Dalam perjalanan pulang, duo Lee Sun saling berbicara. PM Lee Sun heran Lee Sun tak bisa ikut ujian pemerintah tapi masih suka belajar.
“Faktanya
bahwa aku hari ini akan berbeda dengan aku hari esok. Dan perasaan bahwa
belajar meningkatkan kepribadianku membuat jantungku berdegup kencang.” Jawab
Lee Sun.
“Itu...membuat
jantungmu berdegup kencang?” tanya PM Lee Sun heran, lalu tertawa.
“Aneh
sekali.” Ucap PM Lee Sun, yang langsung dibalas oleh tatapan tajam Lee Sun.
Pembicaraan
keduanya terhenti karena mereka sudah tiba di rumah Lee Sun. Namun PM Lee Sun
hanya menunggu diluar. Melihat ke arah Ga Eun dan Lee Sun, PM Lee Sun berkata
bahwa memiliki hubungan dengan seseorang adalah sesuatu yang membuat jantungnya
berdebar. Namun tiba-tiba, terdengar teriakan panik Ga Eun dan Lee Sun.
Ibu
Lee Sun hendak melahirkan, namun ia dehidrasi dan itu bisa membahayakan nyawa
ibu dan si bayi. Ibu Lee Sun meyakinkan kalau ia baik2 saja dan bidan akan
segera datang jadi Ga Eun tak perlu cemas. Ga Eun pun berteriak pada duo Lee
Sun yang menunggu diluar kalau ia butuh air.
Lee Sun panik karena mereka tak punya air. PM Lee Sun mengajak Lee Sun mengambil air. Lee Sun berkata, petugas Biro Persediaan Air menutup sumur, jadi tak ada tempat bagi mereka bisa mendapatkan air. Tak lama kemudian, Ga Eun keluar dan mengajak Lee Sun membeli air.
PM
Lee Sun tercengang, mereka tidak bisa mendapatkan air darimanapun kecuali dari
Biro Persediaan Air?
Di istana, Raja lagi memarahi Chun Soo dan terus menyuruh Chun Soo memanggilnya dengan sebutan abamama. Chun Soo yang ketakutan, tak bisa menyebut kata itu dengan benar, sehingga Raja menyuruhnya berulang2 mengucapkan kata itu.
“Tidak
ada yang perlu kau takutkan! Kau adalah Lee Sun yang sebenarnya!” bentak Raja.
Seseorang
diam2 mengintip mereka dan melaporkannya pada salah satu orangnya Dae Mok.
Orang itu menyebut kalau Raja menyembunyikan Putra Mahkota dibawah tanah. Tidak
ada pergerakan yang mencurigakan dari Putra Mahkota tapi kasimnya Putra Mahkota menghilang. Orangnya Dae Mok
pun terkejut.
Ketiganya
sampai di sumur, tapi penjaga menghalangi mereka masuk. Ga Eun mencoba
bernegosiasi. Ia berkata, ini sangat mendesak karena nyawa ibu dan adiknya Lee
Sun yang akan lahir dalam bahaya.
“Apapun
situasi kalian, kami tidak menjual air pada jam segini. Jadi pergilah sekarang
juga!” tolak penjaga.
“Dia
bilang nyawa seseorang sedang dipertaruhkan!” sentak PM Lee Sun.
PM
Lee Sun berusaha menerobos masuk, tapi penjaga menghalanginya dan berusaha
memukulnya. PM Lee Sun marah, apa kalian tahu siapa aku? Aku adalah Putra
Mahkota dari negeri ini!
Tepat
saat itu, Lee Chung Woon lewat dan terdiam mendengar ucapan PM Lee Sun. PM Lee
Sun terdiam menyadari ia keceplosan. Ia pun buru2 meralat ucapannya dengan
mengaku sebagai temannya Putra Mahkota. Chung Woon terus memperhatikan PM Lee
Sun. Pengawal pun menegur Chung Woon dan berkata mereka harus bergegas karena
Raja bilang ini situasi darurat.
“Jika
kau teman Putra Mahkota, aku adalah saudaranya Raja!” ucap penjaga meledek PM
Lee Sun.
“Ini
sungguh mendesak. Tolong ijinkan kami 1 ember air saja.” Bujuk Ga Eun.
“Jika
begini, ibuku dan adikku akan mati!” teriak Lee Sun.
“Aku
akan memberimu harga 10 kali lipat. Tidak, aku akan memberimu harga 100 kali
lipat. Aku akan membayar berapapun harga yang kau minta, tolong buka pintunya!”
perintah PM Lee Sun.
“Jika
kau tidak pergi sekarang, kami akan menghukummu!” ancam penjaga.
Tak
lama kemudian, ayah Lee Sun datang dan memaksa penjaga membiarkannya masuk. Ia
juga menyelipkan uang ke tangan penjaga. Penjaga pun mengizinkan ayah Lee Sun
masuk. Lee Sun hanya bisa melongo melihat aksi sang ayah. Sementara PM Lee Sun
mendesis sebal.
Hwa
Gun, Woo Jae dan Tae Ho melintas di sana tepat saat ayah Lee Sun keluar membawa
air. Penjaga pun mau mengejar ayah Lee Sun, tapi duo Lee Sun langsung
menghalanginya sampai ayah Lee Sun pergi cukup jauh.
“Kita
harus memberi tahu ayah bahwa penjagaan Biro Persediaan air sangat buruk.”
Desis Woo Jae sebal.
Setelah
yakin ayah Lee Sun sudah pergi cukup jauh, duo Lee Sun dan Ga Eun pun bergegas
pergi. Hwa Gun menoleh ke arah mereka dan terkejut melihat luka titik di
belakang telinga PM Lee Sun.
“Putra
Mahkota?” gumamnya.
“Aku
akan pastikan bahwa hal seperti ini tidak akan terjadi lagi. Jadi tolong, jangan
katakan pada Tuan Dae Mok.” Pinta Tae Ho.
Ayah
Lee Sun langsung menggendong putrinya yang baru lahir. Ibu dan bayinya selamat.
Ayah Lee Sun memberinya nama Kko Mool. Lee Sun protes, nama apa itu? Terlebih
untuk anak gadis…
“Apa
salahnya dengan nama itu?” jawab ayah Lee Sun membela diri.
Ayah
Lee Sun lalu menawari Ga Eun menggendong Kko Mool. Ga Eun pun langsung
mengangguk antusias dan menggendong Kko Mool. Begitu Kko Mool berada di
gendongan Ga Eun, duo Lee Sun kompak memandangi Kko Mool. PM Lee Sun bahkan
menyentuh wajah si mungil.
“Aku
paham kalian terburu-buru tapi kalian telah mencuri air dari Biro Persediaan
air. Apa kau akan baik-baik saja?” tanya Woo Bo cemas.
“Apa
kau tidak mengenalku Tuan? Aku akan baik-baik saja. Aku bekerja sebagai penjaga air di sana. Yang
harus aku lakukan adalah minta maaf atas kesalahanku, dan membayar dua kali
lipat pada mereka.” Jawab ayah Lee Sun.
Namun
Woo Bo tak bisa menampik rasa cemasnya. Sama hal nya dengan Lee Sun.
Chung
Woon berlutut pada Raja dan meminta maaf karena ia tak tahu bagaimana wajah PM
Lee Sun. Di ranjang, Chun Soo tertidur dengan jubah dan topeng PM Lee Sun. Raja
pun berbalik, ia menatap Chung Woon dan menyuruh Chung Woon melakukan apa yang
dia minta, ditambah lagi Chung Woon adalah guru sekaligus teman dekat PM Lee
Sun.
“Tidak
ada yang mengenalnya lebik baik dari kau. Kau harus menemukannya tanpa
diketahui siapapun.” Ucap Raja.
“Cari
ke semua tempat yang mungkin dia datangi.Kita hanya bisa berharap bahwa Putra
Mahkota akan mengenalimu lebih dulu atau kau yang mengenali suaranya.” Jawab
Kepala Lee yang tak lain adalah ayah Chung Woon.
“Suaranya…?”
gumam Chung Woon, lalu teringat pada pemuda yang mengaku temannya PM Lee Sun.
“Aku
tidak begitu yakin, tapi ada 1 tempat yang harus aku cari lebih dulu.” Ucap
Chung Woon pada Raja.
Chung
Woon langsung menemui penjaga air. Ia mencengkram baju si penjaga air. Penjaga
air ketakutan. Chung Woon menanyakan soal pemuda yang datang mengambil air 6
jam yang lalu. Si penjaga air dengan wajah ketakutan berkata kalau ia tak kenal
pemuda itu tapi ia kenal dengan si pembawa air.
“Dimana
rumahnya?” tanya Chung Woon.
“Di...
Di daerah Seosomun.” Jawab penjaga air terbata2.
Tepat
saat itu, Woo Jae dan Hwa Gun keluar dari Biro Persediaan Air dan melihat Chung
Woon. Woo Jae penasaran dengan apa yang dilakukan putra Panglima Kerajaan di
jam segitu.
“Putra
Panglima Kerajaan?” tanya Hwa Gun.
“Ya,
dia cukup dekat dengan Putra Mahkota.” Jawab Woo Jae.
Dae
Mok menanyakan soal PM Lee Sun pada ketiga menterinya. Menteri Heo berkata,
bahwa Putra Mahkota disembunyikan di ruang bawah tanah untuk waktu yang lama.
“Tapi
berdasarkan informasi yang kami peroleh... ada dua Lee Sun yang tinggal di
Jongmyo. Bagaimana jika kita menangkap mereka bertiga dan membuat mereka
menghilang selamanya?” ujar Menteri Joo.
“Oh,
aku juga dengar salah satu kasim Putra Mahkota telah menghilang dan Panglima
Kerajaan mencarinya sepanjang malam.” Ucap Menteri Heo, membuat Dae Mok
terkejut.
Hwa
Gun tiba2 datang dan langsung menanyakan keberadaan Putra Mahkota. Dae Mok
karuan saja kaget. Ia heran kenapa cucunya mendadak tertarik dengan Putra
Mahkota. Menteri Joo berkata, Putra Mahkota ada di Jongmyo untuk melakukan
ritual.
“Apa
kau yakin orang yang ada di Jongmyo yang memakai topeng adalah dia?” tanya Hwa
Gun, membuat mereka semua tercengang.
Hwa
Gun lalu menyuruh kakeknya mencari tahu kebenarannya.
“Dan
kenapa kau berpikir Pangeran yang ada di Jongmyo itu palsu?” tanya Dae Mok.
Hwa
Gun pun tersenyum jahil. Dae Mok mengerti. Ia tahu kalau cucunya bukan gadis
yang asal bicara dan langsung menyuruh Gon mencari tahu.
PM
Lee Sun terus mendesak Woo Bo cerita alasan kenapa Putra Mahkota harus memakai topeng.
Ia berkata, tidak punya banyak waktu menyelesaikan teka teki Woo Bo, jadi Woo
Bo harus mengatakannya sekarang juga.
“Apa
kau tahu arti dari "yongnim"? tanya Woo Bo.
"Yongnin?
Um, sisik di bagian bawah dagu naga?” tanya PM Lee Sun.
“Kau
mungkin bisa mengendarai naga, tapi kau tidak bisa menyentuh sisik itu. Dan
jika kau menyentuh sisik naga itu, mereka akan mencabik-cabikmu. Dan bagi Raja,
sisik naganya adalah Putra Mahkota. Itulah kenapa dia menyembunyikan dan
melindunginya. Tapi apa itu sungguh penting bagi Putra Mahkota untuk mengetahui
alasannya? Saat Raja berusaha untuk melindunginya? Akan sangat sulit untuk
hidup dengan melepas topengnya lalu kenapa dia harus melepas topengnya?” jawab
Woo Bo.
“Karena
dia adalah Putra Mahkota. Seorang Putra Mahkota tidak bisa hanya duduk terdiam
dan menerima segalanya. Dia harus melindungi rakyatnya!” ucap PM Lee Sun.
“Emosi
tanpa tindakan, semua itu tidak lebih dari omong kosong! Melindungi rakyat? Apa
kau pikir Putra Mahkota memiliki kekuatan untuk melakukannya? Dia tidak lain
adalah bunga lembut yang selalu dimanja seumur hidupnya! Terlebih lagi, kau
mengatakan pemuda bodoh seperti dia... yang tidak tahu apapun tentang dunia
luar akan melindungi rakyatnya!” teriak Woo Bo.
PM
Lee Sun pun terpukul. Woo Bo lalu beranjak pergi. Sambil berjalan pergi, ia
berkata…
“Jika
kau melepas topengmu hanya untuk menikmati kebebasan, lebih baik pakai kembali
topengnya.”
PM
Lee Sun pun terkejut karena Woo Bo tahu siapa dirinya.
Gon
melapor pada Dae Mok kalau Putra Mahkota yang ada di ruang bawah tanah adalah
seorang kasim. Gon bilang dia memakai bantalan di lututnya. Menteri Heo pun
curiga bahwa Putra Mahkota telah ditukar.
“Jika
dia masih memakai bantalan lutut, dia pasti terburu-buru. Tidak mungkin Raja
yang sempurna membuat kesalahan.” Jawab Dae Mok.
“Aku
yakin bukanlah Raja yang melarikan diri, tapi Putra Mahkota.” Ucap Hwa Gun.
“Putra
Mahkota melarikan diri?” tanya Dae Mok.
Hwa
Gun tersenyum dan meninggalkan ruang pertemuan dengan wajah girang. Dae Mok
tertawa, lalu berkata kalau Putra Mahkota memang melarikan diri, maka itu
kesempatan emas bagi mereka. Mereka harus menemukan Putra Mahkota lebih dulu.
Dae Mok pun memberi perintah pada Gon.
Diluar,
Hwa Gun memanggil Gon. Gon muncul di atap. Hwa Gun menyuruh Gon menemukan
keberadaan Chung Woon.
Chung
Woon menemui ayah Lee Sun. Ia beralasan sedang mencari adiknya. Ayah Lee Sun
langsung ngeh. Ia pikir pemuda yang bersama Ga Eun tadi lah yang dicari Chung
Woo. Tak jauh dari sana, Gon menguping pembicaraan mereka.
PM
Lee Sun dan Ga Eun berdebat soal ayam. PM Lee Sun mau makan ayam, tapi Ga Eun
malah mengatai PM Lee Sun serakah.
“Kau
menuai yang sudah kau tabur. Jika kau menabur bibit yang baik, kau akan selalu
diberkahi. Jadi tidak perlu pelit, dan berikan padaku.” Jawab PM Lee Sun.
Ayah
Ga Eun pun keluar dari dalam rumah sambil tertawa.
“Sepertinya
putriku membawa tamu penting. Wajar jika kita menyembelih ayam dan
menyajikannya. Aku tidak bisa membiarkan rumor tersebar tentang betapa tidak
ramahnya anggota Hangsungu.” Ucap ayah Ga Eun, lalu beranjak pergi.
Begitu
Tuan Han pergi, PM Lee Sun langsung berdehem dan menatap Ga Eun sambil
tersenyum puas. Ga Eun pun membuka kandang ayamnya dengan sebal dan si ayam
langsung terbang keluar kandang menabrak wajah PM Lee Sun.
Mereka
berdua masak ayam bareng. PM Lee Sun tiba2 bertanya, apa akan lebih menjalani
hidup dengan memakai topeng. Ga Eun heran sendiri mendengar pertanyaan PM Lee
Sun.
“Maksudku,
seekor ayam akan tetap aman jika berada di dalam kandangnya. Tapi itu tidak
bebas. Tapi akan sangat berbahaya jika dia meninggalkan kadangnya untuk mencari
kebebasan.” Ucap PM Lee Sun.
“Apakah
sungguh baik bagi ayam untuk tetap berada di kandang meski tempat itu aman dan
bagus? Meskipun tidak tahu kapan ayam itu akan dimakan... hidup mungkin memang
berat, tapi mereka hanya akan bebas jika mereka meninggalkan kandangnya.” Jawab
Ga Eun.
PM
Lee Sun pun menatap wajah Ga Eun seolah terpesona dan puas dengan jawaban Ga
Eun.
“Apa
kau tahu ajaran apa yang aku suka dari guru? Jika kau tidak bisa menahan
kesakitanmu dan mencoba yang terbaik, kau tidak akan pernah memperoleh
kebebasan yang sejati. Jika itu adalah aku, aku tidak akan menjadi ayam yang
tidak bisa bebas dari kandangnya, tapi burung yang bisa terbang tinggi ke awan,
meskipun hidupnya akan lebih sulit.” Ucap Ga Eun lagi.
“Seorang
wanita yang berbicara tentang kebebasan yang sejati. Keren sekali.” Puji PM Lee
Sun.
Keduanya
lalu saling bertatapan dalam diam. Tak lama, PM Lee Sun memecah keheningan
dengan bertanya, apa Ga Eun punya pacar. Ga Eun tidak mau menjawab, hingga PM
Lee Sun pun menanyakannya sekali lagi. Ga Eun tersenyum malu sambil menundukkan
wajahnya. PM Lee Sun mengerti dan tersenyum bahagia.
Tae
Ho marah-marah saat penjaga membangunkannya tengah malam. Tapi begitu melihat
ada Hwa Gook disana, ia buru-buru menghampirinya dan menjilatnya habis-habisan.
Hwa Goon tanya apakah Tae Ho akan membiarkan orang yang mencuri air tetap
bebas?
Di
sisi lain, PM Lee Sun bicara dengan menggebu-gebu pada Tuan Han.
“Nyawa
seseorang yang dipertaruhkan, tapi kenapa mereka tidak menjual air karena sudah
malam? Apa itu masuk akal?” protesnya.
“Tepat
sekali, sesuatu yang mengerikan bisa saja terjadi.” Jawab Tuan Han.
“Maksudku,
jika rakyat bodoh dan pengecut dan tidak bisa mengatasi kesulitannya sendiri,
lalu-bukankah orang sepertimu harus lebih berani untuk menghadapi mereka, Tuan?”
ucap PM Lee Sun.
“Aku
mengerti, tapi bukan itu masalahnya.” Jawab Tuan Han.
“Apa
kau tidak punya keberanian?” tanya PM Lee Sun.
“Dengarkan.
Apa kau pikir rakyat tidak berani bertarung demi hidup mereka karena mereka
kurang pendidikan dan kurang berani sepertimu?” jawab Tuan Han, yang membuat PM
Lee Sun terdiam.
Tak
lama, Ga Eun masuk membawa nampan makanan. Begitu Ga Eun datang, PM Lee Sun
langsung cengengesan menatapnya dan Ga Eun hanya tertunduk sembari tersenyum
menahan malu. Tuan Han yang mengerti perasaan keduanya pun meledek Ga Eun
dengan berkata tumben2an Ga Eun tidak menggosongkan ayamnya.
Tuan
Han lantas mengambilkan sepotong ayam untuk PM Lee Sun dan menyuruh PM Lee Sun
sering main ke rumahnya. PM Lee Sun pun melahap ayamnya sambil cengengesan.
Diluar, Lee Sun berlari dengan panic memasuki
halaman rumah Ga Eun.
“Wakil
Hakim Han!” teriaknya. Sontak, Tuan Han langsung keluar bersama PM Lee Sun dan
Ga Eun.
“Tuan
Han! Tolong selamatkan ayahku, Tuan Han! Ayahku ditangkap oleh Biro Persediaan
Air karena telah mencuri air. Mereka mengatakan mereka akan memotong tangannya!
Tolong selamatkan dia!” ucapnya panik.
“Tunggu,
mereka akan memotong tangannya karena telah mencuri satu ember air?” tanya PM
Lee Sun heran.
“Aku
tidak bisa ikut campur dengan urusan Biro Persediaan Air karena mereka lembaga
independen.” Jawab Tuan Han.
“Hidup
rakyat sedang dipertaruhkan! Bukan saatnya untuk memikirkan tentang yuridiksi!”
ucap PM Lee Sun.