• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruler : Master Of The Mask Ep 3 Part 1

Sebelumnya...


Kelompok Tae Ho terus mengejarnya. Sampai di ujung jalan, PM Lee Sun mulai panic karena pengejarnya sudah mulai mendekatinya. Tiba2, seseorang menariknya dan membantunya bersembunyi. Dia tak lain adalah Han Ga Eun.


Ga Eun menyembunyikan PM Lee Sun di dalam tandu dan memanggilnya ibu. Tae Ho yang curiga dengan tingkah Ga Eun, bersiap mencabut pedangnya. Namun kecurigaannya lenyap setelah melihat orang di dalam tandu membuka jendela dan mengenakan jaket perempuan untuk menutupi wajah.

Ga Eun menarik napas lega setelah kelompok Tae Ho beranjak pergi. PM Lee Sun terdiam menatapnya. Ga Eun mengernyit heran, apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka?

“Apa aku... tampan?” tanya PM Lee Sun.

Ga Eun heran, apa?

“Aku bertanya karena kaulah orang pertama yang melihat wajahku dengan sangat lama. Bagaimanapun juga, terima kasih telah menolongku. Kau menyelamatkanku dari masalah.” Jawab PM Lee Sun.


Di Jongmyo, ritual akan segera dimulai tapi PM Lee Sun belum juga kembali. Raja cemas kalau Kelompok Pyunsoo menangkap putranya. Kepala Lee memberitahu kalau PM Lee Sun sudah pergi sebelum Kelompok Pyunsoo datang.

“Kenapa dia harus keluar sendirian? Tidak ada tempat yang bisa dia tuju.” Ucap Raja cemas.

“Aku akan segera menemukan keberadaannya.” Jawab Kepala Lee.

“Tidak. Jangan bergerak dengan tergesa-gesa. Kelompok Pyunsoo pasti mengawasimu dengan sangat dekat.” Ucap Raja.

“Silakan melangkah,  Yang Mulia.” Jawab Kepala Lee.

“Dimana Chung Woon?” tanya Raja.

“Yang Mulia. Putraku sudah lama mengenal Putra Mahkota, tapi dia sama sekali tidak melihat wajah Putra Mahkota.” Jawab Kepala Lee cemas.

“Saat ini kita tidak punya pilihan lain. Panggil Chung Woon sekarang juga.” suruh Raja.


Raja berjalan menuju altar lalu menatap lukisan mendiang Raja Sunjo sambil membatin…

“Aku berdoa pada nenek moyangku. Karena ketidakmampuanku dan kurangnya kebajikanku, Aku menjadi raja yang melanggar melanggar takdir dewa dan mengkhianati rakyatnya. Tetapi, Putra Mahkota berbeda. Dia satu-satunya harapan yang kita punya agar negara ini bisa lebih baik. Kumohon... lindungilah putraku.”


PM Lee Sun terus berjalan mengikuti Ga Eun, hingga Ga Eun heran menoleh padanya. PM Lee Sun pun beralasan kalau mereka punya arah tujuan yang sama. PM Lee Sun lantas mendekati Ga Eun dan bertanya apa Ga Eun juga menuju desa miskin di dekat Pintu Gerbang Seoso.

“Kenapa kau terus bicara informal denganku?” protes Ga Eun.

“Mungkin kau tidak mengetahuinya, tapi aku adalah seseorang yang bisa bicara informal denganku.” Jawab PM Lee Sun dengan bangga.

Ga Eun heran, apa? Lalu siapa kau?

“Aku? Aku...” PM Lee Sun kebingungan menjawab.

“Aku... seorang pencari buku.” Jawab PM Lee Sun akhirnya.

“Pencari buku? Itu artinya kau telah membaca banyak buku yang berharga? Apa kau pernah membaca "Survey of Roads" dan "Surveys of Mountains and Rivers"? Unabridged Compilation of Herbal Lore"?” tanya Ga Eun antusias.

“Astaga. Apa kau sudah membaca semua buku itu?” tanya PM Lee Sun.

“Tidak. Aku ingin membacanya, tapi aku tidak bisa mendapatkannya. Apa kau mencari buku tentang pengobatan dan juga ajaran barat?”

“Aku punya satu buku tentang ajaran barat.” Jawab PM Lee Sun, lalu menunjukkan buku yang dibawanya.

Ga Eun takjub, oh, astaga.. Darimana kau mendapatkan buku langka ini?

“Kau belum mengetahuinya, tapi aku adalah seseorang yang mudah mendapatkan jenis buku seperti ini.” jawab PM Lee Sun bangga.

“Sayang sekali, ini adalah buku yang sangat berharga.” Ucap Ga Eun setelah menyadari buku itu berlubang kena anak panah.

PM Lee Sun yang baru sadar bukunya berlubang pun panic.

“Astaga…. aku harus memberikan ini pada Woo Bo.” Ucapnya.

“Maksudmu Tuan Woo Bo? Kau mengenalnya? Dia adalah guruku. Aku sebenarnya dalam perjalanan untuk mencarinya.” Jawab Ga Eun.

“Benarkah? Kau murid dari Woo Bo yang tertarik pada... buku tentang geografi, ajaran barat, dan bahkan pengobatan. Lalu siapa namamu?” tanya PM Lee Sun.

Ga Eun bertanya balik, bagaimana denganmu?

“Aku... Chun Soo.” Jawab PM Lee Sun.

“Aku Ga Eun. Han Ga Eun.” Ucap Ga Eun.

Sebelum pergi menemui Woo Bo, Ga Eun singgah sebentar ke rumah Lee Sun. Ibu Lee Sun menyambut kedatangan Ga Eun dengan senang hati. Ga Eun mencemaskan Lee Sun. Tak lama kemudian, ayah Lee Sun pulang dan langsung mengomeli Lee Sun.

“Aku sudah menyuruhmu jangan menyebabkan masalah. Kau kehilangan kesabaranmu dan kita tidak bisa menjual air lagi. Karenamu kita tidak bisa menghasilkan uang sepeserpun.”

“Orang-orang itu memukuliku. Aku dipukuli.” Bela Lee Sun.

“Kau hanya memiliki ide bodoh tentang belajar membaca. Jelas sekali tidak ada gunanya belajar membaca dan menulis.” Ucap sang ayah.

“Idenya bukan ide bodoh. Lee Sun sangat pandai. Tuan Woo Bo menyebutnya jenius karena dia bisa mengingat apapun.” Bela Ga Eun.

Lee Sun pun tersipu malu mendengar pembelaan Ga Eun. Namun senyumannya itu hilang dan ia langsung menatap galak ayahnya saat sang ayah berkata mereka hanya orang miskin jadi tidak ada gunanya menjadi pandai.

PM Lee Sun masih menunggu Ga Eun di tepi jalan. Tiba2, seorang pria mabuk menabraknya dan bertanya dimana dia sekarang. PM Lee Sun pun berkata, ia juga tak tahu dimana mereka sekarang. Pria mabuk itu pun mengamati wajah PM Lee Sun dari dekat, lalu menggeplak wajah PM Lee Sun.

PM Lee Sun tak terima dipukul begitu. Tapi tiba2, terdengar suara perutnya yang keroncongan. Pria itu pun menawarkan minumannya pada PM Lee Sun. PM Lee Sun awalnya ragu, tapi karena rasa lapar yang mendera, akhirnya ia meneguknya tapi botol itu ternyata sudah kosong dan pria itu menuduh PM Lee Sun sudah menghabiskan minumannya.

“Ngomong-ngomong, dimana aku?” tanyanya.

PM Lee Sun pun bengong dan terus menatap wajah pria di hadapannya. Pria di hadapannya juga terus menatapnya, sebelum akhirnya ia berjalan mendekati PM Lee Sun. PM Lee Sun ngeri sendiri. Ia berjalan menghindar sampai terjatuh. Tepat saat itu, Ga Eun pun datang dan pria mabuk itu pergi.

“Astaga! Aku sudah menyuruhmu untuk menunggu. Kenapa kau ada di sini?” tanya Ga Eun.

“Kenapa kau lama sekali? Ada pria gila yang...”

PM Lee Sun pun berhenti bicara saat melirik ke arah pria yang bersama Ga Eun. Lee Sun pun menatap galak PM Lee Sun. Lee Sun bertanya, apa Ga Eun yakin mau membawa PM Lee Sun menemui Woo Bo.

“Dan kau juga muridnya?” tanya PM Lee Sun heran.

Ga Eun membawa PM Lee Sun ke sebuah gubuk reot. PM Lee Sun tak percaya kalau Woo Bo tinggal di tempat seperti itu.


Setibanya di dalam, mereka menemukan Woo Bo tengah tertidur sambil mendengkur. PM Lee Sun pun semakin tidak percaya kalau pria tua mabuk yang ia temui tadi adalah Profesor di Sungkyungkwan. Ga Eun mencoba meyakinkan PM Lee Sun kalau pria di hadapan mereka memang Woo Bo.

“Bukan pemabuk tua ini. Aku mencari Woo bo. Dia pernah menjadi guru di Sungkyunkwan.” Jawab PM Lee Sun.

Ga Eun pun langsung menyuruh PM Lee Sun. Setelah itu, ia membangunkan Woo Bo dengan hati-hati dan memberitahu ada orang yang ingin bertemu Woo Bo dan mengaku memiliki buku yang mau diberikan pada Woo Bo.

“Apa kau sungguh Guru Woo Bo?” tanya PM Lee Sun.

“Ya, aku Woo Bo. Tapi aku bukan guru.” Jawab Woo Bo.

PM Lee Sun lantas menunjukkan buku The Chronicles of Foreign Lands yang memang hanya ada satu di Joseon. Ia berkata, kalau Woo Bo bisa menjawab pertanyaannya, ia akan memberikan buku itu pada Woo Bo. Woo Bo yang tadinya tidur, seketika bangkit dan menatap buku itu dengan berbinar-binar.

Ga Eun yang kesal atas ketidaksopanan PM Lee Sun, langsung menginjak kaki PM Lee Sun. Lee Sun yang berdiri di belakang pun langsung cekikikan melihat itu. Sementara Woo Bo tersenyum.

“Tidak masalah, kalian boleh keluar sebentar.” Jawab Woo Bo.

Setelah cuma berdua, PM Lee Sun pun langsung bertanya, apakah Woo Bo mengenalnya. Dengan enteng, Woo Bo berkata bagaimana ia bisa tahu kalau PM Lee Sun tak mengatakannya.

“Aku akan menanyakannya. Apa kau tahu alasan kenapa Putra Mahkota memakai topeng?” tanya PM Lee Sun.

“Aku tahu. Aku akan bertanya juga, apa kau tahu tentang Kelompok Pyunsoo?” tanya Woo Boo.

“Kelompok Pyunsoo?” PM Lee Sun mengernyit heran.

“Akulah yang bertanya padamu. Lalu kenapa kau mengajukan pertanyaan padaku?” protes PM Lee Sun kemudian.

“Apa kau sungguh tahu alasan kenapa dia harus memakai topeng?” tanya PM Lee Sun lagi.

“Alasan kenapa dia harus memakai topeng. Pikirkan tentang ini. Curah hujan tahun ini dua kali lipat dari tahun lalu. Lalu kenapa sumur-sumur justru mengering? Jika kau bisa menjawab pertanyaanku, aku akan menjawab pertanyaanmu.” Jawab Woo Bo.

Woo Bo lantas meraih buku langka milik PM Lee Sun. Ia membukanya sedikit untuk melihat isinya. PM Lee Sun yang kesal pun langsung merebut buku itu.

PM Lee Sun dan Lee Sun berjalan di belakang Ga Eun. Baru beberapa langkah, Ga Eun tiba2 menoleh dan bertanya, apa PM Lee Sun akan terus mengikutinya. PM Lee Sun berkata, butuh banyak perjuangan baginya untuk datang ke sana, jadi ia harus temukan jawabannya.

“Aku tidak tahu jawabannya dan aku tidak bisa mengatakan padamu meskipun aku tahu.” ucap Ga Eun.

“Aku tidak memintamu untuk mengatakan padaku. Aku akan tinggal ditempatmu untuk sementara waktu dan mencari jawabannya sendiri.” Jawab PM Lee Sun.

“Ini sudah cukup! Apa kau sungguh tidak punya malu?” ucap Lee Sun sewot.

“Apa kau mengatakan aku tidak tahu malu?” protes PM Lee Sun.

“Apa aku salah? Aku seorang petani, tapi aku lebih tahu sopan santun daripada kau.” jawab Lee Sun.

“Aku kira kau adalah murid Woo Bo. Apa kau berasal dari keluarga miskin?” ucap PM Lee Sun.

“Tidak semua orang miskin itu bodoh!” balas Lee Sun.

“Aku rasa, temperamenmu itu lebih bermasalah dibanding silsilah keluargamu.”

“Apa katamu?!” Lee Sun tidak terima dan langsung menyerang PM Lee Sun hingga keduanya terjatuh.

Ga Eun pun langsung memisahkan mereka tepat saat Lee Sun mau memukul wajah PM Lee Sun.

“Lee Sun-ah!” ucapnya sembari memegangi Lee Sun. Lee Sun pun menoleh, Ga Eun menggeleng. PM Lee Sun pun tertegun mengetahui pria di hadapannya juga bernama Lee Sun. Tak lama kemudian, ia pun tertawa membuat Ga Eun dan Lee Sun bingung.

“Ini pertama kalinya aku berkelahi dengan seseorang yang seusia denganku.” Ucap PM Lee Sun.


PM Lee Sun terus tertawa hingga Ga Eun pun tersenyum geli.


PM Lee Sun lantas terkejut saat melihat ke atas, ada banyak kunang2 beterbangan. Ketiganya pun melihat kunang2 itu dengan tatapan takjub. Lee Sun terus menatap Ga Eun. Namun begitu Ga Eun menatapnya, ia reflek menundukkan wajahnya. Sementara, PM Lee Sun tertegun melihat Ga Eun yang mencoba menyentuh kunang2 itu dengan mata berbinar. Ga Eun akhirnya menatap PM Lee Sun. Mereka terus bertatapan hingga membuat Lee Sun sedikit cemburu.

Bersambung ke Bagian Dua...

Ruler : Master Of The Mask Ep 2 Part 2

Sebelumnya...

Note : Karena sistem penayangan di Korea berubah, tayang cuma 35 menitan, so sehari tayang 2 episode sekaligus, alias satu episode dibagi dua… jadi kalau drama ini totalnya 40 episode, itu sama saja dengan 20 episode. Tapi aku bikin sinopsisnya sesuai penayangan ya… satu episode tetap aku bagi dua… Harusnya yang aku tulis masih episode satu, tp karena aku bagi dua sesuai penayangan, sehingga episode nya sudah masuk episode kedua… jadi nanti di synopsis yang aku tulis total episode nya tetap 40…


PM Lee Sun berjalan menuju pintu keluar istana dengan menggunakan baju kasim, namun langkahnya langsung terhenti begitu melihat banyak penjaga di gerbang istana. Ia memutar otak dan berhasil menyelinap keluar dengan melompati tembok istana. Setibanya diluar, ia melepas baju kasimnya dan bergegas menuju perbatasan Desa Seoso, tempat dimana Woo Bo tinggal. Sementara itu, para pengawal nampak menyebar ke seluruh penjuru istana.


Raja masuk ruangannya bersama Kepala Lee dan terkejut mendapati batang bambu yang terselip di pot bunga. Kepala Lee langsung mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan pandangan curiga. Raja terkejut membaca pesan yang ada di dalam bamboo.

“Hari bergabungnya Putra Mahkota, telah diputuskan untuk dimajukan.”

“Mereka memajukan waktunya? Apa mereka mengetahui soal rencana kita?” tanya Raja.

“Hamba tidak yakin. Hanya orang di lingkaran dekat Paduka yang tahu. Mereka tak akan mengetahuinya dengan mudah.” Jawab Kepala Lee.

“Jika mereka tidak tahu, lalu kenapa? Kita harus mempercepat rencana kita.” ucap Raja.

Raja masuk ke ruangan anaknya dan menemukan kasim yang memakai jubah dan topeng anaknya lagi merem sambil komat kamit kalau ia tak melihat wajah PM. Raja pun curiga. Ia langsung mendekati kasim dan membuka topeng kasim. Ia terkejut.

“Dimana Putera Mahkota!” tanya Raja panik.

“Hamba tidak tahu. Hamba sungguh tidak melihatnya.” Jawab kasim ketakutan.

“Cepat jawab pertanyaanku!” sentak Raja.


Kasim pun membuka matanya dan langsung berlutut saat tahu yang di hadapannya adalah Raja. Raja menanyakan dimana PM dengan wajah cemas. Kasim pun mengaku tak tahu karena ia terus menutup mata. Raja bertanya dengan panic, dimana dia sebenarnya?

Lee Sun dengan santainya menguap di tengah pasar. Saat menyadari dimana dirinya berada sekarang, ia panic dan langsung menutupi wajahnya. Seorang pria tak sengaja menubruknya. Pria itu mengomeli Lee Sun karena tak tahu siapa Lee Sun. Pria itu kemudian pergi. Lee Sun pun tersenyum simpul.

Seorang gadis muda nan cantik jelita tengah memetiki bunga saat seorang wanita memanggilnya dengan panic. Wanita itu mengaku putranya sakit. Gadis itu langsung memeriksa kondisi anak wanita itu dan memeriksa tumbuhan yang dimakan anak wanita itu.

“Dia memakan tumbuhan beracun.” Ucap gadis itu.

“Apakah alpine itu beracun?” tanya si wanita.

“Ini tumbuhan badak putih, bukan alpine. Sudah kubilang jangan sembarangan memakan sesuatu.” Jawab gadis itu.

Wanita itu pun panik.

“Jangan kuatir. Ikutlah denganku ke pasar. Jika dia meminum penawarnya, dia akan baik-baik saja.” Ucap gadis itu.

“Namun, saya tidak punya cukup uang.” Jawab wanita itu.

“Saat ini, aku punya uang tabungan.” Ucap gadis itu.


PM Lee Sun menjelajahi pasar dengan antusias dan melihat segala sesuatu yang selama ini tak pernah dilihatnya. Dia bahkan tersenyum malu2 saat dua orang gisaeng tersenyum kepadanya. Secara bersamaan, gadis itu juga menyusuri pasar bersama wanita itu. Keduanya pun berpapasan dan terus berjalan ke arah berbeda.


Anak buah Dae Mok, Jo Tae Ho, sedang memperingatkan pekerjanya karena dia merasa dirugikan oleh orang2 yang mencuri air dari mereka. Ia mengancam akan memotong gaji pekerjanya kalau mereka masih kecurian air. Tapi jika mereka berhasil menangkap si pencuri, maka mereka akan diberikan bonus.

Salah satu pekerja yang diomeli Tae Ho adalah Lee Sun dan ayahnya.

Baru keluar, Lee Sun disemprot ayahnya agar tak membuat masalah. Malas mendengar ocehan ayahnya, Lee Sun pun dengan dinginnya meminta sang ayah memikirkan diri sendiri saja dan beranjak pergi.

Setelah menjelajahi bagian elit pasar, PM Lee Sun mulai memasuki daerah kumuh dan dia langsung tercengang melihat yang terjadi di sana. Rakyat menderita kelaparan, kehausan dan kedinginan. Seorang anak yang tampak begitu pucat dan kehausan muncul dari pojokan.


Begitu Lee Sun dan yang lain membuka sumur, rakyat langsung antri membeli air. PM Lee Sun yang tak mengetahui apapun, langsung menyerobot antrian dan menggendong anak itu. Setelah meminum semangkok air, anak itu langsung kabur tanpa membayar. PM Lee Sun pun terkejut rakyat harus membayar 3 nyang untuk satu mangkok.

PM Lee Sun pun langsung bertanya pada salah satu pengantri air.

“10 nyang.” Jawab si pengantri air.

“Perhari pendapatan 10 nyang. Apa masuk akal harga airnya 3 nyang?” protes PM Lee Sun.

“Kalau memang terlalu mahal bagimu, sana cari air di tempat lain. Memang cuma kau yang haus!” sinis Lee Sun.

“Air menjadi mahal gara-gara orang arogan sepertimu!” protes seorang pria.

“Bayar dan pergi sana!” balas Lee Sun.


Pria itu pun kesal dan merangsek maju menghajar Lee Sun. Seorang petugas datang dan mengayunkan tongkatnya, namun pria itu berhasil mengambil alih tongkatnya. Saat mau bales dendam, PM Lee Sun merebut tongkat itu.

Akibat keributan itu, para warga pun mengambil kesempatan untuk mendapatkan air secara gratis. PM Lee Sun berusaha menghentikan kekacauan itu tapi tak ada yang mau mendengarnya.

PM Lee Sun syok, Mereka tidak berkelahi karena nasi. Hanya demi air?

Tae Ho dan anak buah Dae Mok lainnya pun datang. Kerumunan warga langsung bubar. Tae Ho melesatkan anak panahnya ke arah jantung PM Lee Sun. Tapi untung, anak panah itu hanya mengenai buku yang dibawanya. PM Lee Sun pun buru2 melepaskan anak panah itu dan kabur.

Pada saat yang bersamaan, gadis manis itu baru saja keluar dari toko obat bersama wanita itu. Setelah mendapatkan obatnya, wanita itu pergi meninggalkan Ga Eun, si gadis manis itu. Setelah ibu itu pergi, Ga Eun pun melihat keributan yang terjadi.


PM Lee Sun berlari sekencang mungkin menghindari kejaran Tae Ho. Tapi dia tiba2 saja menubruk seorang pedagang. Dia langsung oleng dan hampir jatuh. Ga Eun dengan sigap menangkapnya.