Ga Eun cerita pada Mae Chang, kalau ia tidak menyangka akan lolos sampai tahap ketiga. Sebab, Daebi Mama hanya menyuruhnya lolos sampai tahap kedua saja.Ga Eun tidak ingin menjadi selir dan berniat menemui Daebi Mama, namun Mae Chang mencegahnya.
“Kau masih percaya
padanya? Dia ahli memanfaatkan orang demi keuntungan pribadi. Dialah orang yang
mencoba membunuh Kepala Pedagang di kamarnya.” Ucap Mae Chang.
Ga Eun terkejut
mendengarnya. Ia tak menyangka Daebi Mama sekejam itu.
“Aghassi, percaya lah pada
pria yang kau cintai dan sabarlah sedikit.” Ucap Mae Chang.
Daebi Mama menagih janji Sun padanya karena ia sudah menepati janjinya membuat Ga Eun lolos sampai tahap ketiga. Sun pun berjanji akan membuat Yeon Joo menjadi Ratu nya.
Menteri Joo mengadukan tentang Raja yang sering menemui Daebi Mama. Ia yakin, Raja akan memihak Daebi Mama dalam proses penyeleksian itu. Menteri Heo menambahkan, meski tahap ketiga masih lama diadakan, tapi sudah ada rumor bahwa Yeon Joo lah yang akan menjadi Ratu.
“Apa karena gadis bernama
Ga Eun itu?” tanya Dae Mok.
“Sepertinya Raja berjanji
kepada Daebi Mama untuk menjadikan Anggota Dewan Kota Ketiga sebagai Ratu jika
Ga Eun dijadikan Selir.” Jawab Menteri Joo.
“Jika ini terjadi, tahap
ketiga menjadi tidak berguna.” Ucap Menteri Heo.
Seja resah karena tidak menemukan cara untuk membatalkan proses penyeleksian itu. Woo Bo berencana membujuk Sun secara pribadi, tapi Seja bilang itu tidak akan berhasil karena Sun sudah mengambil keputusan.
Seseorang datang menghadap
Dae Mok untuk melaporkan sesuatu.
Seja berkata pada Chung
Woon akan mencari cara untuk mengeluarkan Ga Eun dari istana.
Sun menyuruh Kepala Kasim menyiapkan segala keperluan Ga Eun karena ia ingin Ga Eun merasa nyaman.Kepala Kasim mengerti dan bergegas meninggalkan kediaman Raja. Bersamaan dengan itu, Hyun Seok membuka pintu dan Kepala Kasim menatapnya dengan curiga. Setelah Kepala Kasim pergi, Sun melepas topengnya. Hyun Seok berkata, Kepala Pedagang mengirimkan hadiah untuk Sun.
Ternyata hadiah yang
dikirimkan Seja adalah pil2 yang dapat menyembuhkan Sun dari ketergantungan
anggur poppi. Sun awalnya merasa senang, tapi tiba2 saja raut wajahnya berubah
mengeras.
“Pil2 apa itu, Yang
Mulia?” tanya Hyun Seok.
“Penawar untuk anggur
poppi.” Jawab Sun.
“Apa Baginda yakin itu
penawarnya?” tanya Hyun Seok.
“Kepala Pedagang
mengatakan demikian.” Jawab Sun.
“Hanya Tuan Dae Mok yang tahu ramuan penawarnya. Bagaimana Kepala Pedagang mendapatkannya? Baginda percaya padanya? Hamba pernah melihatnya memandang Baginda dengan tatapan tidak setia.” Ucap Hyun Seok.
“Kapan kau merasakannya?”
tanya Sun.
“Saat Baginda menutupi
Nona Han dengan jubah Baginda.” Jawab Hyun Seok.
Sun pun mulai kesal
mendengarnya.
“Baginda ada dua pil, jika
ingin memakannya mintalah juru cicip memakannya satu. Kewajibannya adalah
mencicipi segala hal sebelum Baginda.” Pinta Hyun Seok.
Seorang dayang yang bertugas sebagai juru cicip pun memeriksa pil2 itu. Ia menusukkan pil itu dengan sebuah jarum, tapi jarumnya tidak berubah warna yang artinya pil2 itu aman. Dayang itu kemudian memakannya dan mengkonfirmasi pil2 itu aman untuk dimakan Raja. Sun tersenyum lega.
Namun saat Sun hendak memakannya, dayang itu muntah darah dan meninggal. Sun pun murka, ia mengira Seja berusaha membunuhnya.
Hyun Seok dan pengawal
istana pergi untuk membuang mayat itu. Tanpa disadarinya, Kepala Kasim
menatapnya dengan marah.
Di kamarnya, Sun kecewa karena percaya Seja berusaha membunuhnya. Sun menuduh Seja tidak berniat melindungi nyawanya sejak awal. Sun mengamuk. Ia melemparkan kotak pil itu. Hyun Seok berusaha menenangkan Sun. Sun kemudian mencengkram seragam Hyun Seok.
“Hyun Seok-ah, kau percaya
padaku kan? Aku juga percaya padamu. Jika bukan karena kau, pasti akulah yang
mati, bukan Dayang Seo. Hyun Seok-ah, kau pernah bilang akulah Raja sejati
bagimu.” Ucap Sun.
“Ya, Yang Mulia. Bagi
hamba, Yang Mulia adalah Raja sejati.” Jawab Hyun Seok.
“Meskipun Putra Mahkota
yang seharusnya sudah mati masih hidup?” tanya Sun.
Hyun Seok pun terkejut. Ia
makin terkejut saat Sun mengatakan Kepala Pedagang adalah Seja yang asli. Sun
lantas berniat ke suatu tempat.
Kemanakah Sun pergi? Dia ternyata pergi menemui Dae Mok. Dia meminta Dae Mok menjadikannya Raja yang sesungguhnya. Ia berjanji akan melakukan apapun permintaan Pyunsoo-hwe jika Dae Mok menjadikannya Raja.
“Saat ini Baginda sudah
menjadi Raja.” Jawab Dae Mok.
“Saat ini aku adalah Raja
palsu.” Jawab Sun.
“Raja palsu ingin menjadi
Raja asli. Bagaimana caranya? Baginda ingin melepaskan topeng itu dan
menunjukkan wajah asli Baginda pada seluruh dunia? Atau Baginda ingin
menjadikanku batu loncatan untuk menjadi Raja sejati dan bukan boneka?”tanya
Dae Mok.
Sun awalnya berat mengatakannya, tapi hasratnya untuk memiliki Ga Eun membuatnya memberitahu Dae Mok kalau Seja yang asli yang masih hidup. Ia berkata, yang asli harus mati supaya ia berhenti menjadi yang palsu. Kontan, Dae Mok terkejut.
Hwa Gun kebingungan
mencari Gon. Tak lama kemudian, pelayan Dae Mok datang mengatakan padanya kalau
Dae Mok ingin bertemu. Tapi sampai di sana, ia menemukan Gon terkulai lemas
dengan tubuh bersimbah darah.
“Kenapa kakek melakukan
ini? Gon adalah orangku. Jika dia bersalah, aku yang pantas menghukumnya!”ucap
Hwa Gun marah.
“Karena itulah kakek tidak
membunuhnya. Dia orangmu, jadi bunuhlah dia.” suruh Dae Mok, sambil melemparkan
sebilah pisau pada Hwa Gun.
“Kenapa kakek melakukan
ini?” tanya Hwa Gun.
“Kau mau menerima hukuman! Karena telah menipu kakek? Atau mau membunuh Gon dan menghindari hukuman itu? Semua petarung Kelompok Pyunsoo membawa ramuan yang bisa menyamarkan nadi mereka. Malam itu Gon membawa satu botol. Pasti sangat melegakan bagimu.” Jawab Dae Mok.
Hwa Gun mulai mengerti
kemana arah pembicaraan sang kakek, tapi ia pura2 tidak mengerti di hadapan
kakeknya.
“Sekarang kakek tahu
alasanmu menjadi Ketua Kelompok Pyunsoo.” Sentah Dae Mok.
“Apa dia bilang aku menipu
kakek?” tanya Hwa Gun.
“Gon menolak untuk bicara.”
Jawab Dae Mok.
“Lalu kenapa kakek
melakukan ini?” tanya Hwa Gun.
“Hwa Gun-ah!” teriak Dae
Mok, membuat Hwa Gun semakin tegang.
“… Gon adalah orangmu.Sedangkan
kakek punya banyak.” ucap Dae Mok lagi.
“Lalu? Apa kata mereka?”
tanya Hwa Gun.
“Bahwa Kepala Pedagang
adalah Putra Mahkota yang asli.” Jawab Dae Mok.
Hwa Gun meskipun sudah
mengerti maksud pembicaraan kakeknya tetap saja terkejut mendengar jawaban
terakhir sang kakek.
“Bisa-bisanya cucu kakek
sendiri menyelamatkan Putra Mahkota yang coba kubunuh! Bukankah itu sangat
jahat?” protes Dae Mok.
Woo Jae dan Tae Ho tiba-tiba masuk. Mereka terkejut melihat pertengkaran Dae Mok dan Hwa Gun. Dae Mok ingin memberi Hwa Gun satu kesempatan lagi, ia minta Hwa Gun mengatakan sesuatu.
“Meskipun kakek tahu bahwa
Kepala Pedagang adalah Putra Mahkota, itu tidak mengubah apapun. Kakek sudah
berjanji padaku untuk tidak mencelakai Putra Mahkota.” Jawab Hwa Gun.
Dae Mok semakin kecewa
mendengar ucapan cucunya.
“Jika kakek melanggar
janji itu dan membunuh Putra Mahkota…” Hwa Gun lantas mengambil pisau di
sebelah Gon.
Ia mengarahkan pisau itu
ke lehernya dan mengancam akan bunuh diri di depan sang kakek. Sontak, Woo Jae
dan Tae Ho langsung merebut pisau itu dari tangan Hwa Gun. Dae Mok memerintah
penjaga mengurung Hwa Gun. Hwa Gun meronta-ronta, memohon agar sang kakek
membiarkan Seja hidup.
Seja meminta bantuan Mae Chang. Tak lama kemudian, Mae Chang langsung menemui Ga Eun. Mae Chang memberikan surat yang dititipkan Seja padanya. Ga Eun tersenyum lega membaca surat itu. Mae Chang ingin tahu isi surat itu. Ga Eun berkata, kalau Seja akan menjemputnya malam ini.
Namun sialnya, mereka gagal melarikan diri. Pengawal istana menangkap mereka berdua dan menyerahkannya pada Sun. Ga Eun pun memohon agar Raja membebaskan Mae Chang. Raja pun mengabulkan keinginan Ga Eun itu. Sontak, Ga Eun terkejut. Setelah itu, Raja meminta Ga Eun ikut dengannya.
Sementara Mae Chang dimarahi ayahnya karena selalu membantu Seja. Mae Chang menanyakan alasannya kenapa ia tidak boleh membantu Seja, membuat sang ayah semakin marah.
“Namanya Yang. Dia
mengubah pikiranku hingga aku tidak ingin menggambar peta itu.Namanya Yang. Dia
menyentuh hatiku setelah selama ini aku hidup sebagai pengamat. Abeoji, sekarang
pun banyak anak yang sekarat di ladang poppi itu.Hanya Putra Mahkota yang bisa
melawan Kelompok Pyunsoo dan bersedia melakukannya.Hanya dia yang ada di negeri
ini.” jawab Mae Chang.
“Apa yang mau kau
lakukan!” tanya sang ayah.
“Seperti keputusasaan
seorang anak yang menyentuh hatiku, aku akan menyentuh hati ayah dengan
keputusasaanku. Abeoji, kumohon. Bantulah Putra Mahkota.” Jawab Mae Chang.
Di rumah kaca, Sun membuka jati dirinya di depan Ga Eun. Ga Eun terkejut dan mulai menangis haru melihat sosok yang berdiri hadapannya adalah Lee Sun, teman masa kecilnya. Ga Eun mengaku, bahwa ia, juga Kko Mool dan ibu Sun sangat merindukan Sun. Sun tersenyum lega mendengarnya.Namun Sun terdiam saat Ga Eun menanyakan alasannya memakai jubah Raja.
“5 tahun yang lalu, Putra
Mahkota yang asli, menyuruhku mengenakan topeng ini dan kabur. Sejak saat itu,
aku terus berpura-pura menjadi Raja dengan diancam oleh Dae Mok.”
Ga Eun salah paham…
“Apa tidak cukup baginya
membunuh ayahku? Apa dia juga melakukan itu padamu?” tanyanya kesal.
“Benar, Putra Mahkota
melakukan itu.” jawab Sun.
“Kenapa kau tidak
memberitahuku sejak awal? Aku tidak tahu dan mengira kau lah yang membunuh
ayahku.” Tanya Ga Eun.
“Putra Mahkota memintaku
untuk tidak mengatakan kebenarannya.” Jawab Sun.
“Dia memintamu
merahasiakannya dariku?” tanya Ga Eun.
“Dia seseorang yang kau
kenal. Aghassi, Kepala Pedagang… pria itu, adalah Putra Mahkota.Pria yang kau
pikir adalah Chun Soo, adalah yang membunuh ayahmu.” jawab Sun.
Ga Eun syok. Seketika ia terduduk lemas. Sun cemas dan langsung memegangi Ga Eun. Ga Eun tidak mempercayai hal itu. Ia yakin ada kesalahpahaman, tapi Sun berusaha meyakinkan Ga Eun kalau Chun Soo adalah Seja yang asli.
Seja menunggu Ga Eun dengan resah. Tak lama Mae Chang datang dan minta maaf karena gagal membawa Ga Eun. Seja ingin menyusul Ga Eun, tapi dilarang Mae Chang karena terlalu banyak penjaga tapi tiba-tiba2 Ga Eun muncul dan menghampiri Seja. Seja tersenyum lega karena Ga Eun baik-baik saja.
Seja mengajak Ga Eun
pergi. Ia hendak memegang tangan Ga Eun, namun Ga Eun dengan cepat menarik
tangannya. Seja pikir Ga Eun malu karena ada Mae Chang. Mae Chang pun bergegas
pergi. Setelah Mae Chang pergi, Ga Eun meminta Seja ikut dengannya.
Ga Eun membawa Seja ke rumah kaca. Seja heran sendiri karena Ga Eun memiliki kunci rumah kacanya. Setibanya di sana, Ga Eun memberikan surat pada Seja. Surat yang diakui Ga Eun lebih penting dari nyawanya. Seja membuka surat itu dan terkejut membacanya.Surat itu adalah surat titah yang diberikan Seja pada Tuan Han untuk menyelidiki Departemen Pengadaan Air. Sadarlah Seja kalau Ga Eun sudah mengetahui siapa dirinya.
“Itu satu2nya surat yang
bisa membuatku mengembalikan nama baik
ayahku.Ini membuktikan bahwa ayahku tidak mencatut nama Putra Mahkota.” Ucap Ga
Eun.
Seja hanya bisa menunduk
mendengar kata2 Ga Eun.
“Ayahku adalah pelayan yang setia untuk negeri ini.Tapi dituduh atas hal yang tidak dia lakukan, lalu meninggal.Hari itu, hidupku berubah. Alasan aku bisa bertahan, karena Tuan…”
“Ga Eun-ah.” Panggil Seja.
Tapi Ga Eun langsung memotong kata-katanya.
“… serta tekadku untuk
membalaskan dendam ayahku.” Ucap Ga Eun lagi.
Lalu dengan mata
berkaca-kaca, Ga Eun bertanya apakah Chun Soo nya adalah Seja yang membunuh
ayahnya…