Adamas Eps 1 Part 1

 All Content From tvN
Penulis : Catatan-Iza
Sinopsis Lengkap : Adamas
Selanjutnya : Adamas Eps 1 Part 2


Nulis drama Om Ji Sung lagi, setelah Secret Love sama Defendant....

Malam itu, seorang pria berjalan sambil memayungi dirinya. Hujan turun sangat deras. Narasi pria itu terdengar, "Kata-kata terakhir ibuku."

Pria itu mengenakan pakaian duka. Dia terus berjalan. Tak lama kemudian, dia tiba di depan gerbang sebuah rumah. Dia membuka gerbang dan menemukan sebuah surat. Kamera menunjukkan wajah pria itu. Narasi pria itu terdengar lagi, "Surat anonim. Dia mengaku tidak bersalah. Narapidana hukuman mati, yang membunuh ayahku."




Kita beralih ke seorang sipir yang tengah patroli sambil menonton video anak-anaknya. Dalam video itu, kedua anaknya yang masih balita, menyemangatinya dengan nyanyian. Tapi tiba-tiba saja, dia mendengar suara teriakan.

Pria itu menoleh dan bertanya-tanya, "Apa itu bunyi hujan?"

Pria itu berjalan lagi, tanpa memedulikan suara teriakan itu karena dia fikir itu suara yang timbul akibat hujan. Tapi suara teriakan terdengar lagi.


Kali ini, pria itu pergi memeriksa.

Dia masuk ke dalam sebuah sel dan terkejut mendapati para tahanan di dalam sel itu sudah tak bernyawa.

Pria itu syok. Tak lama kemudian, dia melihat salah satu tahanan masih hidup. Dia mau memanggil bantuan tapi kemudian, pelaku pembunuhan berdiri di sampingnya. Pria itu gemetaran dan memohon untuk tidak dibunuh. Tapi si pelaku tidak peduli dan melukai leher pria itu dengan pisau.

Pelaku pembunuhan adalah tahanan hukuman mati dengan nomor 2006.




Alarm di penjara berbunyi.

Para sipir pun disibukkan oleh kejadian itu.



Paginya, para warga berdemo di depan penjara. Mereka menuntut agar hukuman mati dihapuskan.

Media Korea melaporkan hal itu. bahwa pembunuhan di Penjara Kangchun tiga hari lalu memicu demonstrasi terkait hukuman mati untuk penjahat kejam. Im Duk Soo, tahanan hukuman mati jangka panjang, yang membunuh tujuh tahanan dan seorang sipir dengan kejam, memberi tahu polisi bahwa dia melakukan kejahatan itu karena tidak senang dengan situasinya.

Seorang politikus wanita diundang ke stasiun TV.

"Hukuman mati dihapuskan di negara kita sejak tahun 1997. Menurutmu mereka akan mengembalikannya setelah insiden ini?" tanya si pembaca acara.

"Aku yakin itu cukup mungkin. Bahkan politikus bereaksi cepat terhadap insiden ini. Itu akan memainkan peran paling penting dalam pemilu mendatang." jawab si politikus.



 -Satu Bulan Kemudian-

Si kembar Ha Woo Shin dan Song Soo Hyun terbangun di kamar dan kondisi yang berbeda.

Woo Shin tidur dengan piyama lengkap. Sementara Soo Hyun hanya mengenakan boxernya.

Soo Hyun mematikan jam wekernya.

Woo Shin membuka tirainya.

Lalu dia merapikan tempat tidurnya.


Sekarang si kembar sudah siap. Mereka sama2 keluar dari rumah mereka dan beranjak menuju ke mobil. Woo Shin tinggal di sebuah apartemen, sementara Soo Hyun di sebuah rumah.

Sambil mengemudikan mobilnya, Woo Shin menghubungi seseorang.

Woo Shin : Ini Ha Woo Shin. Apa tawaran Grup Haesong masih berlaku? Mari kita lakukan. Baiklah.

Woo Shin mengakhiri teleponnya dengan Bu Yeo Soo Jung.


Sekarang, Woo Shin sudah duduk di kantornya. Tak lama, Bu Yeo datang membawakannya kontrak.

Bu Yeo : Pimpinan Kwon pasti kenal seseorang yang merupakan penggemarmu, melihat bagaimana dia memilihmu.

Woo Shin : Begitukah? Aku penasaran siapa dia.

Bu Yeo : Kau akan lihat sendiri, tapi syaratnya...

Bu Yeo lalu bilang, syaratnya hebat dan luar biasa.

Woo Shin : Biar kubaca dahulu.

Woo Shin membaca kontraknya.

Bu Yeo : Jujur saja. Kau terlalu sukses untuk menjadi penulis bayangan. Kenapa penulis terlaris memilih menjadi penulis bayangan? Namun, ini bukan memoar biasa. Kita membicarakan Kwon Jae Kyu dari Haesong.

Woo Shin : "Tulisan akan dilakukan di tempat yang diinginkan klien"?

Bu Yeo : Ya, di kediamannya.

Woo Shin : Aku tak bisa pergi dari rumahnya sampai memoarku selesai?

Bu Yeo : Karena alasan keamanan. Bertahanlah satu bulan saja, dan uang itu akan menjadi milikmu.

Woo Shin : Aku mengerti kebutuhan untuk perjanjian kerahasiaan, tapi kenapa aku tidak bisa memakai ponselku?

Bu Yeo : Mereka akan menyediakan saluran tetap.

Woo Shin : Yang akan mereka sadap. Menarik sekali. Semuanya akan dirahasiakan, dan aku hanya akan menjadi penulis bayangan.

Bu Yeo : Chagiya, kau akan diuntungkan dari ini, bahkan dengan semua batasan ini. Aku akan segera menerima tawaran itu jika menjadi kau.


Lee Dong Rim datang membawa dua cangkir kopi, siapa yang memesan kopi?

Woo Shin menatap Dong Rim.

Woo Shin : Kau bahkan membuat kopi sekarang? Kapan kau menulis?

Woo Shin melirik Bu Yeo. Bu Yeo langsung bilang kalau dia tidak menyuruh Dong Rim melakukan itu.

Dong Rim : Aku bisa membuat kopi dan menulis. Aku mungkin muridmu, tapi dia yang membayarku.

Dong Rim naruh kopi itu di meja. Satu buat Bu Yeo, satu buat Woo Shin. Tapi yang buat Woo Shin, dia taruh di atas kontrak.

Sontak Bu Yeo sewot, hei! Ini kontrak! Kenapa kau membawakan kami kopi?

Woo Shin membubuhkan tanda tangannya di kontrak yang terkena noda kopi.


Dong Rim duduk disamping Woo Shin.

Bu Yeo terkejut, astaga! Woo Shin-ah! Aku tidak mengira kau akan menyerah.

Woo Shin : Itu jumlah yang besar.

Dong Rim menyenggol lengan Woo Shin.

Dong Rim : Ayolah. Aku tahu kau bukan tipe orang yang goyah karena uang.

Woo Shin : Apa yang ingin kau katakan?

Dong Rim : Apa maksudmu?

Woo Shin : Apa yang ingin kau katakan kepadanya?

Dong Rim : Apa?

Woo Shin : Di antara semua kursi di sini, kau memilih duduk di sampingku. Kau bersikap lebih ramah daripada biasanya kepadaku. Kau mencoba membuktikan kepadanya bahwa kita lebih dekat dari dugaannya agar dia menyetujui apa pun yang kau katakan.

Dong Rim : Itu tidak benar.

Woo Shin : Permainan kekuasaan. Kau ingin dia berpikir bahwa aku memihakmu. Entah disengaja atau tidak, dia akan berpikir begitu.

Bu Yeo : Benarkah? Begitukah?

Dong Rim : Dia salah.

Woo Shin : Kalau begitu, aku akan meninggalkan kalian berdua. Aku punya rencana makan siang.


Dong Rim mencegah Woo Shin pergi.

Dong Rim : Cakka-nim! Jangan pergi begitu saja. Cakka-nim!

Woo Shin gak peduli dan tetap pergi.


Bu Yeo memanggi Dong Rim.

Dong Rim berbalik.

Bu Yeo : Katakan.

Dong Rim : Apa maksudmu?

Bu Yeo : Ada apa?

Dong Rim : Bisakah aku mendapatkan...

Bu Yeo :Mendapatkan apa?


 Kita ke Kim Seo Hee sekarang. Dia menyetir sambil mendengarkan radio tentang Hwang Byung Chul.

"Tingkat kepuasan terhadap Hwang Byung Chul dari Partai Masa Depan Baru meningkat empat persen. Tingkat kepuasannya terus meningkat sejak dia berjanji mengembalikan hukuman mati.  Jika aku jadi presiden berikutnya.."

Dan, Seo Hee tiba di kantor kejaksaan. Di depan, dia melihat orang2 berdemo yang meminta hukuman mati dikembalikan.

Satpam meminta ID Seo Hee. Seo Hee menunjukkan ID nya.

Kamera menyorot kartu pegawai Seo Hee. Dia seorang reporter dari TNC News. Setelah menunjukkan KTP nya, Seo Hee diizinkan masuk.


Seo Hee : Kenapa aku sangat gugup, padahal tidak melakukan kesalahan?

Seo Hee lalu menyemangati dirinya sendiri.

Seo Hee : Jangan terintimidasi.


Saat lagi mencari tempat parkir, Seo Hee melihat Woo Shin.

Seo Hee berpikir itu Soo Hyun, karena dia datang ke kantor kejaksaan.

Seo Hee : Itu dia, 'kan? Tunggu.


Seo Hee memarkirkan mobilnya begitu saja, dia mau mengejar Woo Shin tapi satpam menghentikannya.

Satpam : Maaf, kau tak boleh parkir seperti itu. Tolong pindahkan. Kau tak boleh parkir di sini.

Seo Hee pun terpaksa memindahkan mobilnya.


Woo Shin ke ruangan Soo Hyun. Dia membuka pintu. Gong Dae Chul di dalam, mengiranya Soo Hyun. Tapi dia segera menyadari itu bukan Soo Hyun.

Dae Chul : Kau bukan dia, kan? Apa kau....

Woo Shin : Ya.

Dae Chul : Tidak mungkin. Benar kau, 'kan?

Dae Chul pun mendekati Woo Shin.

Dae Chul : Aku banyak mendengar tentangmu. Aku Kepala Bagian Gong.

Dae Chul menyalami Woo Shin.

Dae Chul : Astaga. Tapi dia tidak ada.


Woo Shin menatap meja Soo Hyun yang kosong.

Kemanakah Soo Hyun?


 Soo Hyun ada di ruang rapat, bersama Kepala Bagian nya dan Wakil Kepala Jaksa.

Wakil Kepala Jaksa membaca kasus pembantaian di Penjara Kangchun di koran.

Wakil Kepala Jaksa : Ini kasus yang belum pernah terjadi di seluruh sejarah konstitusional. Masyarakat memiliki harapan tinggi kepada kejaksaan. Kita tidak boleh mengecewakan mereka. Lagi pula, kita pelindung keadilan yang dibayar oleh negara kita.

Soo Hyun menahan tawanya mendengar itu.

Wakil Kepala Jaksa menatap Soo Hyun.

Wakil Kepala Jaksa : Jaksa Song, kau yakin?

Tawa Soo Hyun pun pecah.

Kepala Yang marah, hei!

Soo Hyun minta maaf. Dia bilang, itu terlalu lucu hingga dia tak bisa menahan dirinya.

Wakil Kepala Jaksa : Apa yang lucu?

Soo Hyun : Fakta bahwa kau ingin departemenku mengambil alih kasus ini. Sepertinya kau berencana mencuri hati publik dengan kasus kontroversial ini dengan mendukung hukuman mati.

Wakil Kepala Jaksa : Aku hanya ingin kau membantu persidangan.

Soo Hyun : Yang kau inginkan adalah mendukung Kandidat Hwang semampumu.

Wakil Kepala Jaksa : Dia kandidat paling menjanjikan. Jika dia terpilih, itu juga akan menguntungkan kita.

Soo Hyun : Kurasa itu tidak relevan bagiku. Ada banyak orang di Departemen Khusus yang ingin sukses, jadi, minta mereka saja.

Wakil Kepala Jaksa : Hei, kau pikir aku memilihmu karena menyukaimu? Pembunuh ayahmu masih hidup, bukan?

Soo Hyun : Begitu rupanya. Jadi, itu alasanmu memilihku. Putra korban pembunuhan menjadi jaksa dan memimpin kasus ini. Itu akan menarik.


Kepala Yang : Jaga ucapanmu!

Soo Hyun : Tidak, terima kasih. Bahkan jika Kandidat Hwang memintaku secara langsung, jawabanku tetap tidak.

Wakil Kepala Jaksa : Aku mengerti. Aku tahu kau menentang merencanakan hal seperti itu. Tapi bantu aku sekali ini saja, ya? Tidakkah menurutmu akan ada saatnya kau juga membutuhkan bantuanku?

Soo Hyun : Aku tidak mengandalkan orang lain untuk kesuksesanku. Aku juga tidak butuh orang lain untuk mendukungku.

Wakil Kepala Jaksa : Song Soo Hyun.

Soo Hyun, ya, Pak?

Wakil Kepala Jaksa : Hidup ini panjang. Kau akan menyesali ini suatu hari nanti.

Soo Hyun : Kalau begitu, sampai jumpa saat hari itu tiba.


Soo Hyun memberi hormat, lalu beranjak pergi.

Wakil Kepala Jaksa kesal, si bodoh itu. Hei, Song Soo Hyun!


Kepala Yang ke ruangan Soo Hyun. Dia ngamuk dan mencari Soo Hyun. Dia bahkan menendang kursi dan membanting papan nama Soo Hyun ke lantai. Dae Chul mengambil papan nama Soo Hyun. Kepala Yang makin marah.

Dae Chul : Pak Kepala, tolong tenanglah.

Kepala Yang : Sial! Beraninya dia tidak mematuhi Wakil Kepala! Dia pikir dia hebat karena Wakil Kepala selalu baik kepadanya? Sial! Di mana dia?

Dae Chul : Aku tak tahu, Pak.

Kepala Yang makin gregetan.


Soo Hyun baru saja menuruni tangga sambil mainin kartu pegawainya. Dia juga ngedumel.

Soo Hyun : Semua orang di sini sulit dipercaya. Mereka serius tentang hal paling konyol.

Woo Shin pun muncul dan berjalan di belakang Soo Hyun.

Woo Shin : Ada apa lagi kali ini?

Soo Hyun : Lupakan saja.

Soo Hyun lalu tanya kenapa Woo Shin datang.

Woo Shin : Mungkin seharusnya aku tidak datang.

Soo Hyun tertawa, dasar berandal. Traktir aku makan. Yang mahal karena aku merasa tidak enak.

Woo Shin : Apa aku berutang kepadamu? Kau selalu menyuruhku mentraktirmu.

Soo Hyun : Jaksa hampir tidak bisa memenuhi kebutuhan.


Seo Hee datang dan melihat mereka.

Seo Hee : Bukankah itu Jaksa Song?

Woo Shin minta Soo Hyun berhenti.

Woo Shin : Hentikan apa pun yang kau lakukan. Jika terus begini, kau tidak akan lama di sini.

Soo Hyun : Jangan ikut campur jika tidak tahu apa-apa. Menurunkan atau mengucilkanku sesuka mereka. Aku tetap tidak akan mengundurkan diri.


Mereka berdua masuk ke lift. Seo Hee tiba di depan lift dan melihat mereka.

Woo Shin : Kau mungkin akan mengekspos mereka.

Soo Hyun : Lagi pula, kita hanya hidup sekali.

Pintu lift menutup. Seo Hee pun tersadar dari kebekuannya dan berlari ke arah lift. Tapi pintu lift udah keburu menutup.


Seo Hee pun beranjak menuju mobilnya sambil ngedumel.

Seo Hee : Sia-sia aku datang jauh-jauh kemari. Kudengar mereka kembar.

Hujan tiba2 turun. Seo Hee makin gak mood dan bergegas menuju mobil. Tapi salah satu pendemo menghampirinya dan memberikan brosur serta kartu nama Pak Hwang.

Pendemo : Para tahanan hukuman mati itu jahat. Mereka semua pantas mati. Kandidat Hwang Byung Chul berusaha membersihkan negara ini.

Seo Hee : Apa? Bersih?

Pendemo : Benar. Pendosa harus dihukum.

Seo Hee yang udah kesal, makin kesal.

Seo Hee : Kalau begitu, dia harus dihukum lebih dahulu. Dia orang paling kejam yang kukenal.

Si pendemo marah dan berusaha menyerang Seo Hee. Untung lah satpam datang dan menjauhkan si pendemo dari Seo Hee.


Seo Hee langsung masuk ke mobilnya.

Seo Hee menatap kartu nama Pak Hwang.

Dia mendengus kesal, sial. Bersih apanya? Jangan membuatku tertawa.

Seo Hee melajukan mobilnya. Dia mengklakson para pendemo yang berkerumun di depan gerbang kejaksaan.

Tak hanya itu, dia juga mencipratkan genangan air ke mereka.


Woo Shin dan Soo Hyun duduk di depan kantor jaksa. Soo Hyun protes karena Woo Shin cuma beliin dia burger, padahal dia makan dengan lahap.

Woo Shin gak makan. Dia hanya minum.

Woo Shin :  Kau makan dengan lahap.

Soo Hyun : Makan apa? Jaga ucapanmu kepada kakakmu.

Woo Shin : Kakak apanya? Aku muak mendengarnya.

Soo Hyun : Lihat saja nanti. Suatu hari, kau akan memberiku rasa hormat yang pantas kuterima.

Woo Shin : Tentu, akan kuberikan sekali sebelum kau mati.

Soo Hyun : Langsung saja ke intinya. Astaga. Aku sibuk. Jangan bersikap baik kepadaku saat kau butuh sesuatu.

Woo Shin : Ini bukan hal besar. Aku akan melakukan perjalanan selama sebulan.

Soo Hyun : Perjalanan?

Soo Hyun tertawa, itu saja? Kukira kau akan menikah.

Woo Shin : Aku meninggalkan ponselku. Aku akan meneleponmu jika mau.

Soo Hyun : Aku tidak peduli. Sebenarnya itu bagus. Kita tak punya banyak waktu untuk sembuh setelah ibu meninggal. Dia mungkin sudah cukup lama terbaring sakit, dan kita mungkin sudah siap untuk itu, tapi itu tetap menyedihkan dan menyakitkan. Mengucapkan perpisahan selalu menyedihkan.

Sorot mata si kembar berubah sedih.

Tak lama kemudian, Woo Shin menatap kakaknya.

Woo Shin : Aku tetap tidak akan memperlakukanmu seperti seorang kakak.

Soo Hyun sewot, dasar kau... Kau mau ke mana?

Woo Shin : Ke mana-mana.

Soo Hyun : Ke mana tepatnya?

Woo Shin : Makanlah punyaku. Sampai jumpa.


Woo Shin pergi.

Soo Hyun ngedumel, dasar gila. Tapi kemudian dia bilang burgernya enak.


Woo Shin di perjalanan, dia menuju Haesongwon.

Supir taksi bilang, penghuni di area sana menyebut Haesongwon sebagai istana.

Supir taksi : Kau mungkin tidak tahu karena bukan dari sini. Tapi tampaknya, dia punya harta yang sangat mahal. Kau tahu apa itu, 'kan?

Woo Shin : Harta karun? Mendebarkan sekali.


Woo Shin tiba di Haesongwon.

Dia melihat ada dua kamera CCTV diluar gerbang.

Tak lama kemudian, Sekuriti Kim datang menyambutnya.

Sekuriti Kim : Ha Cakka-nim! Silakan lewat sini.

Sekuriti Kim mengajak Woo Shin masuk.

Saat masuk, Woo Shin memperhatikan pin yang dikenakan para staf keamanan.

Lalu dia melihat ada beberapa kamera CCTV lagi di dalam.


Mereka tiba di lobi.

Sekuriti Kim : Sebagai penggemar, aku sangat senang mendengar kau akan datang.


Sekuriti Kim terus berjalan. Woo Shin terdiam melihat dua staf keamanan yang menjaga resepsionis.

Sekuriti Kim memanggil Woo Shin.

Sekuriti Kim , Ha Cakka-nim, silakan lewat sini.

Bersambung ke part 2....

0 Comments:

Post a Comment