King Maker : The Change Of Destiny Ep 4 Part 1

Sebelumnya...


Episode dibuka dengan In Kyu yang berkeliaran di pasar bersama anak buahnya.

Chun Joong menangkap Bong Ryeon yang hendak jatuh. Sontak lah Bong Ryeong terkejut melihat Chun Joong di hadapannya.


Bong Ryeon : Chun Joong Doryongnim.

Chun Joong melihat In Kyu!

Melihat In Kyu, Chun Joong langsung menarik Bong Ryeon untuk sembunyi.


Dari dalam sebuah pondok, Chun Joong mengintip In Kyu diluar. In Kyu lalu pergi begitu saja.


Setelah In Kyu pergi, Chun Joong juga mau pergi, tapi Bong Ryeon menahannya dan memegang tangannya.

Bong Ryeon : Tetaplah disini!


Chun Joong marah. Dia mencengkram tangan Bong Ryeon dan mendesak Bong Ryeon ke tumpukan jerami yang ada di belakang Bong Ryeon.

Bong Ryeon yang kaget, minta Chun Joong melepaskannya.

Chun Joong : Kenapa? Kau memegangku.

Bong Ryeon : Teryata benar-benar kau, Tuan Chun Joong.

Chun Joong :  Jika aku bukan Choi Chun Joong,  kau akan dipukuli atau terluka. Jika aku Choi Chun Joong,  kau akan mati. Apa pilihanmu?

Bong Ryeon : Tuan...


Chun Joong : Setidaknya kau harus memeriksa bahwa aku masih manusia, bukan hewan buas, sebelum memegangku. Aku tidak ingin tahu kenapa kau mengkhianatiku. Menemukan kebenaran tidak akan mengembalikan ayahku Jadi... Jalani saja hidupmu.

Chun Joong beranjak pergi.


Bong Ryeon terduduk lemas. Dia senang Chun Joong masih hidup, tapi juga sedih Chun Joong bersikap seperti itu padanya.


Chun Joong duduk di depan api unggun. Hari sudah fajar.

Chun Joong lantas merogoh ke balik bajunya dan mengeluarkan pita merah muda Bong Ryeon.


Melihat pita itu, membuat Chun Joong teringat masa lalunya dengan Bong Ryeon.


Chun Joong juga ingat kata-kata si biksu.

Biksu : Dia akan membunuhmu dan memenuhi takdirnya!


Chun Joong pun bingung dan menyimpan kembali pita itu ke balik bajunya.

Paginya, kedai wanita itu dipenuhi orang-orang yang ingin diramal oleh Chun Joong.


Dua pria memuji Chun Joong.

"Dia bukan tuan biasa!"
"Aku setuju, Tuan."


Si biksu merah dan dua 'adiknya' datang.

Biksu merah : Aku penasaran kenapa kota ini kosong. Semua orang di sini.

Dua 'adik' si biksu merah lalu mendorong beberapa orang yang menghalangi jalan mereka dan menyuruh mereka semua minggir.

Biksu merah bertanya-tanya, apa yang dilakukan semua orang disana.


Pal Ryeong nampak tertidur sambil duduk.

Biksu merah : Apa ini? Kalian para pengungsi dinasti Qing? Hidup kalian tidak akan berubah dengan ramalan tidak berguna.


Biksu Merah melihat ke dalam, ke ruangan Chun Joong tapi Chun Joong tidak ada disana. Hanya ada dua pelanggan Chun Joong. Seorang pria dan seorang wanita.


Mendengar suara biksu, Pal Ryeong terbangun.

Pal Ryeong : Bukankah kau si Biksu Merah? Apa yang kau lakukan? Kau mau mengganggu bisnis kami? Bukankah tuan kami sudah menyelamatkan nyawamu?

Biksu Merah : Itu benar, terima kasih...


Salah satu 'adik' Biksu Merah memaki Pal Ryeong.

"Dasar bocah bau! Mundur!"

"Terserah, tapi melunaklah." ucap si Biksu Merah.

"Ya, Bos! Aku akan melunak kepadanya!" jawab 'adiknya' tapi kemudian 'adiknya' malah mengobrak-abrik barang yang ada di kedai.


Adik wanita itu datang dan mencoba menghentikan mereka tapi malah didorong 'adik' si Biksu Merah.

Biksu Merah marah.

Biksu Merah : Apa yang kau lakukan? Dasar bodoh! Melunaklah, tenang!


Wanita itu lalu datang dan menampar Biksu Merah bolak-balik.

"Jangan pernah menyentuh adikku lagi! Dasar biksu kurang ajar!"


"Kakak."

Tapi si Biksu Merah malah melongo habis ditampar wanita itu.


Kedua 'adiknya' tanya ada apa.

Biksu Merah : Kau wanita pertama yang memperlakukanku seperti ini.

Pal Ryeong muncul.

Pal Ryeong : Tiba-tiba jatuh cinta? Kau menyukainya? Kau sungguh menyukainya!

Si Biksu Merah terdiam dengan wajah menahan malu.

Pal Ryeong : Dia menyukainya! Lihat dia tersipu!


Wanita itu langsung bersikap 'sok cantik'.

Chun Joong keluar dari dalam dan ikut tertawa.

Chun Joong : Pipimu lebih cerah dari pipi pengantin wanita!


Si Biksu Merah yang malu dan salting, menyuruh mereka diam.

Biksu Merah : Kali ini akan kubiarkan. Ayo pergi.

Biksu Merah dan kedua 'adik'nya pun pergi.

Pal Ryeong teriak, tetaplah di sini, biar pipi sebelahmu ditampar juga!


Chun Joong mau pergi lagi tapi ditahan Pal Ryeong.

Chun Joong : Kau mau ke mana?

Chun Joong : Keluar lewat belakang.

Pal Ryeong : Kau baru saja kembali.

Chun Joong : Masih ada urusan. Ayolah. Kau menahanku di sana sejak aku bangun. Aku sudah meramal seharian! Ini penjara!

Pal Ryeong : Kau benar, ini penjara. Siang dan malam, penjara yang menghasilkan uang! Jika bisa bersamamu, aku bisa dipenjara selamanya.

Chun Joong : Kau gila...


Pal Ryeong : Jangan seperti itu! Tuanku, lihat ke sana! Lihat antrean panjang itu! Di sana juga! Mereka pasti sangat putus asa sampai menunggu di sini lebih dari 10 jam sejak pagi!


Chun Joong melihat ke dalam.

Wanita yang ada di dalam pun menoleh ke belakang dan melihatnya.

Chun Joong terdiam. Pria yang ada di dalam juga ikut menoleh.


Chun Joong pun berkata, hanya akan meladeni pria dan wanita yang duduk di dalam.

Chun Joong masuk.

Pal Ryeong minta maaf pada antrian dan berkata bahwa mereka sudah tutup.


Pria yang ada di dalam bertanya pada Chun Joong apakah ia akan lulus ujian negara kali ini?

Chun Joong : Sudah berapa tahun kau mencoba?

"Ini tahun kesepuluhku. Tapi itu karena aku sangat tidak beruntung."

"Tidak beruntung kau bilang... Sangat tidak beruntung sampai kau bisa hidup dari adikmu yang kerja di rumah bordil, yang menuangkan minuman dan menjual senyumnya selagi kau belajar?"


Wanita itu kaget dan tanya bagaimana Chun Joong tahu ia kerja dimana.

Chun Joong : Pakaianmu sudah usang, wajahmu penuh kekhawatiran tapi rambutmu beraroma parfum. Semalam kau sibuk menuangkan minuman dan pagi ini kau baru mengganti pakaianmu. Benar, bukan?

Wanita itu mengiyakan, juga mengatakan bahwa ibu mereka sedang sakit.

"Hei Peramal, aku sungguh sudah bekerja keras. Aku sudah berusaha semampuku."

"Tapi kau tetap gagal?"

"Dengar, aku sudah bicara dengan peramal lain. Mereka bilang aku sial karena terus gagal, tapi... aku merasa peruntunganku berubah. Jadi, sekarang apa menurutmu aku akan lulus?"

"Jika kau giat belajar... Mungkin tanggal dan waktu lahirmu salah. Dan untuk ujianmu... aku tidak akan bilang."


Chun Joong mengembalikan uang pria itu.

Chun Joong : Aku akan mengembalikan uangmu. Ini uang lebih karena sudah menunggu 10 jam.

"Ini lima kali lebih banyak daripada bayaranku."

Chun Joong : Maafkan aku.

Pria itu kesal.


Wanita itu menatap kakaknya, orabeoni.

Pria itu sewot.

"Apa? Berhenti bicara!"


Malamnya, Chun Joong dan Pal Ryeong duduk di depan laut, sembari membakar sesuatu.

Pal Ryeong : Dua bersaudara tadi. Kenapa kau memulangkan mereka?

Chun Joong : Takdirnya seperti lilin berkelip di tengah angin musim dingin. Dalam peramalan, dia masalah yang tidak terpecahkan. Lemah dalam pikiran dan tubuh.

Pal Ryeong : Lilin di musim dingin... Lilin di tengah angin. Mudah padam?

Chun Joong : Orang tuanya baik, tapi dia pikir dirinya hebat. Tanpa menyadari keterbatasannya seperti lilin di tanah lembap. Dia malas dan suka mencari sensasi. Tapi anehnya, selama 10 tahun terakhir, sesuatu telah melindungi apinya.


Pal Ryeong : Keberuntungan? Dia beruntung? Dia bilang tidak beruntung dan tidak lulus ujian.

Chun Joong : Karena itulah aneh.

Pal Ryeong : Apa karena itu kau tidak meramal masa depannya?

Chun Joong : Dari semua orang sial, kau tahu siapa yang paling sial?

Pal Ryeong : Tidak.

Chun Joong : Orang terlemah dan paling tidak berbakat. Takut ketahuan, mereka membawa pisau ke mana-mana. Saat diancam, mereka mengayunkan pisaunya. Jadi, perkelahian yang bisa berakhir dengan tinju menjadi TKP pembunuhan yang kejam. Itu masa depan yang menantinya. Bertindak sangat ekstrem untuk menyembunyikan kelemahannya. Lebih baik menghindarinya.


Pal Ryeong : Tapi apa pria ini akan lulus ujian? Atau dia akan gagal?

Chun Joong : Apa urusannya denganmu? Aku tidak menerima uangnya.

Pal Ryeong : Ayolah, katakan saja. Kau sudah tahu, bukan?

Chun Joong Joong tidak menjawab dan hanya terdiam memikirkan ramalannya tentang pria tadi.


Nahab sedang mengadakan pertemuan dengan para wanita bangsawan.

Nahab : Aku membuka mataku pagi ini dan melihat cuaca indah ini. Karena itu, aku mengirim pesan untuk semua wanita bangsawan. Sungguh suatu kehormatan bahwa semua bisa datang.


"Siapa kami sampai berani menolak anda?"

"Ya, Nyonya. Tentu saja kami datang."


Bong Ryeon tiba-tiba datang.

Nahab kaget karena ia merasa tidak mengundang Bong Ryeon.

Bong Ryeon masuk. Semua wanita langsung berdiri dan menunduk hormat padanya.

Nahab juga berdiri, dengan wajah kesal.

Nahab : Aku tidak ingat mengirim pesan kepada Tuan Putri... Kenapa kau kemari?

Bong Ryeon : Apa aku tidak boleh berada di sini?

Nahab : Bukan itu maksudku...

Bong Ryeon : Kudengar semua wanita bangsawan berkumpul. Aku datang untuk menyapa semuanya.

Tamu2 Nahab pun memuji Bong Ryeon. Mereka bilang Bong Ryeon sangat cantik dan juga baik.


Nahab : Kudengar ibumu meninggal dini. Tidak ada yang mengajarimu sopan santun kewanitaan. Mungkin kami bisa mengajarimu.

Bong Ryeon pun diam dan hanya menatap Nahab.


Dua wanita bangsawan menegur Nahab dan menyuruh Nahab pindah.

Nahab kesal dan terpaksa pindah.


Bong Ryeon tersenyum dan berjalan melewati Nahab yang hanya bisa menatapnya kesal.

Bong Ryeon lalu duduk di tempat duduk Nahab tadi.


Nahab menatap salah satu wanita bangsawan yang menegurnya tadi dengan raut wajah kesal.

Wanita itu mengerti dan langsung menggeser duduknya. Tapi sebelum duduk, ia berbisik pada wanita bangsawan di sebelahnya tentang Nahab yang mantan pelacur tapi berani mengejek Tuan Putri mereka.

"Ironis bahwa dia merasa berada di atas orang lain." balas si wanita bangsawan.


Bong Ryeon menyuruh mereka duduk.

Bong Ryeon : Meskipun tidak tahu sopan santun kewanitaan, aku tetap akan senang bicara dengan kalian semua.

Bong Ryeon lalu menatap Nahab.

Bong Ryeon : Omong-omong, kalian sudah dengar tentang kisah cinta pelacur jelek?

Nahab, apa?


Bong Ryeon mulai cerita.

Bong Ryeon :Dahulu hiduplah seorang pelacur jelek yang diam-diam mencintai pria bangsawan tampan. Dia berhasil memanggil bangsawan itu untuk menemuinya di dekat sumur. Dia ditolak dengan kasar. Dia memohon dengan putus asa. Julukannya menjadi "penarik celana"

Nahab yang mendengar itu, mulai tegang.


Dua wanita bangsawan yang mengatainya tadi, menatap ke arahnya. Dia tahu maksud Bong Ryeon Nahab.


Bong Ryeon : Rekan kerja dan kliennya mulai memanggilnya "penarik celana, "penarik celana" jelek. Sungguh kisah yang menyedihkan dan tragis.

"Siapa sebenarnya pelacur jelek ini?"

"Dia adalah..."


Nahab yang tegang, menjatuhkan cangkirnya ke gaun si wanita bangsawan yang mengatainya tadi.

Sontak dia panik. Nahab teriak memanggil pelayan diluar.

Bong Ryeon hanya tersenyum.


Nahab lalu menarik Bong Ryeon keluar.

Nahab : Bagaimana kau tahu? Tidak ada yang tahu soal masa laluku dan tidak boleh ada yang tahu lagi! Tuan Haok dahulu mengatakan Tuan Putri memiliki kemampuan untuk melihat hati orang-orang. Apa ini benar?

Bong Ryeon : Seperti katamu, ibuku tidak pernah mengajariku sopan santun kewanitaan, tapi dia mengajariku keterampilan lain. Bangsawan yang kau cintai sekarang seorang jaksa. Dia juga tidak tahu kau adalah "penarik celana".


Bong Ryeon lalu memegang tangan Nahab.

Bong Ryeon : Kau menulis surat untuknya dengan penuh cinta. Apa yang akan terjadi jika Tuan Haok tahu?

Nahab kaget.

Bong Ryeon : Setiap kali aku melihat sesuatu yang licik darimu, apa aku harus memberi tahu Tuan?

Nahab : Akhirnya menunjukkan sifat aslimu. Apa maumu? Kekayaan? Pria? Hidupku?


Bong Ryeon : Apa yang bisa kulakukan dengan hidupmu? Aku hanya butuh kamar. Kamar di rumah bordil Wallsong-ru.

Nahab kaget Bong Ryeon meminta kamar, tapi kemudian dia menatap Bong Ryeon dengan nakal.


Dan mengikuti Bong Ryeon ke kamar.

Dan : Nona, aku hanya memberi anda satu fakta. Nahab baru-baru ini mengirim minuman ke kantor kejaksaan. Bagaimana anda mendapatkan kamar Wallsong-ru?

Bong Ryeon : Aku melihat wajah Nahab di salah satu pegawai.

Dan : Anda luar biasa! Tapi apa yang mau anda lakukan?


Bong Ryeon : Cari gadis itu. Gadis itu akan menjadi senjataku.

Bersambung ke part 2...

0 Comments:

Post a Comment