Kelompok Tae Ho terus mengejarnya. Sampai di ujung jalan, PM Lee Sun mulai panic karena pengejarnya sudah mulai mendekatinya. Tiba2, seseorang menariknya dan membantunya bersembunyi. Dia tak lain adalah Han Ga Eun.
Ga Eun menyembunyikan PM Lee Sun di dalam tandu dan memanggilnya ibu. Tae Ho yang curiga dengan tingkah Ga Eun, bersiap mencabut pedangnya. Namun kecurigaannya lenyap setelah melihat orang di dalam tandu membuka jendela dan mengenakan jaket perempuan untuk menutupi wajah.
Ga
Eun menarik napas lega setelah kelompok Tae Ho beranjak pergi. PM Lee Sun
terdiam menatapnya. Ga Eun mengernyit heran, apa kau baik-baik saja? Apa kau
terluka?
“Apa
aku... tampan?” tanya PM Lee Sun.
Ga
Eun heran, apa?
“Aku
bertanya karena kaulah orang pertama yang melihat wajahku dengan sangat lama. Bagaimanapun
juga, terima kasih telah menolongku. Kau menyelamatkanku dari masalah.” Jawab
PM Lee Sun.
Di Jongmyo,
ritual akan segera dimulai tapi PM Lee Sun belum juga kembali. Raja cemas kalau
Kelompok Pyunsoo menangkap putranya. Kepala Lee memberitahu kalau PM Lee Sun
sudah pergi sebelum Kelompok Pyunsoo datang.
“Kenapa
dia harus keluar sendirian? Tidak ada tempat yang bisa dia tuju.” Ucap Raja
cemas.
“Aku
akan segera menemukan keberadaannya.” Jawab Kepala Lee.
“Tidak.
Jangan bergerak dengan tergesa-gesa. Kelompok Pyunsoo pasti mengawasimu dengan
sangat dekat.” Ucap Raja.
“Silakan
melangkah, Yang Mulia.” Jawab Kepala
Lee.
“Dimana
Chung Woon?” tanya Raja.
“Yang
Mulia. Putraku sudah lama mengenal Putra Mahkota, tapi dia sama sekali tidak
melihat wajah Putra Mahkota.” Jawab Kepala Lee cemas.
“Saat
ini kita tidak punya pilihan lain. Panggil Chung Woon sekarang juga.” suruh
Raja.
Raja
berjalan menuju altar lalu menatap lukisan mendiang Raja Sunjo sambil membatin…
“Aku
berdoa pada nenek moyangku. Karena ketidakmampuanku dan kurangnya kebajikanku, Aku
menjadi raja yang melanggar melanggar takdir dewa dan mengkhianati rakyatnya. Tetapi,
Putra Mahkota berbeda. Dia satu-satunya harapan yang kita punya agar negara ini
bisa lebih baik. Kumohon... lindungilah putraku.”
PM
Lee Sun terus berjalan mengikuti Ga Eun, hingga Ga Eun heran menoleh padanya.
PM Lee Sun pun beralasan kalau mereka punya arah tujuan yang sama. PM Lee Sun
lantas mendekati Ga Eun dan bertanya apa Ga Eun juga menuju desa miskin di
dekat Pintu Gerbang Seoso.
“Kenapa
kau terus bicara informal denganku?” protes Ga Eun.
“Mungkin
kau tidak mengetahuinya, tapi aku adalah seseorang yang bisa bicara informal
denganku.” Jawab PM Lee Sun dengan bangga.
Ga
Eun heran, apa? Lalu siapa kau?
“Aku?
Aku...” PM Lee Sun kebingungan menjawab.
“Aku...
seorang pencari buku.” Jawab PM Lee Sun akhirnya.
“Pencari
buku? Itu artinya kau telah membaca banyak buku yang berharga? Apa kau pernah
membaca "Survey of Roads" dan "Surveys of Mountains and Rivers"?
Unabridged Compilation of Herbal Lore"?” tanya Ga Eun antusias.
“Astaga.
Apa kau sudah membaca semua buku itu?” tanya PM Lee Sun.
“Tidak.
Aku ingin membacanya, tapi aku tidak bisa mendapatkannya. Apa kau mencari buku
tentang pengobatan dan juga ajaran barat?”
“Aku
punya satu buku tentang ajaran barat.” Jawab PM Lee Sun, lalu menunjukkan buku
yang dibawanya.
Ga
Eun takjub, oh, astaga.. Darimana kau mendapatkan buku langka ini?
“Kau
belum mengetahuinya, tapi aku adalah seseorang yang mudah mendapatkan jenis
buku seperti ini.” jawab PM Lee Sun bangga.
“Sayang
sekali, ini adalah buku yang sangat berharga.” Ucap Ga Eun setelah menyadari
buku itu berlubang kena anak panah.
PM
Lee Sun yang baru sadar bukunya berlubang pun panic.
“Astaga….
aku harus memberikan ini pada Woo Bo.” Ucapnya.
“Maksudmu
Tuan Woo Bo? Kau mengenalnya? Dia adalah guruku. Aku sebenarnya dalam
perjalanan untuk mencarinya.” Jawab Ga Eun.
“Benarkah?
Kau murid dari Woo Bo yang tertarik pada... buku tentang geografi, ajaran
barat, dan bahkan pengobatan. Lalu siapa namamu?” tanya PM Lee Sun.
Ga
Eun bertanya balik, bagaimana denganmu?
“Aku...
Chun Soo.” Jawab PM Lee Sun.
“Aku
Ga Eun. Han Ga Eun.” Ucap Ga Eun.
Sebelum
pergi menemui Woo Bo, Ga Eun singgah sebentar ke rumah Lee Sun. Ibu Lee Sun
menyambut kedatangan Ga Eun dengan senang hati. Ga Eun mencemaskan Lee Sun. Tak
lama kemudian, ayah Lee Sun pulang dan langsung mengomeli Lee Sun.
“Aku
sudah menyuruhmu jangan menyebabkan masalah. Kau kehilangan kesabaranmu dan kita
tidak bisa menjual air lagi. Karenamu kita tidak bisa menghasilkan uang
sepeserpun.”
“Orang-orang
itu memukuliku. Aku dipukuli.” Bela Lee Sun.
“Kau
hanya memiliki ide bodoh tentang belajar membaca. Jelas sekali tidak ada
gunanya belajar membaca dan menulis.” Ucap sang ayah.
“Idenya
bukan ide bodoh. Lee Sun sangat pandai. Tuan Woo Bo menyebutnya jenius karena
dia bisa mengingat apapun.” Bela Ga Eun.
Lee
Sun pun tersipu malu mendengar pembelaan Ga Eun. Namun senyumannya itu hilang
dan ia langsung menatap galak ayahnya saat sang ayah berkata mereka hanya orang
miskin jadi tidak ada gunanya menjadi pandai.
PM Lee Sun masih menunggu Ga Eun di tepi
jalan. Tiba2, seorang pria mabuk menabraknya dan bertanya dimana dia sekarang.
PM Lee Sun pun berkata, ia juga tak tahu dimana mereka sekarang. Pria mabuk itu
pun mengamati wajah PM Lee Sun dari dekat, lalu menggeplak wajah PM Lee Sun.
PM
Lee Sun tak terima dipukul begitu. Tapi tiba2, terdengar suara perutnya yang
keroncongan. Pria itu pun menawarkan minumannya pada PM Lee Sun. PM Lee Sun
awalnya ragu, tapi karena rasa lapar yang mendera, akhirnya ia meneguknya tapi
botol itu ternyata sudah kosong dan pria itu menuduh PM Lee Sun sudah
menghabiskan minumannya.
“Ngomong-ngomong,
dimana aku?” tanyanya.
PM
Lee Sun pun bengong dan terus menatap wajah pria di hadapannya. Pria di hadapannya
juga terus menatapnya, sebelum akhirnya ia berjalan mendekati PM Lee Sun. PM
Lee Sun ngeri sendiri. Ia berjalan menghindar sampai terjatuh. Tepat saat itu,
Ga Eun pun datang dan pria mabuk itu pergi.
“Astaga!
Aku sudah menyuruhmu untuk menunggu. Kenapa kau ada di sini?” tanya Ga Eun.
“Kenapa
kau lama sekali? Ada pria gila yang...”
PM
Lee Sun pun berhenti bicara saat melirik ke arah pria yang bersama Ga Eun. Lee
Sun pun menatap galak PM Lee Sun. Lee Sun bertanya, apa Ga Eun yakin mau
membawa PM Lee Sun menemui Woo Bo.
“Dan
kau juga muridnya?” tanya PM Lee Sun heran.
Ga
Eun membawa PM Lee Sun ke sebuah gubuk reot. PM Lee Sun tak percaya kalau Woo
Bo tinggal di tempat seperti itu.
Setibanya
di dalam, mereka menemukan Woo Bo tengah tertidur sambil mendengkur. PM Lee Sun
pun semakin tidak percaya kalau pria tua mabuk yang ia temui tadi adalah
Profesor di Sungkyungkwan. Ga Eun mencoba meyakinkan PM Lee Sun kalau pria di
hadapan mereka memang Woo Bo.
“Bukan
pemabuk tua ini. Aku mencari Woo bo. Dia pernah menjadi guru di Sungkyunkwan.”
Jawab PM Lee Sun.
Ga
Eun pun langsung menyuruh PM Lee Sun. Setelah itu, ia membangunkan Woo Bo
dengan hati-hati dan memberitahu ada orang yang ingin bertemu Woo Bo dan
mengaku memiliki buku yang mau diberikan pada Woo Bo.
“Apa
kau sungguh Guru Woo Bo?” tanya PM Lee Sun.
“Ya,
aku Woo Bo. Tapi aku bukan guru.” Jawab Woo Bo.
PM
Lee Sun lantas menunjukkan buku The Chronicles of Foreign
Lands yang
memang hanya ada satu di Joseon. Ia berkata, kalau Woo Bo bisa menjawab pertanyaannya,
ia akan memberikan buku itu pada Woo Bo. Woo Bo yang tadinya tidur, seketika
bangkit dan menatap buku itu dengan berbinar-binar.
Ga
Eun yang kesal atas ketidaksopanan PM Lee Sun, langsung menginjak kaki PM Lee
Sun. Lee Sun yang berdiri di belakang pun langsung cekikikan melihat itu.
Sementara Woo Bo tersenyum.
“Tidak
masalah, kalian boleh keluar sebentar.” Jawab Woo Bo.
Setelah
cuma berdua, PM Lee Sun pun langsung bertanya, apakah Woo Bo mengenalnya.
Dengan enteng, Woo Bo berkata bagaimana ia bisa tahu kalau PM Lee Sun tak
mengatakannya.
“Aku
akan menanyakannya. Apa kau tahu alasan kenapa Putra Mahkota memakai topeng?”
tanya PM Lee Sun.
“Aku
tahu. Aku akan bertanya juga, apa kau tahu tentang Kelompok Pyunsoo?” tanya Woo
Boo.
“Kelompok
Pyunsoo?” PM Lee Sun mengernyit heran.
“Akulah
yang bertanya padamu. Lalu kenapa kau mengajukan pertanyaan padaku?” protes PM
Lee Sun kemudian.
“Apa
kau sungguh tahu alasan kenapa dia harus memakai topeng?” tanya PM Lee Sun
lagi.
“Alasan
kenapa dia harus memakai topeng. Pikirkan tentang ini. Curah hujan tahun ini
dua kali lipat dari tahun lalu. Lalu kenapa sumur-sumur justru mengering? Jika
kau bisa menjawab pertanyaanku, aku akan menjawab pertanyaanmu.” Jawab Woo Bo.
Woo
Bo lantas meraih buku langka milik PM Lee Sun. Ia membukanya sedikit untuk
melihat isinya. PM Lee Sun yang kesal pun langsung merebut buku itu.
PM
Lee Sun dan Lee Sun berjalan di belakang Ga Eun. Baru beberapa langkah, Ga Eun
tiba2 menoleh dan bertanya, apa PM Lee Sun akan terus mengikutinya. PM Lee Sun
berkata, butuh banyak perjuangan baginya untuk datang ke sana, jadi ia harus
temukan jawabannya.
“Aku
tidak tahu jawabannya dan aku tidak bisa mengatakan padamu meskipun aku tahu.”
ucap Ga Eun.
“Aku
tidak memintamu untuk mengatakan padaku. Aku akan tinggal ditempatmu untuk
sementara waktu dan mencari jawabannya sendiri.” Jawab PM Lee Sun.
“Ini
sudah cukup! Apa kau sungguh tidak punya malu?” ucap Lee Sun sewot.
“Apa
kau mengatakan aku tidak tahu malu?” protes PM Lee Sun.
“Apa
aku salah? Aku seorang petani, tapi aku lebih tahu sopan santun daripada kau.”
jawab Lee Sun.
“Aku
kira kau adalah murid Woo Bo. Apa kau berasal dari keluarga miskin?” ucap PM
Lee Sun.
“Tidak
semua orang miskin itu bodoh!” balas Lee Sun.
“Aku
rasa, temperamenmu itu lebih bermasalah dibanding silsilah keluargamu.”
“Apa
katamu?!” Lee Sun tidak terima dan langsung menyerang PM Lee Sun hingga
keduanya terjatuh.
Ga
Eun pun langsung memisahkan mereka tepat saat Lee Sun mau memukul wajah PM Lee
Sun.
“Lee
Sun-ah!” ucapnya sembari memegangi Lee Sun. Lee Sun pun menoleh, Ga Eun
menggeleng. PM Lee Sun pun tertegun mengetahui pria di hadapannya juga bernama
Lee Sun. Tak lama kemudian, ia pun tertawa membuat Ga Eun dan Lee Sun bingung.
“Ini
pertama kalinya aku berkelahi dengan seseorang yang seusia denganku.” Ucap PM
Lee Sun.
PM
Lee Sun terus tertawa hingga Ga Eun pun tersenyum geli.
PM
Lee Sun lantas terkejut saat melihat ke atas, ada banyak kunang2 beterbangan.
Ketiganya pun melihat kunang2 itu dengan tatapan takjub. Lee Sun terus menatap
Ga Eun. Namun begitu Ga Eun menatapnya, ia reflek menundukkan wajahnya.
Sementara, PM Lee Sun tertegun melihat Ga Eun yang mencoba menyentuh kunang2
itu dengan mata berbinar. Ga Eun akhirnya menatap PM Lee Sun. Mereka terus
bertatapan hingga membuat Lee Sun sedikit cemburu.
0 Comments:
Post a Comment