• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruler : Master Of The Mask Ep 6 Part 1

Sebelumnya...

  
PM Lee Sun merintih, meminta Tuan Han diampuni. Chun Soo yang tak tega mendengar rintihan PM Lee Sun pun membujuk Chung Woon untuk melepaskan PM Lee Sun. Chun Soo berkata, PM Lee Sun bahkan belum minum setetes air sama sekali. Ia takut PM Lee Sun pingsan. Lebih buruknya lagi, jika Tuan Han sampai meninggal, PM Lee Sun mungkin saja takkan mau bertahan hidup.

  
Raja akhirnya kembali. Begitu Raja kembali, Chung Woon memohon agar PM Lee Sun dilepaskan. Dan tak disangka-sangka, Raja menyuruh Chung Woon mengikuti keinginan PM Lee Sun.

  
Begitu keluar, PM Lee Sun dan Chung Woon langsung pergi ke penjara untuk membebaskan Tuan Han. Tuan Han yang selama ini mengenal PM Lee Sun dengan nama Chun Soo pun terkejut melihat Chun Soo ada di sana. PM Lee Sun beralasan, dia disana karena dikirim oleh Putra Mahkota.

“Putra Mahkota mengirim dirimu? Katakan pada Putra Mahkotabahwa beliau tidak boleh jatuh hanya karena hal ini.” pinta Tuan Han.

“Tidak. Tetaplah hidup dan silakan katakan sendiri padanya. Cepat keluarlah.” Suruh PM Lee Sun.


Tapi Tuan Han bukannya bergegas, malah memberi PM Lee Sun secarik kertas. Ia meminta PM Lee Sun memberikan kertas itu pada Ga Eun. PM Lee Sun pun mengira Tuan Han menolak pergi karena khawatir Ga Eun akan terluka.

“Ga Eun putriku...tolong lindungi dia.” pinta Tuan Han.

“Pasti. Aku akan membawa Ga Eun ke tempat aman lalu lekas kembali kemari. Tolong tunggulah aku.” jawab PM Lee Sun.


Tapi rupanya maksud Tuan Han bukanlah itu. Belum sempat menjelaskan, PM Lee Sun sudah keburu pergi sambil memanggil Chung Woon dengan sebutan guru. Sadarlah Tuan Han kalau pria yang dikenalinya dengan nama Chun Soo itu adalah Putra Mahkota.

  
PM Lee Sun dan Chung Woon pun bergegas menuju kediaman Tuan Han. Ga Eun sendiri dikurung pengawal militer di rumahnya. Tak lama kemudian, Ga Eun mendengar suara PM Lee Sun yang memanggilnya. Ga Eun bergegas keluar dan menemui PM Lee Sun.

“Ga Eun-ah, kau... baik-baik saja? Apa kau terluka?” tanya PM Lee Sun cemas.

“Ayahku dibawa pergi. Dia sudah salah dituduh. Pengawal militer mengurungku di sini, aku tidak bisa menemuinya.” Jawab Ga Eun.


Ga Eun kemudian melihat pengawal militer yang berjaga di depan rumahnya pergi. Ga Eun langsung ingin pergi menemui ayahnya, tapi PM Lee Sun mencegahnya dengan mengaku sudah bertemu ayah Ga Eun.

“Apakah ayahku baik-baik saja? Kapan dia akan dibebaskan?” tanya Ga Eun.


Mendengar pertanyaan Ga Eun, PM Lee Sun pun bingung harus menjawab apa. PM Lee Sun lantas menunjuk ke arah Chung Woon. Ia mengklaim bahwa Chung Woon adalah suruhan Putra Mahkota dan ayah Ga Eun baru akan melarikan diri kalau Ga Eun sudah berada di tempat yang aman.

  
“Tapi, ayahku kan tidak melakukan kesalahan apa-apa. Kenapa dia harus melarikan diri?” sewot Ga Eun.

“Itu...” PM Lee Sun langsung memutar otaknya mencari alasan.

“… karena mustahil membersihkan namanya untuk saat ini. Kau dan ayahmu harus menyelamatkan diri dulu, setelah itu baru dia akan...”


PM Lee Sun lantas teringat dengan surat yang dititipkan Tuan Han. Ia pun menyerahkan surat itu pada Ga Eun. PM Lee Sun lalu membujuk Ga Eun untuk pergi. Ia bilang itu demi keselamatan Tuan Han.

  
Beberapa saat kemudian, kita melihat Ga Eun sudah duduk di atas kuda. Ga Eun pun pergi bersama seorang pria yang disuruh mengawalnya. Ketika kuda mulai berjalan, Ga Eun menoleh ke arah PM Lee Sun. PM Lee Sun terus menatap Ga Eun.

  
Tiba2 saja, Chung Woon merasakan kehadiran seseorang. Ia menoleh ke belakang tapi melihat siapapun. Benar saja, Gon memang mengawasi mereka dari balik semak.

  
Hwa Gun lagi ngambek pada kakeknya karena kakeknya ikut campur, ia batal jadi Putri Mahkota padahal ayahnya sudah berjanji akan menjadikannya Putri Mahkota.

“Itulah sebabnya. Jika sungguh menginginkan sesuatu, kau harus berusaha sendiri untuk mewujudkannya. Jangan mengandalkan orang lain untuk menggapainya. Hal yang mudah didapat,akan mudah juga terlepas. Sebab tidak sepenuhnya usahamu.” Jawab Dae Mok.

“Jika aku sungguh menginginkan sesuatu, aku harus mewujudkannya sendiri.” Gumam Hwa Gun.

  
Hwa Gun lalu punya ide. Di hari ulang tahunnya, ia mau sang kakek memberikannya Gon sebagai hadiah ulang tahunnya. Dae Mok sedikit terkejut, tapi ia langsung menyetujui permintaan cucunya. Senyum Hwa Gun langsung mengembang. Dae Mok membalas senyum Hwa Gun dengan seringainya.

Oooow… apakah Dae Mok benar2 akan menyerahkan Gon pada Hwa Gun??


Moo Ha (sekarang kita panggil Moo Ha aja ya) berlutut di depan penjara Tuan Han. Ia merasa bersalah karena sudah membuat kesaksian palsu dengan mengatakan kalau aduannya pada Putra Mahkota soal Departemen Pengadaan Air itu hanyalah kebohongan. Moo Ha mengaku berbohong agar bisa selamat.

Tuan Han tersenyum. Ia mengerti kalau hanya itu satu2nya cara agar Moo Ha selamat.


“Seandainya saya tidak memulai penyelidikan itu... Seandainya saya tidak memberikan laporannya pada Putra Mahkota...” sesal Moo Ha.

“Seandainya kau tetap diam, aku hanya akan menjadi orang bodoh yang tak tahu apa-apa. Rakyat menderita akibat Kelompok Pyunsoo, aku tidak akan mengetahuinya.” Jawab Tuan Han.

Moo Ha semakin merasa bersalah. Ia bahkan tak sanggup untuk menatap wajah Tuan Han.

“Aku tetap meminta bantuanmu meski ini mungkin sangat sulit. Bantulah Yang Mulia Putra Mahkota. Tetaplah di sisi Putra Mahkota agar beliau sanggup bertarung hingga akhir.” Pinta Tuan Han.

“Saya tidak bisa. Tidak mampu. Saya tidak sanggup menahan semua ini.” tolak Moo Ha.

“Kalau begitu maukah kau mengabulkan yang ini?” tanya Tuan Han.


Beberapa saat kemudian, Moo Ha terhuyung meninggalkan penjara. Ia masih syok dengan permintaan Tuan Han. Tuan Han meminta agar kematiannya tidak disaksikan oleh Ga Eun. 


  
Tepat setelah Moo Ha pergi, PM Lee Sun datang dengan Chung Woon. Ia memberitahu, kalau sudah mengirim Ga Eun ke tempat yang aman, jadi Tuan Han bisa pergi. Tuan Han pun berlutut.

“Yang Mulia, hamba hanyalah orang rendahan, tapi maukah Yang Mulia mengenang hamba?” tanya Tuan Han.

PM Lee Sun bingung, apa?

  
“Hamba dibunuh bukan karena penyelidikan terhadap Departemen Pengadaan Air. Itu karena kelompok kuat di baliknya, yaitu Kelompok Pyunsoo. Namun, hamba tidak memiliki kekuatan cukup melawan Kelompok Pyunsoo. Jika hamba tidak melindungi orang lain dari kematian ini, maka tak akan ada lagi rencana masa depan.” Ucap Tuan Han.

“Kau bisa tetap hidup dan merancang rencana baru bersamaku. Jangan seperti yang dikatakan ayahanda-ku, bahwa kau mati demi melindungiku.” Pinta PM Lee Sun.


Tuan Han terdiam. Ia teringat kata2 Raja, saat Raja menemuinya tadi.
“Aku memiliki permintaan. Putra Mahkota-ku yang lemah mungkin akan terpuruk akibat kematianmu. Kau jadilah motivasi Putra Mahkota sekaligus kekuatan bagi dirinya.” Pinta Raja,

  
“Yang Mulia, jika Putra Mahkota kalah dari Kelompok Pyunsoo lalu siapa lagi yang dapat mengalahkan Kelompok Pyunsoo? Siapa lagi yang akan berani bertarung demi rakyat dan mengembalikan hak atas air pada mereka?” tanya Tuan Han.

PM Lee Sun marah, kenapa kau bahkan tidak berusaha bertahan hidup? Apa kau tidak merindukan Ga Eun yang menantimu?

“Apakah Yang Mulia mengira hamba bodoh sehingga memilih keadilan dibanding putri hamba sendiri? Yang Mulia merasa kematian hamba tidak ada artinya?” tanya Tuan Han.

PM Lee Sun menggeleng, bukan begitu…

  
“Jika kau meninggal, aku tidak akan memiliki keyakinan melawan Kelompok Pyunsoo.Sebab itu tetaplah hidup.” pinta PM Lee Sun dengan mata berkaca-kaca.

“Yang Mulia harus bertahan meski itu menyakitkan. Yang Mulia harus tetap kuat. Yang Mulia tidak boleh menyalahkan diri, menganggap tidak melakukan apa-apa. Jika Yang Mulia menyerah, mereka akan menjadi lebih buruk lagi.” Jawab Tuan Han.

  
“Tidak. Tidak. Tidak. Kumohon... tetaplah hidup. Tolong jangan mati karena aku.” tangis PM Lee Sun mulai mengalir.

“Yang Mulia akan melalui jalan yang panjang dan berliku mulai sekarang. Meski begitu, janganlah menyerah. Hamba... telah menjadi batu loncatan Yang Mulia... hamba akan mensyukurinya sampai kapanpun juga.” jawab Tuan Han.


PM Lee Sun pun terduduk lemas.


Dae Mok baru saja mendapat laporan tentang PM Lee Sun yang membantu Ga Eun kabur. Ia senang dan merasa bisa memanfaatkan Ga Eun untuk menangkap Putra Mahkota.


Gon tiba2 menyadari Hwa Gun sedang menguping. Begitu Gon meliriknya, ia pun kabur. Dae Mok menyuruh Gon menjadi pengawal Hwa Gun. Ia bilang tidak akan memanggil Gon lagi kecuali untuk urusan darurat dan menyuruh Gon melindungi serta mematuhi Hwa Gun. Namun, Dae Mok juga memerintahkan Gon melaporkan tindak tanduk Hwa Gun padanya.

  
PM Lee Sun dan Chung Woon memohon Raja mengampuni Tuan Han. Ia berkata, seharusnya seorang Raja tidak membunuh orang yang tidak berdosa, apalagi itu rakyatnya. Di sela pembicaraan mereka, Chun Soo datang untuk menyampaikan pesan Kelompok Pyunsoo.

  
Dengan suara tersendat-sendat, Chun Soo bilang kalau PM Lee Sun lah yang harus mengeksekusi Tuan Han esok hari, kalau PM Lee Sun menolak maka mereka akan membunuh semua orang yang dekat dengan PM Lee Sun.

  
Tiba2 saja, Chun Soo ambruk dengan mulut berbusa karena racun. PM Lee Sun sontak meminta dipanggilkan tabib istana.

  
Chun Soo akhirnya sadar, namun keadaannya benar2 menyedihkan. Begitu Chun Soo sadar, PM Lee Sun langsung menanyakan siapa yang mengirim pesan itu dan meracuni Chun Soo. Tapi Chun Soo malah berkata, seandainya ia tahu akan mati seperti ini, ia seharusnya melihat wajah Putra Mahkota saat itu. Karena itulah, PM Lee Sun melepas topengnya meski diprotes Chung Woon. Saat itu pula, pandangan Chun Soo menjadi jelas dan melihat PM Lee Sun yang berlinang air mata. Chun Soo memuji ketampanan PM Lee Sun.


Setelah melihat wajah PM Lee Sun, Chun Soo meninggal dunia. Tangis PM Lee Sun pecah. Dipeluknya jasad Chun Soo erat2 sambil meraung2 memanggil Chun Soo.
  
Tanpa ia sadari, Hwa Gun dan Gon mengintip mereka dari atap. Gon terkejut melihat wajah Putra Mahkota yang sebenarnya. Sedangkan Hwa Gun, ia ikut menitikkan air mata melihat kesedihan PM Lee Sun.

Ruler : Master Of The Mask Ep 5 Part 2

Sebelumnya...

  
Rombongan PM Lee Sun tiba di Jongmyo. PM Lee Sun mengajak Sun masuk bersamanya agar Sun bisa mengadukan apa yang terjadi pada ayahnya. Tapi begitu masuk, Raja langsung mengomeli PM Lee Sun yang telah membuat Tuan Han menyelidiki Departemen Pengadaan Air.

“Jika kita hanya diam, terlebih berkompromi, siapa lagi yang akan melindungi rakyat yang tak berdaya?” ucap PM Lee Sun membela diri.

“Apa katamu!” Raja semakin marah.

“Departemen Pengadaan Air menyiksa rakyat melalui air yang sebenarnya hak semua orang. Mereka menyalahgunakan wewenang untuk menekan rakyat, bahkan mengabisi nyawa orang-orang. Ayah dari anak ini juga dibunuh secara sadis hanya karena mencuri setimba air. Ayahanda, tolong bantu Hanseongbu Han Gyu Ho dan Petugas Park,mengungkap kebenaran dan membubarkan Departemen Pengadaan Air.” Pinta PM Lee Sun.

“Tindakan gegabahmu itu hanya akan membuat lebih banyak nyawa melayang. Turunkan perintah itu saat kau sudah memiliki kekuatan untuk melindungi rakyatmu.” Jawab Raja.


“Apa gunanya itu jika mereka semua mati sebelum saatnya tiba?Sekalipun kita lemah, kita harus berperang demi rakyat!” ucap PM Lee Sun.

“Departemen Pengadaan Air adalah kompensasi atas nyawamu!” teriak Raja akhirnya.

Kontan saja, semua orang terkejut. Raja lantas meminta mereka semua keluar karena ia ingin bicara dengan PM Lee Sun. Setelah semua keluar, Raja melepaskan topeng PM Lee Sun dan berlutut di hadapannya.


“Pangeran Sun, kau menanyakan alasan sebenarnya kenapa kau harus memakai topeng, 'kan? Sebelum kau lahir, ayahmu ini...” Raja pun terdiam.

“A… abamama?” ucap PM Lee Sun.

“Apa kau tahu jika kau hampir saja mati sesaat setelah kau lahir?” tanya Raja.

“Saya dengar alasan saya memakai topeng adalah akibat efek samping penyakit itu.” jawab PM Lee Sun.

“Bukan penyakit melainkan racun.” Ucap Raja, membuat PM Lee Sun terkejut.


Raja lalu mengungkapkan perjanjiannya dengan Kelompok Pyunsoo demi mendapatkan penawar atas racun yang bersemayam di tubuh PM Lee Sun. Sebagai gantinya, Dae Mok meminta hak penuh atas Departemen Pengadaan Air dan menginginkan PM Lee Sun bergabung dengan Pyunsoo.

“Sekalipun kami membuat kesepakatan, aku tidak bisa membiarkanmu bergabung dengan mereka dan melihatmu menjadi anjing peliharaan mereka. Itu sebabnya, aku memakaikan topeng di wajahmu.” Ucap Raja.


Raja lantas menggenggam tangan putranya dan meminta maaf padanya. Terlalu sulit mempercayai semua itu, PM Lee Sun pun mengira ayahnya sedang bercanda. Namun melihat keseriusan di mata sang ayah, ia langsung menarik tangannya dari genggaman sang ayah dan menatap sang ayah dengan kecewa.

“Raja adalah anugerah langit. Ia merupakan Kaisar negeri ini. Ia ditugaskan untuk mengabdi pada kepentingan rakyat. Saya pun suatu saat akan menjadi Raja. Anda selalu mengajari saya menjadi Raja yang melayani rakyatnya. Namun, anda mengatakan bahwa Departemen Pengadaan Air, yang telah menyengsarakan rakyat, ada karena saya?”


Air mata PM Lee Sun pun mulai mengalir.

“Itu demi menyelamatkanmu.” Ucap Raja.

Woo Jae yang baru pulang langsung disambut manis oleh Hwa Gun. Hwa Gun bersikeras ingin jadi Putri Mahkota. Woo Jae mengiyakan dan berkata tak ada yang mustahil karena Hwa Gun adalah cucunya Dae Mok, tapi kemudian Woo Jae berubah pikiran dan berkata kalau ia tak bisa memberikan putrinya pada Putra Mahkota yang buruk rupa itu.
“Ayah, jika aku menjadi Putri Mahkota, kakek tidak akan membunuh cucu mantunya sendiri, 'kan?” tanya Hwa Gun cemas.

“Hwa Gun-ah, kenapa kau ingin menjadi Putri Mahkota?” tanya Woo Jae.

“Ayah juga tidak menyetujuinya?” tanya Hwa Gun.

“Tidak, bukan itu maksudku. Aku akan memberikan segalanya untukmu. Namun... Putri Mahkota? Kakekmu tidak akan pernah menyetujuinya.” Jawab Woo Jae.


“Jika aku menjadi Putri Mahkota, ayah memiliki Kelompok Pyunsoo sekaligus keluarga kerajaan dalam genggaman. Lalu, ayah akan menjadi lebih kuat dari Kakek Dae Mok. Ayah tidak ingin lebih kuat dari Kakek Dae Mok?” hasut Hwa Gun.

“Kakekmu itu selalu menyukai karaktermu yang begini. Kalau begitu, besok, ayo kita temui Yang Mulia Ratu. Jika Ratu menyetujui, akan lebih mudah meyakinkan kakekmu.” Ucap Woo Jae.

Hwa Gun pun tersenyum senang.


Belum lagi kekagetannya hilang, PM Lee Sun pun kembali dikejutkan dengan Kepala Lee yang membawa Lee Sun palsu masuk. Lee Sun palsu tampak sekarat. Dengan tubuh lemas, ia menyampaikan pesan dari Kelompok Pyunsoo untuk PM Lee Sun.

“Nyawa Putra Mahkota seharga dengan Departemen Pengadaan Air. Menyerang departemen sama halnya menyerah akan nyawa Yang Mulia Putera Mahkota. Singkirkan Hanseongbu Han Gyu Ho dan Petugas Park. Putra Mahkota juga harus bergabung dengan departemen.”
“Siapa... yang mengirim pesan itu?” tanya PM Lee Sun.


Belum sempat menjawab, Lee Sun palsu sudah ambruk duluan dan meninggal dunia dengan mulut berbusa. Kepala Lee pun langsung memeriksa Lee Sun palsu. Raja terkejut saat Kepala Lee bilang kalau Lee Sun palsu diracun.


“Sekarang juga tangkap Hanseongbu Han Gyu Ho dan Petugas Park!” suruh Raja.

“Yang Mulia!” protes Seja.


Pasukan Pengawal Istana yang dipimpin Choi Sung Ki langsung mendatangi kediaman Tuan Han. Disaat itu, Tuan Han dan Petugas Park sedang berdiskusi sambil melihat peta saluran irigasi. Tuan Han langsung menyembunyikan peta itu menyadari yang datang adalah Pasukan Pengawal Istana.

“Han Gyu Ho dan Park Moo Ha. Kalian telah melakukan pencatutan nama Yang Mulia Putera Mahkota. Akui kejahatan kalian!” ucap Choi Sung Ki.

“Kejahatan macam apa maksud kalian? Siapa yang memerintahkan aku ditangkap?” tanya Tuan Han.

“Ini perintah Raja!” jawab Choi Sung Ki, membuat Tuan Han kaget setengah mati.


Di istana, PM Lee Sun ingin tahu alasan ayahnya menghukum Tuan Han. Dengan berurai air mata, ia tanya apakah itu karena dirinya? PM Lee Sun tak terima jika ayahnya melakukan itu untuk melindungi dirinya. 
“Ini bukan saat yang tepat memerangi mereka. Bukankah sakit melihat mereka kesulitan? Kau marah pada ayahmu ini yang menyusahkan rakyat? Kalau begitu, kalahkan Kelompok Pyunsoo dengan menjadi Raja sesungguhnya!” jawab Raja.

Raja lalu menyuruh Kepala Lee mengurung PM Lee Sun.


Sementara itu, Ga Eun berlari mengejar sang ayah yang sudah mulai dibawa pergi. Sang ayah marah karena Ga Eun keluar rumah untuk menyusulnya. Ga Eun mengkonfirmasi kalau sang ayah akan dibebaskan setelah Putra Mahkota nanti datang. Tuan Han pun meyakinkan Ga Eun kalau ia akan bebas setelah Putra Mahkota datang. Choi Sung Ki berteriak, menyuruh prajurit membawa Tuan Han. Tuan Han pun dibawa, Ga Eun tidak rela tapi prajurit malah menariknya dan mendorongnya dengan kasar.


PM Lee Sun berteriak, meminta sang ayah mencabut kembali hukumannya. Tapi teriakannya sama sekali tak didengar. Sun hanya bisa diam di pojokan mendengar teriakan tak berdaya PM Lee Sun.


Tepat saat itu, Raja lewat bersama Kepala Lee. Mereka membahas tentang mencari anak lain untuk menggantikan Putra Mahkota. Raja melihat Sun dan menyuruh Kepala Lee mengantar Sun pulang.


Ratu menemui Youngbin Lee membawakan nama2 kandidat Putri Mahkota. Ratu ingin Youngbin Lee ikut memilih. Semula, Youngbin Lee menolak karena memilih Putri Mahkota adalah hak eksklusif Ratu. Tapi Ratu tetap ingin Youngbin Lee ikut memilih karena Youngbin Lee adalah ibu kandung Putra Mahkota.


Tepat saat Youngbin Lee keluar dari istana Ratu, ia bertemu Woo Jae dan Hwa Gun diluar. Dengan wajah dingin, ia melihat Hwa Gun yang datang dengan penampilan anggunnya.


Woo Jae dan Hwa Gun menemui Ratu. Ratu menginginkan Hwa Gun menjadi mantunya, tapi terpaksa menolak karena alasan kakek Hwa Gun yang menentang keras Hwa Gun menjadi Putri Mahkota. Woo Jae pun meyakinkan Ratu kalau ia pasti bisa meluluhkan hati ayah mertuanya.

“Maafkan aku berkata begini. Namun, aku tidak merasa kau mampu melakukannya. Di negeri ini, adakah yang selamat jika menentang Tuan Dae Mok?” sindir Ratu.


“Kau pasti sangat kecewa. Aku... sungguh minta maaf.” Ucap Ratu pada Hwa Gun.

“Saya juga, Yang Mulia. Anda akan lebih menyesal...10 tahun mendatang.” Ancam Hwa Gun.

Ratu pun tersenyum canggung.

Raja menemui Tuan Han di penjara. Ia bertanya, apa Tuan Han ingat yang dikatakannya di masa lalu.

“Yang Mulia berkata hamba harus bersikap adil, namun tidak gegabah.” Jawab Tuan Han.

“Aku menyuruhmu menunggu. Menunggu sampai Putera Mahkota menjadi Raja lalu menjadi abdi setianya di hari penobatan dirinya. Kenapa kau malah mengikuti perintahnya sekarang dan memulai investigasi” ucap Raja.

“Ampuni hamba, Yang Mulia.” Jawab Tuan Han.

“Ini terlalu dini. Jika kita bertarung sekarang, baik kau maupun Putra Mahkota akan mati. Aku akan mengorbankan kau dan melindungi Putra Mahkota, sesuai keinginan mereka.” Ucap Raja.

“Apakah yang Paduka maksud adalah Kelompok Pyunsoo?Apa yang Kelompok Pyunsoo inginkan?” tanya Tuan Han.

“Mereka ingin aku menjatuhi dirimu hukuman mati.” Jawab Raja.


Park Moo Ha yang ketakutan, langsung menanyakan nasib dirinya. Tuan Han pun meminta Raja mencari jalan agar Park Moo Ha bisa selamat. Ia yakin suatu saat nanti, Park Moo Ha akan menjadi abdi setia PM Lee Sun. 


Tuan Han juga berkata kalau ia punya seorang putri. Raja berjanji akan melindungi putri Tuan Han dan mencari jalan menyelamatkan Park Moo Ha.


Sementara itu, PM Lee Sun terduduk lemas di depan pintu.

“Tolong lepaskan aku dan bebaskan Tuan Han. Dia pria berintegritas yang hanya menjalankan perintahku. Jika sampai ia mati, aku tak akan sanggup menghadapi Ga Eun. Bagaimana lagi aku akan menjalani hidup?” ucapnya.

Tangis PM Lee Sun pun pecah.