Wanita si pemilik kedai datang membawakan makanan. Pal Ryeong tanya mana makanan miliknya karena wanita pemilik kedai hanya membawa makanan untuk satu orang.
"Makanlah nanti." ucap si pemilik kedai.
Pal Ryeong sewot, itu milikku!
Chun Joong datang bersama adik si pemilik kedai.
Wanita itu dengan manisnya menyuruh Chun Joong duduk dan sarapan. Dia bahkan memberikan sendoknya ke tangan Chun Joong dan menyuruh Chun Joong mencoba supnya. Pal Ryeong sebal, astaga....
Chun Joong mulai makan.
Pal Ryeong berkata, ia sudah menyelidiki si pria gagal ujian sesuai permintaan Chun Joong.
Pal Ryeong : Dia murid sampah yang arogan dan bergantung kepada orang tuanya. Ada sebuah jalan tempat banyak murid tinggal. Dia tinggal dengan para murid yang merantau. Dia punya kamar pribadi sendiri. Ibu dan adiknya mengiriminya uang. Dengan uang itu, dia mabuk dan bangun siang.
Adik si pria gagal ujian menyuapi ibu mereka obat.
Pal Ryeong : Dia berbohong bahwa dia lelah belajar. Sebenarnya dia selalu berjudi dan minum dengan murid lain. Semua murid ini menjadi teman dekat dan menghabiskan hari-hari dengan hidup seperti itu.
Teman-teman si pria gagal ujian, lulus ujian. Hanya dia yang tidak.
Pal Ryeong : Saat kali pertama gagal, dia baik-baik saja! Itu kali pertamanya, dia pasti akan lolos berikutnya. Gagal dua kali menjadi tiga kali, lalu empat... Semua teman minumnya perlahan menghilang. Akhirnya dia menjual rumah keluarganya dan tidak punya rumah. Meski ingin jadi petani seperti ayahnya, mereka sudah menjual lahan mereka untuk menyokongnya. Harga dirinya tidak membiarkannya bekerja untuk peternakan orang lain. Itulah 10 tahunnya!
Si pria gagal ujian pergi dari rumah dengan wajah kesal. Sang adik memanggilnya, kakak mau kemana? Ibu sakit! Tapi dia tidak peduli.
Chun Joong : Itu sebabnya dia menyalahkan keberuntungan. Ini bukan salahku, aku sial. Ini bukan salahku, ini takdir sialku. Satu-satunya cara mengatasi rasa sakit pilihannya.
Pal Ryeong : Tapi kali ini, dia menyogok Keluarga Kim-moon. Dia pasti akan lulus, bukan? Katakan saja. Kita rekan, Teman! Katakan!
Tiba-tiba si pria gagal ujian itu datang.
Pal Ryeong sebal, dia bahkan tidak punya sopan santun.
"Makan sarapan? Peramal palsu. Sudah lama, ya?" ucap pria itu, lalu duduk.
Chun Joong menyuruhnya pergi.
Pria itu tidak mau.
"Sekeras apa pun aku berusaha, aku tidak bisa menahan kemarahanku. Kau bahkan tidak tahu semua kesulitan yang kualami. Seorang peramal rendahan meremehkanku? Aku akan datang melihat wajahmu setelah aku lulus, ya?"
"Takdirmu menentukan kau gantung diri. Kau sungguh ingin kuberitahu?" tanya Chun Joong.
"Sekarang? Tiba-tiba?" jawab pria itu.
"Ini untuk adikmu yang malang dan wanita lain yang peduli kepadanya." ucap Chun Joong.
Pria itu jadi bersemangat. Dia hanya mau mendengar satu kata. Lulus.
Chun Joong : Kau gagal. Sogokanmu tidak berguna. Kau ditakdirkan untuk gagal.
Pria itu kaget, apa?
Chun Joon : Kembalilah ke Keluarga Kim-moon dan minta uangmu. Itu satu-satunya cara menyelamatkan ibu dan adikmu.
Pria itu marah, kau peramal palsu. Saat lulus, aku akan kembali dan membunuhmu! Kau dengar?
Pal Ryeong, si pemilik kedai dan adiknya langsung menatapnya.
Pria itu makin kesal, apa yang kau lihat!
Pria itu kemudian berkata mereka akan bertemu lagi dan beranjak pergi.
"Astaga, dasar sampah." ucap si wanita pemilik kedai.
In Gyu dan rekannya sedang minum di kedai jembatan.
"Para atasan merencanakan perayaan untuk promosimu Aku tidak yakin apakah aku pantas untuk hadir." ucap rekannya.
"Kenapa kau berpikir begitu?" tanya In Gyu.
"Aku berterima kasih kepadamu dan para jaksa atas kesuksesanku." jawab rekannya.
"Kau rekan kerja yang baik." puji In Gyu.
"Terima kasih, Tuan." jawab rekannya.
Man Seok melintas. In Gyu kaget melihat Man Seok. Usai bertanya pada salah satu pedagang, Man Seok kemudian pergi tapi Man Seok melihat In Gyu. Ingat siapa
In Gyu, Man Seok buru-buru pergi.
Sementara In Gyu senang.
Dia yakin Man Seok datang untuk mencari Chun Joong.
In Gyu : Chun Joong pasti di dekat sini.
Pria gagal ujian kembali ke kedai membawa sabit. Dia mengamuk, membuat seisi kedai ketakutan.
Chun Joong duduk dengan tenang di ruangannya. Pria itu lantas menghampiri Chun Joong dan mengarahkan sabitnya, mengancam Chun Joong.
"Sial kau!" makinya.
"Kembali dari upacara penerimaanmu? Kau gagal?" tanya Chun Joong tenang.
"Ya! Kau menulis jimat dan mengutukku! Aku tahu itu!"
"Untuk apa? Kau menyalahkan kesialanmu kepadaku, ya?"
"Diam! Salahmu sendiri melakukan sesuatu kepadaku! Perbaiki!"
"Tidak ada gunanya. Kau akan mengalami kesialan selama 20 tahun ke depan."
Diluar, wanita pemilik kedai dan adiknya juga Pal Ryeong panik karena Chun Joong terus memprovokasi pria gagal ujian itu.
Wanita itu lantas menyuruh Pal Ryeong menghentikan pria itu tapi Pal Ryeong takut.
"Kesialan sampai usiaku 55 tahun?" ucap pria itu. Pria itu lalu minta Chun Joong menarik ucapannya.
"Tentu, aku tarik kembali. Puas?" jawab Chun Joong.
Pria itu mulai gelap mata. Dia mengayunkan sabitnya ke Chun Joong. Chun Joong menendang meja makannya, mengenai kaki pria itu. Pria itu kesakitan. Saat pria itu kesakitan, Chun Joong memelintir tangan pria itu hingga sabit pria itu jatuh.
Chun Joong : Apa pun yang kukatakan atau tidak, itu murni takdirmu. Dengar, 10 tahun terakhir, kau sangat beruntung. Kau dengan bahagia menyia-nyiakan hidupmu. Menyerahkan bebanmu kepada ibu dan adikmu. Kau menghabiskan masa-masa jayamu. Selama 20 tahun ke depan, kau akan merasakan konsekuensi pilihanmu. Bahkan yang paling sial berhasil jika mereka berusaha sebaik mungkin. Tapi bedebah sepertimu... Takdir yang kamu percayai? Itu akan melawanmu.
Pria itu lalu pergi.
Pal Ryeong yakin pria itu akan membuat kegaduhan lagi.
Dan kembali menyamar sebagai peramal tapi tak ada satu pun gisaeng yang datang minta diramal.
Dan juga resah karena Bong Ryeon belum kembali.
Tak lama Bong Ryeon datang.
Dan : Nona! Anda pergi ke mana? Nona Song Hwa meninggalkan ini untuk anda.
Dan memberikan surat dari Song Hwa, adik si pria gagal ujian.
Song Hwa : Tangan anda dingin sekali. Rebus akar-akar ini dan minumlah. Ini akan membantu.
Bong Ryeon melirik akar pemberikan Song Hwa.
Lalu Bong Ryeon ingat saat pertama kali ia melihat Song Hwa.
Bong Ryeon : Akan ada kecelakaan mengerikan. Kita harus mengeluarkannya dari sana sebelum itu terjadi.
Dan bingung, apa?
Bong Ryeon : Lupakan saja.
Bong Ryeon menatap ke cermin dan kaget melihat lehernya.
Bong Ryeon bertanya-tanya, apa yang terjadi?
Dan : Ada apa?
Bong Ryeon : Dan-ah, tetaplah di sini. Aku akan segera kembali. Jangan khawatir.
Dan sebal ditinggal lagi.
Bong Ryeon ke kamar Song Hwa tapi Song Hwa tidak ada disana. Kamar Song Hwa berantakan dan teman2 Song Hwa sedang membereskan kamar Song Hwa.
Bong Ryeon tanya yang terjadi.
"Seorang pria gila membawa Song Hwa seolah-olah ingin membunuhnya."
"Di mana rumah Song Hwa?" tanya Bong Ryeon.
Bong Ryeon bergegas lari ke rumah Song Hwa. Sampai disana, dia melihat ada asap keluar dari rumah Song Hwa
Bong Ryeon bergegas masuk. Yang pertama kali ditemukannya adalah ibu Song Hwa yang sudah tergeletak tak sadarkan diri di lantai.
Lalu Bong Ryeon menemukan Song Hwa di lantai dapur.
Song Hwa sudah lemas. Bong Ryeon berusaha menyadarkan Song Hwa. Tapi pria gagal ujian datang dan memukul Bong Ryeon sampai Bong Ryeon tersungkur.
Pria gagal ujian mau memukuli Bong Ryeon lagi tapi Bong Ryeon langsung melempar pasir ke matanya.
Setelah itu, Bong Ryeon berusaha membawa Song Hwa keluar tapi pintunya terkunci.
Saat sedang mencoba membuka pintu, pria gagal ujian menjerat leher Bong Ryeon dengan tali.
Bong Ryeon kesakitan.
"Ini dia, akulah yang akan mati hari ini." batin Bong Ryeon.
"Matilah!" teriak pria itu.
Tapi seseorang menendang pria itu dari belakang. Pria itu jatuh. Ternyata Chun Joong yang menendang pria itu. Chun Joong lalu melihat gadis yang tadi dijerat pria itu. Sontak ia kaget tahu gadis itu Bong Ryeon.
Bong Ryeon yang lemas, juga kaget melihat Chun Joong datang.
Keduanya lalu sama-sama ingat masa lalu mereka. Chun Joong ingat saat Bong Ryeon menolongnya yang nyaris jatuh ke jurang dan Bong Ryeon ingat saat menolong Chun Joong.
Bong Ryeon ingat saat Chun Joong bersikap hormat kepadanya saat ia datang ke kediaman Chun Joong setelah menolong Chun Joong.
Chun Joong ingat saat dia makan bersama Bong Ryeon di ruangannya ketika ia mengundang Bong Ryeon ke rumahnya setelah Bong Ryeon menyelamatkannya.
Lalu mereka ingat saat menari dan berpelukan di bawah pohon.
Kemudian, Chun Joong ingat saat mereka pertama kali bertemu setelah 5 tahun di pelabuhan.
Lalu mereka ingat saat mereka hampir menikah.
Bong Ryeon bangun dari pingsannya dan mendapati dirinya berada di sebuah rumah bersama Chun Joong. Bong Ryeon pun tanya mereka dimana.
Chun Joong : Di rumahku yang sederhana.
Bong Ryeon : Di mana Song Hwa?
Chun Joong : Song Hwa dan ibunya selamat berkat kau. Kakaknya, Song Jin, mengunjungiku hari ini. Aku sudah menduga dia akan mengamuk.
Bong Ryeon : Dia datang kepadamu? Kenapa?
Chun Joong : Karena aku dengan akurat meramal takdirnya.
Mendengar itu, Bong Ryeon menghela nafas.
Chun Joong : Kau kecewa? Karena aku peramal? Aku merasa terhormat. Tuan Putri berbincang dengan peramal rendahan sepertiku.
Bong Ryeon kemudian mengangkat tangannya, memanggil Chun Joong.
Chun Joong bingung, apa?
Bong Ryeon : Bantu aku berdiri.
Chun Joong : Kakimu tidak cedera. Aku yakin kau bisa berjalan sendiri.
Bong Ryeon berkeras ingin dibantu.
Chun Joong pun memegang Bong Ryeon. Tapi tiba2, Bong Ryeon menariknya ke bawah.
Sontaklah Chun Joong kaget dan langsung memalingkan mukanya. Ia salah tingkah. Tapi Bong Ryeon mengarahkan wajah Chun Joong padanya.
Keduanya saling bertatapan, dalam diam.
Bersambung...
0 Comments:
Post a Comment