The Police Station Next to The Fire Station Eps 1 Part 1

All Content From SBS
Sinopsis : The Police Station Next to The Fire Station
Selanjutnya : The Police Station Next to The Fire Station Part 2

Jin Ho Gae menaruh inhalernya di dekat kran air. Di dekat inhalernya, dia menaruh kertas contekan. Ho Gae lantas merapikan kemejanya, sambil menatap dirinya di cermin dan menghafal sesuatu, sambil sesekali melirik ke kertas contekannya.

Ho Gae : Sebagai polisi, Saya menggunakan wewenang saya dan menginjak-injak hak asasi tersangka. Saya sangat menyesali kesalahan saya dan akan menganggap ini sebagai pelajaran untuk memperbaiki diri...


Tiga rekannya keluar dari kamar mandi sambil membicarakan Ho Gae.

Detektif Moon Young Soo : Anjing Jindo sialan itu.

Detektif Im Sun Yeon : Ayahnya akan menutupinya.

Ho Gae berhenti menghafal dan menatap mereka.

Detektif Im : Aku iri sekali. Kau bahkan lolos dari hukuman.

Ho Gae : Sekarang kalian mengkritikku terang-terangan. Hentikan. Sampai jumpa.


Ho Gae kemudian disidang karena sikapnya yang dinilai keterlaluan di depan pengadilan. Ketua Komite Disipliner menuduh Ho Gae mengabaikan permintaan jaksa untuk menyerahkan tersangka. Video Ho Gae di depan pengadilan diputar. Mereka sama2 menonton.


Ho Gae keluar dari pengadilan, mengejar tersangkanya yang dibawa pergi oleh kejaksaan. Dia marah, apa-apaan kalian? Kenapa membawa tersangkaku?

Jaksa Yeom Sang Goo : Tersangkamu? Kurasa kau belum memahami situasinya.

Jaksa Yeom menunjukkan surat perintah.

Tersangka Ho Gae adalah Ma Tae Hwa, seorang pimpinan Group Ma. Tae Hwa bilang, Ho Gae salah orang. Ho Gae kesal dan memukul wajah Tae Hwa, sambil meminta Tae Hwa berhenti bicara omong kosong. Dia juga menendang Tae Hwa.


Ketua Komite : Sembari berbahasa yang tidak pantas, kau memukul wajah tersangka. Lalu kau melanjutkan kekerasan tanpa pandang bulu. Jindo... Maksudku, Letnan Jin Ho Gae. Ada yang ingin kau katakan sebelum pemungutan suara?

Awalnya Ho Gae mengatakan sesuai dengan yang di kertas contekan. Tapi kemudian, Ho Gae bilang Tae Hwa benar-benar brengsek. Dipukuli saja tidak cukup. Dia juga bilang, saat dia melihat Tae Hwa lagi, Tae Hwa akan mati.


Detektif Moon marah mendengar itu dan menyebut Ho Gae berandal tidak berguna.

Ho Gae balas teriak, hei! Kalian polisi. Tugas kalian menegakkan keadilan.

Para detektif tidak ada yang mendukung Ho Gae.

Ho Gae kemudian tersenyum lebar.


Seorang gadis diculik setelah dia berpisah dengan temannya di depan sebuah kafe. Gadis itu kemudian terbangun dan mendapati dirinya berada di sebuah kamar yang dipenuhi plastik. Gadis itu lantas keluar dan tidak melihat siapa pun. Dia lalu melihat sekelilingnya. Ada beberapa bunga yang sudah kering di atas meja. Di dekat meja makan, ada kursi roda.

Tak lama, seorang pria muda datang. Sontak gadis itu langsung bersikap waspada.

"Kau sudah bangun? Kukira kau sudah mati."

"Siapa kau?"

"Kau tidak ingat? Kau mengalami kecelakaan kemarin."

"Kecelakaan?"

"Makanya, kenapa kau berkeliaran di tempat terpencil sendirian? Itu merugikanmu."

"Boleh aku pergi sekarang?"


Pria itu melarang dengan dalih gadis itu terluka. Dia menyuruh gadis itu menelpon keluarga untuk dijemput. Pria itu lantas mau mengembalikan ponsel gadis itu. Tapi saat gadis itu mau mengambil ponselnya, pria itu membuang ponsel gadis itu ke kolong kursi. Sontak lah gadis itu ketakutan dan langsung lari ke pintu tapi pintunya dikunci.


Pria itu lalu menyeret gadis itu ke dalam dan mendorongnya ke lantai dengan keras. Dia lalu berkata, bahwa gadis itu tak boleh kemana-mana. Melihat gadis itu ketakutan, pria itu senang.

Gadis itu kemudian berusaha berdiri. Lalu dia mengambil pisau di atas meja dan mengarahkannya ke pria itu, sambil meminta pria itu menjauhinya. Dia lantas merengek kalau dia mau pulang. Pria itu pura2 takut pada awalnya tapi kemudian dia mendekati gadis itu dan mengarahkan pisau di tangan gadis itu ke dada gadis itu.

"Di sinilah jantungmu berada. Jika ditusuk dengan benar, kau akan mati dalam sepuluh menit."

Lalu pria itu mengarahkan pisau ke perut gadis itu.

"Hemoragi. Kau pernah dengar? Di sinilah levermu berada. Ada arteri besar yang disebut arteri hepatik. Makin muda usiamu, makin lembut levermu, jadi, mudah robek."

Gadis itu menjerit.


Pria itu lalu menusukkkan pisau ke paha gadis itu.

Gadis itu menjerit dan mau mencabut pisau dari pahanya tapi pria itu kembali mengancamnya.

"Jika menarik pisaunya, kau akan banyak berdarah."

Gadis itu tak jadi mencabut pisau dari pahanya. Pria itu mengancamnya lagi.

"Tidak boleh begitu. Jika kau terus melakukan itu, pisaunya akan memotong otot, pembuluh darah, dan saraf di pahamu."


Pria itu lalu melihat ceceran darah gadis itu di lantai rumahnya.

"Astaga.  Haruskah kau menumpahkan darahmu seperti ini sebelum mati?"

Pria itu membersihkan darah di lantai dengan tisu. Sementara pria itu membersihkan darah di lantai, gadis itu merangkak kembali ke kamar tadi. Tak lupa dia mengunci pintu. Setelah mengunci pintu, dia memakai earphone bluetooth nya dan berharap ada yang menghubunginya sesegera mungkin.


Pria itu lantas beranjak ke dapur, untuk membuang tisu2 bekas mengelap darah gadis itu. Dia melewati ponsel gadis itu di kolong kursi. Tepat setelah pria itu lewat, ponsel gadis itu bunyi.

Telepon dari sang ibu.

"So Hee-ya, dimana kau! Kau tidak boleh menginap di luar tanpa memberitahuku."

"Ibu, hubungi polisi sekarang. Cepat." pinta So Hee.

-LAPORAN AWAL PUKUL 08.38. SEKITAR DELAPAN JAM SETELAH PENCULIKAN-


Tim Damkar dan Myeong Pil tengah menunggu ramyeon mereka matang. Bong Do Jin melihat ke panci. Dia bilang masih belum. Tak lama kemudian, dia melirik lagi ke panci dan memberitahu yang lain bahwa mi nya sudah matang. Mereka mulai makan. Pil minta piring. Song Seol pun langsung membagi-bagikan selada pada yang lain.

Seol : Ini piring yang tidak perlu dicuci. Masing-masing ambil tiga.

Do Jin : Hei. Memangnya tidak panas?

Seol : Akan cepat dingin setelah dikeluarkan. Bagaimana jika alarm berbunyi?

Pil : Jangan khawatir. Tidak pernah berbunyi saat aku memakai pakaian dalam merah.

Pil nunjukin sempak merahnya.

Do Jin juga menunjukkan sempak merahnya.

Mereka tertawa.


Seorang pria terburu2 masuk ke ruangannya, sambil menghubungi seseorang.

Yang dihubunginya adalah Pil.

"Di mana kau? Kita dapat laporan!"

"Ya, Kepala Baek? Ada apa pagi-pagi begini?"

"Code Zero, kasus penculikan. Cepat ke sini sekarang!"

"Penculikan? Baiklah."

Pil bergegas pergi.


Seol : Jika ini penculikan, mereka mungkin meminta tanggapan gabungan. Cepat makan.

Tim Damkar buru2 makan. Tak lama, alarm mereka berbunyi.

"Kirim tim medis dan penyelamat. Korban penculikan dan penyekapan terluka dan meminta penyelamatan."


Tim damkar bergegas bergerak.

Seol pergi bersama Do Jin dengan ambulans.

Kepala Baek bersama para detektif juga bergerak. Kepala Baek ngomel.

Kepala Baek : Anjing Jindo, berandal itu. Dia telat menangani kasus di hari pertamanya.

Pil : Anjing Jindo?

Kepala Baek : Letnan Jin Ho Gae, yang keras kepala. Maksudku, yang ditugaskan hari ini. Dia dijuluki Anjing Jindo Berengsek di Unit Investigasi Regional. Dia bajingan dengki yang tak punya rasa senioritas.

Pil : Kurasa kau sangat mengenalnya.

Kepala Baek : Andai bisa, lebih baik aku tidak mengenalnya sama sekali.

Kepala Baek melihat tim damkar pergi duluan.

-POLISI DAN PEMADAM KEBAKARAN, PUKUL 08.40, TANGGAPAN GABUNGAN DAN CODE ZERO-


Pil dan Kepala Baek Cham masih di perjalanan. Pil memberitahu Kepala Baek bahwa korban mengungsi ke sebuah ruanga, mengunci pintu dan membuat laporan. Kepala Baek pun menyuruh Pil membagikan komunikasi korban dengan kru damkar melalui sistem nirkabel terbuka.

Pil : Baik, Pak.

Tim damkar juga masih di perjalanan.

Korban meminta petugas cepat datang. Dia bilang dia takut sekali.

Seol menjawab, di mana kau sekarang?

Korban tidak tahu dia dimana.


Bong Anna berhasil melacak posisi ponsel korban.

Dia pun langsung memberitahu yang lain kalau korban ada di Apartemen Onjo.

Anna : Tapi stasiun pangkalan di area ini berjarak 1,2 kilometer. Tak bisa dikerucutkan lagi.

Seol : Ini Ambulans Taewon Satu, lokasi diterima.


Tapi, jalanan padat oleh kendaraan, sehingga kendaraan damkar tidak bisa lewat.

Tiba2, seorang pengendara sepeda motor lewat dan melajukan motornya di depan mobil ambulans yang dikendarai Do Jin.

Do Jin memakai pengeras suara, lalu menyuruh si pengendara motor untuk minggir. Dia menjelaskan ada tanggap darurat.

Tapi, si pengendara motor justru membukakan jalan untuk ambulans dan mobil damkar bisa lewat. Do Jin dan Seol kaget melihatnya. Do Jin lantas berterima kasih pada pengendara itu. Setelah ambulans dan mobil damkar lewat, si pengendara motor bergegas mengikuti mereka.


Petugas damkar tiba duluan di Apartemen Onjo. Namun, Do Jin langsung menginjak rem ketika si pengendara motor tiba2 menghentikan motor tepat di depan ambulans nya. Do Jin pun sewot dan menyuruh si pengendara minggir.

Do Jin : Apa-apaan ini? Kau gila ya! Kami dari tim tanggap darurat!

Si pengendara membuka helmnya. Ternyata dia Jin Ho Gae.

Ho Gae : Matikan sirenenya. Kau ingin semua orang tahu? Tinggalkan ambulans dan pompanya di sini, lalu ikuti aku. Jika pelaku melihat truk damkar berbaris, dia akan tahu korban membuat laporan.


Tiba2, pemilik sedan hitam yang mobilnya berada di dekat ambulans Do Jin, membunyikan klakson dengan keras. Dia lantas meminta Do Jin memindahkan ambulans. Rupanya, dia tak bisa masuk ke mobilnya karena terhalang ambulans Do Jin. Seol turun dan mendekati pria tua pemilik mobil.

Seol : Maaf. Kami sedang melakukan tanggap darurat. Tolong tunggu sebentar.

Lah si pria tua malah ngegas.

"Hei! Aku juga dalam keadaan darurat. Jangan membantahku. Gajimu berasal dari pajakku."


Si pria tua juga mendorong2 tubuh Seol. Melihat itu, Do Jin marah.

Do Jin : Apa yang kau lakukan sekarang?

Seol yang malas ribut2, menyuruh Do Jin memindahkan ambulans.

Si pria tua tambah ngegas. Dia kesal melihat tatapan Do Jin.

"Kenapa? Kau memelototiku? Kau mau berkelahi?"


Ho Gae pun turun tangan.

Ho Gae : Kau tak lihat garis kuning ini? Mau kutilang karena parkir ilegal?

Pria tua itu gak ada takut2nya dan malah menantang Ho Gae.

"Hei. Siapa kau berani beromong kosong begini? Baik, tilang aku. Cepat berikan surat tilangnya."


Pria tua itu bahkan menyundul-nyundulkan kepalanya ke badan Ho Gae.

Ho Gae mendorong pria tua itu. Tapi si pria tua sialan itu malah nuduh Ho Gae memukulnya.

Ho Gae mau membalas, tapi dihentikan Kepala Baek. Kepala Baek meneriakinya dari jauh.

Kepala Baek : Hei, Anjing Jindo! Kau tidak boleh berkelahi di hari pertamamu!

Ho Gae pun mengerti dan menyuruh si pria tua tetap di sana.


Korban memberitahu petugas bahwa dia tak tahu di gedung dan unit mana dia berada.

Ho Gae menjawab, kami sudah dekat, tenanglah. Katakan apa yang kau lihat di luar jendela.

Korban berusaha mengintip keluar jendela, namun jendelanya tak bisa terbuka.

Korban : Jendelanya tidak bisa terbuka. Aku tidak bisa melihat apa pun.

Para petugas pusing dibuatnya.


Korban lantas memberitahu bahwa ada pisau tertancap di pahanya.

Seol yang mendengar itu kaget.


Seol lantas turun dari ambulans dan berlari mendekati detektif.

Seol : Korban tidak boleh bergerak sekarang. Pisau bisa merusak saraf atau pembuluh darahnya. Jika itu memotong arterinya dan menyebabkan syok hemoragik, kita tidak akan bisa bicara dengannya lagi.

Petugas makin bingung.

Pil : Ada lebih dari 1.000 rumah di sini. Mana bisa menemukannya tanpa alamat?


Si pelaku mencuci tangannya. Setelah itu dia mulai memasak.


Do Jin mendekati rekan2nya.

Do Jin : Bereskan semuanya di sini. Lalu naiklah ke atap.

Ki Soo : Baik, Pak.


Do Jin beranjak pergi.

Ki Soo mengajak yang lain menaikkan perlengkapan mereka dulu.


Sekarang semua petugas sudah di atap.

Ho Gae cs melihat denah apartemen.

Ho Gae : Ada kamera CCTV di pintu masuk?

Seorang detektif memberitahu ada lima pintu masuk mobil. Tapi hanya ada satu kamera CCTV di tengah. Sisanya titik buta.

Pil : Takkan semudah itu menyeret wanita dewasa ke rumahnya di kompleks apartemen.

Ho Gae : Ada penghuni yang melihat hal aneh semalam?

Detektif itu bilang tidak ada.

Kepala Baek : Pokoknya, pelakunya tinggal di sini. Maengpil, cepat identifikasi mantan narapidana di antara para penghuni. Terutama jika ada pelaku pelecehan seksual.

Pil dan detektif yang tadi bergegas pergi.


Seol selesai menghubungkan perangkat HT. Do Jin mendekati Seol.

Do Jin : Kita sudah terhubung?

Seol : Ya, baru saja.

Do Jin : Periksa kondisi korban.


Seol : Kau bisa mendengarku? Aku paramedis. Siapa namamu?

Korban : Kim So Hee.

Seol : Begitu rupanya, Nona Kim. Aku ingin menanyakan satu hal. Apa darah menyembur dari lukamu setiap kali kau bernapas? Atau keluar sedikit demi sedikit?

So Hee melihat lukanya.

So Hee : Darahku menyembur keluar setiap kali aku bernapas.

Seol : Baik. Kalau begitu, berbaringlah dan tekan lukamu. Mungkin sakit, tapi tekan sekeras mungkin. Mengerti?

So Hee menekan lukanya. Seketika dia menjerit, menahan sakit.


Kepala Baek mendekati Seol.

Kepala Baek : Cedera paha tidak serius, bukan?

Seol : Pendarahan pulsasi yang sesuai detak jantung adalah tanda arteri terputus. Ada arteri femoralis di paha kita. Situasinya sangat serius.

Ho Gae yang mendengar itu, tanya berapa waktu yang mereka punya.

Seol : Sampai dia pingsan atau tewas karena pendarahan hebat, paling lama satu jam.

Kepala Baek : Hanya satu jam? Ini membuatku gila.


Si pelaku hampir selesai memotong daging. Sambil memisahkan ceker dari tulang, si pelaku menatap ke arah pintu kamar tempat So Hee mengunci diri.

Pelaku : Jadi, kau sudah introspeksi diri?

So Hee panic, kumohon... Kumohon jangan bunuh aku. Aku takut sekali.

Pelaku : Kenapa kau harus merangkak ke sana?

Tapi si pelaku kemudian bilang bagus. Nanti mudah dibersihkan.

Pelaku : Aku akan merebus air.


So Hee pun langsung memberitahu petugas.

So Hee : Dia sedang merebus air.

Para petugas terkejut mendengarnya.

Kepala Baek : Dasar gila. Merebus air? Mau apa dia?


Ho Gae mencoba berbicara dengan So Hee.

Ho Gae : Nona Kim, tidak apa-apa. Tenanglah. Beri tahu kami semua yang kau dengar, lihat, dan rasakan tentang pelakunya. Bahkan petunjuk kecil bisa membantu analisis profil.

So Hee : Jadi... Dia menggunakan istilah medis seperti letak jantung dan hemoragi, atau semacamnya.


Kepala Baek : Dengar. Ada sesuatu yang bisa kami lihat dari luar? Misalnya sesuatu yang digantung di beranda.

So Hee mencoba mengingat saat tadi dia melihat ke beranda saat keluar dari kamar setelah siuman.

So Hee : Tidak ada. Semuanya tertutup plastik dan tirainya ditutup.

Lalu So Hee ingat kursi roda di ruang makan dan langsung memberitahu petugas.


So Hee merangkak ke kamar mandi. Dia melihat ke arah lantai.

So Hee : Kamar mandinya sangat bersih.

Lalu dia melihat ke arah lemari.

So Hee : Pembalut. Ada banyak pembalut.


Kepala Baek makin kesal, bajingan ini orang gila mesum.

Ho Gae : Dia bukan orang gila. Dia perfeksionis dan kemungkinan besar bekerja di bidang medis. Dia tahu cara menyingkirkan bukti.


Do Jin : Jadi, ini bukan aksi pertamanya.

Kepala Baek : Baguslah kalau begitu. Kita hanya perlu memeriksa daftar mantan narapidana.

Ho Gae : Tidak akan mudah menangkap pria seperti dia.


Pil datang.

Pil : Kepala Baek, tidak ada mantan narapidana yang tinggal di sini.

Kepala Baek : Tidak satu pun? Apa yang terjadi?


Ho Gae menatap Seol. Karena tak tahu nama Seol, dia memanggil Seol 'sobang' alias petugas damkar.

Ho Gae : Di mana kau menyimpan pembalut?

Seol : Apa?

Ho Gae : Di mana kau menyimpan pembalut di rumah?

Seol : Di kamar mandi.


Ho Gae : Jadi, kenapa dia menyimpan pembalut di kamar mandinya? Terlebih lagi, ada banyak.

Kepala Baek : Mungkin dia mendapatkannya dari para korban sebagai trofi.

Ho Gae : Tidak, orang seperti dia tidak menyimpan trofi. Nanti bisa menjadi bukti penting.

Do Jin : Lalu pembalut itu untuk apa?


Ho Gae berpikir sejenak. Tak lama kemudian, dia menemukan jawabannya.

Ho Gae : Sudah ada di sana sejak awal. Itu bukan rumahnya.

Ho Gae lalu meminta rekannya mencari penghuni wanita yang hilang di KICS.

Ho Gae : Termasuk kasus tak terpecahkan. Bedebah ini telah membunuh seseorang dan menetap di sana.


Anna juga ikut membantu, diminta oleh Pil.

Pil : Ya, kasus tak terpecahkan. Tolong cepat.

Bersambung ke part 2....

0 Comments:

Post a Comment