Chun Joong dan Pal Ryeong jalan-jalan di pasar. Pal Ryeong mengeluh karena salju belum juga berhenti. Chun Joong tanya, Pal Ryeong mau kemana.
Chun Joong : Tuan, aku akan mengambilkan obat untuk kesehatanmu sebelum musim dingin tiba!
Pal Ryeong : Kenapa? Jadi, kau bisa mempekerjakanku siang dan malam?
Chun Joong : Bekerja keras juga membuatmu kaya!
Mereka mampir ke toko obat. Ja Young keluar dan melayani mereka.
Chun Joon terdiam menatap wajah Ja Young yang bersinar.
Pal Ryeong tanya apa yang sedang Chun Joong lihat. Lalu ia mengajak Chun Joong masuk.
Pal Ryeong : Pemilik! Biarkan kami melihat. Beri aku yang terbaik, bukan termahal!
Ja Young menyuruh Chun Joong masuk.
Chun Joong sedang diperiksa tabib, si pemilik toko obat.
Sambil diperiksa, Chun Joong memperhatikan Ja Young yang sedang memotong obat.
Pal Ryeong melihat apa yang sedang dipotong Ja Young.
Setelah itu, mereka keluar dari toko. Pal Ryeong memegang serenteng obat. Ja Young mengantar mereka keluar dan berterima kasih karena sudah mampir. Tapi Chun Joong mengambil obat itu dari tangan Pal Ryeong dan memberikannya ke Ja Young.
Chun Joong : Berikan ini kepada ibumu.
Pal Ryeong kaget, apa? Kau akan memberikannya sup herbal mahal?
Chun Joong : Postur dan sopan santunnya baik. Dia putri bangsawan yang berpendidikan. Dengan pergelangan tangan kurus, terlalu lemah untuk memotong herbal, dia dari keluarga yang kelaparan.
Chun Joong juga memberikan Ja Young uang.
Chun Joong : Gunakan ini untuk membantu keluargamu makan. Jangan menolak karena harga diri.
Chun Joong dan Pal Ryeong pagi.
Ja Young tertegun.
Chun Joong dan Ja Young mampir ke kedai untuk makan.
Pal Ryeong : Kenapa kau terlalu dermawan?
Chun Joong : Kau pikir aku dermawan? Anak tadi ditakdirkan untuk kejayaan.
Pal Ryeong : Dia tampak normal bagiku. Apa? Dia memiliki wajah permaisuri?
Chun Joong : Siapa yang tahu apa dia akan menjadi permaisuri Lihat saja nanti.
Pal Ryeong : Astaga, meskipun seorang tuan, kau baru saja membuang sup herbal dan uang. Sayang sekali.
Chun Joong hanya tersenyum mendengar protesan Pal Ryeong.
Pal Ryeong : Pergelangan tanganku juga kurus. Lihat!
Raja mengumpulkan menteri-menterinya di balai.
Raja : Penyakitku memburuk dan aku khawatir siapa yang akan mengambil alih. Aku berencana menyerahkan takhta kepada seorang kerabat.
Jwa Geun kaget mendengarnya.
Raja : Aku ingin tahu pendapat kalian tentang masalah ini.
Byeong Woon : Raja, anda masih muda. Penurunan takhta? Jangan, Yang Mulia!
Kasim menatap sinis Byeong Woon.
Raja : Sudah cukup. Aku sudah memutuskan! Cari kerabat dengan moral yang baik dan kebijaksanaan. Bantu kerajaan dan cari penerusku!
Jwa Geun kesal dan menatap Byeong Woon yang diam saja.
Kasim memapah Raja kembali ke kamar, tapi sampai di kamar, mereka bertemu Ibu Suri yang sudah menunggu.
Ibu Suri : Raja, bagaimana bisa anda bicara soal penurunan takhta?
Raja : Semua orang tahu ini akan terjadi. Jika kita tidak segera menemukan penerus, aku akan menjadi pendosa bagi negeri ini dan takhta.
Ibu Suri lalu mengenalkan kerabatnya, Lee Ha Jeon, Pangeran Gyeongwon.
Ha Jeon : Suatu kehormatan bisa bertemu dengan Raja.
Ibu Suri : Sekarang, anda tidak perlu mengkhawatirkan penerus. Ha Jeon adalah pemuda baik-baik yang akan memimpin negara ini sebagai raja baru.
Raja diam saja menatap Ha Jeon. Setelah itu, ia menuju tempat tidurnya tanpa berkata apa-apa.
Ibu Suri kesal.
Byeong Woon bersiap meninggalkan istana. Saat tandunya mulai berjalan, Hakim Lee lewat. Byeong Woon pun langsung menyuruh orang-orangnya berhenti.
Hakim Lee : Lama tidak bertemu, Tuan.
Byeong Woon : Kau tidak datang ke pertemuan Tuan Putri.
Hakim Lee : Anak keduaku sakit dan aku harus menggadaikan mantelku dan tidak punya apa pun untuk dipakai. Jika aku bisa meminjam uang untuk obat anakku...
Byeong Woon : Kerabat seorang raja meminjam uang dari Tuan...
Byeong Woon melirik pelayannya.
Byeong Woon : Pelayan Jang.
Pelayan Jang langsung memberinya uang.
Byeong Woon menyuruh pembawa tandu mulai berjalan.
Saat Hakim Lee hendak mengambil uang itu dari tangan Pelayan Jang, Pelayan Jang malah menjatuhkannya ke tanah.
Hakim Lee merasa terhina.
Pelayan Jang menyusul tuannya. Tapi Ha Jeon datang dan menyuruh mereka berhenti.
Ha Jeon lalu menampar Pelayan Jang.
Pengawal Byeong Woon marah dan berusaha membalas Ha Jeon tapi pengawal Ha Jeon menghentikannya.
Ha Jeon menyuruh pengawalnya melepaskan pegawal Byeong Woon.
Pengawal Ha Jeon melepaskan pengawal Byeong Woon.
Ha Jeon : Kau Tuan Kim, kan? Pelayan vulgar ini bekerja untukmu, Tuan?
Byeong Woon : Aku akan membayar dosanya untuk mengakhiri masalahmu.
Ha Jeon : Sebelum itu, dia harus meminta maaf.
Byeong Woon melihat Pelayan Jang. Pelayan Jang mengerti dan langsung berlutut minta maaf pada Hakim Lee.
Ha Jeon menghampiri Pelayan Jang dan mencengkram pipinya.
Ha Jeon : Ini Dinasti Joseon Keluarga Lee. Jangan pernah lupakan itu!
Pelayan Jang : Baik, Tuan.
Melihat itu, Hakim Lee berusaha menenangkan Ha Jeon dan minta maaf pada Byeong Woon.
Byeong Woon lalu mengajak orang-orangnya pergi.
Ha Jeon membawa Hakim Lee ke tempatnya.
Ha Jeon menyuruh pengawalnya memberi hormat pada Hakim Lee. Lalu Ha Jeon mengenalkan pengawalnya pada Hakim Lee.
Ha Jeon : Dia Yeon Chi Seong, pengawalku. Walaupun dia putra seorang selir, tapi dia juga keluarga bangsawan. Wajahnya mungkin anggun, tapi dia prajurit yang tangguh.
Hakim Lee : Dia memang punya kekuatan.
Ha Jeon : Tinggalkan kami.
Chi Seong pergi.
Ha Jeon : Jika kuingat lagi, pelayan yang memohon membuatku bahagia. Bagaimana denganmu?
Hakim Lee : Jangan begitu. Kau tidak boleh memprovokasi mereka. Mereka seperti binatang buas.
Ha Jeon : Semua akan baik-baik saja. Tolong jangan khawatir. Baru-baru ini, Ibu Suri meminta orang yang ternama dan dihormati. Aku kecewa. Bahkan Ibu Suri memercayai ramalan ini.
Hakim Lee : Bukan begitu. Jika menyangkut politik, orang-orang ingin percaya pada legenda dan mimpi. Mari kita lihat... Ada yang terlintas...
Hakim Lee membawa Chun Joong ke istana Ibu Suri.
Bong Ryeon juga ada di sana, duduk di depan Ibu Suri.
Hakim Lee : Ibu Suri, orang yang anda cari.
Ibu Suri menatap Chun Joong dari balik tirainya.
Ibu Suri : Kau Choi Mu Myung?
Chun Joong : Ya, Ibu Suri.
Ibu Suri : Urusan kita hari ini tidak boleh bocor.
Chun Joong : Baik, Ibu Suri.
Ibu Suri menatap Kepala Pelayannya. Si Kepala Pelayan mengerti dan langsung menatap Bong Ryeon.
Bong Ryeon juga mengerti, lalu dia mengambil bokgeon dan memejamkan matanya.
Dalam penglihatannya, pangeran kecil si pemilik bokgeon itu menampar salah seorang temannya.
"Kau berani menertawakanku? Keturunan Raja? Jika kau membuatku marah lagi, aku akan membunuhmu."
Pangeran kecil itu bernama Lee Jae Geung. Dia Pangeran Heungin.
Setelah itu, Bong Ryeon memegang cangkir dan dia melihat pangeran lain sedang bersenang-senang dengan para gisaeng.
Dia Lee Jae Won, Pangeran Heungyeong.
Setelah giliran Chun Joong. Kepala Pelayan menunjukkan dua tanggal dan waktu kelahiran kedua pangeran yang diramal Bong Ryeon tadi.
Chun Joong yang tahu itu tanggal lahir dari keturunan Raja sontak kaget dan menatap Ibu Suri sambil bertanya-tanya apa yang sedang mereka cari.
Ibu Suri : Bagaimana menurutmu?
Chun Joong : Salah satunya amat hebat dan yang satunya suka alkohol dan wanita.
Chun Joong lalu tanya tanggal lahir siapa itu.
Hakim Lee : Jangan bertanya! Dia Ibu Suri!
Ibu Suri : Aku sudah memperingatkanmu. Kejadian hari ini tidak boleh dibicarakan. Kau boleh pergi sekarang.
Chun Joong dan Bong Ryeon saling menatap. Setelah itu, Chun Joong beranjak pergi.
Malamnya, Bong Ryeon dan Dan ada di Wallsongru.
Dan menyamar sebagai peramal dan Bong Ryeon menyamar sebagai asisten Dan.
Dan pura2 meramal para gisaeng lewat kartu tarot.
Dan kemudian menatap Bong Ryeon.
Bong Ryeon memejamkan matanya, semacam memberi kode.
Dan mengerti.
Dan : Kau harus berhati-hati dengan pria! Pria yang kau temui saat ini tidak berharga, bukan?
Sontaklah giseng yang diramal takjub karena Dan benar.
Dan : Usir dia dan cari pria baru.
Gisaeng : Jika kulakukan, aku akan bahagia?
Bong Ryeon lalu pergi keluar. Diluar, dia mencari seseorang. Tapi saat melewati salah satu gisaeng, langkahnya tiba-tiba saja berhenti. Bong Ryeon kemudian berbalik dan mendekati gisaeng itu. Gisaeng itu adalah gisaeng yang pernah mendatangi Chun Joong sebelumnya dengan sang kakak.
Bong Ryeon : Bolehkah aku bertanya?
Gisaeng itu kaget, apa?
Di sebuah kamar di tempat yang sama, Chun Joong menemui seorang pria.
Chun Joong : Aku datang atas permintaan mendesakmu.
Pria itu : Kau sudah membaca takdir Tuan Heungseon-gun?
Chun Joong : Siapa kau?
Pria itu menunjukkan identitasnya. Dia menteri kehakiman.
Pria itu lantas memberi Chun Joong uang.
"Bayaran karena membantu pemerintah." ucap pria itu.
"Pemerintah?" tanya Chun Joong.
"Apa kata Heungseon-gun? Apa takdirnya? Katakan semua yang kau tahu." ucap pria itu. *Heungseon-gun = Hakim Lee.
"Aku peramal rendahan, tapi membaca hidup orang. Aku tidak akan membagi privasi mereka dengan orang lain." tolak Chun Joong lalu mengembalikan uang pria itu.
"Kau berani menolak permintaan pemerintah?" pria itu marah.
"Jika pemerintah ingin tahu tentang Heungseon-gun, suruh atasanmu mencariku sendiri. Jika mereka berusaha, mungkin aku akan memberitahumu."
Chun Joong pergi.
Diluar, Chun Joong melihat Bong Ryeon masuk ke sebuah kamar bersama gisaeng yang pernah mendatanginya.
Bong Ryeon : Aku bekerja dengan dukun wanita itu. Jika kau menceritakan kisahmu, aku pasti akan memberi tahu dukun itu.
Gisaeng : Tidak apa-apa. Aku tidak butuh ramalan masa depanku. Semua akan baik-baik saja.
Bong Ryeon : Apa maksudmu?
Gisaeng : Seorang pria berjanji kepada kakakku bahwa dia akan memastikan kakakku lulus ujian negara.
Bong Ryeon : Lulus ujian negara? Siapa yang mengatakan itu kepadamu?
Gisaeng : Ibu kami sakit karena mengurus kami. Kami juga harus menjual rumahnya. Kakakku merasa bersalah dan bertanggung jawab karena dia hanya sial selama 10 tahun terakhir. Sekeras apa pun usahanya, dia tidak bisa sukses. Jadi, mereka mengirimku ke rumah salah satu Tuan sebagai imbalan uang. Dan menyuap pejabat tinggi. Seorang pria dari Keluarga Jandong Kim-moon.
Sontak lah Bong Ryeon kesal mendengar itu.
Bong Ryeon : Kau harus mendapatkan uangmu kembali dari keluarga itu sekarang juga!
Gisaeng : Apa mereka akan mengembalikannya?
Bong Ryeon : Aku akan membantumu. Ambil kembali uang itu dan kaburlah!
Chun Joong yang menguping pembicaraan mereka tertawa mendengar kata-kata Bong Ryeon.
Gisaeng : Kabur? Aku baik-baik saja sekarang! Aku selalu ingin belajar tentang obat herbal. Saat kakakku lulus ujian dan menjadi pejabat, dia berjanji akan membayarku kembali. Maka aku bisa bebas dan menjalani hidupku. Aku akan hidup bahagia.
Bong Ryeon : Jangan lupakan impianmu. Apa pun yang terjadi... Kau mungkin akan terdampar dan kesepian di tebing yang berbahaya suatu hari. Aku kehilangan seseorang dalam situasi yang sama. Kuharap seseorang akan ada untukmu. Aku akan berdoa untukmu.
Chun Joong yang mendengar kata2 Bong Ryeon itu tertegun.
Chun Joong lalu pergi.
Bong Ryeon dan Dan kembali ke rumah keluarga Kim setelah urusan mereka beres. Mereka menyelinap masuk lewat pintu belakang, lalu mengambil buntelan dari dalam lubang kayu di tanah. Dan buru2 membuka buntelan itu. Isinya pakaian Bong Ryeon.
Byeong Woon ke kamar Bong Ryeon. Sambil melihat-lihat pajangan Bong Ryeon, Byeong Woon tanya bagaimana tugas yang diberikan ayahnya kepada Bong Ryeon.
Bong Ryeon : Menemukan Tuan dari Ganghwa berikutnya? Aku belum melihat siapa pun. Tidak ada di antara kerabat.
Byeong Woon : Aku yakin begitu. Pasti sulit menemukan anak dengan potensi seperti itu.
Bong Ryeon : Aku bermimpi aneh belakangan ini dan ingin membahasnya dengan anda.
Byeong Woon berbalik dan beranjak mendekati Bong Ryeon.
Byeong Woon : Apa itu?
Bong Ryeon : Aku melihat Chun Joong dari Keluarga Choi. Chun Joong membenciku dari kegelapan. Tapi tiba-tiba kegelapannya menghilang. Apa anda mengejarnya?
Byeong Woon : Sudah tiga tahun sejak aku mendengar namanya.
Bong Ryeon : Baiklah, aku percaya kepada anda. Tapi jangan lupakan perjanjian kita.
Byeong Woon : Mengkhianati Choi Gyung demi Keluarga Kim-moon kami sebagai ganti nyawa Chun Joong? Jangan khawatir, kami belum membunuhnya. Jika dia masih hidup, kau harus khawatir, Tuan Putri. Aku yakin dia akan mengejarmu.
Sontak lah mendengar itu, Bong Ryeon terdiam sedih. Dia ingat kata-kata Chun Joong saat mereka tak sengaja bertemu di pasar dan Chun Joong menariknya ke dalam pondok karena melihat In Gyu.
Chun Joong : Jika aku Choi Chun Joong kau akan mati. Jadi, jalani saja hidupmu!
Bong Ryeon menyendiri di depan istananya. Ia menatap bulan dan memikirkan Chun Joong.
Chun Joong juga melakukan hal yang sama. Ia duduk di depan kedai dan menatap ke arah bulan.
Chun Joong menghela nafasnya lalu melihat pita Bong Ryeon yang ia ikat di pergelangan tangannya.
Bersambung ke part 3...