The Great Show Ep 10 Part 3

Sebelumnya...


Soo Hyun rapat dengan timnya, membahas topic pekan ini.

Soo Hyun : Apa pendapat kalian tentang "Revitalisasi Pasar Tradisional" sebagai topik pekan ini untuk Majelis Umum?

Penulis Ma : Bagaimana dengan topik aslinya?

Soo Hyun : Mereka mengatasinya di Debat Tukar Pikiran kemarin. Ini hanya akan menjadi klise.

Penulis Ahn : Jadi, RUU mengenai revitalisasi pasar tradisional. Ini sudah dibuat.

Soo Hyun : Benar, tapi ada terlalu banyak kekurangan. Sudah ada rumor tentang kompleks mal yang dibangun di depan pasar kita.

Penulis Ma : Tidak mungkin. Orang tuamu mengelola restoran ayam goreng di sana, bukan? Mereka pasti sangat khawatir.


Penulis Ahn : Secara pribadi, aku tidak setuju dengan dikotomi bahwa pasar tradisional itu bagus dan kompleks mal itu kejahatan.

Penulis Ma : Aku juga. Aku tidak pernah ke pasar tradisional saat toserba tutup.

Soo Hyun : Itu benar. Kalian ada benarnya. Itu sebabnya kita harus mendebatkannya.


Joon Ho berkeliaran di pasar, membagikan kartu namanya pada warga.

Joon Ho : Aku adalah calon Penasihat, Kang Joon Ho.


Tak lama, Soo Hyun menelponnya.

Soo Hyun memberitahunya topic Debate pekan itu.

Joon Ho : Kedengarannya bagus. Aku tertarik dengan hal itu belakangan ini.

Soo Hyun : Kita akan mendiskusikan revitalisasi pasar tradisional pekan ini.

Joon Ho : Apa Dae Han menyarankan ini?

Soo Hyun : Tidak, kenapa?

Joon Ho : Kami adalah kandidat untuk Penasihat Pasar Inju. Dae Han dan aku.


Soo Hyun terkejut, aku tidak tahu. Kalau begitu, kurasa kita harus mengubahnya.

Joon Ho : Kenapa?

Soo Hyun : Acara kami bisa memengaruhi pemilihan kalian.

Joon Ho : Itu sebabnya aku lebih suka. Itu akan membantu pedagang membuat keputusan rasional setelah menyaksikan debat kami. Bukankah itu tujuan acara kita?

Soo Hyun : Benar, tapi... kau sadar bahwa kata-katamu di acara itu bisa digunakan untuk menentangmu di pemilihan umum, bukan?

Joon Ho : Aku yakin.


Soo Hyun : Kau masih tidak keberatan? Kau murah hati atau penuh percaya diri?

Joon Ho : Kurasa yang terakhir terdengar lebih baik.


Joon Ho lalu melihat Dae Han sedang membagikan kartu nama juga.

Joon Ho : Kalau begitu, aku akan bersiap untuk topik itu.

Joon Ho menutup teleponnya dan menghampiri Dae Han.


Dae Han : Kenapa pengacara pembantu berkeliaran saat jam kerja?

Joon Ho : Tentang firma hukum... aku berhenti baru-baru ini. Kukira aku tidak akan bisa mengerahkan segalanya jika aku harus kembali ke suatu tempat.

Dae Han : Begitukah? Kau harus begitu bertekad jika ingin terjun ke politik. Tapi aku sadar itu tidak cukup.

Joon Ho : Tentu saja tidak. Karena itu aku akan mengambil langkah untuk mempelajari hal lain. Itulah gunanya sekolah.

Dae Han : Pasar bukan tempat belajar. Ini tempat orang-orang berjuang untuk hidup mereka. Jangan merepotkan pedagang dengan determinasimu dan mundurlah dari Penasihat.


Joon Ho : Terima kasih atas sarannya, tapi aku tidak akan mundur. Aku yakin sudah memberitahumu. Aku akan mengerahkan segalanya.

Dae Han : Kau pandai berkata-kata. Tapi bukankah itu agak ironis, mengingat ayahmu akan mewariskan pekerjaan itu kepadamu?

Joon Ho : Aku tidak ingin orang mengatakan itu, jadi, aku akan mencalonkan diri sebagai kandidat independen.

Dae Han kaget.

Joon Ho : Kudengar topik debat pekan ini adalah Revitalisasi Pasar Tradisional. Aku akan menantikan argumenmu yang solid. Sampai jumpa.


Joon Ho beranjak pergi dan kembali membagikan kartu namanya. Dae Han kesal melihatnya.


Kita ke sekolah Da Jung ya gaes..

Guru : Karena hari ini tanggal 16, Nomor 16.

Mendengar itu, Da Jung langsung berdiri.

Guru : Ini Da Jung. Lupakan saja.

Da Jung : Tidak apa-apa. Aku bisa melakukannya.

Guru : Tidak apa-apa, duduklah. Kau pasti lelah.

Da Jung kembali duduk.

Guru : Lalu Nomor 26?


Min Ji menggerutu karena dia nomor 26. Dia lantas maju ke depan.


Da Jung tiba2 mual.

Guru : Han Da Jung. Kau baik-baik saja?

Da Jung tersenyum, aku baik-baik saja.


Min Ji kesal, apa ini? Akting?

Satu kelas lalu menertawakan Da Jung.


Seorang murid mendadak membela Da Jung.

"Hei. Pergilah ke depan dan pecahkan masalah." suruhnya ke Min Ji.

Min Ji kesal dan langsung ke depan.


Murid itu lalu menatap cemas Da Jung.


Da Jung di UKS sekarang.

Da Jung mengelus perutnya.

Da Jung : Cobalah menahan diri di sekolah. Aku merasa bersalah pada teman-temanku.


Ponsel Da Jung berbunyi. Notif masuk dari grup chat.

Teman2nya membully lagi. Kali ini membully calon anak Da Jung.

Min Ji mengirimkan foto seekor ikan.

Min Ji : Lihatlah foto anak Han Da Jung yang cantik ini.

"Itu menjijikkan. Jelek sekali!" sahut yang lain.
"Aku sangat terkejut." tambah lainnya.
"Apa? Seharusnya kau peringatkan kami dahulu. Aku hampir melempar ponselku!" ujar lainnya.
"Ikan sungut ganda" ucap lainnya.

Da Jung mulai kesal.


Dae Han masih di pasar, kali ini bersama Bong Joo. Mereka bicara sambil menikmati odeng.

Dae Han : Bagaimana menurutmu?

Bong Joo : Dalam hal apa?

Dae Han : Joon Ho berkampanye sebagai kandidat independen.

Bong Joo : Kurasa itu hanya bagian dari akting lainnya.

Dae Han : Akting?

Bong Joo : Meskipun dia ingin, apa Kang Kyung Hoon akan membiarkannya melakukan itu? Menjadi kandidat independen menurunkan peluang menang.

Dae Han : Benar.


Ponse Dae Han berdering.

Dae Han : Ya, ini Wi Dae Han.

"Anggota Dewan! Ini pria dari Serikat Pedagang. Bisakah kau datang ke toko Wakil Presdir secepat mungkin?"

Dae Han terkejut.


Dae Han dan Bong Joo lari ke resto Wakil Presdir. Si Wakil Presdir adalah pria itu.

Para warga sudah berkerumun di depan resto.

"Apa itu putra pemilik gedung? - Apa yang terjadi?" warga berkasak kusuk, bertanya2.

Dae Han dan Bong Joo masuk dan melihat keributan itu.

Pria itu : Apa maksudmu aku harus pindah? Kali terakhir, kau bilang kita harus memperbarui kontrak kita.

"Berapa kali harus kukatakan? Kubilang aku berubah pikiran." jawab seorang pria.

"Tetap saja! Jika kau meminta kami pergi tiba-tiba, itu artinya kau ingin kami mati!" ucap pria itu.


Melihat itu, Dae Han pun ingat saat ibunya diusir dari restoran oleh pemilik sewa.

Pria itu lantas memohon agar tidak diusir tapi si pemilik sewa tidak peduli dan bahkan mendorong pria itu.


Sontak Dae Han emosi dan langsung menyuruh pria itu minta maaf karena sudah bersikap kasar pada orang yg lebih tua.

Tapi pria itu tidak mau. Kesal, Dae Han memukul pria itu. Bong Joo pun langsung menenangkan Dae Han.

Seorang wanita merekam perkelahian itu.


Mereka pun berakhir di kantor polisi. Dae Han berkata, si pemilik sewa lah itulah yg salah dan dia hanya membela diri.

Si pemilik sewa berbohong.

"Omong kosong apa itu? Lihatlah wajahku. Detektif, aku tidak berniat berdamai dengan pria ini. Lakukan saja sesuai hukum."

Dae Han : Tentu, kenapa tidak? Mari kita lihat hukum memihak siapa.

Detektif : Aku mengerti situasinya, tapi kenapa kau melakukan kekerasan? Bagi seseorang yang dahulu anggota dewan.

Dae Han : Karena itulah aku terlibat. Hanya karena dia punya uang, anak muda ini merundung orang lain! Bagaimana bisa mantan Anggota Dewan hanya melihat?

Detektif : Jika kau memukul dia, apa pria itu tidak akan diusir?


Pemilik sewa : Aku akan menunggu sampai dia menemukan toko lain. Beraninya dia memanfaatkan orang lain untuk memukuliku? Kau akan diusir pada hari yang tertulis di kontrak!

Dae Han kesal dan berniat memukul si pemilik sewa lagi tapi pria itu dan Bong Joo langsung mencegahnya.

Detektif : Memang benar kau menyerang korban. Kau akan dituntut atas tindak pidana ringan.

Pemilik sewa : Ini bukan tindak pidana ringan.


Pak Jung dan Joon Ho datang.

Pak Jung : Wakil Presdir, kau baik-baik saja?

Pak Jung lalu tanya apa yang terjadi ke Dae Han.


Joon Ho : Mendorong adalah serangan. Penyerangan harus timbal balik.

Detektif : Siapa kau?

Joon Ho : Aku Kang Joon Ho, pengacara.


Dae Han dan pria itu pun akhirnya dibebaskan berkat Joon Ho.

Joon Ho : Kudengar dari istri anda menandatangani kontrak sewa yang ilegal.

Pria itu : Aku tidak punya pilihan. Tuan tanah memintanya. Di kontrak tertulis, sewa bulanannya 300 dolar, dan aku mengirimkannya 1.000 dolar ke rekening lain tiap bulan.

Joon Ho : Itu jelas ilegal dan merupakan penggelapan pajak. Jika dia sudah melakukan ini lebih dari 10 tahun, jumlah yang ditingkatkan pasti cukup besar.


Dae Han : Kalau begitu, kau bisa menggunakannya untuk negosiasi?

Joon Ho : Itu melanggar hukum.

Dae Han : Dia yang melanggar hukum, bukan Wakil Presdir.

Joon Ho : Sepertinya itu satu-satunya solusi saat ini. Masa sewa anda lebih dari 10 tahun dan tidak lagi berhak memperpanjang kontrak.


Pria itu lalu berterima kasih pada Joon Ho karena sudah membantunya.

Mendengar itu, Pak Jung langsung memuji Joon Ho.

Pak Jung : Aku tidak tahu apa pun, tapi sepertinya Pak Kang menyelesaikan semuanya.

Dae Han kesal mendengarnya.

Pria itu juga terima kasih pada Dae Han.

Dae Han : Aku tidak melakukan apa pun.

Pria itu : Tidak benar. Kau tidak tahu betapa menghiburnya memiliki seseorang yang marah bersamamu. Sungguh, terima kasih.

Bersambung ke part 4...

0 Comments:

Post a Comment