Seseorang menghubungi Eun Hyuk.
Mereka bertemu di kafe. Yeon Joo lah yang menghubungi Eun Hyuk dan mengajaknya bertemu.
"Aku minta maaf karena mengajakmu bertemu, aku yakin kau pasti sibuk." ucap Yeon Joo.
"Ada apa?" tanya Eun Hyuk.
"Apakah aku membutuhkan alasan mengajakmu minum teh? Aku sulit mengambil keputusan, tapi begitu melihatmu, aku yakin keputusanku sudah tepat. Benar juga. Aku tidak bisa lagi memanggilmu sayang. Kau milik orang lain." jawab Yeon Joo.
Yeon Joo lantas memberitahu Eun Hyuk bahwa ia akan meninggalkan Korea.
"Aku pergi ke luar negeri untuk pelatihan." ucap Yeon Joo.
"Apa maksudmu?" tanya Eun Hyuk.
"Ini terjadi begitu saja. Jika kau penasaran, aku juga ingin tahu apa yang akan terjadi dengan hidupku sekarang." jawab Yeon Joo.
Yeon Joo kemudian bertanya, apa Eun Hyuk pernah mencintainya sekali saja.
"Aku selalu berterima kasih kepadamu. Kau menyelamatkanku. Kau menerimaku." jawab Eun Hyuk.
"Bukan itu yang kutanya. Pernahkah kau mencintaiku sebagai seorang wanita?" tanya Yeon Joo.
"Mianata." jawab Eun Hyuk, membuat Yeon Joo kecewa.
Ponsel Eun Hyuk berdering. Nama 'Bunga Bangau Putih' muncul di layar ponselnya.
Eun Hyuk pun langsung menemui si Bunga Bangau Putih yang tidak lain adalah Chae Rin.
Mereka minum soju di sebuah warung.
"Kau ingat saat itu? Kau memiliki cincin kawin dan setelan yang dibuat sebagai avatar Jae Sang dan kita minum soju bersama." ucap Chae Rin.
"Kenapa? Kau berpikir hatimu akan bernanah dan meledak jika tidak mensterilkannya hari ini? Apa yang ingin kau katakan? Kau memanggilku untuk mengatakan sesuatu.
"Sekarang, Yeon Joo... bukan, Min Soo A akan pergi jauh dari sini. Suatu hari nanti kau juga akan mengetahuinya meski tidak mau tahu. Saat itu apa yang akan kau katakan? Bagaimana ekspresi wajahmu nanti?" tanya Chae Rin dalam hati.
Chae Rin lalu menuangkan soju untuk Eun Hyuk.
"Aku akan mendengarkan ceritamu hari ini. Aku pendengar yang baik. Kenapa? Sepertinya ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan." ucap Chae Rin.
"Tidak ada yang ingin kuceritakan." jawab Eun Hyuk.
"Baiklah kalau begitu. Mulai sekarang, kita harus saling bercerita. Kita tidak boleh menyembunyikan apa pun." ucap Chae Rin.
Mereka kemudian bersulang dan saling tersenyum satu sama lain.
Nyonya Do dan Yeon Joo tidur bersama.
Nyonya Do menyuruh Yeon Joo pergi diam-diam.
"Jika Geum Joo dan Dong Joo mengetahuinya, mereka hanya akan membuat keributan. Jika Dong Joo tahu kau pergi ke luar negeri, dia pasti akan bersikeras pergi bersamamu."
"Tapi aku tetap harus berpamitan. Aku harus memberi tahu mereka kapan aku pergi. Mereka akan marah jika mengetahuinya belakangan."
"Biar ibu yang memberi tahu mereka. Kau hanya harus melupakannya dan pergi. Dengarkan yang ibu katakan kepadamu."
Nyonya Do kemudian menatap Yeon Joo.
"Yeon Joo-ya, sayangku." Nyonya Do ingin menangis.
"Jangan katakan apapun. Aku mengerti perasaan ibu." jawab Yeon Joo.
Nyonya Do lalu memeluk erat Yeon Joo.
Esok paginya, Nyonya Do mengantarkan Yeon Joo ke pintu.
"Pergilah sekarang. Jangan melihat kebelakang. Pergilah."
"Eomma." ucap Yeon Joo lalu memeluk Nyonya Do.
Nyonya Do memeluk Yeon Joo. Tak lama kemudian, ia melepas pelukannya.
"Orang-orang akan berpikir kau tidak akan kembali. Pergilah sekarang. Kau akan ketinggalan pesawat. Ayolah."
Nyonya Do lalu masuk ke dalam dengan alasan mau mematikan kompor.
Tapi begitu Yeon Joo pergi, ia keluar lagi dan terduduk di depan pintu sambil menangis.
Yeon Joo sudah berada di airport sekarang.
Chae Rin juga di sana, menatap kepergian Yeon Joo.
Lalu, Chae Rin ingat masa lalunya saat ia diusir dari kediaman Min.
Flashback...
"Nona Soo A hilang, kau tidak bisa tinggal di rumah ini lagi. Pergi sekarang. Beli tiket bus dengan uang itu." ucap Bu Kim.
"Aku akan mati dan membuat Nenek mati menyesal." ancam Chae Rin.
"Apa pun yang terjadi kepadamu, dia bahkan tidak akan memikirkannya." jawab Bu Kim.
"Lalu bagaimana denganmu? Kau tidak akan peduli jika aku mati? Aku benar-benar akan mati!" ucap Chae Rin.
"Mati bukan apa-apa. Yang benar-benar mengerikan adalah menjalani kehidupan yang diberikan kepadamu tanpa kemauan atau usaha apa pun untuk mengubahnya." jawab Bu Kim.
"Ini yang terakhir. Kau tidak akan pernah melihatku lagi." ucap Chae Rin.
"Pergilah sekarang dan mati." jawab Bu Kim lalu masuk ke dalam.
Chae Rin pun luka.
"Kenapa aku harus mati? Kenapa aku harus mati untuk orang lain? Aku tidak akan pernah mati. Lihat saja nanti. Aku pasti akan bertahan." ucap Chae Rin penuh dendam.
Di terminal, Chae Rin melihat Soo A bersama Nyonya Do.
Nyonya Do menyuruh Soo A duduk dan menunggunya karena ia mau membeli tiket.
Ketika Nyonya Do pergi, Chae Rin mendekati Soo A.
"Sedang apa kau di sini?" tanya Chae Rin.
"Kau siapa?" tanya Soo A.
"Kau benar-benar tidak kenal aku? Min Soo A." jawab Chae Rin.
"Min Soo A? Siapa itu?" tanya Soo A.
"Pasti terjadi sesuatu." jawab Chae Rin.
Chae Rin pun menghubungi Nyonya Na. Ia memberitahu Nyonya Na bahwa ia sudah sedang bersama Soo A sekarang.
Tapi Nyonya Na tidak percaya dan malah memaki Chae Rin. Ia pikir, Chae Rin sedang mempermainkannya.
"Enyah saja dirimu! Beraninya kau menggunakan nama Soo A. Dasar anak jahat. Kau memakan ginseng liar untuk Soo A, lalu kau pulih dari penyakit mematikan Aku ingin kau mati sebagai pengemis tanpa dicintai siapa pun. Aku akan mendoakannya berulang kali. Dasar anak terkutuk."
Dimaki seperti itu, Chae Rin tetap ingin membawa Soo A pulang.
Tapi Nyonya Na terus memakinya."Nenek harus minta maaf. Minta maaflah kepadaku. Minta maaf kepadaku sekali saja." pinta Chae Rin.
Tapi Nyonya Na memutuskan teleponnya.
Sedih dan marah, Chae Rin pun membiarkan Soo A pergi bersama Nyonya Do.
"Tidak peduli apa pun yang terjadi, aku akan kembali ke rumah Pimpinan Min. Mulai sekarang, kita akan bermain petak umpet. Kau harus memastikan kau bersembunyi dengan baik. Sekarang, aku satu-satunya yang bisa menemukanmu." ucap Chae Rin.
Flashback end...
"Mianhae, Soo A. Kau harus pergi. Sama seperti waktu itu, kita masih bermain petak umpet. Aku belum menemukanmu." ucap Chae Rin.
Chae Rin lalu dihubungi ayahnya yang memintanya hadir dalam rapat dengan perusahaan Tiongkok.
Pil Doo ke rumah Nyonya Do. Ia berniat membawa Yeon Joo ke rumah Nyonya Na.
Tapi sampai di sana, ia melihat Dong Joo yang marah-marah pada Nyonya Do.
"Dia masih di bandara kan?" tanya Dong Joo.
Mendengar itu, Pil Doo kaget dan langsung ke bandara.
Chae Rin sudah di tempat meeting. Tapi tidak ada siapa pun di sana.
Tak lama kemudian, seseorang datang dan ia pun kaget melihat sosok yang datang adalah Jae Sang.
Jae Sang menjabat tangan Chae Rin dan memperkenalkan dirinya sebagai perwakilan dari Bailing Kosmetik.
Ia lalu tertawa melihat reaksi Chae Rin.
Pil Doo menyusul Yeon Joo ke bandara.
Jae Sang memberitahu Chae Rin bahwa Grup Taesan didelegasikan oleh Kosmetik Bailing untuk menjalankan bisnis di Korea.
"Dan aku di sini sebagai perwakilan Kosmetik Bailing." ucap Jae Sang.
Tidak mau berhubungan lagi dengan Jae Sang, Chae Rin beranjak pergi.
Ia membuka pintu dan terkejut melihat sosok Eun Hyuk di balik pintu.
Pil Doo memberitahu Yeon Joo bahwa Nyonya Do lah kaki tangannya yang membantunya menculik Yeon Joo.
Yeon Joo kaget.
Begitu pun dengan Chae Rin yang kaget mengetahui Eun Hyuk masih bekerja dengan Jae Sang.
Bersambung.......
Biang keladinya memang si Nyonya Na ini.
Dia yg bikin Soo A hilang.
Kalau dia gk ngirim Soo A ke rumah Do Hoon, Soo A gk mungkin hilang. Dia nyuruh Presdir Min tugas keluar kota dan meminta Nyonya Park mendampingi Presdir Min.
Awalnya Nyonya Park gak mau karena tahu gk bakal ada yang ngurus Soo A. Tapi Nyonya Na bilang, kalau ia akan mengirim Soo A ke rumah Do Hoon.
Tujuannya buat menyelesaikan ritual anehnya.
Pas Soo A hilang, dia ngusir Chae Rin tapi Chae Rin malah ketemu Soo A di terminal.
Lagi-lagi si Nyonya Na ngata-ngatain Chae Rin. Coba aja kalau dia gak melukai hati Chae Rin, Soo A mungkin sudah kembali sejak dulu.
Makepacific dalam bahaya lagi juga karena Nyonya Na. Kalau Nyonya gak ngirimin itu permen, Grup Taesan gak bakal dendam.
Bahaya banget mulut si Nyonya Na ini.