[Satu Minggu Sebelum Persidangan]
Disaat Bangjang, Wooruk dan Moongchi sibuk main kartu dengan taruhan makanan, Jung Woo sibuk membuat catatan. Milyang yang duduk di sebelah Jung Woo menanyakan tentang sidang kedua Jung Woo yang akan digelar sebentar lagi dan ingatan Jung Woo. Jung Woo pun berkata, ia sudah mendapatkan ingatannya kembali walau hanya sedikit.
“Kudengar
pertarungannya bakal sengit karena banyaknya barang bukti.” Ucap Milyang.
“Ada
beberapa bagian yang mencurigakan juga. Aku harus memeriksa beberapa hal sampai
sidangnya tiba.” Jawab Jung Woo.
Kepala
Tahanan juga membahas sidang kedua Jung Woo dengan Min Ho. Kepala Tahanan
meminta Min Ho tidak perlu khawatir. Kepala Tahanan lalu memuji ide Min Ho.
Usai berbicara dengan Min Ho, Kepala Tahanan langsung menghubungi anak buahnya.
Para
petugas langsung mendatangi sel yang dihuni Jung Woo cs. Petugas memeriksa
lemari Jung Woo dan mereka menemukan rokok di sana. Jung Woo pun mengelak, ia
berkata rokok itu bukan miliknya tapi petugas tidak peduli dan menyeretnya
keluar. Hanya Milyang yang sadar rokok itu adalah jebakan untuk menjebloskan
Jung Woo ke sel isolasi.
“Itu
bukan milikku! Lepaskan. Lepaskan aku! Itu bukan rokokku. Lepaskan aku!” teriak
Jung Woo.
Dan
buku catatan Jung Woo pun terjatuh.
“Baiklah.
Aku akan pergi. Aku akan pergi. Aku hanya perlu buku catatanku. Sidangku sudah
dekat! Sidangku sebentar lagi! Sidangku sebentar lagi! Itu bukan milikku. Rokoknya
bukan milikku!” teriak Jung Woo.
Tepat
saat itu, Tae Soo lewat dan melihat Jung Woo yang akan diseret ke sel isolasi.
Tae Soo pun mulai memikirkan sesuatu.
Petugas
yang menjebak Jung Woo menyerahkan buku catatan Jung Woo ke Kepala Tahanan.
Kepala Tahanan tersenyum puas melihat buku catatan itu.
Buku
catatan itu pun diserahkan Kepala Tahanan ke Min Ho. Min Ho pun mengaku bahwa
ia mengenal sebagian orang di Departemen Kehakiman dan berjanji akan mencari
tahu apakah Kepala Tahanan bisa dipindahkan ke Seoul.
“Astaga,
terima kasih.” Seru Kepala Tahanan.
“Tapi
kenapa kau melakukan hal semacam itu padanya?” tanya Kepala Tahanan penasaran.
“Adikku
memang suka membuat masalah, tapi kalau bukan karena Jaksa Park, dia tidak akan
jadi begini.” Jawab Min Ho.
“Begitu
rupanya.” Ucap Kepala Tahanan mengerti.
Min
Ho lalu menuangkan minuman untuk si Kepala Tahanan.
“Aku
dengar dia kehilangan ingatan beberapa kali sebelumnya. Aku harap dia akan menghadapi
sidang kali ini tanpa tahu kenapa dia ada di sana.” Ucap Min Ho.
Kepala
Tahanan langsung memberikan tatapan curiganya.
“Itu
karena aku ingin membalaskan dendamku padanya atas penderitaan adikku.” Ucap
Min Ho buru2.
“Dia
sudah kehilangan ingatannya dua kali. Kalau kita beruntung, itu mungkin akan
terjadi lagi. Kalaupun tidak terjadi, dia tidak akan ingat sudah mempersiapkan diri
untuk sidang ini. Tidak ada yang perlu dicemaskan.” Jawab Kepala Tahanan.
Di
sel isolasi, Jung Woo terus menerus berteriak meminta dibukakan pintu, tapi tak
ada yang mau membukakan pintu. Jung Woo akhirnya duduk dan mencoba berpikir.
“Sidangku
akan digelar sebentar lagi. Sidangku…”
“Kau tidak bisa keluar.” Ucap seseorang tiba2.
“Tae
Soo-ya?” jawab Jung Woo, lalu merangsek ke pintu.
“Tae
Soo-ya. Rokok itu bukan punyaku.” Ucap Jung Woo.
“Aku
tahu. Sipir dan kepala keamanan membecimu seperti aku membencimu. Aku tidak
tahu kenapa.” Jawab Tae Soo.
“Sidangku
akan digelar sebentar lagi. Aku harus mempersiapkannya. Aku tidak bisa berdiri
di persidangan dengan keadaan seperti ini. Tolong aku, Tae Soo-ya.” pinta Jung
Woo.
“Apa
kau masih mau bilang kalau kau tidak membunuh mereka?” tanya Tae Soo.
“Aku
tidak ingat. Aku tidak bisa mengingat apa-apa. Aku akan membuktikannya di
pengadilan. Aku masih punya waktu. Aku harus mencari jalan keluar dari semua
ini.” jawab Jung Woo.
Sayangnya,
Tae Soo tidak percaya ucapan Jung Woo.
“Benar,
kalau aku melakukannya, aku akan membayar semua dosaku. Untuk membuktikan itu, aku
perlu dokumennya. Tolonglah aku, Tae Soo-ya.” pinta Jung Woo.
“Waktu
itu, kau hanya bisa keluar saat ingatanmu hilang. Kau mungkin saja tidak bisa
keluar sebelum kau kehilangan ingatanmu lagi.” Jawab Tae Soo.
Tae
Soo lantas beranjak pergi.Jung Woo memanggil2 namanya, namun ia tak peduli.
Jung Woo pun bingung, ia tidak tahu bagaimana caranya bisa membuktikan kalau
bukan dia yang membunuh Ha Yeon dan Ji Soo.
Jung
Woo mulai terlelap. Sipir yang menjebak Jung Woo pun menatap Jung Woo dengan
penuh kebencian.
Min
Ho diberitahu Kepala Tahanan tentang ingatan Jung Woo yang masih belum hilang.
Kepala Tahanan berkata, mereka hanya tinggal menunggu sampai ingatan Jung Woo
hilang. Mereka masih punya satu hari lagi sampai ingatan Jung Woo hilang.
Min
Ho sepertinya marah, karena Kepala Tahanan langsung marah2 usai berbicara
dengan Min Ho. Sipir yang menjebak Jung Woo datang, ia melapor kalau ingatan
Jung Woo masih belum hilang.
“Apa
yang harus kita lakukan? Aku kan tidak mungkin membuka isi kepalanya. Tidak
bisakah kita melakukan sesuatu?” tanya Kepala Tahanan.
“Sepertinya
kita tidak bisa melakukan apa-apa.” Jawab sipir.
“Harusnya
dia suruh saja aku membunuhnya. Permintaannya itu sedikit aneh.” Ucap Kepala
Tahanan.
Di
sel isolasi, Jung Woo merangkak di lantai. Tubuhnya tidak sanggup untuk
berdiri. Jung Woo kemudian menemukan tulisan ibu di lantai. Jung Woo lantas
mengorek2 lantai, berusaha menuliskan sesuatu, dan… jari2nya pun terluka karena
itu.
Tak
lama kemudian, Jung Woo ingat kata2 Tae Soo kalau ia tak akan bisa keluar
sebelum ingatannya menghilang. Jung Woo pun cemas kalau ingatannya menghilang
lagi.Jung Woo lalu melihat jari2nya yang berdarah. Semangatnya pun muncul dan
ia kembali mengorek2 lantai menuliskan namanya, Park Bong Goo.
Kembali ke saat Jung Woo sengaja membuat masalah agar dijebloskan ke sel isolasi, tapi sel isolasi yang biasa dia huni malah sudah ditempati tahanan lain.
“Hei,
kau yang di sel ujung. Harusnya di lantai ada tulisan yang kuukir. Bisa kau
bacakan itu untukku?” teriak Jung Woo.
“Kau
benar. Seseorang menulisi lantai ini. Mengerikan sekali.” Jawab tahanan
itu—Shin Cheol Sik.
“Kau
menemukannya? Apa isinya?” tanya Jung Woo.
“Ya,
aku menemukannya. Tulisannya "Park Bong Goo." Jawab Cheol Sik.
“Benar.
Apa tidak ada lagi?” tanya Jung Woo.
“Coba
kulihat. Masih ada lagi.” Jawab Cheol Sik.
“Kumohon.
Bisakah kau bacakan itu untukku?” pinta Jung Woo.
“Masalahnya
aku tidak bisa membaca.” Jawab Cheol Sik.
“Apa
maksudmu? Kau barusan bisa membaca namanya.” Ucap Jung Woo.
“Itu
kebetulan saja, Jaksa Park Jung Woo.” Jawab Cheol Sik.
“Siapa
kau?” tanya Jung Woo.
“Aku
kecewa padamu. Kita berdua kan hampir mati gara-gara kau.” jawab Cheol Sik.
“Shin
Cheol Sik?” tanya Jung Woo.
“Kau
ingat aku ternyata. Sudah kubilang aku tidak melakukannya.” Jawab Cheol Sik
kesal.
“Baiklah.
Kumohon, aku mohon padamu. Katakan padaku apa isi tulisannya. Shin Cheol Sik.”
Ucap Jung Woo.
Tepat
saat itu, Kepala Tahanan pun datang ditemani anak buahnya. Melihat Kepala
Tahanan, Jung Woo pun kembali duduk agar mereka tidak curiga, Jung Woo paham,
apa yang mereka cari. Mereka lantas membuka sel Cheol Sik, dan mencari sesuatu.
Sementara di selnya, Jung Woo berharap tulisannya tidak ketahuan. Dan
syukurlah, mereka tidak melihat tulisan itu.
“Ada
apa ini?” tanya Cheol Sik.
“Apa
kau melihat sesuatu? Katakan kalau kau melihat sesuatu. Aku akan mengirimmu ke
sel gabungan.” pinta Kepala Tahanan.
“Aku
melihat sesuatu.” Ucap Cheol Sik.
Dan
Jung Woo pun langsung berdiri menguping kata2 Cheol Sik.
“Aku
melihat ada 3 lalat di sana.” Jawab Cheol Sik, lalu menirukan suara lalat. LOL
LOL
Kepala
Tahanan kesal. Dan Cheol Sik pun langsung dilemparkan kembali ke dalam selnya.
“Kenapa
kau melakukan itu?” tanya Jung Woo.
“Sepertinya
aku adalah satu-satunya yang tahu soal rahasiamu sekarang, Jaksa Park Jung Woo.”
Ucap Cheol Sik senang.
Jung
Woo pun terlihat kesal.
Min
Ho sedang menikmati sarapannya bersama Yeon Hee, Eun Soo, ayah dan ibunya. Yeon
Hee berkata, ia ragu apakah makanannya cocok dengan selera sang ibu mertua.
“Semuanya
enak.” Ucap Nyonya Myung.
“Hari
ini adalah hari ulang tahunmu. Apa ada yang kau inginkan?” tanya Yeon Hee.
“Kenapa
kau tidak keluar dengannya dan mengajaknya belanja?” suruh Min Ho.
“Nenek,
aku juga mau ikut.” Seru Eun Soo.
“Kau
juga mau ikut?” tanya Nyonya Myung. Eun Soo mengiyakan.
“Anak
baik. Kau sudah besar sekarang.” puji CEO Cha.
“Dia
juga sudah mulai ikut kelas sepak bola.” Jawab Yeon Hee.
“Itu
bagus. Anak-anak harus banyak bermain di luar. Dasar. Kau ini mirip sekali
dengn ayahmu.” ucap CEO Cha.
Yeon
Hee pun langsung menatap Min Ho dengan tegang.
“Kenapa
Min Ho tidak datang, ya? Kenapa dia melakukan perjalanan yang lama sekali? Apa
kau berhubungan dengannya terus, Seon Ho-ya?” tanya Nyonya Myung.
CEO
Cha, Yeon Hee dan Min Ho tegang mendengarnya. Min Ho membenarkan ucapan ibunya.
Nyonya Myung pun menyuruh Min Ho menjaga Min Ho dengan baik, agar kalau Min Ho
pulang, Min Ho akan merasa baik2 saja.
“Aku
akan melakukannya. Jangan mencemaskan
Min Ho.” Jawab Min Ho.
CEO
Cha lantas mengajak Min Ho bicara di ruangannya. CEO Cha membicarakan tentang
seseorang yang memenangkan medali emas di pertandingan dunia. Min Ho bingung
dengan ucapan ayahnya.
“Aku
bicara soal Lee Chan Young. Chamyung adalah sponsornya. Kau adalah kepala
asosiasinya. Bagaimana bisa kau tidak tahu?” ucap CEO Cha.
“Aku
tahu itu. Maafkan aku.” jawab Min Ho, yang tegang melihat baju anggar di
ruangan ayahnya.
“Aturlah
pertemuan untuk merayakan kemenangannya.” Ucap sang ayah.
“Aku
akan menggelar malam pesta untuk para pendukung.” Jawab Min Ho.
“Malam
untuk para pendukung? Kedengarannya bagus.” Puji CEO Cha.
Min
Ho mengiyakan.
“Kenapa
kau tidak bertanding dengan Lee Chan Young malam itu sebagai perayaan spesial?”
tanya CEO Cha.
“Pertandingan?”
ucap Min Ho kaget.
“Kau
bisa melakukannya sebagai kepala asosiasi.” Jawab CEO Cha.
“Ayah
itu…” Min Ho berusaha mencari alasan.
“Apa
kau takut?” tanya CEO Cha.
“Tidak.”
Jawab Min Ho.
“Aku
menantikannya.” Ucap CEO Cha.
Selesai
bicara, CEO Cha beranjak pergi. Setelah CEO Cha pergi, Min Ho berdiri di depan
baju anggar dan mencoba memikirkan sesuatu sambil menatap baju anggar itu. Tak
lama kemudian, ia mendapat telepon dari sipir penjara. Sipir memberitahu
tentang Jung Woo yang tidak akan menyerah dalam sidang. Min Ho kesal, saking
kesalnya ia sampai membanting baju anggar Seon Ho.
“Kenapa
semua orang melakukan ini padaku?” ucapnya.
Joon
Hyuk yang baru datang dikejutkan dengan Eun Hye yang sudah menunggunya di
ruangannya. Eun Hye menanyakan soal Jung Woo.
“Soal
apa? Dia membuat kekacauan dengan pulpen yang kau bawa? Atau soal dia yang
mengurungkan niat untuk membatalkan bandingnya?” tanya Joon Hyuk.
Joon
Hyuk lantas duduk di kursinya.
“Jung
Woo merasa cukup bingung dengan masalahnya sendiri tanpa kau membuat masalah
sekalipun.” Ucap Joon Hyuk.
“Aku
mau menolongnya.” Jawab Eun Hye.
“Menolongnya?
Apa yang bisa kau lakukan untuknya? Jung Woo akan melakukan sidang ini lebih
baik darimu. Dia akan menyampaikan pendapatnya jauhlebih baik dari
dirimu.Bagaimana bisa kau menolongnya?” tanya Joon Hyuk.
“Dia
kehilangan ingatannya.” Jawab Eun Hye.
“Bisa
kau kembalikan lagi ingatannya itu?” tanya Joon Hyuk.
“Aku
tidak bisa mengembalikan ingatannya, tapi aku bisa menolongnya… lebih dari yang
sudah kau lakukan selama ini. Biarkan aku menanyakan satu pertanyaan padamu. Tidak,
dua pertanyaan. Apa kau membawa Park Jung Woo yang sedang hilang ingatan ke
persidangan sebagai jaksa, atau sebagai temannya? Kedua, kalau Park Jung Woo
kehilangan ingatannya lagi,apa kau tetap akan menyeretnya ke persidangan tanpa mencoba menangguhkannya?” tanya Eun Hye.
“Aku
akan menjawab semuanya dalam satu jawaban. Bagaimana kalau Jung Woo tidak
kehilangan ingatannya?” tanya Joon Hyuk balik.
“Apa?”
kaget Eun Hye.
“Di
hari pemeriksaan TKP, dia kehilangan ingatannya untuk pertama kali.” Jawab Joon
Hyuk.
Flashback—Ketika
Joon Hyuk mengunjungi Jong Woo di tahanan, Jung Woo tidak mengerti kenapa ia
ditahan—Flashback end.
“Satu
bulan kemudian, aku dengar dia kehilangan ingatannya lagi.” Ucap Joon Hyuk.
Flashback—satu
bulan kemudian, saat Joon Hyuk mengunjungi Jung Woo di sel isolasi, ia
mendengar Jung Woo yang teriak memanggil Ha Yeon dan Ji Soo. Joon Hyuk kemudian
mendekati Jung Woo dan Jung Woo bertanya kenapa ia dikurung di sana—Flashback
end.
“Di
hari pertama persidangan, ingatannya hilang untuk ketiga kalinya. Itu terjadi
lagi pada tanggal 31 Desember. Dan sehari sebelum dia kehilangan ingatannya, dia
mengatakan sesuatu padaku.” Ucap Joon Hyuk.
Flashback—Jung
Woo mengakui semuanya pada Joon Hyuk. Ia mengaku kalau dirinya memang membunuh
Ha Yeon dan Ji Soo. Pengacara Jung Woo yang dulu pun langsung memohon agar Joon
Hyuk tidak menuntut Jung Woo dengan hukuman mati karena Jung Woo sudah
mengakuinya—Flashback end.
“Mungkin
itu bukanlah yang terakhir. Dia mungkin akan kehilangan ingatannya lagi dan
lagi.” Ucap Joon Hyuk.
Joon
Hyuk kemudian berdiri dan menatap Eun Hye dengan emosi.
“Dia
kehilangan ingatannya di hari-hari penting. Dalam keadaan seperti ini, menurutmu
seberapa besar aku bisa mempercayainya? Apa itu cukup menjawab pertanyaanmu?”
tanya Joon Hyuk.
“Tapi
kalau dia sengaja melakukannya apa gunanya semua itu bagi Park Jung Woo? Dia
akan tetap menghadapi hukuman mati.” Jawab Eun Hye.
“Hanya
Jung Woo yang tahu jawabannya.” Ucap Joon Hyuk.
Di
lobi kantor kejaksaan, Eun Hye teringat kata2 Jung Woo setelah persidangan
kasus istri yang menikam suami, dan saat itu Eun Hye menjadi pembela terdakwa
dan Jung Woo yang menjadi jaksa atas kasus penikaman itu.
“Pengacara
Publik Seo, kalau kau mau menang, kau harusnya tidak boleh mempercayai
terdakwamu. Kau tahu kenapa kau selalu kalah? Karena kau selalu mengambil kasus
yang sudah jelas akan membuatmu kalah.” Ucap Jung Woo
Eun
Hye pun jadi bertanya2, apa Jung Woo benar2 hilang ingatan??
Joon
Hyuk sendiri juga termenung di ruangannya, memikirkan Jung Woo yang menangis
padanya mengaku tidak ingat apapun.
“Ulang tahun Ha
Yeon masih terasa begitu hangat di ingatanku,
tapi aku tidak
bisa mengingat hal lain.” Ucap Jung Woo.
“Jung
Woo-ya, apa benar kau tidak bisa mengingat apa-apa?” ucapnya pelan.
Joon
Hyuk lalu mengambil fotonya bersama Jung Woo dan Ji Soo. Ingatannya pun
melayang ke masa lalu, saat mereka merayakan pengangkatan dirinya dan Jung Woo
sebagai jaksa.Ji Soo mengajak mereka bersulang.
“Minuman ini
terasa luar biasa belakangan ini.” ucap Ji Soo yang langsung ditoyor sang ibu.
“Luar biasa? Siapa
sih kau kenapa kuat sekali minum? Siapa yang akan menikahinya kalau dia begini?”
ucap sang ibu.
“Kenapa? Maksudku..
bukankah aku adalah wanita yang lumayan.” Tanya Ji Soo sambil menatap Jung Woo
dan Joon Hyuk.
“Apa?” tanya
Jung Woo.
“Kenapa kau
tidak menjawab?” tanya Ji Soo balik.
“Maksudku, kau
lumayan, tapi...” Jung Woo menggantung kalimatnya.
“Ya, kau
lumayan, tapi.. kau tidak buruk, kok.” Ucap Joon Hyuk.
“Kau sedikit
aneh.” Jawab Jung Woo sambil menatap Joon Hyuk.
“Ya, benar.”
ucap Joon Hyuk.
“Apa? Apanya?”
tanya Ji Soo.
Ibu Ji Soo pun
langsung menggeplak bahu Ji Soo.
“Hei, kau
harusnya sadar. Dua jaksa ini tidak akan senang hanya dengan seseorang
sepertimu.” Ucap sang ibu.
“Tidak, Bu.”
Jawab Jung Woo dan Joon Hyuk kompak.
Jung Woo lalu
berkata, kalau Ji Soo adalah wanita yang sedikit keren. Ji Soo lalu menuangkan
soju ke dalam gelas besar dan berkata siapa yang menghabiskan minuman itu lebih
dulu akan jadi menantu ibunya.
Jung Woo pun
langsung menyambar gelas itu dan meminumnya. Ji Soo, ibu Ji Soo dan Joon Hyuk
terkejut melihatnya. Setelah menghabiskan minuman itu, ibu Ji Soo bertanya apa
Jung Woo baik2 saja. Jung Woo pun mengaku kalau ia baik2 saja. Ji Soo kemudian
menyuapkan sayuran ke mulut Jung Woo. Jung Woo makan dengan lahapnya, sementara
Joon Hyuk? Dia nampak terluka…
Flashback end…
Malam
harinya, Jung Woo duduk termenung di sel isolasi. Dari ruangan sebelah,
terdengar suara Cheol Sik.
“Apa
itu terlalu berat? Apa itu tidak mungkin? Jaksa Park Jung Woo? Astaga. Sepertinya kau tidak penasaran
soal apa yang tertulis di lantai. Kau sudah membuat banyak masalah kan agar
bisa dikirim ke ruang hukuman?” ucap Cheol Sik.
“Bagaimana
bisa aku melakukan itu?” tanya Jung Woo.
“Tepat
sekali. Kita harus mencari cara. Apa kau berencana mengeluarkanku, begitu? Aku
hanya mau dikeluarkan dari sini. Kalau aku di sini terus pikiranku rasanya jadi
kosong. Coba lihat. Aku tidak bisa mengingat apa yang tertulis di lantai. Aku
adalah orang bodoh.” Sindir Cheol Sik.
Dan,
Jung Woo pun kesal mendengarnya.
“Kau
dan aku sama saja, dasar idiot!” teriak Jung Woo.
“Kita
tidak sama. Sudah kubilang bukan aku pelakunya! Aku dijebak. Aku dijebak oleh
seseorang. Aku ada dalam masalah karena kau. Bisa kau keluarkan aku dari
ruangan ini!” teriak Cheol Sik.
Jung
Woo diam saja. Cheol Sik berkata lagi…
“Lakukan
apa yang kau mau. Pikirkan dengan baik, Jaksa Park. Siapa yang sangat putus asa
di sini?”
Jung
Woo kesal dan langsung meninju dinding sel saking kesalnya.
“Itu
pasti sekali.” Ucap Cheol Sik kemudian tertawa.
Jung
Woo dan Cheol Sik lantas sama2 kembali duduk di lantai.
Min
Ho sedang mencari tahu kenapa Jung Woo mengajukan banding lewat atasan Kepala
Jaksa Choi. Kepala Jaksa Choi berkata, bahwa Jung Woo pasti sudah gila.
“Apa?”
tanya Min Ho bingung.
Atasan
Kepala Jaksa Choi pun tertawa.
“Aku
hanya bercanda. Hampir semua kejahatan kekerasan berakhir di Mahkamah Agung. Jangan
mencemaskan itu, Presdir Cha.” Ucap atasan Kepala Jaksa Choi.
Usai
berbicara dengan atasan Kepala Jaksa Choi, Min Ho pun menonton video Seon Ho
yang sedang bertanding anggar. Min Ho menghela napas, lalu pergi membasuh mukanya.
Saat kembali ke ruangannya, ia menemukan sebuah amplop cokelat di atas meja. Ia
membukanya dan terkejut melihat isinya. Isinya adalah, riwayat kesehatannya
sendiri.
Min
Ho langsung berlari keluar mencari orang itu. Tak lama kemudian, ia melihat
seorang pria berjas yang berlari menuju pintu darurat. Min Ho terus mengejarnya
sampai di lobi. Ia mencari pria itu di tengah2 kerumunan pegawainya yang sedang
lalu lalang.
“Berhenti
di situ!” teriak Min Ho.
Seketika
semua orang yang ada di lobby berhenti. Termasuk pria berjas itu yang berhenti
di depan pintu keluar. Saat Min Ho hendak mendekati pria itu, CEO Cha datang.
“Ada
apa ini?” tanya CEO Cha.
“Tidak
ada apa2, Presdir.” Jawab Min Ho.
Saat
Min Ho menoleh ke pintu, pria itu sudah hilang.
Detektif
Go… iya, pasti dia yang neror Min Ho, karena cuma dia dan Jung Woo kan yang
tahu rekam medis Min Ho..