Sinopsis The Tale of Lady Ok Eps 2-2

 All Content From : JTBC
Sinopsis Lengkap : The Tale of Lady Ok
Sebelumnya : The Tale of Lady Ok Eps 2-1
Selanjutnya : The Tale of Lady Ok Eps 2-3

Dua tahun kemudian...

Nyonya Song tengah menyiksa salah satu budaknya. Di depan suami dan anaknya, serta para budak yang lain, dia menempelkan besi panas ke pipi budak tersebut.




Setelah itu, dia berkumpul dengan para nyonya di Yuhyangso. Nyonya Hong bilang, ada hakim baru yang ditunjuk tapi si hakim baru meniadakan parade dan pesta penyambutan dengan para pendahulu.

Nyonya Song : Dia pasti tak tahu harus takut kepada Yuhyangso. Meski dia menyiapkan meja penuh makanan pun tak memadai.

Nyonya Kim : Dia seorang duda, tak punya siapa pun yang akan menyiapkannya.

Nyonya lain bilang, hakim itu bisa menyulitkan mereka karena dia mendengar bahwa hakim tersebut jujur dan tidak korup.

Nyonya Song : Meski begitu, semua orang di kantor pemerintah adalah antek kita. Jadi, kuasa apa yang dia miliki?

Yang lain kemudian bertanya-tanya, kenapa hakim yang jujur dan bersih diutus ke Kabupaten Cheongsu. Apa ada yang menyurati secara anonim.

Mereka pun curiga ke Goo Deok.

Nyonya Song : Kesombongannya sepertinya tak terbatas. Dia bahkan belum menunjukkan wajahnya.

Nyonya lain bertanya-tanya lagi kenapa Goo Deok masih bersembunyi di paviliun padahal masa duka telah berakhir. Mereka juga membahas Goo Deok yang selalu bersembunyi dibalik cadar saat sesekali keluar, sehingga wajahnya tak bisa dilihat.

Nyonya Kim : Dia mungkin memang dilecehkan, atau punya bekas luka besar di wajahnya.

Nyonya Song : Dia pasti sangat… Jelek.

Mereka semua tertawa.

Yang dighibahin lagi sibuk merias diri.


Begitu dia selesai bersolek, Baek Yi masuk. Dan Baek Yi terkejut melihat penampilan Goo Deok. Baek Yi bilang Goo Deok tampak sangat cantik.

Goo Deok tersenyum. Lalu dia bertanya apa Baek Yi sudah mengeluarkan semua tasnya.


Sekarang, Goo Deok dan nenek lagi di taman. Mereka melihat tanaman lidah buaya, hadiah dari Tae Young. Nenek bilang, sepertinya lidah buaya bisa tumbuh subur meskipun tidak sering disirami.

Nenek : Sungguh mengesankan. Semoga semuanya bertahan lagi
musim dingin ini.

Goo Deok : Lidah buaya sangat tangguh. Jangan khawatir. Akan kubawa masuk dan kujaga tetap hangat.


Nenek lantas menatap Goo Deok.

Nenek : Bagaimana denganmu? Kenapa kau tidur di lantai yang dingin alih-alih bagian yang hangat?

Goo Deok pun memegang tangan nenek.

Goo Deok : Nenekku tersayang, saat nenek pergi ke Hanyang, nenek akan bosan karena tak bisa mengawasiku. Ini karena badanku panas. Aku lebih nyaman di lantai dingin.

Nenek : Penampilanmu seperti seorang puan, tapi apakah hatimu masih Goo Deok?

Goo Deok : Penampilanku seperti puan? Aku puan yang sempurna sejak awal.

Goo Deok dan nenek lalu tertawa.


Goo Deok dan yang lain lantas mengantarkan nenek ke depan. Nenek yang hendak bepergian tanya pada Goo Deok, apa Goo Deok akan baik-baik saja sendirian.

Goo Deok : Aku tidak sendirian. Banyak sekali yang menjagaku.

Mak Sim dan yang lain menenangkan nenek.

Mak Sim : Jangan khawatir, Nyonya. Ada aku.

Baek Yi : Aku juga.

Paman Do Ki : Kami akan menjaga Puan Tae Young. Semoga perjalananmu aman.


Nenek tanya lagi, apa Goo Deok yakin tak mau ikut menemui Chan Young bersamanya.

Goo Deok : Jika aku ikut, pelajarannya terganggu. Dia pasti ingin bercengkerama denganku.

Goo Deok lantas berbisik alasan lainnya kenapa dia tak bisa ke Hanyang.

Goo Deok : Selain itu, aku tak bisa pergi ke Hanyang. Sketsa wajahku masih di sana.

Nenek : Tak akan ada yang mengenalimu.

Goo Deok : Aku meragukan itu.

Nenek pun pamit.


Begitu nenek pergi, Goo Deok dan yang lain kembali ke dalam.

Seo In dalam balutan seragam petugas kepolisian muncul dan melihat Goo Deok.


Seo In yang memakai seragam petugas polisi mendekati sketsa wajah Goo Deok yang dipasang di papan pengumuman di tengah pasar. Tak lama kemudian, Seo In yang memakai baju petugas itu pun pergi.


Begitu dia pergi, seorang pria bermasker muncul mendekati sketsa Goo Deok. Pria itu melepas maskernya. Dia Seo In. Seo In mencopot sketsa Goo Deok dari papan pengumuman.


Tak lama, Soeddung datang.

Soeddung : Kau berulah lagi. Apa kau mengoleksi sketsa wajah Goo Deok dari setiap kantor?

Seo In : Kau tahu dari mana?

Soeddung : Jika kau kumpulkan semuanya, apa Goo Deok akan muncul?

Seo In : Ini ritualku untuk memastikan dia masih hidup.

Soeddung : Ini semacam hobi, mengoleksinya dari seantero negeri.

Seo In : Omong-omong, kenapa kau kemari, Soeddung?

Seoddung : Ayolah. Kau bukan Song Seo In, tapi Cheon Song Hwi. Aku juga bukan Soeddung, tapi siapa?

Seo In : Kau Man Seok.

Seoddung : Man Seok.

Seo In : Man Seok yang ingin kaya, bukan? Aku terus melupakannya.


Tiba-tiba, para gadis histeris melihat Seo In.

"Itu Cheon Seung Hwi!"

Soeddong panic dan menyuruh Seo In memakai masker.

Seo In memakai maskernya, setelah itu dia pergi duluan. Soeddong memberitahu para gadis bahwa Seo In akan melakukan pertunjukan selama sehari. Para gadis heboh.


Sekarang, para gadis tengah melihat poster Seo In dengan wajah histeris.

Tiba-tiba, Baek Yi datang, menembus kerumunan dan berdiri paling depan melihat poster Seo In.

Baek Yi : Apa? Sang Pencerita Surgawi Cheon Seung Hwi? Apakah Cheon Seung Hwi sungguh datang ke kota kita?

Orang-orang di sekeliling Baek Yi mengangguk.

Baek Yi senang. Mereka lalu mengelukan-elukan nama Seung Hwi dengan keras.


Tiba-tiba, seorang pria bangsawan menarik Baek Yi keluar dari kerumunan. Baek Yi panic.

Baek Yi : Sudah kukatakan jangan melakukan ini, Tuan. Bagaimana jika nyonya melihat ini?

Pria itu memberikan Baek Yi hadiah.

Pria itu :  Kupikir ini akan cocok untukmu.

Baek Yi kaget, apa?

Pria itu mengerlingkan sebelah matanya ke Baek Yi, sebelum akhirnya pergi.


Sementara itu, Goo Deok tengah menyiangi sayuran dibantu Mak Sim. Melihat cara Mak Sim memotong sayuran, Goo Deok pun merepeti Mak Sim.

Goo Deok : Tidak. Kau harus memotong dan membuang pucuk sayuran ini. Bagian ini pahit.

Mak Sim : Ya.

Tapi Goo Deok merepet lagi.

Goo Deok : Tidak. Hentikan. Jika kau potong sebesar itu, kita makan apa? Potong pucuknya saja. Bagaimana kau bisa tak berkembang, malah melupakan yang kuajarkan?


Mak Sim pun menaruh pisaunya dan menghela nafas kesal.

Goo Deok mendengar helaan nafas Mak Sim, langsung menatap Mak Sim.

Goo Deok : Kau jengkel padaku? Aku seorang puan.

Mak Sim : Bukan. Ini karena Baek Yi. Dia pergi pagi-pagi sekali, tapi belum pulang.

Goo Deok : Dia pergi ke pasar, kusuruh beli beberapa buku.


Tiba2, Baek Yi pulang dengan hebohnya sambil memegangi buku yang dia sembunyikan dibalik bajunya.

Baek Yi : Puan! Cheon Seung Hwi. Cheon Seung Hwi datang!

Goo Deok : Siapa? Cheon siapa?

Baek Yi : Pencerita. Sang Pencerita Profesional Surgawi Cheon Seung Hwi! Tampil di Kabupaten Cheongsu selama sehari besok!

Baek Yi lantas duduk.

Mak Sim kesal dan protes ke Goo Deok karena sudah mengajari Baek Yi membaca.

Mak Sim : Dia cuma membaca novel roman.

Baek Yi : Ibu juga harus belajar membaca. Kita harus menikmati sedikit budaya, tahu?

Mak Sim : Budaya? Omong kosong. Kau pikir dirimu bangsawan
karena mengenakan sepatu itu? Kita harus tahu posisi kita. Jika tidak, kau akan terkena masalah. Mengerti?

Baek Yi nya gak ngerti2 omongan Mak Sim, bikin Mak Sim kian kesal dan beranjak pergi.


Baek Yi melepaskan sepatu sutra hadiah dari puan nya.

Baek Yi : Sepatu pemberian puan yang berharga. Harus jarang kukenakan.

Goo Deok : Jika usang, akan kubelikan yang baru. Jangan dipikirkan.

Baek Yi : Ayo menonton Cheon Seung Hwi, Puan.

Goo Deok : Kau mencintai si pencerita itu atau sesuatu? Kau ingin menikahinya?

Baek Yi : Astaga! Kau membicarakan apa? Aku tak akan pernah menikah,
dan menemanimu selamanya, Puan!

Goo Deok : Aku pun tak akan menikah dan menemanimu selamanya. Syukurlah.

Baek Yi : Kenapa? Masa duka tiga tahun sudah berlalu, dan ingatanmu kembali. Kau juga sangat cantik. Kenapa kau tak akan menikah?

Baek Yi pun lagi2 mengajak Goo Deok menonton pertunjukan Seung Hwi.

Baek Yi : Jika kau sungguh tak mau menikah, mari kita menonton Cheon Seung Hwi.

Goo Deok : Sehebat itukah dia?

Baek Yi : Dia bukan sekadar pencerita yang membacakan buku. Dia menulis novelnya sendiri.


Baek Yi menunjukkan novel Seung Hwi yang dia sembunyikan dibalik bajunya.

Baek Yi : Dia bukan hanya membacakannya, tapi juga menari dan berlakon.

Goo Deok : Benarkah begitu?

Baek Yi : Dia mengenakan topeng yang sedikit menampakkan wajahnya. Wajah yang tampak sekilas itu begitu tampan. Dia sangat populer di setiap kota.

Goo Deok : Benarkah?

Baek Yi : Hanya itukah? Kau tak berminat menontonnya, Puan?

Goo Deok : Tidak.

Baek Yi : Benar! Kau mungkin mulai berminat. Buku ini juga menyebut-nyebut hiasan gat.

Goo Deok : Hiasan gat?

Baek Yi : Seperti yang kau bawa ke mana-mana di sakumu.

Goo Deok pun memegang sakunya yang berisi hiasan gat dari Seo In.

Baek Yi lantas memberitahu Goo Deok bahwa tokoh utama pria dalam novel Seung Hwi adalah bangsawan.

Baek Yi : Dia bertemu dengan wanita yang menjual kacang tanah di pasar, lalu jatuh cinta kepadanya. Dia bersyukur atas inspirasinya. Jadi, dia memberi wanita itu satu hiasan gat miliknya. Tapi ternyata, wanita itu budak perempuan dari wanita yang dijodohkan kepadanya!

Goo Deok terkejut mendengar cerita Baek Ti.

Goo Deok : Tak mungkin.

Tapi Baek Yi menanggapi lain.

Baek Yi : Karena itulah ini novel. Mana mungkin budak dan bangsawan saling jatuh cinta? Tapi membayangkannya saja membuatku bahagia.


Baek Yi terus mengoceh, sedangkan Goo Deok membaca novel Seung Hwi. Dia sontak teringat sama cerita karangan Seo In yang dia baca saat bersembunyi dibalik sekat.

Baek Yi kemudian sadar kalau dia tak boleh membayangkan itu.

Baek Yi : Tidak, aku tak boleh membayangkannya. Kita harus tahu posisi kita. Ada adegan yang sangat lucu di dalam buku itu. Saat si Puan masuk ke ruangan, si budak sangat ketakutan dan berusaha bersembunyi…

Goo Deok menatap Baek Yi dan mengeraskan suaranya.

Goo Deok : Di balik partisi lipat?!

Baek Yi nya merasa aneh dan heran.

Baek Yi : Ya. Kau tahu dari mana?

Goo Deok : Itu… Tertulis di sini. "Di balik partisi lipat."

Baek Yi melihat novel Seung Hwi.

Baek Yi : Benar juga. Ini.


Baek Yi lalu berdiri dan berlakon seperti pendongeng.

Baek Yi : "Jika status kita setara, aku akan menyatakan perasaanku terhadapmu."


Goo Deok lagi2 ingat tulisan Seo In dibuku yang sempat dibacanya saat sembunyi dibalik tirai.

Seo In : Jika status kita setara, aku akan menyatakan perasaanku terhadapmu. Aku tak kunjung tidur malam ini, meski sudah larut malam.


Goo Deok lantas bertanya2, bagaimana Seung Hwi bisa mengetahui kisanya dan Seo In.

Baek Yi kembali duduk dan lanjut cerita.

Baek Yi : Pokoknya, si bangsawan ini mencari budak yang kabur itu di sepanjang pesisir Joseon.

Goo Deok : Sungguh?

Baek Yi : Ya, Puan. Sangat mengharukan, ya?


Malamnya, Goo Deok ikut dengan Baek Yi menonton pertunjukan Seung Hwi.

Baek Yi mengambilkan spot di depan untuk puan nya agar bisa melihat Seung Hwi. Mereka menonton dari lantai atas gibang tempat Seung Hwi menginap.

Dibawah, petugas yang mirip dengan Seung Hwi, juga menonton pertunjukan Seung Hwi.


Seung Hwi membuka pertunjukannya dengan ikut menari bersama para penarinya.


Selesai menari, Seung Hwi tiba2 sudah duduk di depan kelir, layar pertunjukan wayang. Dan dia membuka maskernya. Dalang mulai membacakan cerita.

Dalang : Setelah mendengar ini, Nyonya Sim menyingkap tirai mutiara koral. Bergegas ke depan tanpa alasan kaki. Memeluk suaminya.

Dalang lalu berlakon sebagai Nyonya Sim.

Nyonya Sim : Astaga, suamiku! Astaga! Sangat picisan sampai aku tak tahan menontonnya!


Seung Hwi mengambil alih.  Dia memainkan peran dirinya dan Goo Deok saat itu.

Seung Hwi : Tapi bagi orang hina seperti aku… bagus atau tidaknya pertunjukan, itu tidak penting (Goo Deok).

Seung Hwi : Kenapa begitu? (Seo In)

Seung Hwi : Karena kehidupan ini… Sulit. Selagi menonton ini, kami melupakannya sejenak. Kami membayangkan masa-masa bahagia yang tak akan pernah kami alami. (Goo Deok)

Seung Hwi : Itu membahagiakan mereka yang bekerja keras tiap hari. (Seo In)

Seung Hwi : Itulah kekuatan seniman, bukan? (Goo Deok)

Seung Hwi : Aku ingin lebih mengenalmu. Kau ingin berbuat apa dalam hidupmu? Kau berminat pada apa? Apa cita-citamu? (Seo In)

Seung Hwi : Cita-citaku... (Goo Deok)


Goo Deok dengan mata berkaca-kaca, menjawab, bahwa cita-citanya adalah laut.

Goo Deok lantas membayangkan lagi kehidupan yang dia inginkan bersama ayahnya. Tinggal di tepi laut dan hidup bahagia.


Tak lama kemudian, Seung Hwi melanjutkan kalimatnya tadi.

Seung Hwi : ...laut. (Goo Deok)


Ombak pun diperlihatkan ke para penonton.

Para penonton melihatnya.

"Astaga. Apakah itu ombak?"


Setelah itu, Seung Hwi menari bersama para penarinya. Tak lama kemudian, Seung Hwi pun berlari ke sisi panggung bagian depan dan menyudahi tariannya. Seung Hwi kemudian berkata, kaulah seberkas cahaya yang telah menyelamatkanku dari keputusasaan dan kegelapan pekat. Inilah perasaanku terhadapmu. Inilah kerinduanku.

Seung Hwi lalu beradegan mencopot hiasan gat nya dan mengarahkan tangannya ke penonton.

Goo Deok terdiam memandang Seung Hwi.


Seung Hwi akhirnya melihat Goo Deok dan mematung. Dia tak menyangka Goo Deok akan melihat pertunjukannya. Sementara Goo Deok berkaca-kaca menatap Seung Hwi. Tapi, Goo Deok tiba-tiba pergi.

Seung Hwi terkejut Goo Deok pergi.

Seung Hwi : Goo Deoki.


Seung Hwi ingin mengejar Goo Deok, namun Man Seok datang dan meminta para penonton memberikan tepuk tangan untuk Seung Hwi. Diiringi tepuk tangan penonton, Man Seok membawa Seung Hwi meninggalkan panggung.

Petugas yang mirip Seung Hwi, menoleh, menatap ke arah tempat Goo Deok berdiri tapi ia tak melihat siapa pun.


Baek Yi menyusul Goo Deok. Goo Deok masih syok bertemu Seung Hwi.

Baek Yi : Kau baik-baik saja, Puan?

Goo Deok : Ya, aku tak apa-apa.

Baek Yi : Apa kau kebetulan mengenal Cheon Seung Hwi, Puan?

Goo Deok : Apa? Tidak. Dia hanya mirip dengan kenalanku.


Seung Hwi dan Man Seok berdiri di depan penginapan mereka. Seung Hwi sambil mondar mandir berkata, dia yakin itu Goo Deok.

Seung Hwi : Kau melihatnya juga, bukan? Mata kami bertatapan.

Man Seok : Jika memang dia, dia tak akan berlari menjauhimu.

Seung Hwi : Tapi… Dengarkan, aku harus menemuinya.


Seung Hwi mau pergi. Tapi, kata2 Man Seok membuat langkah Seung Hwi terhenti.

Man Seok : Kau tak tahu tempat tinggalnya.

Seung Hwi : Kau benar.

Man Seok : Aku sungguh tak mengerti. Mari kita jujur saja. Kalian berdua tak seakrab itu, bukan?

Mendengar pertanyaan Man Seok, Seung Hwi pun sewot.

Seung Hwi : Hei. Kau tahu apa? Bukan apa pun. Apa kau pernah jatuh cinta?  Kau tak pernah.

Man Seok : Terserah. Kau merusak pertunjukannya.

Seung Hwi : Aku menyelesaikannya!

Man Seok : Tak ada kesimpulan ceritanya.


Baek Yi datang menghentikan pertengkaran mereka.

Baek Yi bilang, ada yang mau dia tanyakan.


Mereka bicara.

Seung Hwi : Ok Tae Young? Kau mengatakan Ok Tae Young? Aku belum pernah mendengar nama itu.

Man Seok : Tapi kau pikir majikanmu mengenalnya?

Baek Yi : Begitulah firasatku. Tak pernah kulihat dia bereaksi seperti itu seumur hidupku.

Man Seok : Apa pun reaksinya, dia berlari menjauh.

Baek Yi : Apa kau berasal dari sini?

Man Seok : Tidak.

Baek Yi : Astaga. Memang begitulah para wanita! Puan sangat pemalu.


Seung Hwi : Jadi, maksud ucapanmu adalah ada seseorang yang mirip denganku
di Qing, dan orang yang kucari…

Baek Yi  : Jangan membuatnya rumit. Apakah kau memberinya sebuah hiasan gat? Seperti itu.

Baek Yi menunjuk hiasan gat di gat Seung Hwi.

Mendengar itu, Seung Hwi pun sadar puan nya Baek Yi adalah Goo Deok, kekasih hatinya.


Goo Deok sendiri tengah melamun sambil menatap hiasan gat hadiah dari Seung Hwi.

Tiba2, Kkeut Dong datang, ngasih tahu kalau Baek Yi berencana kawin lari malam itu.

Kkeut Dong : Dia memintaku mengantarmu ke sana agar dia bisa berpamitan.

Goo Deok terkejut dan bergegas pergi menuju Baek Yi.

Kkeut Dong membawa puannya ke taman. Dia berjalan di belakang Goo Deok. Tapi saat tiba di taman, dia ditarik masuk kebalik tanaman. Ternyata yang menariknya Man Seok dan Baek Yi.

Kkeut Dong pun tanya, apa Baek Yi serius mau kabur sama Man Seok.

Baek Yi : Kau membicarakan apa? Dia sama sekali bukan tipe kesukaanku.

Man Seok : Kenapa kau melukai perasaanku?

Baek Yi lalu menyuruh Kkeut Dong pergi.
 
Tapi dia mengancam Kkeut Dong terlebih dahulu akan membunuh Kkeut Dong jika Kkeut Dong sampai sesumbar kemana-mana.

Kkeut Dong : Baik. Biayanya dua pun.

Kkeut Dong pun pergi.


Goo Deok menghentikan langkahnya saat langkahnya tiba di jembatan dan terus mencari Baek Yi. Dia lantas berbalik dan terkejut Kkeut Dong menghilang. Sambil membuka tudungnya, Goo Deok memanggil Kkeut Dong.

Seung Hwi pun datang. Goo Deok menoleh, menatap Seung Hwi. Seung Hwi membuka maskernya dan menatap Goo Deok. Goo Deok tersenyum pada Seung Hwi. Lalu mereka berpelukan.


Tapi, pelukan itu cuma khayalannya Seung Hwi. Kenyataannya, Goo Deok diam saja menatap Seung Hwi. Seung Hwi jadi canggung seketika.

Seung Hwi : Apa keadaanmu baik-baik saja?

Goo Deok : Apa yang terjadi? Bagaimana dengan Baek Yi?

Seung Hwi : Apa? Ya, kudengar kau jarang keluar. Jadi, aku menyusun rencana ini.

Goo Deok : Apa kau memberi tahu Baek Yi tentang jati diriku?

Seung Hwi : Apa? Tidak, aku tak memberitahunya.

Goo Deok : Kau yakin?

Seung Hwi : Mungkin? Aku tak tahu kau hidup di sini. Jadi, aku mencarimu di sepanjang pesisir.

Goo Deok : Kenapa kau mencariku?

Seung Hwi : Apa?

Goo Deok :  Kenapa kau mencariku? Aku sungguh tak mengerti.


Seung Hwi : Jika kau membaca bukuku, kau pasti tahu aku jatuh cinta kepadamu pada pandangan pertama.

Goo Deok : Tuan Muda, apakah kau penguntit?

Seung Hwi : "Penguntit"?

Goo Deok : Artinya, seorang pria yang bernafsu terhadap wanita. Pria yang mengingini seorang wanita dan mencoba untuk memilikinya.

Seung Hwi : Tunggu, kau menyebutku pria mesum sekarang?

Goo Deok : Hanya bertemu dua kali. Kedua pertemuan itu juga kebetulan.

Seung Hwi : Kenapa kedalaman perasaanku harus sebanding dengan jumlah pertemuan kita? Ada cinta yang tak terlupakan meski hanya setelah satu pertemuan.

Goo Deok : Kau cukup egois. Kau tahu aku akan bersembunyi setelah kabur, tapi kau membukukan kisahku dan mencariku sambil mementaskannya. Kau tak berpikir itu akan membahayakanku?

Seung Hwi : Kau marah kepadaku sekarang?

Goo Deok : Amarahku nyaris tak tertahankan.

Mendengar itu, Seung Hwi terdiam kesal. Dia kehabisan kata2.


Baek Yi dan Man Seok melihat Goo Deok dan Seung Hwi kayak orang lagi bertengkar.

Man Seok : Apa yang terjadi?

Baek Yi : Mereka tampaknya bertengkar.

Man Seok : Menurutku juga begitu.


Seung Hwi memberitahu Goo Deok bahwa selama 3 tahun, hatinya mendambakan Goo Deok.

Seung Hwi :  Tega sekali kau memperlakukanku begitu dingin? Sungguh mengesalkan. Lalu, kenapa kau mengenakan hiasan gat itu? Kenapa kau tak berpisah sesaat pun dengannya?

Goo Deok : Momen dirimu memberiku hiasan gat ini adalah satu-satunya momen yang ingin kuingat dari kehidupanku sebagai Goo Deok si budak. Aku tak menganggapnya kerinduan padamu, Tuan. Lagipula kau dijodohkan dengan Puan So Hye saat itu. Mana mungkin aku berani memiliki perasaan terhadapmu?

Seung Hwi jadi kecewa mendengar itu.

Seung Hwi : Kau pasti sama sekali tak ingin tahu tentang aku. Kau pasti juga tak bahagia melihatku lagi.

Goo Deok : Aku bahagia melihatmu. Aku juga mengagumi kemampuan artistikmu. Aku sangat senang dan bangga karena tahu bahwa kau menjadi pencerita yang membantu orang melupakan kekhawatiran mereka.

Goo Deok mau memakai tudungnya, tapi Seung Hwi memanggilnya.

Seung Hwi : Goo Deok-ah.

Goo Deok : Jangan memanggilku dengan nama itu. Kita sudah tahu bahwa keadaan kita baik. Jadi, sebaiknya kita tak bertemu lagi.

Goo Deok lalu memasang tudungnya dan beranjak pergi.


Goo Deok beranjak pergi. Baek Yi langsung kabur saat melihat Goo Deok berjalan ke arahnya. Goo Deok melihat Man Seok. Goo Deok pun menyapa Man Seok.

Goo Deok : Hei, Soe Dung!

Man Seok : Hei, Goo Deok. Aku tak akan bisa mengenalimu.

Goo Deok : Kau belum mendengar kabar tentang ayahku, ya?

Man Seok : Dia tidak bersamamu?

Goo Deok : Tidak. Kami terpisah saat melarikan diri.

Man Seok : Kami sungguh tak mengetahui keadaanmu. Jadi, jangan salah paham terhadapnya. Tuan Muda bahkan menyerahkan semua miliknya kepada pemburu budak agar mereka tak menangkapmu. Tapi jangan khawatir. Berkat dirimu, kami berpenghasilan besar.


Goo Deok pun pamit.

Soe Ddung lantas bilang kalau namanya sekarang adalah Man Seok.

Goo Deok mengerti dan tersenyum kepada Man Seok.


Melihat senyum Goo Deok ke Man Seok, Seung Hwi kesal.

Seung Hwi : Dia tersenyum kepada Man Seok. Tidak adil.


Di kamarnya, Goo Deok menatap Baek Yi yang duduk di lantai. Baek Yi pun meyakinkan Goo Deok kalau dia tak mendengar satu kata pun yang Goo Deok ucapkan saat bicara dengan Seung Hwi.

Goo Deok : Kenapa kau melakukan ini?

Baek Yi berubah melo.

Baek Yi : Aku sungguh mengira bahwa Cheon Seung Hwi adalah kekasihmu. Baru kali itu kulihat wajahmu memerah seperti itu, Puan.

Goo Deok : Begitu rupanya.

Baek Yi : Saat aku menatapmu, hatiku hancur. Kau sangat cantik, Puan. Tapi semua rumor tentang dirimu itu buruk. Kau juga mengatakan tak akan menikah dan tak akan meninggalkan rumah. Kau bahkan tak punya teman.


Goo Deok pun duduk dan memegang tangan Baek Yi.

Goo Deok : Apa maksudmu? Aku tak punya teman? Aku memilikimu, Baek Yi.

Mendengar itu, Baek Yi senang.

Baek Yi : Tapi masalahnya… Menurutku, kau tampak sedih dan kesepian, Puan. Apa pun statusnya dahulu, jika kau memang mencintainya, tadi kuharap kau kabur bersamanya di tengah malam. Aku berharap kau bisa menemukan cara untuk berbahagia, Puan.

Goo Deok : Baek Yi, aku tidak kesepian. Aku sungguh bahagia. Aku telah menjalani hidup yang berat.

Baek Yi bingung, penderitaan?

Goo Deok : Sudah tidak. Jadi, aku akan dihukum jika menginginkan lebih banyak hal. Sudah cukup bagiku melihatnya satu kali ini. Benar-benar sudah cukup.


Seung Hwi dan Man Seok duduk di teras depan penginapan tempat mereka menginap. Seung Hwi tampak lemas. Man Seok pun tanya, apa Seung Hwi baik-baik saja.

Seung Hwi sewot, apa aku tampak baik-baik saja?

Man Seok tertawa. Melihat itu, Seung Hwi makin sewot.

Seung Hwi : Jika kau tertawa lagi, kubunuh kau.

Man Seok pun diam.

Seung Hwi : Beri tahu si pemilik bahwa kita akan menginap beberapa hari lagi.

Man Seok : Kita sudah berkemas! Tidak, aku berangkat besok pagi.

Seung Hwi : Mana bisa aku pergi?

Man Seok : Bisa saja.

Seung Hwi : Pergi seperti ini? Serius?

Man Seok : Jangan bertindak lebih jauh. Itu tak pantas.

Seung Hwi : Ya ampun. Kalau begitu, tambah sehari saja.

Man Seok : Apa?

Seung Hwi : Sehari lagi.

Man Seok : Baik. Apa yang bisa terjadi dalam sehari? Namun kau harus tahu,dia bisa celaka jika identitasnya terungkap.

Mendengar itu, Seung Hwi terdiam.


Sekarang, kita ke Yuhyangso dimana para nyonya sedang berkumpul. Nyonya Kim bilang, Hanyang adalah tempat ideal untuk fokus belajar. Nyonya Song mengangguk mendengar perkataan Nyonya Kim.  Nyonya Lee tanya, apa Nyonya Song akan ikut pergi ke Hanyang.

Nyonya Song : Tentu saja.

Nyonya Hong : Kalau begitu, kami harus mengadakan pesta perpisahan untukmu, bukan?

Nyonya Song : Aku juga mempertimbangkan itu. Kalian akan kuundang ke rumahku.


Di paviliunnya, Kkeut Dong memberitahu Paman Do Ki dan Mak Sim soal Baek Do Gwang yang akan pergi ke Hanyang. Mak Sim kaget.

Kkeut Dong : Tapi dia sama sekali tak tampak berminat belajar. Dia akan menderita di Hanyang.

Paman Do Ki : Omong-omong, aku memergokinya kadang berkeliaran di sekitar rumah kita. Apa menurutmu dia menyukai Puan Tae Young?

Mak Sim mengedipkan matanya ke Kkeut Dong. Kkeut Dong mengerti.

Paman Do Ki tanya ke Kkeut Dong apa Kkeut Dong tahu sesuatu.

Kkeut Dong bilang tak ada yang gratis di dunia ini.

Mak Sim : Hentikan omong kosong ini. Pokoknya, para pembantunya akhirnya bisa sedikit bersantai.

Kkeut Dong : Aku tahu. Semua warga Kabupaten Cheongsu tahu bahwa nyonya rumah mereka jahat.

Paman Do Ki : Benar. Kau lihat wajah Dol Seok diberi cap dengan besi panas? Astaga. Mengerikan sekali.

Kkeut Dong : Omong-omong, mana Baek Yi? Dia berutang kepadaku.

Paman Do Ki : Pasti di paviliun. Dia dan Puan Tae Young tak terpisahkan.


Goo Deok sendiri melamun di depan kolam. Tiba2, suara Seung Hwi terdengar.

Seung Hwi : "Saat terbiasa kesepian, perasaan itu akan memudar." Kau pasti sudah memahaminya.

Goo Deok menoleh dan terkejut Seung Hwi datang.

Goo Deok : Bagaimana kau…

Seung Hwi : Aku memanjat tembok.

Goo Deok : Ada apa denganmu? Kau tak boleh berada di sini.

Seung Hwi : Wah, perasaanku terluka. Kau kusembunyikan saat datang ke paviliunku. Kau malah mengusirku?

Goo Deok : Kumohon, pergilah.

Seung Hwi : Tidak. Kau harus ikut denganku hari ini.

Goo Deok : Aku tak bisa.

Seung Hwi : Kau pasti bisa.


Seung Hwi lalu keras2 memanggil Goo Deok dengan nama Goo Deok.

Goo Deok panic, Doryongnim!

Seung Hwi : Bukankah kau Goo Deok dari Hanyang?

Goo Deok : Kau memerasku?

Seung Hwi : Kau sudah menjadi sangat cantik, Goo Deok!


Goo Deok yang panic, buru2 membekap mulut Seung Hwi.

Goo Deok : Kau mau membawaku ke mana?

Seung Hwi menunjuk2 mulutnya yang dibekap.

Goo Deok pun melepaskan bekapanya.

Seung Hwi : Aku menyiapkan kuda di balik tembok ini. Mari kita pergi.

Goo Deok : Tembok? Kau ingin aku memanjat tembok?

Seung Hwi : Ya, ayo.


Seung Hwi tiba2 menarik tangan Goo Deok. Mereka pun berlari ke arah tembok. Sampai di depan tembok, Seung Hwi berlutut, mau membantu Goo Deok memanjat tapi Goo Deok nya bisa manjat sendiri.


Seung Hwi melongo.

Goo Deok : Aku masih bisa.

Goo Deok lalu menatap Seung Hwi.

Goo deok : Kau sedang apa? Nanti tepergok. Lekas panjat.

Tapi Seung Hwi kesulitan memanjat tembok.

Goo Deok : Kau butuh bantuan?

Seung Hwi : Tidak. Terima kasih.

Seung Hwi pun berhasil memanjat tembok dengan susah payah.


Seung Hwi dan Goo Deok berkuda bersama.

Seung Hwi membawa Goo Deok ke tepi laut.

Bersambung ke part 3...

0 Comments:

Post a Comment