• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruler : Master Of The Mask Ep 9

Sebelumnya...


Dae Mok menghujamkan pedangnya ke tubuh Raja. Seketika itu pula Raja jatuh tersungkur. Namun sebelum tersungkur, ia masih sempat menyuruh anaknya lari. Putra Mahkota menjerit melihat ayahnya yang sudah tidak bernyawa. Ia marah dan ingin membunuh Dae Mok, tapi anak buah Dae Mok menyerangnya. Tepat saat itu, Chung Woon datang membantu Putra Mahkota. Tak lama, Kepala Lee juga datang membantu mereka.

“Cepat larilah. Selamatkan Putra Mahkota.” Suruh Kepala Lee pada Chung Woon, anaknya.

Chung Woon pun langsung menyeret paksa Putra Mahkota keluar. Dae Mok dan anak buahnya tak tinggal diam. Mereka bergegas menyusul Putra Mahkota, namun Kepala Lee berusaha melindungi mereka. Putra Mahkota menjerit pilu, memanggil sang ayah.

“Yang Mulia Raja telah meninggal, sekarang, Putra Mahkota adalah Raja negeri ini. Anda harus tetap hidup dan kalahkan musuh serta mengakusisi tahta Anda.” Ucap Kepala Lee pada Putra Mahkota yang masih syok.

  
Kepala Lee lalu memberi perintah Chung Woon untuk melindungi Putra Mahkota bagaimana pun caranya. Chung Woon tak setuju. Ia tak mau meninggalkan ayahnya sendirian. Namun sang ayah memaksa. Terpaksa lah Chung Woon menuruti perintah ayahnya dan menyeret Putra Mahkota pergi.


Putra Mahkota menjerit pilu melihat Kepala Lee yang bertarung sendirian. Chung Woon juga sebenarnya ingin membantu ayahnya, tapi ia tak punya pilihan lain selain melindungi Putra Mahkota. Akhirnya, Chung Woon menyeret Putra Mahkota pergi.


Dae Mok keluar dari istana dan menyuruh anak buahnya mengejar Putra Mahkota. Kepala Lee tak tinggal diam. Ia bersiap menebas Dae Mok, namun sayangnya Gon lebih dulu menebasnya. Kepala Lee tewas di tempat.

“Bergerak! Bawakan padaku kepala Putra Mahkota!” perintah Dae Mok.

  
Putra Mahkota dan Chung Woon lari ke hutan. Chung Woon menyuruh Putra Mahkota lari duluan, sementara ia akan menghalau anak buah Dae Mok. Putra Mahkota tak mau. Ia takut kehilangan Chung Woon juga. Chung Woon pun menenangkan Putra Mahkota dengan berkata, mereka akan bertemu lagi nanti. Chung Woon menunjukkan arah kemana Putra Mahkota harus lari. Sebelum pergi, Putra Mahkota meminta Chung Woon berjanji padanya akan tetap hidup.

Setelah Putra Mahkota benar2 pergi, barulah Chung Woon keluar dari persembunyiannya dan memancing anak buah Dae Mok menjauhi jalan yang disusuri Putra Mahkota. Namun Gon yang datang belakangan memilih berlari ke arah jalan yang disusuri Putra Mahkota.

  
Di istana, Sun gemetar ketakutan melihat Dae Mok yang berdiri di hadapannya. Dengan tatapan sadis, Dae Mok melepaskan topeng Sun.


Gon beserta anak buah Dae Mok lainnya berhasil mendapatkan Putra Mahkota. Namun ketika anak buah Dae Mok bersiap menebas Putra Mahkota, Gon datang dan membantu Putra Mahkota. Namun sial, anak buah Dae Mok yang tadi ditebas Gon, malah terhempas ke jurang bersama Putra Mahkota.

  
Hwa Gun menyusuri hutan dan akhirnya menemukan tubuh Putra Mahkota. Putra Mahkota sekarat. Dengan tatapan pedih, ia berkata pada Gon kalau kakeknya tidak akan menyerah sampai melihat sendiri mayat Putra Mahkota.

“Gon-ah, beri aku ramuan untuk menyembunyikan detak jantungnya. Jika dia meminum ini, detak jantungnya akan menghilang selama setengah hari sebelum kemudian normal kembali, kan?” pinta Hwa Gun.

“Namun, seseorang dalam kondisi sehat saja sulit mengatasi efeknya. Jika dikonsumsi dalam keadaannya yang seperti ini, bisa saja ia tak pernah bangun lagi.” Jawab Gon.

“Kita tidak punya pilihan. Harabeoji harus dibuat percaya Putra Mahkota telah meninggal. Yang Mulia hanya bisa selamat dengan cara itu. Dia pasti bisa mengatasinya. Dia dikirim oleh Langit.” Ucap Hwa Gun.

  
Gon lantas membantu Hwa Gun meminumkan ramuan itu pada Putra Mahkota. Hwa Gun menangis dan meminta Putra Mahkota menahan rasa sakitnya. Tak lama kemudian, Dae Mok dan anak buahnya datang. Gon lekas membawa Hwa Gun pergi.


Dae Mok datang dengan Sun. Sun langsung berlari menghampiri tubuh Putra Mahkota yang sudah tidak bergerak itu. Anak buah Dae Mok memeriksa Putra Mahkota, lalu berkata Putra Mahkota sudah meninggal. Dae Mok senang mendengarnya. Sun terkejut. Ia tidak percaya Putra Mahkota sudah meninggal, namun saat ia memeriksa nafas Putra Mahkota, ia terduduk lemas.

“Yang Mulia!!!” teriak Sun.

  
Sun berhenti berteriak saat menyadari Dae Mok menatap sadis ke arahnya. Ia langsung gemetar ketakutan. Dae Mok menyuruh Sun memakai topeng Putra Mahkota. Sun jelas menolak. Namun Dae Mok memaksa. Ia bilang Sun sekarang sudah menjadi Raja Joseon.

“Namun, saat kau tidak lagi menjadi anjing peliharaanku, ketika kau coba menjadi Raja sesungguhnya, kau juga akan mengikuti jejak Putra Mahkota. Ada begitu banyak orang yang bisa kujadikan Raja di balik topeng ini. Jika kau ingin hidup, kau harus menjadi anjing peliharaanku. Selama kau tetap menjadi Raja bodoh di balik topeng, kau adalah Raja Joseon.” Ucap Dae Mok.

  
Dae Mok kemudian memakaikan topeng itu ke wajah Sun. Usai memakaikan topeng itu pada Sun, Dae Mok menyuruh orangnya mengubur Putra Mahkota. Hwa Gun sontak langsung berlari ke arah Putra Mahkota. Ia berusaha melindungi Putra dan menatap tajam kakeknya. Tapi sang kakek tidak peduli dan menyuruh Gon menyeret Putra Mahkota pergi. Hwa Gun meronta.

“Kakek! Aku membenci Kakek!” teriak Hwa Gun.

  
Tak lama, Hwa Gun jatuh pingsan. Dae Mok langsung menatap cemas cucunya yang pingsan. Ia lalu menyuruh Gon membawa pergi Hwa Gun. Setelah itu, anak buah Dae Mok mulai mengubur Putra Mahkota. Chung Woon yang melihat dari jauh pun juga tampak cemas.

  
Di istana, Ga Eun menyamar sebagai dayang istana agar bisa keluar dari istana. Ia mengaku pada pengawal bahwa ia harus mengantarkan obat pada keluarga Selir Young Bin. Pengawal percaya dan membiarkan Ga Eun pergi. Dayang Selir Young Bin mengawasi Ga Eun dari kejauhan. Setelah yakin Ga Eun keluar dengan selamat, barulah ia pergi.


Ga Eun kembali ke rumahnya dan terkejut melihat pesan yang ia tinggalkan untuk Tuan Chun Soo-nya sudah tidak ada. Ga Eun pun bergegas ke pondoknya, namun ia tak menemukan Chun Soo-nya di sana. Ga Eun lalu mendongak ke langit.

“Ada banyak sekali yang ingin kusampaikan. Kemana kau pergi?” ucapnya.

  
Keesokan harinya, Chung Woon menggali kuburan Putra Mahkota. Ia menjerit histeris sambil memeluk tubuh Putra Mahkota, namun beberapa saat kemudian ia merasakan denyut nadi Putra Mahkota.


Chung Woon langsung membawa Putra Mahkota pada Woo Bo. Woo Bo tak yakin Putra Mahkota bisa kembali sadar. Chung Woon bilang, kalau Putra Mahkota harus sadar karena Dae Mok ingin merebut tahta. Putra Mahkota harus sadar sebelum Putra Mahkota palsu dilantik sebagai Raja.

“Apakah orang yang dijadikan Dae Mok sebagai anjing peliharaan sungguh Lee Sun?” tanya Woo Bo.

“Sepertinya begitu.” jawab Chung Woon, membuat Woo Bo resah.

  
Di istana, Menteri Joo membawa Sun menghadap Ratu. Mereka mengenakan pakaian serba putih sebagai tanda berkabung. Begitu melihat Ratu, Sun langsung menunduk karena takut. Ratu menyuruh Sun bicara. Sun pun bicara. Sadarlah Ratu Sun di hadapannya bukanlah Sun putranya karena ia sangat mengenal suara Sun, namun ia tak bisa berbuat apa2.

  
“Yang Mulia Ratu, mengingat Paduka Raja telah wafat secara mendadak, kita harus lekas mengisi posisi Raja yang kosong. Tolong pertimbangkan situasinya, dan segera memberi kami perintah. Saya menanti perintah Anda, Yang Mulia.” Tekan Menteri Joo.

“Hal itu sebenarnya bukanlah wewenangku. Namun, menenangkan rakyatlah prioritas utama kita.” jawab Ratu sambil menatap tajam Sun.

  
“Pangeran Sun, aku memahami dukamu, tapi... pertimbangkan masa depan negeri ini. Cepatlah ambil alih tahta.” Ucap Ratu lagi.

“Saya... menerima perintah Anda.” Jawab Sun gemetar.


Woo Bo masih berusaha mengobati Putra Mahkota. Chung Woon dengan setia menemani Putra Mahkota. Tak lama kemudian, nafas Putra Mahkota kembali. Putra Mahkota mulai membuka matanya.

  
Di istana, Dae Mok kembali bertingkah. Ia menemui Ratu dan meminta Ratu memberinya otoritas pencetak uang. Dae Mok beralasan, mencetak uang adalah hal penting untuk perpajakan negeri dan saat ini tak ada otoritas pencetak uang.

“Hal itu dapat menimbulkan keributan antar pihak. Anda harus menegakkan otoritas pengadaan uang negara. Silakan hukum mereka yang mencetak uang tanpa izin.” Ucap Dae Mok.

“Kenapa aku harus memberi Departemen Pengadaan Air otoritas semacam itu? Departemen Perpajakan memegang otoritas keuangan negara.” Jawab Ratu sambil menatap tajam Dae Mok.

“Tolong limpahkan otoritas itu pada Departemen Pengadaan Air dan cukup pertahankan saja nilai tukar uangnya. Gelarlah rapat esok hari. Satu-satunya cara menyelamatkan rakyat adalah memberikan otoritas keuangan pada Departemen Pengadaan Air.” Ucap Dae Mok sembari tersenyum sinis.

  
Keesokan harinya, Sun tak punya pilihan lain selain menuruti kehendak Dae Mok. Namun tepat saat ia akan menstempel titahnya, Ratu datang. Kedatangan Ratu tentu mengejutkan semua pihak.

  
“Kalian semua pasti terkejut aku datang kemari. Namun, kepergian Raja sebelumnya amat mendadak. Tidak ada pilihan kecuali aku mengambil alih.” Ucap Ratu.

“Perdana Menteri, usia Yang Mulia baru 17 tahun. Dia belumlah dewasa. Apa aku salah? Wakil Perdana Menteri Heo, katakan kalau memang Raja telah dewasa.” Tegas Ratu.

“Tidak, Yang Mulia.” Jawab Wakil Perdana Menteri Heo gugup.

“Lalu, kenapa...?” marah Ratu.

  
Ratu lalu menoleh pada Sun.

“Yang Mulia, Departemen Pengadaan Air tidak boleh memiliki otoritas keuangan. Kau masih terlalu muda. Kau belum mengerti cara menjalankan pemerintahan. Sampai kau cukup dewasa, dan mampu menjalankan sendiri pemerintahan, aku akan mendampingimu, dalam pengambilan keputusan.” Ucap Ratu.


Dae Mok dan kroco2nya langsung menggelar rapat terkait Ratu yang mengambil alih kekuasaan. Perdana Menteri Joo berkata, bahwa kekuatan yang dimiliki Ratu cukup kuat karena Ratu berasal dari keluarga berpengaruh.

“Lebih dari separuh militer kerajaan memihak Ratu.” Ucap Perdana Menteri.

“Lalu, kau akan membiarkan dia mengasistensi Raja sekarang? Insiden hari ini benar-benar serius. Dia akan mengontrol pemerintahan tanpa kenal takut!” sewot Wakil Perdana Menteri.

  
“Dengar. Dengar. Hanya butuh tiga tahun saja. Setelah tiga tahun berlalu, Raja akan dinyatakan cukup dewasa. Begitu dinyatakan dewasa, Ratu pun akan mundur dengan sendirinya.” Ucap Menteri Choi.
“Kelihatannya, kau ini senang Ratu mengambil alih kekuasaan.” Tuduh Wakil Perdana Menteri Heo.

“Lalu, kau sendiri? Karena aku kerabat Ratu, kau curiga padaku!” sewot Menteri Choi.


Dae Mok akhirnya angkat bicara membuat pertengkaran itu terhenti.

“Biarkan saja ia mengasistensi Raja. Memiliki kekuatan militer tidak ada gunanya. Tidak ada gunanya kecuali ia pun memiliki otoritas atas keuangan negara. Tanpa uang, mana bisa dia mempertahankan kekuatan militer? Pada Ratu yang arogan akibat memiliki kuasa atas militer negara, aku akan tunjukkan padanya kekuatan dari uang yang kumiliki.” Ucap Dae Mok.

  
Dae Mok lalu memberi perintah pada Tae Ho bahwa mulai sekarang Departemen Pengadaan Air harus memberikan pinjaman tanpa bunga.

“Buat semua orang berbondong ke Departemen Pengadaan Air,untuk meminjam uang. Aku, Dae Mok, akan menunjukkan kekuatan militer pun akan tunduk pada uang.” Ucap Dae Mok.

  
Putra Mahkota akhirnya terbangun. Bersusah payah, ia bangkit dari tidurnya. Tepat saat itu, Chung Woon datang bersama Woo Bo. Chung Woon langsung mendekati Putra Mahkota. Woo Bo memarahi Putra Mahkota yang mau pergi dalam kondisi lemah seperti itu.

“Dae Mok telah membunuh ayahandaku. Aku harus pergi ke istana sekarang.” ucapnya lemah.

Woo Bo dan Chung Woon terdiam mendengarnya. Putra Mahkota langsung menanyakan ibunya. Chung Woon terpaksa mengatakan kalau Selir Young Bin juga sudah dibunuh Dae Mok.

“Itu tidak mungkin. Istana memiliki pasukan pelindung yang sangat banyak!” protes Putra Mahkota.

“Ayah hamba juga telah tiada.” Ucap Chung Woon.

Putra Mahkota syok. Terlebih saat mendengar apa yang terjadi pada Sun, tangisnya semakin mengalir.

  
Kondisi rakyat juga tak kalah menyedihkan. Departemen Pengadaan Air menyuruh mereka pindah ke Chilpae. Ibu Sun protes, di sana tanah tandus yang tak ada apa2. Tae Ho marah, ia mau mendamprat ibu Sun, tapi Ga Eun langsung menghalangi.

“Tempat ini adalah rumah mereka. Jika mereka dipindahkan secara mendadak, bagaimana mereka bisa bertahan hidup?” protes Ga Eun.

“Sekarang juga, kalau kau tidak lekas pergi, aku akan menghabisimu.” Ancam Tae Ho.

“Beraninya kau! Kau tidak takut pada kutukan Langit!” teriak Ga Eun.

Dan, PLAAAK! Tae Ho menampar keras Ga Eun hingga Ga Eun terjatuh.

“Kau itu hanya putri seorang criminal,beraninya menentangku? Aku tidak tahu bagaimana bisa kau tidak dijadikan budak, tapi kau harus sadar kalau kau itu bukan lagi bangsawan.” Ucap Tae Ho.

  
Seorang pria marah, ia berkata mereka tidak akan pergi kemana2. Tae Ho dan teman2nya pun langsung memukuli pria itu. Tae Ho lantas memberi perintah untuk mengosongkan rumah warga. Ga Eun hanya bisa menangis melihat kekacauan di depan matanya.

  
“Nona, apa kau ingat? Raja muda pernah menyelamatkan nyawa seseorang di ibukota.” Tanya pria itu.

Ga Eun membenarkan.

“Saat itu, aku begitu bahagia, berpikir saat Putra Mahkota menjadi Raja, keadaan negeri ini akan membaik. Aku mengira negeri ini akan menjunjung keadilan. Tapi kenapa... Kenapa keadaan saat ini justru menjadi semakin sulit saja?” ucap pria itu.

“Kenapa kita sampai diusir? Hidup kita menjadi lebih susah sepeninggal Raja sebelumnya.” Keluh warga.


Ga Eun seketika teringat pada ucapan ayahnya.

“Ayah pernah mengatakan tanaman tak akan tumbuh, kecuali ada yang menyirami, serta menyingkirkan gulmanya. Ya, aku mengerti maksudnya. Aku akan melindungi mereka semua.” Batin Ga Eun.


Ga Eun lalu mengajak mereka semua pindah ke Chilpae.

  
Putra Mahkota berniat kembali ke istana, ia mau menghabisi Dae Mok. Sontak, Chung Woon dan Woo Bo langsung menghalanginya. Woo Bo memberi nasihat bijak, persis seperti yang ia katakan pada Dae Mok dulu.

“Aku menyuruhmu menjadi Sang Tuan dengan caramu sendiri. Apa yang akan kau lakukan? Membunuh Dae Mok, lalu menjadi hewan buas tak kenal takut selanjutnya. Itukah caramu membalas dendam? Kau pikir semua orang itu meninggal agar kau bisa membalas dendam? Kau, pikirkan orang-orang yang telah berkorban untuk dirimu. Apakah kau berpikir mereka semua hanya ingin kau mengakhirinya dengan membunuh Dae Mok?”

  
Putra Mahkota pun terdiam mendengar nasihat Woo Bo. Ia terduduk lemas dan kembali menitikkan air mata.

  
Ga Eun dan rakyat miskin lainnya tiba di Chilpae. Rakyat mengeluh karena tidak ada apa2 di sana. Ga Eun menyemangati mereka dengan mengajak berbisnis.

“Chilpae ini, untuk Dermaga Mapo dan Seogang, adalah satu-satunya jalan menuju Gerbang Seoso. Sebab itu, kalau kita berbisnis di sini, kita pasti untung besar.” Ucap Ga Eun.

“Aku... memercayai Nona. Lalu, apa yang harus kita lakukan?” tanya ibu Sun semangat.

“Ayo... kita bangun tempat tinggal dulu.” Ucap Ga Eun.


Rakyat pun mulai membangun rumah mereka. Mereka mencari kayu dan air untuk keperluan membangun rumah.
  
Putra Mahkota bersujud di atas bukit. Chung Woon berdiri di belakangnya. Dari atas bukit itu, istana dan sekitarnya bisa terlihat dengan jelas.

“Ayahanda... Ibu... Maaf karena saya belum bisa datang sekarang. Saya... akan menjadi kuat, menggulingkan Dae Mok, kemudian menemui kalian. Tolong... tunggulah sampai saat itu.” batinnya.


Putra Mahkota lantas berdiri dan menatap ke arah istana.

“Guru, di sana ada Lee Sun. Menggantikanku, ia kini menjadi anjing peliharaan mereka. Lee Sun-ah, aku harus menyelamatkan mereka. Lee Sun-ah, Joseon. Aku akan menyelamatkan mereka.” Ucapnya.

Putra Mahkota lalu menatap Chung Woon.

“Maukah kau membantuku?” tanya Putra Mahkota.

“Anda tidak perlu bertanya begitu pada seorang pengawal seperti hamba. Anda hanya perlu memberitahu tujuan anda dan memerintahkan saya melindungi anda.” Jawab Chung Woon.

  
Rakyat bersuka cita karena berhasil menemukan sumber air. Tak lama kemudian, Putra Mahkota dan Chung Woon datang, namun mereka hanya melihat dari kejauhan. Putra Mahkota tersenyum melihat Ga Eun yang tersenyum. Tak lama, Putra Mahkota pun membalikkan badannya.

  
“Anda akan pergi begitu saja?” tanya Chung Woon.

“Aku melihat dia baik-baik saja. Sudah cukup. Ayah Ga Eun meninggal karena aku. Aku melihat dia menangis dan tidak bisa melupakannya. Ga Eun pernah bilang setiap kali melihatku, ia teringat ayahnya. Itu membuatnya tidak bahagia. Dengan aku menjaga jarak darinya, itulah yang terbaik untuk Ga Eun.” Ucap Putra Mahkota pedih.

  
Putra Mahkota lalu menoleh pada Ga Eun. Tepat saat itu, Ga Eun juga menoleh kepadanya.

Ruler : Master Of The Mask Ep 8 Part 2

Sebelumnya...


Chung Woon menghampiri Putra Mahkota yang menunggu di depan Departemen Kehakiman. Ia terkejut saat Chung Woon bilang Ga Eun sudah dibebaskan. Putra Mahkota langsung menuju ke pondok Ga Eun, tapi ia hanya menemukan sepucuk surat dan kalung pemberiannya.

“Tolong maafkan aku karena tidak bisa memenuhi janji. Setiap kali melihatmu, aku teringat kematian ayahku. Kurasa, aku tak akan pernah bahagia. Jadi lupakan saja aku. Aku tak ingin melihatmu lagi, jadi kau tolong jangan mencariku lagi. Tolong lupakan aku, seandainya aku kehilangan nyawa dan tak bisa memenuhi janji kita. Namun, jika aku kembali hidup-hidup, baru aku akan selalu berada di sisimu.”


Tulis Ga Eun dalam suratnya. Kita lalu diperlihatkan ketika Ga Eun menulis surat itu dengan linangan air mata. Setelah menulis surat itu, Ga Eun melepaskan kalung pemberian Putra Mahkota dengan pedih.


Putra Mahkota menangis dan menggenggam kalungnya yang dikembalikan Ga Eun.

“Aku tak akan serakah dan memintamu pergi bersamaku. Jadi tolong kembali dengan selamat.” Pintanya.


Sun duduk menunduk di hadapan Raja. Sementara Raja, memerintahkan Kepala Lee menghabisi Kelompok Pyunsoo.

  
Bersamaan dengan itu, Dae Mok dan kelompoknya tengah bersiap melakukan ritual. Dan Kepala Lee sedang menyiapkan prajuritnya untuk menumpas Kelompok Pyunsoo.

Kepala Lee mengawal Sun menuju gua tempat Kelompok Pyunsoo melakukan ritual. Sun masuk sendirian. Namun saat melihat banyaknya orang yang memakai topeng mengerikan, ia ketakutan dan ingin kabur namun anggota Pyunsoo-hwe menghalanginya dan menyeretnya ke hadapan Dae Mok.

  
Dae Mok mendekati Sun. Tepat saat itu Gon muncul dan Dae Mok memperlihatkan wajah Sun pada Gon. Gon seketika ingat saat dia melihat Putra Mahkota yang asli menangisi jasad Chun Soo. Setelah itu, ia ingat kata2 Hwa Gun bahwa Hwa Gun akan mati jika Putra Mahkota mati.

“Dialah yang memiliki medali Putra Mahkota.” Ucap Gon bohong.

  
Dae Mok lalu memberikan anggur bunga poppi dan berkata kalau Putra Mahkota harus bergabung dengan mereka. Sun ketakutan tapi ia tetap meminum anggur itu. Setelah meminumnya, Sun seketika merasakan nyeri yang amat sangat di dadanya. Ia juga mulai berhalusinasi, melihat wajah Dae Mok sebagai monster.

“Sebutkan namamu.” Suruh Dae Mok.

  
Ingatan Sun pun melayang ke saat Ga Eun menuliskan namanya di atas pasir putih. Ga Eun berkata, arti nama Sun adalah kehidupan baru. Sun tersenyum mendengarnya.

  
Kembali ke saat inisiasi—Sun menyebutkan namanya dengan lantang. Dae Mok yang tak percaya, memaksa Sun meminum anggur bunga poppi itu lagi. Sementara diluar, Kepala Lee menebas dua penjaga dan memberi tanda pada prajuritnya. Seketika prajuritnya merangsek maju, namun ribuan anak panah tiba-tiba menyerang mereka.


Di dalam, Sun semakin kesakitan. Dae Mok bertanya, apa Sun benar2 Putra Mahkota.

“Aku…. Putra Mahkota Joseon, Lee Sun!” teriak Sun menahan sakit.

Kepala Lee terkena anak panah. Ia berusaha bertahan dan bingung sendiri melihat kekacauan itu. Kepala Lee teriak, bahwa mereka harus melindungi Putra Mahkota.


Hwa Gun yang mengintip di balik pohon pun cemas. Gon tiba2 muncul. Hwa Gun meminta bantuan Gon mencari Putra Mahkota yang asli.


Di istana, Ratu juga ditekan salah satu pejabat. Pejabat meminta Ratu cepat mengambil keputusan.

Putra Mahkota sendiri berada di depan Kediaman Ga Eun. Chung Woon mengingatkan Putra Mahkota yang harus berada di istana sebelum pukul sepuluh malam. Putra Mahkota mengerti, lalu memacu kudanya.

  
Ga Eun ada di bilik Youngbin Lee. Ia datang untuk bertemu Putra Mahkota. Youngbin Lee ikut prihatin atas kematian Tuan Han dan meminta maaf. Dengan mulut bergetar, Ga Eun bilang Putra Mahkota lah yang harusnya minta maaf. Youngbin Lee menjelaskan kalau bukan Putra Mahkota yang membunuh Tuan Han. Ga Eun marah dan menunjukkan surat mandate Putra Mahkota.

“Putra Mahkota sungguh memberi ayah saya perintah. Tapi Putra Mahkota mengkhianati ayah saya. Saya melihat ayah saya dieksekusi olehnya dengan mata kepala saya sendiri. Apa itu salah? Jika bukan Putra Mahkota, lalu siapa yang membunuh ayah saya?” teriaknya.


Sama seperti dulu, saat Raja bergabung dengan Pyunsoo-hwe. Para prajurit dan pelayan berbondong2 meninggalkan istana. Istana kemudian ditutup dan dikuasai orang2 Dae Mok.

  
Youngbin Lee masih berbicara dengan Ga Eun.

“Kau tahu orang paling ditakuti di Joseon? Dae Mok.” Ucap Youngbin Lee.

“Siapapun sebenarnya orang di baliknya, namun bila Putra Mahkota tidak memiliki kesadaran atas tanggungjawabnya, saya tetap tidak bisa menerimanya.” Jawab Ga Eun.

  
Mereka lalu mendengar ribut2 diluar. Dayang Youngbin Lee mengintip keluar. Mereka pun panic melihat Dae Mok yang menyeret Putra Mahkota. Youngbin Lee bergumam, itu bukan Putra Mahkota.

  
Dae Mok menyeret Putra Mahkota palsu ke hadapan Raja.

“Kau memakaikan topeng pada Putra Mahkota palsu untuk menyelamatkan yang asli dan membunuhku. Iya, 'kan? Kau mencoba menipu seorang ahli tapi akhirnya terperosok dalam lubangmu sendiri. Siapapun bisa dipakaikan topeng dan kami jadikan Raja boneka. Membunuh Putra Mahkota lalu menjadikan diriku sendiri Raja Joseon, akan menjadi langkah yang tepat.” Ucap Dae Mok.

Raja murka.

  
Sementara dayang menyuruh Youngbin Lee kabur. Tapi Youngbin Lee berpikir lain. Ia berpikir menemui Raja dan menyuruh dayangnya membawa Ga Eun pergi. Ia juga memerintahkan dayangnya menunggu sampai Kepala Lee datang dan memastikan bahwa Putra Mahkota tidak kembali ke istana.


Tapi tiba2, Youngbin Lee batuk darah. Ga Eun memeriksanya dan yakin ia diracuni. Ga Eun lalu menuangkan air ke dalam gelas dan mencobanya. Yakin air itu aman, ia pun segera menyuruh Youngbin Lee meminumnya dan memuntahkannya.


Raja sendiri berusaha menumpas orang2 Dae Mok. Tepat saat Raja kewalahan, Kepala Lee datang dan membantunya.

  
Sementara Ga Eun memapah Youngbin Lee keluar dari istana, tapi belum sempat melangkahkan kaki keluar, Youngbin Lee terjatuh. Dengan kondisi sekarat, Youngbin Lee menjelaskan orang2 yang menyusup istana lah yang membunuh Tuan Han.

Raja dan Kepala Lee masih bertempur dengan orang2 itu namun sial mereka kalah dan terkena sabetan pedang.

Youngbin Lee menyuruh Ga Eun mencari batu yang ia sembunyikan di green house Putra Mahkota dan meminta Ga Eun memberikan batu itu pada Chun Soo. Jika Ga Eun ingin membersihkan nama ayahnya, Ga Eun harus menemukan batu itu. Setelah mengatakan itu, Youngbin Lee meninggal dunia.

  
Putra Mahkota dan Chung Woon yang baru kembali ke istana terkejut melihat istana yang kosong. Cemas, mereka langsung merangsek masuk ke dalam. Putra Mahkota langsung menjerit memanggil sang ayah.

“Dia Putra Mahkota yang asli!” teriak Dae Mok, lalu berjalan menuju PM Lee Sun.

“Lindungi Putra Mahkota!” teriak Raja.

  
Dae Mok mengayunkan pedangnya, bersiap membunuh Putra Mahkota. Tapi kemudian Putra Mahkota berteriak panic sambil menatap ke arah sang ayah. Ia melarang sang ayah mendekat. Namun sang ayah tetap mendekat untuk melindunginya dan Dae Mok pun menusukkan pedangnya pada Raja.

PM Lee Sun syok, Abamama!