungi Gyeong Min, Roo Na pun menghubungi Roo Bi tapi Seokho lah yang menjawab. Seokho bilang, Roo Bi tidak membawa ponselnya. Roo Na pun menjadi semakin panik.

-Di restoran-


"Soyeong-ah, apa Gilja pergi ke suatu tempat?" tanya Chorim.

"Dia bilang, dia harus pulang sebentar." jawab Soyoung.

"Kenapa? Untuk apa?" tanya Chorim.


Jihyeok datang. Begitu masuk restoran, Jihyeok terus saja memperhatikan Chorim. Chorim pun menyuruh Jihyeok duduk. Soyoung langsung melayani Jihyeok dengan wajah berseri-seri.


Chorim menghubungi Dongpal. Ia kesal karena Dongpal tak bisa dihubungi. Jihyeok terus menatap Chorim. Chorim balas menatap Jihyeok dan memuji ketampanan Jihyeok.


Gilja sendiri ada di rumah, bersama Dongpal. Ia memberikan sisa lauk kemarin pada Dongpal.

"Kudengar pamanmu tinggal bersamamu. Karena hanya ada dua laki-laki di rumah, aku yakin kau hanya memasak seadanya. Aku juga minta maaf atas sikapku kemarin. Gyeong Min dan In Soo adalah menantuku, tapi kau..."

"Aku tahu posisiku. Aku tidak pantas menerima kebaikanmu." jawab Dongpal.

"Aku sudah lama mengenalmu. Tentu saja kau tidak seperti mereka bagiku. Tapi jangan hiraukan yang kupikirkan. Buat saja rencana untuk hidupmu dan Chorim." ucap Gilja.

Dongpal ingin mengaku, bahwa dirinya sudah memiliki anak. Tapi, ia bingung bagaimana cara mengatakannya. Gilja pun mengira, Dongpal ingin mengatakan soal rumah. Gilja menyuruh Dongpal dan Chorim tinggal di rumahnya setelah Roo Bi menikah. Gilja bilang, nantinya Dongpal bisa menabung untuk membeli rumah sendiri

"Aku sungguh malu." ucap Dongpal.

"Jangan bilang begitu. Tugasmu hanya membuat Chorim bahagia." jawab Gilja.


Sambil makan, Jihyeok terus memperhatikan Chorim yang asyik main game dengan Soyoung. Tak lama kemudian, ia melihat Chorim yang kesal karena ayahnya tidak bisa dihubungi. Chorim menduga, Dongpal sedang bersama gadis lain.

Lalu, seekor lalat tiba2 saja seliweran di depannya. Chorim pun langsung memburu lalat itu, membuat

Jihyeok agak kaget. Jihyeok bahkan sampai kesedak melihat aksi Chorim memburu si lalat.

"Kau baik-baik saja?" tanya Chorim.

Jihyeok mengangguk.

"Nama lainmu bukan kumbang kotoran kan?" tanya Chorim, membuat Jihyeok kesedak lagi.

"Berhenti mengganggunya, eonni." ucap Soyoung.

"Kami juga memiliki kumbang kotoran di tempat kami." jawab Jihyeok.

"Dia tampan, tapi aku tidak menyangka dia ternyata juga menyenangkan." ucap Chorim.

Chorim lalu menyuruh Soyoung mengambil soda untuk Jihyeok.


Tak lama kemudian, Dongpal pun datang. Ia terkejut melihat Jihyeok di sana.

Begitu Dongpal datang, Chorim langsung memarahi Dongpal karena tidak menjawab teleponnya. Jihyeok langsung pergi.


Dongpal pun penasaran apa yang mereka bicarakan. Chorim bilang, Jihyeok orang yang sangat menyenangkan.

Dongpal lalu pura-pura sakit perut. Ia pun bergegas pergi dengan alasan mau membeli obat di apotik.

Bersambung ke part 2.............