PM Lee Sun merintih, meminta Tuan Han diampuni. Chun Soo yang tak tega mendengar rintihan PM Lee Sun pun membujuk Chung Woon untuk melepaskan PM Lee Sun. Chun Soo berkata, PM Lee Sun bahkan belum minum setetes air sama sekali. Ia takut PM Lee Sun pingsan. Lebih buruknya lagi, jika Tuan Han sampai meninggal, PM Lee Sun mungkin saja takkan mau bertahan hidup.
Raja akhirnya kembali. Begitu Raja kembali, Chung Woon memohon agar PM Lee Sun dilepaskan. Dan tak disangka-sangka, Raja menyuruh Chung Woon mengikuti keinginan PM Lee Sun.
Begitu keluar, PM Lee Sun dan Chung Woon langsung pergi ke penjara untuk membebaskan Tuan Han. Tuan Han yang selama ini mengenal PM Lee Sun dengan nama Chun Soo pun terkejut melihat Chun Soo ada di sana. PM Lee Sun beralasan, dia disana karena dikirim oleh Putra Mahkota.
“Putra Mahkota mengirim
dirimu? Katakan pada Putra Mahkotabahwa beliau tidak boleh jatuh hanya karena
hal ini.” pinta Tuan Han.
“Tidak. Tetaplah hidup dan
silakan katakan sendiri padanya. Cepat keluarlah.” Suruh PM Lee Sun.
Tapi Tuan Han bukannya bergegas, malah memberi PM Lee Sun secarik kertas. Ia meminta PM Lee Sun memberikan kertas itu pada Ga Eun. PM Lee Sun pun mengira Tuan Han menolak pergi karena khawatir Ga Eun akan terluka.
“Ga Eun putriku...tolong
lindungi dia.” pinta Tuan Han.
“Pasti. Aku akan membawa Ga
Eun ke tempat aman lalu lekas kembali kemari. Tolong tunggulah aku.” jawab PM
Lee Sun.
Tapi rupanya maksud Tuan Han
bukanlah itu. Belum sempat menjelaskan, PM Lee Sun sudah keburu pergi sambil
memanggil Chung Woon dengan sebutan guru. Sadarlah Tuan Han kalau pria yang
dikenalinya dengan nama Chun Soo itu adalah Putra Mahkota.
PM Lee Sun dan Chung Woon pun bergegas menuju kediaman Tuan Han. Ga Eun sendiri dikurung pengawal militer di rumahnya. Tak lama kemudian, Ga Eun mendengar suara PM Lee Sun yang memanggilnya. Ga Eun bergegas keluar dan menemui PM Lee Sun.
“Ga Eun-ah, kau... baik-baik
saja? Apa kau terluka?” tanya PM Lee Sun cemas.
“Ayahku dibawa pergi. Dia
sudah salah dituduh. Pengawal militer mengurungku di sini, aku tidak bisa
menemuinya.” Jawab Ga Eun.
Ga Eun kemudian melihat
pengawal militer yang berjaga di depan rumahnya pergi. Ga Eun langsung ingin
pergi menemui ayahnya, tapi PM Lee Sun mencegahnya dengan mengaku sudah bertemu
ayah Ga Eun.
“Apakah ayahku baik-baik
saja? Kapan dia akan dibebaskan?” tanya Ga Eun.
Mendengar pertanyaan Ga Eun,
PM Lee Sun pun bingung harus menjawab apa. PM Lee Sun lantas menunjuk ke arah
Chung Woon. Ia mengklaim bahwa Chung Woon adalah suruhan Putra Mahkota dan ayah
Ga Eun baru akan melarikan diri kalau Ga Eun sudah berada di tempat yang aman.
“Tapi, ayahku kan tidak melakukan kesalahan apa-apa. Kenapa dia harus melarikan diri?” sewot Ga Eun.
“Itu...” PM Lee Sun langsung
memutar otaknya mencari alasan.
“… karena mustahil
membersihkan namanya untuk saat ini. Kau dan ayahmu harus menyelamatkan diri
dulu, setelah itu baru dia akan...”
PM Lee Sun lantas teringat
dengan surat yang dititipkan Tuan Han. Ia pun menyerahkan surat itu pada Ga
Eun. PM Lee Sun lalu membujuk Ga Eun untuk pergi. Ia bilang itu demi
keselamatan Tuan Han.
Beberapa saat kemudian, kita melihat Ga Eun sudah duduk di atas kuda. Ga Eun pun pergi bersama seorang pria yang disuruh mengawalnya. Ketika kuda mulai berjalan, Ga Eun menoleh ke arah PM Lee Sun. PM Lee Sun terus menatap Ga Eun.
Tiba2 saja, Chung Woon merasakan kehadiran seseorang. Ia menoleh ke belakang tapi melihat siapapun. Benar saja, Gon memang mengawasi mereka dari balik semak.
Hwa Gun lagi ngambek pada kakeknya karena kakeknya ikut campur, ia batal jadi Putri Mahkota padahal ayahnya sudah berjanji akan menjadikannya Putri Mahkota.
“Itulah sebabnya. Jika
sungguh menginginkan sesuatu, kau harus berusaha sendiri untuk mewujudkannya. Jangan
mengandalkan orang lain untuk menggapainya. Hal yang mudah didapat,akan mudah
juga terlepas. Sebab tidak sepenuhnya usahamu.” Jawab Dae Mok.
“Jika aku sungguh
menginginkan sesuatu, aku harus mewujudkannya sendiri.” Gumam Hwa Gun.
Hwa Gun lalu punya ide. Di hari ulang tahunnya, ia mau sang kakek memberikannya Gon sebagai hadiah ulang tahunnya. Dae Mok sedikit terkejut, tapi ia langsung menyetujui permintaan cucunya. Senyum Hwa Gun langsung mengembang. Dae Mok membalas senyum Hwa Gun dengan seringainya.
Oooow… apakah Dae Mok benar2
akan menyerahkan Gon pada Hwa Gun??
Moo Ha (sekarang kita
panggil Moo Ha aja ya) berlutut di depan penjara Tuan Han. Ia merasa bersalah
karena sudah membuat kesaksian palsu dengan mengatakan kalau aduannya pada
Putra Mahkota soal Departemen Pengadaan Air itu hanyalah kebohongan. Moo Ha
mengaku berbohong agar bisa selamat.
Tuan Han tersenyum. Ia
mengerti kalau hanya itu satu2nya cara agar Moo Ha selamat.
“Seandainya saya tidak memulai penyelidikan itu... Seandainya saya tidak memberikan laporannya pada Putra Mahkota...” sesal Moo Ha.
“Seandainya kau tetap diam, aku
hanya akan menjadi orang bodoh yang tak tahu apa-apa. Rakyat menderita akibat Kelompok
Pyunsoo, aku tidak akan mengetahuinya.” Jawab Tuan Han.
Moo Ha semakin merasa
bersalah. Ia bahkan tak sanggup untuk menatap wajah Tuan Han.
“Aku tetap meminta bantuanmu
meski ini mungkin sangat sulit. Bantulah Yang Mulia Putra Mahkota. Tetaplah di
sisi Putra Mahkota agar beliau sanggup bertarung hingga akhir.” Pinta Tuan Han.
“Saya tidak bisa. Tidak
mampu. Saya tidak sanggup menahan semua ini.” tolak Moo Ha.
“Kalau begitu maukah kau
mengabulkan yang ini?” tanya Tuan Han.
Beberapa saat kemudian, Moo
Ha terhuyung meninggalkan penjara. Ia masih syok dengan permintaan Tuan Han.
Tuan Han meminta agar kematiannya tidak disaksikan oleh Ga Eun.
Tepat setelah Moo Ha pergi, PM Lee Sun datang dengan Chung Woon. Ia memberitahu, kalau sudah mengirim Ga Eun ke tempat yang aman, jadi Tuan Han bisa pergi. Tuan Han pun berlutut.
Tepat setelah Moo Ha pergi, PM Lee Sun datang dengan Chung Woon. Ia memberitahu, kalau sudah mengirim Ga Eun ke tempat yang aman, jadi Tuan Han bisa pergi. Tuan Han pun berlutut.
“Yang Mulia, hamba hanyalah
orang rendahan, tapi maukah Yang Mulia mengenang hamba?” tanya Tuan Han.
PM Lee Sun bingung, apa?
“Hamba dibunuh bukan karena penyelidikan terhadap Departemen Pengadaan Air. Itu karena kelompok kuat di baliknya, yaitu Kelompok Pyunsoo. Namun, hamba tidak memiliki kekuatan cukup melawan Kelompok Pyunsoo. Jika hamba tidak melindungi orang lain dari kematian ini, maka tak akan ada lagi rencana masa depan.” Ucap Tuan Han.
“Kau bisa tetap hidup dan
merancang rencana baru bersamaku. Jangan seperti yang dikatakan ayahanda-ku,
bahwa kau mati demi melindungiku.” Pinta PM Lee Sun.
Tuan Han terdiam. Ia
teringat kata2 Raja, saat Raja menemuinya tadi.
“Aku memiliki permintaan.
Putra Mahkota-ku yang lemah mungkin akan terpuruk akibat kematianmu. Kau jadilah
motivasi Putra Mahkota sekaligus kekuatan bagi dirinya.” Pinta Raja,
“Yang Mulia, jika Putra Mahkota kalah dari Kelompok Pyunsoo lalu siapa lagi yang dapat mengalahkan Kelompok Pyunsoo? Siapa lagi yang akan berani bertarung demi rakyat dan mengembalikan hak atas air pada mereka?” tanya Tuan Han.
PM Lee Sun marah, kenapa kau
bahkan tidak berusaha bertahan hidup? Apa kau tidak merindukan Ga Eun yang
menantimu?
“Apakah Yang Mulia mengira
hamba bodoh sehingga memilih keadilan dibanding putri hamba sendiri? Yang Mulia
merasa kematian hamba tidak ada artinya?” tanya Tuan Han.
PM Lee Sun menggeleng, bukan
begitu…
“Jika kau meninggal, aku tidak akan memiliki keyakinan melawan Kelompok Pyunsoo.Sebab itu tetaplah hidup.” pinta PM Lee Sun dengan mata berkaca-kaca.
“Yang Mulia harus bertahan
meski itu menyakitkan. Yang Mulia harus tetap kuat. Yang Mulia tidak boleh
menyalahkan diri, menganggap tidak melakukan apa-apa. Jika Yang Mulia menyerah,
mereka akan menjadi lebih buruk lagi.” Jawab Tuan Han.
“Tidak. Tidak. Tidak. Kumohon... tetaplah hidup. Tolong jangan mati karena aku.” tangis PM Lee Sun mulai mengalir.
“Yang Mulia akan melalui
jalan yang panjang dan berliku mulai sekarang. Meski begitu, janganlah
menyerah. Hamba... telah menjadi batu loncatan Yang Mulia... hamba akan
mensyukurinya sampai kapanpun juga.” jawab Tuan Han.
PM Lee Sun pun terduduk
lemas.
Dae Mok baru saja mendapat
laporan tentang PM Lee Sun yang membantu Ga Eun kabur. Ia senang dan merasa
bisa memanfaatkan Ga Eun untuk menangkap Putra Mahkota.
Gon tiba2 menyadari Hwa Gun
sedang menguping. Begitu Gon meliriknya, ia pun kabur. Dae Mok menyuruh Gon
menjadi pengawal Hwa Gun. Ia bilang tidak akan memanggil Gon lagi kecuali untuk
urusan darurat dan menyuruh Gon melindungi serta mematuhi Hwa Gun. Namun, Dae
Mok juga memerintahkan Gon melaporkan tindak tanduk Hwa Gun padanya.
PM Lee Sun dan Chung Woon memohon Raja mengampuni Tuan Han. Ia berkata, seharusnya seorang Raja tidak membunuh orang yang tidak berdosa, apalagi itu rakyatnya. Di sela pembicaraan mereka, Chun Soo datang untuk menyampaikan pesan Kelompok Pyunsoo.
Dengan suara tersendat-sendat, Chun Soo bilang kalau PM Lee Sun lah yang harus mengeksekusi Tuan Han esok hari, kalau PM Lee Sun menolak maka mereka akan membunuh semua orang yang dekat dengan PM Lee Sun.
Tiba2 saja, Chun Soo ambruk dengan mulut berbusa karena racun. PM Lee Sun sontak meminta dipanggilkan tabib istana.
Chun Soo akhirnya sadar, namun keadaannya benar2 menyedihkan. Begitu Chun Soo sadar, PM Lee Sun langsung menanyakan siapa yang mengirim pesan itu dan meracuni Chun Soo. Tapi Chun Soo malah berkata, seandainya ia tahu akan mati seperti ini, ia seharusnya melihat wajah Putra Mahkota saat itu. Karena itulah, PM Lee Sun melepas topengnya meski diprotes Chung Woon. Saat itu pula, pandangan Chun Soo menjadi jelas dan melihat PM Lee Sun yang berlinang air mata. Chun Soo memuji ketampanan PM Lee Sun.
Setelah melihat wajah PM Lee Sun, Chun Soo meninggal dunia. Tangis PM Lee Sun pecah. Dipeluknya jasad Chun Soo erat2 sambil meraung2 memanggil Chun Soo.
Tanpa ia sadari, Hwa Gun dan Gon mengintip mereka dari atap. Gon terkejut melihat wajah Putra Mahkota yang sebenarnya. Sedangkan Hwa Gun, ia ikut menitikkan air mata melihat kesedihan PM Lee Sun.
0 Comments:
Post a Comment