Roo Na terkejut saat Roo Bi menyuruhnya berpisah dari Gyeong Min.
"Wae? Kau tidak bisa melakukannya?" tanya Roo Bi.
"Aku mencintai Gyeong Min." jawab Roo Na.
"Sarang? Satu-satunya yang kau cintai hanya dirimu sendiri!" ucap Roo Bi.
"Aniya, aku mencintai Gyeong Min." jawab Roo Na.
"Gyeong Min-ssi! Gyeong Min-ssi! Jangan sebut namanya. Kau tidak berhak. Kau tidak mencintai Gyeong Min. Kau tidak mengerti? Kau menyukai hartanya. Kau suka hidup sebagai istri pewaris JM Group. Kau pikir aku tidak tahu?" ucap Roo Bi.
"Tidak lagi, tidak. Aku pernah mengandung anaknya sekali. Aku mencintainya sekarang. Dia suamiku. Kau harus percaya padaku, eonni." jawab Roo Na.
PLAAAK!!
Roo Bi menampar Roo Na.
"Suami? Anak? Berani sekali dirimu. Alasanmu tidak bisa diterima. Kau juga pernah mengandung anak In Soo. Kau bahkan berjanji menikah denganya. Lalu apa yang terjadi? Kau lupa? Kau memohon padaku, untuk menemanimu ke rumah sakit karena kau ingin menggugurkan bayimu. Kau mencampakkan In Soo. Sarang? Kau!"
"Aku tahu, tapi aku sudah berubah. Aku bahkan berniat mengakhiri hidupku. Aku sudah berubah, eonni. Tunggulah. Aku akan menjadi budakmu selamanya sampai aku bisa menebus semua dosaku. Aku tahu, aku tidak akan bisa menebusnya dengan hidupku. Tapi pikirkan lah. Jika kau mengatakan yang sebenarnya sekarang, apa yang akan terjadi pada kita? Pikirkan ibu dan bibi."
"Aku akan mengembalikan semuanya ke tempatnya. Potongan teka teki yang coba kau susun ulang, aku akan mengembalikan ke asalnya."
Roo Na langsung menangis.
Ia memohon agar Roo Bi menyelamatkannya.
Ia juga mengaku tidak mau kembali menjadi Roo Na yang dulu.
Roo Bi pun terdiam.
Melihat Roo Bi diam, Roo Na pun yakin Roo Bi akan menolongnya. Ia berkata, bahwa dirinya tidak akan hancur semudah itu.
"Jangan mengetesku, Jeong Roo Na. Aku tidak akan tertipu lagi. Aku akan merebut 'The Jeong Roo Bi Show'. "
*Loh? Itu mereka ribut-ribut di kamar, yang diluar kok gk denger yaa? Aneh...
Diluar, Gilja bertanya pada Gyeong Min kapan Gyeong Min akan membawa Roo Na pulang.
Gyeong Min berkata, akan lebih baik bagi Roo Na jika dia tinggal dengan Gilja untuk beberapa hari lagi.
Gilja setuju.
Tak hanya itu, Gilja juga meminta Gyeong Min memberikan pengertian pada Tuan Bae dan Nyonya Park.
"Kau tidak marah padaku atas apa yang kukatakan tadi kan? Aku tahu, ini juga sulit untukmu. Mungkin ini lebih buruk dari yang kubayangkan tapi Roo Bi putriku. Izinkan aku memintanya padamu. Tolong berikan dia satu kesempatan lagi."
"Aku mengerti." jawab Gyeong Min.
Gyeong Min lantas pamit.
Gilja pun langsung memanggil Roo Bi dan Roo Na. Tapi Gyeong Min melarang dan meminta Gilja tidak mengganggu mereka karena yakin mereka sangat lelah.
Nenek sudah mulai lelah. Tuan Bae menyuruh nenek istirahat.
Nenek pun heran karena masih belum ada kabar dari Gyeong Min.
Nyonya Park yakin kalau Gyeong Min sedang bersama Roo Na saat ini.
"Jadi Roo Bi tinggal di tempat ibunya?" tanya nenek.
"Roo Bi pasti masih terkejut dengan semua ini jadi dia mungkin akan tinggal dengan ibunya untuk menenangkan diri." jawab Nyonya Park.
Nenek pun tidak mengerti kenapa Roo Na terus saja menciptakan masalah.
Tak lama kemudian, berita soal Roo Na yang membuat Jiyeon batal bunuh diri pun muncul di TV.
Nenek pun langsung menyuruh Nyonya Park mengeraskan volume TV.
Di apartemennya, In Soo juga sedang menyaksikan berita itu.
Roo Na dan keluarganya pun juga sedang menyaksikan berita itu.
Chorim dan Soyoung langsung memuji Roo Na.
Roo Na perlahan-lahan tersenyum.
"Ini belum berakhir. Ini awal yang baru." batin Roo Na.
Roo Bi pun menatap kesal Roo Na.
"Kau pasti berpikir bahwa kau sudah menang. Tapi berapa lama kau mampu mengecap rasa manis kemenangan terakhirmu?" batin Roo Bi.
Ketika Roo Na menatapnya, Roo Bi pun tersenyum jijik.
Sementara Roo Na langsung bersikap waspada.
Gyeong Min sendiri menenangkan dirinya di tepi Sungai Han.
"Roo Bi, aku tidak bisa membiarkan dia menghancurkan hidupnya sendiri. Aku tidak bisa kehilangan dia seperti ini. Berikan dia kesempatan, Bae Gyeong Min. Berikan juga dirimu satu kesempatan." ucap Gyeong Min.
Di kamarnya, In Soo sedang memikirkan Roo Na dan Roo Bi.
Ia yakin Roo Na berniat bunuh diri pada awalnya.
"Tapi kenapa? Kenapa dia menjawab telepon Jin Hee dan menyelamatkan anak itu? Dia pasti melihat ini sebagai suatu kesempatan untuk kembali. Lalu bagaimana dengan Roo Bi? Apa yang akan terjadi padanya?"
Chorim sudah mau tidur. Tapi Soyoung malah mengajaknya bicara.
Soyoung bingung bagaimana harus memulainya.
"Kalau tidak ada yang mau kau bicarakan, cepat tidur!" suruh Chorim.
Soyoung pun jadi malas bicara dan memutuskan tidur.
Tapi Chorim yang penasaran dengan apa yang mau dikatakan Soyoung pun, akhirnya bangun dan menyuruh Soyoung bicara.
Sesuai dugaan saya, Soyoung mau membicarakan Dongpal.
Soyoung bilang, bahwa Dongpal sangat mencintai Chorim.
Tapi Chorim tak peduli dan menyuruh Soyoung berhenti menyebut Dongpal di depannya.
"Di film jaman dulu, orang-orang mati hanya karena cinta." ucap Soyoung.
"Berhenti bicara omong kosong dan matikan lampunya!" teriak Chorim.
Terpaksalah Soyoung bangkit dan mematikan lampu.
Chorim kemudian berbaring, membelakangi Soyoung tapi kata-kata Soyoung membuat dirinya tidak bisa tidur.
Roo Bi dan Roo Na sudah siap berangkat kerja.
Gilja dan Chorim senang melihat mereka.
Chorim bahkan ingin menangis saking terharunya melihat mereka karena sudah lama tidak melihat mereka pergi bareng seperti itu.
Roo Bi pamit.
Chorim lalu berkata, melihat mereka pergi bareng membuatnya teringat akan kecelakaan itu.
Gilja pun marah mendengarnya.
Setelah Roo Bi dan Roo Na pergi, Gilja memarahi Chorim karena menyebut-nyebut kecelakaan itu lagi.
"Aku tahu aku tidak bisa menjaga mulutku." jawab Chorim.
Gilja lalu mengajak mereka kembali sarapan.
Roo Bi marah saat Roo Na mengaku akan kembali ke rumah Gyeong Min.
Roo Na beralasan, karena Gyeong Min adalah suaminya dan Tuan Bae serta Nyonya Park adalah mertuanya.
Roo Na juga menyuruh Roo Bi menyerah.
Tak hanya menyerah, Roo Na juga berusaha mempengaruhi Roo Bi dengan mengatakan bahwa tidak seorang pun akan bahagia jika kebenaran itu diungkap.
"Kau mengancamku?" tanya Roo Bi.
"Jangan kekanak-kanakan! Ini bukan ancaman! Ini kebenarannya! Kebenaran memang selalu menang tapi tidakkah kau tahu terkadang kebenaran dapat menjadi sebuah racun? Aku mengerti perasaanmu dan aku tahu aku sudah melakukan kesalahan, tapi jika kebenaran ini diungkap, keluarga kita akan terluka." jawab Roo Na.
Roo Na lantas menggenggam tangan Roo Bi dan meminta Roo Bi memaafkannya.
Roo Bi tambah kesal, apalagi saat ia melihat cincin ruby di jari Roo Na.
Bersambung ke part 2.........
0 Comments:
Post a Comment