• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruler : Master Of The Mask Ep 3 Part 2

Sebelumnya...

  
Dalam perjalanan pulang, duo Lee Sun saling berbicara. PM Lee Sun heran Lee Sun tak bisa ikut ujian pemerintah tapi masih suka belajar.

“Faktanya bahwa aku hari ini akan berbeda dengan aku hari esok. Dan perasaan bahwa belajar meningkatkan kepribadianku membuat jantungku berdegup kencang.” Jawab Lee Sun.

“Itu...membuat jantungmu berdegup kencang?” tanya PM Lee Sun heran, lalu tertawa.

“Aneh sekali.” Ucap PM Lee Sun, yang langsung dibalas oleh tatapan tajam Lee Sun.


Pembicaraan keduanya terhenti karena mereka sudah tiba di rumah Lee Sun. Namun PM Lee Sun hanya menunggu diluar. Melihat ke arah Ga Eun dan Lee Sun, PM Lee Sun berkata bahwa memiliki hubungan dengan seseorang adalah sesuatu yang membuat jantungnya berdebar. Namun tiba-tiba, terdengar teriakan panik Ga Eun dan Lee Sun.


Ibu Lee Sun hendak melahirkan, namun ia dehidrasi dan itu bisa membahayakan nyawa ibu dan si bayi. Ibu Lee Sun meyakinkan kalau ia baik2 saja dan bidan akan segera datang jadi Ga Eun tak perlu cemas. Ga Eun pun berteriak pada duo Lee Sun yang menunggu diluar kalau ia butuh air.

  
Lee Sun panik karena mereka tak punya air. PM Lee Sun mengajak Lee Sun mengambil air. Lee Sun berkata, petugas Biro Persediaan Air menutup sumur, jadi tak ada tempat bagi mereka bisa mendapatkan air. Tak lama kemudian, Ga Eun keluar dan mengajak Lee Sun membeli air.


PM Lee Sun tercengang, mereka tidak bisa mendapatkan air darimanapun kecuali dari Biro Persediaan Air?


Di istana, Raja lagi memarahi Chun Soo dan terus menyuruh Chun Soo memanggilnya dengan sebutan abamama. Chun Soo yang ketakutan, tak bisa menyebut kata itu dengan benar, sehingga Raja menyuruhnya berulang2 mengucapkan kata itu.

“Tidak ada yang perlu kau takutkan! Kau adalah Lee Sun yang sebenarnya!” bentak Raja.


Seseorang diam2 mengintip mereka dan melaporkannya pada salah satu orangnya Dae Mok. Orang itu menyebut kalau Raja menyembunyikan Putra Mahkota dibawah tanah. Tidak ada pergerakan yang mencurigakan dari Putra Mahkota tapi kasimnya  Putra Mahkota menghilang. Orangnya Dae Mok pun terkejut.



Ketiganya sampai di sumur, tapi penjaga menghalangi mereka masuk. Ga Eun mencoba bernegosiasi. Ia berkata, ini sangat mendesak karena nyawa ibu dan adiknya Lee Sun yang akan lahir dalam bahaya.

“Apapun situasi kalian, kami tidak menjual air pada jam segini. Jadi pergilah sekarang juga!” tolak penjaga.

“Dia bilang nyawa seseorang sedang dipertaruhkan!” sentak PM Lee Sun.

PM Lee Sun berusaha menerobos masuk, tapi penjaga menghalanginya dan berusaha memukulnya. PM Lee Sun marah, apa kalian tahu siapa aku? Aku adalah Putra Mahkota dari negeri ini!

Tepat saat itu, Lee Chung Woon lewat dan terdiam mendengar ucapan PM Lee Sun. PM Lee Sun terdiam menyadari ia keceplosan. Ia pun buru2 meralat ucapannya dengan mengaku sebagai temannya Putra Mahkota. Chung Woon terus memperhatikan PM Lee Sun. Pengawal pun menegur Chung Woon dan berkata mereka harus bergegas karena Raja bilang ini situasi darurat.

“Jika kau teman Putra Mahkota, aku adalah saudaranya Raja!” ucap penjaga meledek PM Lee Sun.

“Ini sungguh mendesak. Tolong ijinkan kami 1 ember air saja.” Bujuk Ga Eun.

“Jika begini, ibuku dan adikku akan mati!” teriak Lee Sun.

“Aku akan memberimu harga 10 kali lipat. Tidak, aku akan memberimu harga 100 kali lipat. Aku akan membayar berapapun harga yang kau minta, tolong buka pintunya!” perintah PM Lee Sun.
“Jika kau tidak pergi sekarang, kami akan menghukummu!” ancam penjaga.

Tak lama kemudian, ayah Lee Sun datang dan memaksa penjaga membiarkannya masuk. Ia juga menyelipkan uang ke tangan penjaga. Penjaga pun mengizinkan ayah Lee Sun masuk. Lee Sun hanya bisa melongo melihat aksi sang ayah. Sementara PM Lee Sun mendesis sebal.

Hwa Gun, Woo Jae dan Tae Ho melintas di sana tepat saat ayah Lee Sun keluar membawa air. Penjaga pun mau mengejar ayah Lee Sun, tapi duo Lee Sun langsung menghalanginya sampai ayah Lee Sun pergi cukup jauh.


“Kita harus memberi tahu ayah bahwa penjagaan Biro Persediaan air sangat buruk.” Desis Woo Jae sebal.

Setelah yakin ayah Lee Sun sudah pergi cukup jauh, duo Lee Sun dan Ga Eun pun bergegas pergi. Hwa Gun menoleh ke arah mereka dan terkejut melihat luka titik di belakang telinga PM Lee Sun.

“Putra Mahkota?” gumamnya.


“Aku akan pastikan bahwa hal seperti ini tidak akan terjadi lagi. Jadi tolong, jangan katakan pada Tuan Dae Mok.” Pinta Tae Ho.

Ayah Lee Sun langsung menggendong putrinya yang baru lahir. Ibu dan bayinya selamat. Ayah Lee Sun memberinya nama Kko Mool. Lee Sun protes, nama apa itu? Terlebih untuk anak gadis…

“Apa salahnya dengan nama itu?” jawab ayah Lee Sun membela diri.


Ayah Lee Sun lalu menawari Ga Eun menggendong Kko Mool. Ga Eun pun langsung mengangguk antusias dan menggendong Kko Mool. Begitu Kko Mool berada di gendongan Ga Eun, duo Lee Sun kompak memandangi Kko Mool. PM Lee Sun bahkan menyentuh wajah si mungil.

“Aku paham kalian terburu-buru tapi kalian telah mencuri air dari Biro Persediaan air. Apa kau akan baik-baik saja?” tanya Woo Bo cemas.

“Apa kau tidak mengenalku Tuan? Aku akan baik-baik saja.  Aku bekerja sebagai penjaga air di sana. Yang harus aku lakukan adalah minta maaf atas kesalahanku, dan membayar dua kali lipat pada mereka.” Jawab ayah Lee Sun.

Namun Woo Bo tak bisa menampik rasa cemasnya. Sama hal nya dengan Lee Sun.


Chung Woon berlutut pada Raja dan meminta maaf karena ia tak tahu bagaimana wajah PM Lee Sun. Di ranjang, Chun Soo tertidur dengan jubah dan topeng PM Lee Sun. Raja pun berbalik, ia menatap Chung Woon dan menyuruh Chung Woon melakukan apa yang dia minta, ditambah lagi Chung Woon adalah guru sekaligus teman dekat PM Lee Sun.

“Tidak ada yang mengenalnya lebik baik dari kau. Kau harus menemukannya tanpa diketahui siapapun.” Ucap Raja.

“Cari ke semua tempat yang mungkin dia datangi.Kita hanya bisa berharap bahwa Putra Mahkota akan mengenalimu lebih dulu atau kau yang mengenali suaranya.” Jawab Kepala Lee yang tak lain adalah ayah Chung Woon.

“Suaranya…?” gumam Chung Woon, lalu teringat pada pemuda yang mengaku temannya PM Lee Sun.

“Aku tidak begitu yakin, tapi ada 1 tempat yang harus aku cari lebih dulu.” Ucap Chung Woon pada Raja.


Chung Woon langsung menemui penjaga air. Ia mencengkram baju si penjaga air. Penjaga air ketakutan. Chung Woon menanyakan soal pemuda yang datang mengambil air 6 jam yang lalu. Si penjaga air dengan wajah ketakutan berkata kalau ia tak kenal pemuda itu tapi ia kenal dengan si pembawa air.

“Dimana rumahnya?” tanya Chung Woon.

“Di... Di daerah Seosomun.” Jawab penjaga air terbata2.

Tepat saat itu, Woo Jae dan Hwa Gun keluar dari Biro Persediaan Air dan melihat Chung Woon. Woo Jae penasaran dengan apa yang dilakukan putra Panglima Kerajaan di jam segitu.

“Putra Panglima Kerajaan?” tanya Hwa Gun.

“Ya, dia cukup dekat dengan Putra Mahkota.” Jawab Woo Jae.

Dae Mok menanyakan soal PM Lee Sun pada ketiga menterinya. Menteri Heo berkata, bahwa Putra Mahkota disembunyikan di ruang bawah tanah untuk waktu yang lama.


“Tapi berdasarkan informasi yang kami peroleh... ada dua Lee Sun yang tinggal di Jongmyo. Bagaimana jika kita menangkap mereka bertiga dan membuat mereka menghilang selamanya?” ujar Menteri Joo.

“Oh, aku juga dengar salah satu kasim Putra Mahkota telah menghilang dan Panglima Kerajaan mencarinya sepanjang malam.” Ucap Menteri Heo, membuat Dae Mok terkejut.

Hwa Gun tiba2 datang dan langsung menanyakan keberadaan Putra Mahkota. Dae Mok karuan saja kaget. Ia heran kenapa cucunya mendadak tertarik dengan Putra Mahkota. Menteri Joo berkata, Putra Mahkota ada di Jongmyo untuk melakukan ritual.

“Apa kau yakin orang yang ada di Jongmyo yang memakai topeng adalah dia?” tanya Hwa Gun, membuat mereka semua tercengang.

Hwa Gun lalu menyuruh kakeknya mencari tahu kebenarannya.

“Dan kenapa kau berpikir Pangeran yang ada di Jongmyo itu palsu?” tanya Dae Mok.

Hwa Gun pun tersenyum jahil. Dae Mok mengerti. Ia tahu kalau cucunya bukan gadis yang asal bicara dan langsung menyuruh Gon mencari tahu.

PM Lee Sun terus mendesak Woo Bo cerita alasan kenapa Putra Mahkota harus memakai topeng. Ia berkata, tidak punya banyak waktu menyelesaikan teka teki Woo Bo, jadi Woo Bo harus mengatakannya sekarang juga.

“Apa kau tahu arti dari "yongnim"? tanya Woo Bo.

"Yongnin? Um, sisik di bagian bawah dagu naga?” tanya PM Lee Sun.

“Kau mungkin bisa mengendarai naga, tapi kau tidak bisa menyentuh sisik itu. Dan jika kau menyentuh sisik naga itu, mereka akan mencabik-cabikmu. Dan bagi Raja, sisik naganya adalah Putra Mahkota. Itulah kenapa dia menyembunyikan dan melindunginya. Tapi apa itu sungguh penting bagi Putra Mahkota untuk mengetahui alasannya? Saat Raja berusaha untuk melindunginya? Akan sangat sulit untuk hidup dengan melepas topengnya lalu kenapa dia harus melepas topengnya?” jawab Woo Bo.

“Karena dia adalah Putra Mahkota. Seorang Putra Mahkota tidak bisa hanya duduk terdiam dan menerima segalanya. Dia harus melindungi rakyatnya!” ucap PM Lee Sun.

“Emosi tanpa tindakan, semua itu tidak lebih dari omong kosong! Melindungi rakyat? Apa kau pikir Putra Mahkota memiliki kekuatan untuk melakukannya? Dia tidak lain adalah bunga lembut yang selalu dimanja seumur hidupnya! Terlebih lagi, kau mengatakan pemuda bodoh seperti dia... yang tidak tahu apapun tentang dunia luar akan melindungi rakyatnya!” teriak Woo Bo.

PM Lee Sun pun terpukul. Woo Bo lalu beranjak pergi. Sambil berjalan pergi, ia berkata…

“Jika kau melepas topengmu hanya untuk menikmati kebebasan, lebih baik pakai kembali topengnya.”

PM Lee Sun pun terkejut karena Woo Bo tahu siapa dirinya.


Gon melapor pada Dae Mok kalau Putra Mahkota yang ada di ruang bawah tanah adalah seorang kasim. Gon bilang dia memakai bantalan di lututnya. Menteri Heo pun curiga bahwa Putra Mahkota telah ditukar.

“Jika dia masih memakai bantalan lutut, dia pasti terburu-buru. Tidak mungkin Raja yang sempurna membuat kesalahan.” Jawab Dae Mok.

“Aku yakin bukanlah Raja yang melarikan diri, tapi Putra Mahkota.” Ucap Hwa Gun.

“Putra Mahkota melarikan diri?” tanya Dae Mok.

Hwa Gun tersenyum dan meninggalkan ruang pertemuan dengan wajah girang. Dae Mok tertawa, lalu berkata kalau Putra Mahkota memang melarikan diri, maka itu kesempatan emas bagi mereka. Mereka harus menemukan Putra Mahkota lebih dulu. Dae Mok pun memberi perintah pada Gon.

Diluar, Hwa Gun memanggil Gon. Gon muncul di atap. Hwa Gun menyuruh Gon menemukan keberadaan Chung Woon.

Chung Woon menemui ayah Lee Sun. Ia beralasan sedang mencari adiknya. Ayah Lee Sun langsung ngeh. Ia pikir pemuda yang bersama Ga Eun tadi lah yang dicari Chung Woo. Tak jauh dari sana, Gon menguping pembicaraan mereka.


PM Lee Sun dan Ga Eun berdebat soal ayam. PM Lee Sun mau makan ayam, tapi Ga Eun malah mengatai PM Lee Sun serakah.

“Kau menuai yang sudah kau tabur. Jika kau menabur bibit yang baik, kau akan selalu diberkahi. Jadi tidak perlu pelit, dan berikan padaku.” Jawab PM Lee Sun.


Ayah Ga Eun pun keluar dari dalam rumah sambil tertawa.

“Sepertinya putriku membawa tamu penting. Wajar jika kita menyembelih ayam dan menyajikannya. Aku tidak bisa membiarkan rumor tersebar tentang betapa tidak ramahnya anggota Hangsungu.” Ucap ayah Ga Eun, lalu beranjak pergi.

Begitu Tuan Han pergi, PM Lee Sun langsung berdehem dan menatap Ga Eun sambil tersenyum puas. Ga Eun pun membuka kandang ayamnya dengan sebal dan si ayam langsung terbang keluar kandang menabrak wajah PM Lee Sun.

Mereka berdua masak ayam bareng. PM Lee Sun tiba2 bertanya, apa akan lebih menjalani hidup dengan memakai topeng. Ga Eun heran sendiri mendengar pertanyaan PM Lee Sun.

“Maksudku, seekor ayam akan tetap aman jika berada di dalam kandangnya. Tapi itu tidak bebas. Tapi akan sangat berbahaya jika dia meninggalkan kadangnya untuk mencari kebebasan.” Ucap PM Lee Sun.

“Apakah sungguh baik bagi ayam untuk tetap berada di kandang meski tempat itu aman dan bagus? Meskipun tidak tahu kapan ayam itu akan dimakan... hidup mungkin memang berat, tapi mereka hanya akan bebas jika mereka meninggalkan kandangnya.” Jawab Ga Eun.

PM Lee Sun pun menatap wajah Ga Eun seolah terpesona dan puas dengan jawaban Ga Eun.

“Apa kau tahu ajaran apa yang aku suka dari guru? Jika kau tidak bisa menahan kesakitanmu dan mencoba yang terbaik, kau tidak akan pernah memperoleh kebebasan yang sejati. Jika itu adalah aku, aku tidak akan menjadi ayam yang tidak bisa bebas dari kandangnya, tapi burung yang bisa terbang tinggi ke awan, meskipun hidupnya akan lebih sulit.” Ucap Ga Eun lagi.

“Seorang wanita yang berbicara tentang kebebasan yang sejati. Keren sekali.” Puji PM Lee Sun.


Keduanya lalu saling bertatapan dalam diam. Tak lama, PM Lee Sun memecah keheningan dengan bertanya, apa Ga Eun punya pacar. Ga Eun tidak mau menjawab, hingga PM Lee Sun pun menanyakannya sekali lagi. Ga Eun tersenyum malu sambil menundukkan wajahnya. PM Lee Sun mengerti dan tersenyum bahagia.


Tae Ho marah-marah saat penjaga membangunkannya tengah malam. Tapi begitu melihat ada Hwa Gook disana, ia buru-buru menghampirinya dan menjilatnya habis-habisan. Hwa Goon tanya apakah Tae Ho akan membiarkan orang yang mencuri air tetap bebas?

Di sisi lain, PM Lee Sun bicara dengan menggebu-gebu pada Tuan Han.

“Nyawa seseorang yang dipertaruhkan, tapi kenapa mereka tidak menjual air karena sudah malam? Apa itu masuk akal?” protesnya.

“Tepat sekali, sesuatu yang mengerikan bisa saja terjadi.” Jawab Tuan Han.

“Maksudku, jika rakyat bodoh dan pengecut dan tidak bisa mengatasi kesulitannya sendiri, lalu-bukankah orang sepertimu harus lebih berani untuk menghadapi mereka, Tuan?” ucap PM Lee Sun.

“Aku mengerti, tapi bukan itu masalahnya.” Jawab Tuan Han.

“Apa kau tidak punya keberanian?” tanya PM Lee Sun.

“Dengarkan. Apa kau pikir rakyat tidak berani bertarung demi hidup mereka karena mereka kurang pendidikan dan kurang berani sepertimu?” jawab Tuan Han, yang membuat PM Lee Sun terdiam.

Tak lama, Ga Eun masuk membawa nampan makanan. Begitu Ga Eun datang, PM Lee Sun langsung cengengesan menatapnya dan Ga Eun hanya tertunduk sembari tersenyum menahan malu. Tuan Han yang mengerti perasaan keduanya pun meledek Ga Eun dengan berkata tumben2an Ga Eun tidak menggosongkan ayamnya.

Tuan Han lantas mengambilkan sepotong ayam untuk PM Lee Sun dan menyuruh PM Lee Sun sering main ke rumahnya. PM Lee Sun pun melahap ayamnya sambil cengengesan.

 Diluar, Lee Sun berlari dengan panic memasuki halaman rumah Ga Eun.

“Wakil Hakim Han!” teriaknya. Sontak, Tuan Han langsung keluar bersama PM Lee Sun dan Ga Eun.

“Tuan Han! Tolong selamatkan ayahku, Tuan Han! Ayahku ditangkap oleh Biro Persediaan Air karena telah mencuri air. Mereka mengatakan mereka akan memotong tangannya! Tolong selamatkan dia!” ucapnya panik.

“Tunggu, mereka akan memotong tangannya karena telah mencuri satu ember air?” tanya PM Lee Sun heran.

“Aku tidak bisa ikut campur dengan urusan Biro Persediaan Air karena mereka lembaga independen.” Jawab Tuan Han.

“Hidup rakyat sedang dipertaruhkan! Bukan saatnya untuk memikirkan tentang yuridiksi!” ucap PM Lee Sun.

Ruler : Master Of The Mask Ep 3 Part 1

Sebelumnya...


Kelompok Tae Ho terus mengejarnya. Sampai di ujung jalan, PM Lee Sun mulai panic karena pengejarnya sudah mulai mendekatinya. Tiba2, seseorang menariknya dan membantunya bersembunyi. Dia tak lain adalah Han Ga Eun.


Ga Eun menyembunyikan PM Lee Sun di dalam tandu dan memanggilnya ibu. Tae Ho yang curiga dengan tingkah Ga Eun, bersiap mencabut pedangnya. Namun kecurigaannya lenyap setelah melihat orang di dalam tandu membuka jendela dan mengenakan jaket perempuan untuk menutupi wajah.

Ga Eun menarik napas lega setelah kelompok Tae Ho beranjak pergi. PM Lee Sun terdiam menatapnya. Ga Eun mengernyit heran, apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka?

“Apa aku... tampan?” tanya PM Lee Sun.

Ga Eun heran, apa?

“Aku bertanya karena kaulah orang pertama yang melihat wajahku dengan sangat lama. Bagaimanapun juga, terima kasih telah menolongku. Kau menyelamatkanku dari masalah.” Jawab PM Lee Sun.


Di Jongmyo, ritual akan segera dimulai tapi PM Lee Sun belum juga kembali. Raja cemas kalau Kelompok Pyunsoo menangkap putranya. Kepala Lee memberitahu kalau PM Lee Sun sudah pergi sebelum Kelompok Pyunsoo datang.

“Kenapa dia harus keluar sendirian? Tidak ada tempat yang bisa dia tuju.” Ucap Raja cemas.

“Aku akan segera menemukan keberadaannya.” Jawab Kepala Lee.

“Tidak. Jangan bergerak dengan tergesa-gesa. Kelompok Pyunsoo pasti mengawasimu dengan sangat dekat.” Ucap Raja.

“Silakan melangkah,  Yang Mulia.” Jawab Kepala Lee.

“Dimana Chung Woon?” tanya Raja.

“Yang Mulia. Putraku sudah lama mengenal Putra Mahkota, tapi dia sama sekali tidak melihat wajah Putra Mahkota.” Jawab Kepala Lee cemas.

“Saat ini kita tidak punya pilihan lain. Panggil Chung Woon sekarang juga.” suruh Raja.


Raja berjalan menuju altar lalu menatap lukisan mendiang Raja Sunjo sambil membatin…

“Aku berdoa pada nenek moyangku. Karena ketidakmampuanku dan kurangnya kebajikanku, Aku menjadi raja yang melanggar melanggar takdir dewa dan mengkhianati rakyatnya. Tetapi, Putra Mahkota berbeda. Dia satu-satunya harapan yang kita punya agar negara ini bisa lebih baik. Kumohon... lindungilah putraku.”


PM Lee Sun terus berjalan mengikuti Ga Eun, hingga Ga Eun heran menoleh padanya. PM Lee Sun pun beralasan kalau mereka punya arah tujuan yang sama. PM Lee Sun lantas mendekati Ga Eun dan bertanya apa Ga Eun juga menuju desa miskin di dekat Pintu Gerbang Seoso.

“Kenapa kau terus bicara informal denganku?” protes Ga Eun.

“Mungkin kau tidak mengetahuinya, tapi aku adalah seseorang yang bisa bicara informal denganku.” Jawab PM Lee Sun dengan bangga.

Ga Eun heran, apa? Lalu siapa kau?

“Aku? Aku...” PM Lee Sun kebingungan menjawab.

“Aku... seorang pencari buku.” Jawab PM Lee Sun akhirnya.

“Pencari buku? Itu artinya kau telah membaca banyak buku yang berharga? Apa kau pernah membaca "Survey of Roads" dan "Surveys of Mountains and Rivers"? Unabridged Compilation of Herbal Lore"?” tanya Ga Eun antusias.

“Astaga. Apa kau sudah membaca semua buku itu?” tanya PM Lee Sun.

“Tidak. Aku ingin membacanya, tapi aku tidak bisa mendapatkannya. Apa kau mencari buku tentang pengobatan dan juga ajaran barat?”

“Aku punya satu buku tentang ajaran barat.” Jawab PM Lee Sun, lalu menunjukkan buku yang dibawanya.

Ga Eun takjub, oh, astaga.. Darimana kau mendapatkan buku langka ini?

“Kau belum mengetahuinya, tapi aku adalah seseorang yang mudah mendapatkan jenis buku seperti ini.” jawab PM Lee Sun bangga.

“Sayang sekali, ini adalah buku yang sangat berharga.” Ucap Ga Eun setelah menyadari buku itu berlubang kena anak panah.

PM Lee Sun yang baru sadar bukunya berlubang pun panic.

“Astaga…. aku harus memberikan ini pada Woo Bo.” Ucapnya.

“Maksudmu Tuan Woo Bo? Kau mengenalnya? Dia adalah guruku. Aku sebenarnya dalam perjalanan untuk mencarinya.” Jawab Ga Eun.

“Benarkah? Kau murid dari Woo Bo yang tertarik pada... buku tentang geografi, ajaran barat, dan bahkan pengobatan. Lalu siapa namamu?” tanya PM Lee Sun.

Ga Eun bertanya balik, bagaimana denganmu?

“Aku... Chun Soo.” Jawab PM Lee Sun.

“Aku Ga Eun. Han Ga Eun.” Ucap Ga Eun.

Sebelum pergi menemui Woo Bo, Ga Eun singgah sebentar ke rumah Lee Sun. Ibu Lee Sun menyambut kedatangan Ga Eun dengan senang hati. Ga Eun mencemaskan Lee Sun. Tak lama kemudian, ayah Lee Sun pulang dan langsung mengomeli Lee Sun.

“Aku sudah menyuruhmu jangan menyebabkan masalah. Kau kehilangan kesabaranmu dan kita tidak bisa menjual air lagi. Karenamu kita tidak bisa menghasilkan uang sepeserpun.”

“Orang-orang itu memukuliku. Aku dipukuli.” Bela Lee Sun.

“Kau hanya memiliki ide bodoh tentang belajar membaca. Jelas sekali tidak ada gunanya belajar membaca dan menulis.” Ucap sang ayah.

“Idenya bukan ide bodoh. Lee Sun sangat pandai. Tuan Woo Bo menyebutnya jenius karena dia bisa mengingat apapun.” Bela Ga Eun.

Lee Sun pun tersipu malu mendengar pembelaan Ga Eun. Namun senyumannya itu hilang dan ia langsung menatap galak ayahnya saat sang ayah berkata mereka hanya orang miskin jadi tidak ada gunanya menjadi pandai.

PM Lee Sun masih menunggu Ga Eun di tepi jalan. Tiba2, seorang pria mabuk menabraknya dan bertanya dimana dia sekarang. PM Lee Sun pun berkata, ia juga tak tahu dimana mereka sekarang. Pria mabuk itu pun mengamati wajah PM Lee Sun dari dekat, lalu menggeplak wajah PM Lee Sun.

PM Lee Sun tak terima dipukul begitu. Tapi tiba2, terdengar suara perutnya yang keroncongan. Pria itu pun menawarkan minumannya pada PM Lee Sun. PM Lee Sun awalnya ragu, tapi karena rasa lapar yang mendera, akhirnya ia meneguknya tapi botol itu ternyata sudah kosong dan pria itu menuduh PM Lee Sun sudah menghabiskan minumannya.

“Ngomong-ngomong, dimana aku?” tanyanya.

PM Lee Sun pun bengong dan terus menatap wajah pria di hadapannya. Pria di hadapannya juga terus menatapnya, sebelum akhirnya ia berjalan mendekati PM Lee Sun. PM Lee Sun ngeri sendiri. Ia berjalan menghindar sampai terjatuh. Tepat saat itu, Ga Eun pun datang dan pria mabuk itu pergi.

“Astaga! Aku sudah menyuruhmu untuk menunggu. Kenapa kau ada di sini?” tanya Ga Eun.

“Kenapa kau lama sekali? Ada pria gila yang...”

PM Lee Sun pun berhenti bicara saat melirik ke arah pria yang bersama Ga Eun. Lee Sun pun menatap galak PM Lee Sun. Lee Sun bertanya, apa Ga Eun yakin mau membawa PM Lee Sun menemui Woo Bo.

“Dan kau juga muridnya?” tanya PM Lee Sun heran.

Ga Eun membawa PM Lee Sun ke sebuah gubuk reot. PM Lee Sun tak percaya kalau Woo Bo tinggal di tempat seperti itu.


Setibanya di dalam, mereka menemukan Woo Bo tengah tertidur sambil mendengkur. PM Lee Sun pun semakin tidak percaya kalau pria tua mabuk yang ia temui tadi adalah Profesor di Sungkyungkwan. Ga Eun mencoba meyakinkan PM Lee Sun kalau pria di hadapan mereka memang Woo Bo.

“Bukan pemabuk tua ini. Aku mencari Woo bo. Dia pernah menjadi guru di Sungkyunkwan.” Jawab PM Lee Sun.

Ga Eun pun langsung menyuruh PM Lee Sun. Setelah itu, ia membangunkan Woo Bo dengan hati-hati dan memberitahu ada orang yang ingin bertemu Woo Bo dan mengaku memiliki buku yang mau diberikan pada Woo Bo.

“Apa kau sungguh Guru Woo Bo?” tanya PM Lee Sun.

“Ya, aku Woo Bo. Tapi aku bukan guru.” Jawab Woo Bo.

PM Lee Sun lantas menunjukkan buku The Chronicles of Foreign Lands yang memang hanya ada satu di Joseon. Ia berkata, kalau Woo Bo bisa menjawab pertanyaannya, ia akan memberikan buku itu pada Woo Bo. Woo Bo yang tadinya tidur, seketika bangkit dan menatap buku itu dengan berbinar-binar.

Ga Eun yang kesal atas ketidaksopanan PM Lee Sun, langsung menginjak kaki PM Lee Sun. Lee Sun yang berdiri di belakang pun langsung cekikikan melihat itu. Sementara Woo Bo tersenyum.

“Tidak masalah, kalian boleh keluar sebentar.” Jawab Woo Bo.

Setelah cuma berdua, PM Lee Sun pun langsung bertanya, apakah Woo Bo mengenalnya. Dengan enteng, Woo Bo berkata bagaimana ia bisa tahu kalau PM Lee Sun tak mengatakannya.

“Aku akan menanyakannya. Apa kau tahu alasan kenapa Putra Mahkota memakai topeng?” tanya PM Lee Sun.

“Aku tahu. Aku akan bertanya juga, apa kau tahu tentang Kelompok Pyunsoo?” tanya Woo Boo.

“Kelompok Pyunsoo?” PM Lee Sun mengernyit heran.

“Akulah yang bertanya padamu. Lalu kenapa kau mengajukan pertanyaan padaku?” protes PM Lee Sun kemudian.

“Apa kau sungguh tahu alasan kenapa dia harus memakai topeng?” tanya PM Lee Sun lagi.

“Alasan kenapa dia harus memakai topeng. Pikirkan tentang ini. Curah hujan tahun ini dua kali lipat dari tahun lalu. Lalu kenapa sumur-sumur justru mengering? Jika kau bisa menjawab pertanyaanku, aku akan menjawab pertanyaanmu.” Jawab Woo Bo.

Woo Bo lantas meraih buku langka milik PM Lee Sun. Ia membukanya sedikit untuk melihat isinya. PM Lee Sun yang kesal pun langsung merebut buku itu.

PM Lee Sun dan Lee Sun berjalan di belakang Ga Eun. Baru beberapa langkah, Ga Eun tiba2 menoleh dan bertanya, apa PM Lee Sun akan terus mengikutinya. PM Lee Sun berkata, butuh banyak perjuangan baginya untuk datang ke sana, jadi ia harus temukan jawabannya.

“Aku tidak tahu jawabannya dan aku tidak bisa mengatakan padamu meskipun aku tahu.” ucap Ga Eun.

“Aku tidak memintamu untuk mengatakan padaku. Aku akan tinggal ditempatmu untuk sementara waktu dan mencari jawabannya sendiri.” Jawab PM Lee Sun.

“Ini sudah cukup! Apa kau sungguh tidak punya malu?” ucap Lee Sun sewot.

“Apa kau mengatakan aku tidak tahu malu?” protes PM Lee Sun.

“Apa aku salah? Aku seorang petani, tapi aku lebih tahu sopan santun daripada kau.” jawab Lee Sun.

“Aku kira kau adalah murid Woo Bo. Apa kau berasal dari keluarga miskin?” ucap PM Lee Sun.

“Tidak semua orang miskin itu bodoh!” balas Lee Sun.

“Aku rasa, temperamenmu itu lebih bermasalah dibanding silsilah keluargamu.”

“Apa katamu?!” Lee Sun tidak terima dan langsung menyerang PM Lee Sun hingga keduanya terjatuh.

Ga Eun pun langsung memisahkan mereka tepat saat Lee Sun mau memukul wajah PM Lee Sun.

“Lee Sun-ah!” ucapnya sembari memegangi Lee Sun. Lee Sun pun menoleh, Ga Eun menggeleng. PM Lee Sun pun tertegun mengetahui pria di hadapannya juga bernama Lee Sun. Tak lama kemudian, ia pun tertawa membuat Ga Eun dan Lee Sun bingung.

“Ini pertama kalinya aku berkelahi dengan seseorang yang seusia denganku.” Ucap PM Lee Sun.


PM Lee Sun terus tertawa hingga Ga Eun pun tersenyum geli.


PM Lee Sun lantas terkejut saat melihat ke atas, ada banyak kunang2 beterbangan. Ketiganya pun melihat kunang2 itu dengan tatapan takjub. Lee Sun terus menatap Ga Eun. Namun begitu Ga Eun menatapnya, ia reflek menundukkan wajahnya. Sementara, PM Lee Sun tertegun melihat Ga Eun yang mencoba menyentuh kunang2 itu dengan mata berbinar. Ga Eun akhirnya menatap PM Lee Sun. Mereka terus bertatapan hingga membuat Lee Sun sedikit cemburu.

Bersambung ke Bagian Dua...