Note : Karena sistem penayangan di Korea berubah, tayang cuma 35 menitan, so sehari tayang 2 episode sekaligus, alias satu episode dibagi dua… jadi kalau drama ini totalnya 40 episode, itu sama saja dengan 20 episode. Tapi aku bikin sinopsisnya sesuai penayangan ya… satu episode tetap aku bagi dua… Harusnya yang aku tulis masih episode satu, tp karena aku bagi dua sesuai penayangan, sehingga episode nya sudah masuk episode kedua… jadi nanti di synopsis yang aku tulis total episode nya tetap 40…
PM
Lee Sun berjalan menuju pintu keluar istana dengan menggunakan baju kasim,
namun langkahnya langsung terhenti begitu melihat banyak penjaga di gerbang
istana. Ia memutar otak dan berhasil menyelinap keluar dengan melompati tembok
istana. Setibanya diluar, ia melepas baju kasimnya dan bergegas menuju
perbatasan Desa Seoso, tempat dimana Woo Bo tinggal. Sementara itu, para
pengawal nampak menyebar ke seluruh penjuru istana.
Raja masuk ruangannya bersama Kepala Lee dan terkejut mendapati batang bambu yang terselip di pot bunga. Kepala Lee langsung mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan pandangan curiga. Raja terkejut membaca pesan yang ada di dalam bamboo.
“Hari bergabungnya Putra Mahkota, telah
diputuskan untuk dimajukan.”
“Mereka
memajukan waktunya? Apa mereka mengetahui soal rencana kita?” tanya Raja.
“Hamba
tidak yakin. Hanya orang di lingkaran dekat Paduka yang tahu. Mereka tak akan
mengetahuinya dengan mudah.” Jawab Kepala Lee.
“Jika
mereka tidak tahu, lalu kenapa? Kita harus mempercepat rencana kita.” ucap
Raja.
Raja
masuk ke ruangan anaknya dan menemukan kasim yang memakai jubah dan topeng
anaknya lagi merem sambil komat kamit kalau ia tak melihat wajah PM. Raja pun
curiga. Ia langsung mendekati kasim dan membuka topeng kasim. Ia terkejut.
“Dimana
Putera Mahkota!” tanya Raja panik.
“Hamba
tidak tahu. Hamba sungguh tidak melihatnya.” Jawab kasim ketakutan.
“Cepat
jawab pertanyaanku!” sentak Raja.
Kasim
pun membuka matanya dan langsung berlutut saat tahu yang di hadapannya adalah
Raja. Raja menanyakan dimana PM dengan wajah cemas. Kasim pun mengaku tak tahu
karena ia terus menutup mata. Raja bertanya dengan panic, dimana dia
sebenarnya?
Lee
Sun dengan santainya menguap di tengah pasar. Saat menyadari dimana dirinya
berada sekarang, ia panic dan langsung menutupi wajahnya. Seorang pria tak
sengaja menubruknya. Pria itu mengomeli Lee Sun karena tak tahu siapa Lee Sun.
Pria itu kemudian pergi. Lee Sun pun tersenyum simpul.
Seorang
gadis muda nan cantik jelita tengah memetiki bunga saat seorang wanita
memanggilnya dengan panic. Wanita itu mengaku putranya sakit. Gadis itu
langsung memeriksa kondisi anak wanita itu dan memeriksa tumbuhan yang dimakan
anak wanita itu.
“Dia
memakan tumbuhan beracun.” Ucap gadis itu.
“Apakah
alpine itu beracun?” tanya si wanita.
“Ini
tumbuhan badak putih, bukan alpine. Sudah kubilang jangan sembarangan memakan
sesuatu.” Jawab gadis itu.
Wanita
itu pun panik.
“Jangan
kuatir. Ikutlah denganku ke pasar. Jika dia meminum penawarnya, dia akan
baik-baik saja.” Ucap gadis itu.
“Namun,
saya tidak punya cukup uang.” Jawab wanita itu.
“Saat
ini, aku punya uang tabungan.” Ucap gadis itu.
PM
Lee Sun menjelajahi pasar dengan antusias dan melihat segala sesuatu yang
selama ini tak pernah dilihatnya. Dia bahkan tersenyum malu2 saat dua orang
gisaeng tersenyum kepadanya. Secara bersamaan, gadis itu juga menyusuri pasar
bersama wanita itu. Keduanya pun berpapasan dan terus berjalan ke arah berbeda.
Anak buah Dae Mok, Jo Tae Ho, sedang memperingatkan pekerjanya karena dia merasa dirugikan oleh orang2 yang mencuri air dari mereka. Ia mengancam akan memotong gaji pekerjanya kalau mereka masih kecurian air. Tapi jika mereka berhasil menangkap si pencuri, maka mereka akan diberikan bonus.
Salah
satu pekerja yang diomeli Tae Ho adalah Lee Sun dan ayahnya.
Baru
keluar, Lee Sun disemprot ayahnya agar tak membuat masalah. Malas mendengar
ocehan ayahnya, Lee Sun pun dengan dinginnya meminta sang ayah memikirkan diri
sendiri saja dan beranjak pergi.
Setelah
menjelajahi bagian elit pasar, PM Lee Sun mulai memasuki daerah kumuh dan dia
langsung tercengang melihat yang terjadi di sana. Rakyat menderita kelaparan,
kehausan dan kedinginan. Seorang anak yang tampak begitu pucat dan kehausan
muncul dari pojokan.
Begitu
Lee Sun dan yang lain membuka sumur, rakyat langsung antri membeli air. PM Lee
Sun yang tak mengetahui apapun, langsung menyerobot antrian dan menggendong
anak itu. Setelah meminum semangkok air, anak itu langsung kabur tanpa
membayar. PM Lee Sun pun terkejut rakyat harus membayar 3 nyang untuk satu
mangkok.
PM
Lee Sun pun langsung bertanya pada salah satu pengantri air.
“10
nyang.” Jawab si pengantri air.
“Perhari
pendapatan 10 nyang. Apa masuk akal harga airnya 3 nyang?” protes PM Lee Sun.
“Kalau
memang terlalu mahal bagimu, sana cari air di tempat lain. Memang cuma kau yang
haus!” sinis Lee Sun.
“Air
menjadi mahal gara-gara orang arogan sepertimu!” protes seorang pria.
“Bayar
dan pergi sana!” balas Lee Sun.
Pria
itu pun kesal dan merangsek maju menghajar Lee Sun. Seorang petugas datang dan
mengayunkan tongkatnya, namun pria itu berhasil mengambil alih tongkatnya. Saat
mau bales dendam, PM Lee Sun merebut tongkat itu.
Akibat keributan itu, para warga pun mengambil
kesempatan untuk mendapatkan air secara gratis. PM Lee Sun berusaha
menghentikan kekacauan itu tapi tak ada yang mau mendengarnya.
PM
Lee Sun syok, Mereka tidak berkelahi karena nasi. Hanya demi air?
Tae
Ho dan anak buah Dae Mok lainnya pun datang. Kerumunan warga langsung bubar.
Tae Ho melesatkan anak panahnya ke arah jantung PM Lee Sun. Tapi untung, anak
panah itu hanya mengenai buku yang dibawanya. PM Lee Sun pun buru2 melepaskan
anak panah itu dan kabur.
Pada
saat yang bersamaan, gadis manis itu baru saja keluar dari toko obat bersama
wanita itu. Setelah mendapatkan obatnya, wanita itu pergi meninggalkan Ga Eun,
si gadis manis itu. Setelah ibu itu pergi, Ga Eun pun melihat keributan yang
terjadi.
PM
Lee Sun berlari sekencang mungkin menghindari kejaran Tae Ho. Tapi dia tiba2
saja menubruk seorang pedagang. Dia langsung oleng dan hampir jatuh. Ga Eun
dengan sigap menangkapnya.
0 Comments:
Post a Comment