• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruler : Master Of The Mask Ep 14 Part 2

Sebelumnya...


Chung Woon dan Moo Ha mengawasi iring2an pengawal yang membawa tembaga menuju dermaga. Tak lama kemudian, Seja bersama Hwa Gun datang. Seja memberitahu mereka kalau Woo Jae dan Tae Ho kabur. Moo Ha cemas karena Tae Ho mengenali wajahnya.


Seja yakin Dae Mok akan segera tahu masalah ini, karena itu ia harus bergegas kembali ke ibukota. Moo Ha ragu mereka bisa kembali tepat waktu dengan barang bawaan sebanyak itu. Tak lama kemudian, Mae Chang datang mengejutkan mereka.

“Aku senang tidak terlalu terlambat.” Ucap Mae Chang.

“Aku kira tidak akan sempat bertemu denganmu sebelum pergi.” Jawab Hwa Gun.

“Ada sesuatu yang harus aku urus.” Jawab Mae Chang.

“Harus diurus? Kalau begitu, kau mengabulkan keinginanku? Maka, aku tunggu kau di ibukota.” Ucap Seja.

“Aku juga akan menunggu saat kita bisa minum bersama di ibukota.” Tambah Hwa Gun.


Moo Ha bingung, ia bertanya2 apa Mae Chang akan ikut ke ibukota bersama mereka. Namun tak ada yang bersedia menjelaskannya. Seja dan Hwa Gun kembali duluan. Setelah kapal yang membawa Seja dan Hwa Gun pergi, Moo Ha dan Chung Woon pun bergegas menyusul Mae Chang.

  
Hwa Gun berdiri di bibir kapal dengan wajah sedih. Tak lama kemudian, Seja pun mendekati Hwa Gun. Seja cemas, ia takut Hwa Gun sakit. Hwa Gun mengaku pada Seja kalau ia bergabung dengan Seja karena ingin membantu Seja. Seja penasaran kenapa Hwa Gun membantunya.

“Karena aku anak buahmu. Jadi, bisakah kau memercayai aku dalam segala situasi?” pinta Hwa Gun.


Hwa Gun kembali ke rumahnya dan langsung diberitahu pelayannya kalau ia sudah ditunggu sang ayah. Woo Jae panic karena mereka kehilangan tembaga itu. Ia ngeri membayangkan reaksi Dae Mok kalau tahu hal ini.

“Tapi menutupinya juga tidak akan memberi solusi.” Ucap Hwa Gun.

“Bagaimana? Ada cara lain mendapat tembaga?” tanya Woo Jae.

“Aku tidak akan bisa mendapat tembaga sebanyak itu sekarang. Jujur saja pada Harabeoji sebelum situasinya lebih buruk. Dengan memberitahukan apa adanya, maka ia bisa bersiap akan segala kemungkinan nanti.” Jawab Hwa Gun.

  
Woo Jae makin panic. Di tengah kepanikannya, ia bertanya kenapa Hwa Gun bisa ada di sana. Hwa Gun dengan wajah menyesal hanya mengatakan kalau ia ada urusan dan bisnis.  Woo Jae pun mengatakan kalau ia akan berada dalam masalah besar jika Hwa Gun tidak menolongnya. Hwa Gun pun menanyakan Tae Ho.

“Dia bilang, ia merasa aneh karena pasukan mendadak menyerbut. Dia terpikir sesuatu.” Jawab Woo Jae.


Woo Bo tanya pada Seja, apa Seja akan memberikan tembaga itu pada Daebi Mama (ibu suri). Seja bilang, ia butuh seseorang untuk melawan Dae Mok dan mau menyerahkan tembaganya pada Kementerian Keuangan. Hanya Daebi Mama yang bisa melakukan itu.

“Daebi Mama punya cukup kekuasaan untuk melawan Dae Mok. Artinya, kau akan bekerja sama dengan Daebi Mama?” tanya Woo Bo.

“Beliau satu-satunya yang bisa melawan Dae Mok. Aku akan mendukungnya saat ini dan melawan Pyunsoo-hwe.” Jawab Seja.

  
Lalu seorang pedagang datang dengan panic dan memberitahu kalau Tae Ho mendatangi toko obat Ga Eun. Seja cemas luar biasa dan langsung melesat pergi menyusul Ga Eun.


Tae Ho melabrak Ga Eun. Ia menuduh Ga Eun melaporkan isi gudang Pyunsoo-hwe pada Moo Ha. Sontak Ga Eun bingung. Ia mengaku tidak tahu menahu isi gudang itu, tapi melihat Tae Ho yang begitu panic, ia yakin gudang itu berisi sesuatu yang salah. Tae Ho tak percaya dan memaksa Ga Eun membuka mulut. Ga Eun tak gentar. Ia dengan tegasnya berkata tak pernah melaporkan hal semacam itu.


Ga Eun lantas menyingkirkan pedang Tae Ho dari lehernya dan beranjak pergi. Tae Ho maraha dan menyusul Ga Eun. Ga Eun mengancam, akan melaporkan isi gudang Tae Ho itu pada petugas hanseongbu. Tae Ho murka, ia mencabut pedangnya dan bersiap menebas Ga Eun. Ibu Sun langsung menghalanginya. Tapi Tae Ho malah mengancam ibu Sun membuat ibu Sun ketakutan. Ga Eun pun langsung menarik ibu Sun ke belakangnya dan menatap tajam Tae Ho. Tae Ho mengayunkan pedangnya, mau menebas Ga Eun.


Tepat saat itu, sebuah pedang menghalangi pedang Tae Ho. Pedang itu milik Hyun Seok. Hyun Seok lalu meminta Ga Eun ikut dengannya karena Raja ingin bertemu. Tae Ho kaget mendengar Raja memanggil Ga Eun. Ga Eun ikut dengan Hyun Seok. 




Beberapa detik setelah Ga Eun pergi, Seja tiba di toko obat Ga Eun. Ibu Sun terkejut melihat Seja. Ia mengenali Seja sebagai Chun Soo. Ibu Sun memberitahu Seja kalau Ga Eun dipanggil Raja. Seja terkejut, ia sadar Raja yang dimaksud adalah Sun.

  
Ga Eun menunggu di rumah hijau. Begitu Raja datang, ia langsung bersujud pada Raja. Raja langsung menyuruh Ga Eun bangun. Raja menanyakan kabar Ga Eun. Namun Ga Eun menatap Raja dengan dingin. Raja lantas mengaku bahwa dirinya ingat pada Ga Eun. Ia bilang, mengeksekusi Tuan Han adalah kesalahannya. Raja meminta maaf.

Sontak, Ga Eun emosi. Ia langsung mengepalkan tangannya setelah mendengar ucapan Raja. Raja kemudian berkata, ingin melakukan sesuatu untuk Ga Eun. Ia akan mengabulkan apapun permintaan Ga Eun.

“Kalau begitu... bisakah Yang Mulia Raja mengembalikan reputasi ayah hamba? Bisakah namanya dibersihkan dan tarik tudingan pengkhianat darinya?” tanya Ga Eun dengan tatapan tajam.

“Kalau itu... Untuk saat ini, aku belum bisa mengungkit masa lalu. Mintalah hal lain. Adakah lagi yang kau inginkan? Aku bisa memberikan kekayaan bila kau mau.” jawab Raja.

“Selain mengembalikan kehormatan Ayah hamba, tak ada hal lain lagi. Jika tidak ada lagi yang ingin dikatakan, hamba permisi.” Ucap Ga Eun.

  
Ga Eun mau pergi, tapi Raja menahannya. Raja meminta Ga Eun mengurus rumah hijaunya. Ia dengar Ga Eun ahli obat2an dan ia meminta Ga Eun memenuhi rumah hijaunya dengan tanaman obat. Ga Eun dengan dinginnya berkata akan melaksanakan titah Raja.

  
Ga Eun meninggalkan istana dengan hati terluka. Tuan Chun Soo nya tiba2 muncul di hadapannya, membuatnya kaget. Seja menatap Ga Eun dengan cemas.

Bersambung…….

Ruler : Master Of The Mask Ep 14 Part 1

Sebelumnya...

  
Moo Ha, Seja dan Chung Woon akhirnya menjamu Komandan Angkatan Laut itu.  Moo Ha memainkan perannya dengan apik. Sesuai instruksi Seja, ia mengaku sebagai penyelidik rahasia kerajaan. Komandan Angkatan Laut itu menganga tidak percaya. Moo Ha lantas menunjukkan tanda pengenalnya di depan wajah si Komandan Angkatan Laut.

  
Komandan Angkatan Laut itu pun berlutut, memohon ampun pada Moo Ha atas sikap kurang ajarnya. Seja tersenyum geli melihat adegan itu. Komandan Angkatan Laut itu berkata, bahwa ia hanya petugas di sebuah kota kecil tapi ia selalu hidup mematuhi hukum.

“Sayang sekali kalau orang sepertimu hanya bertugas di kota kecil begini.” Ucap Moo Ha.


Moo Ha pun mulai mengatakan maksud dan tujuan mereka. Ia berkata, datang kesana karena tembaga. Ia mengaku sudah menyelidikinya dan berdasarkan penyelidikannya, ada orang2 yang menyamar sebagai bajak laut dan merampok pasokan tembaga. Moo Ha menakuti pria itu, ia bilang kalau hal ini sampai ketahuan maka baik pria itu maupun perwakilan Jepang tidak akan selamat. Pria itu ketakutan. Ia bilang jika ia tahu, ia tidak mungkin diam saja. Moo Ha lantas mengajak pria itu bergabung dengan mereka untuk menangkap para pencuri tembaga itu.


Woo Jae marah karena Tae Ho masih belum bisa menangkap si pencuri peta itu. Tae Ho hanya bisa menundukkan wajahnya dan meminta maaf. Woo Jae penasaran siapa sebenarnya pencuri itu. Woo Jae lalu berencana mengubah tempat berlabuh kapalnya. Ia menyuruh Tae Ho mencari jalan untuk mengabari si pedagang Jepang.

“Saya akan coba mengirim elang, tapi tidak yakin bisa mencapai mereka.” Jawab Tae Ho.

“Kirim 10 elang. Tidak, 100 elang. Kirim sekalian 312 elang! Kirim semua sampai pesan itu diterima!” suruh Woo Jae panic.

Woo Jae lalu mengingatkan Tae Ho akan reaksi Dae Mok kalau sampai mengetahui hal ini.


Hwa Gun melihat Seja, Chung Woon dan Moo Ha yang mengantar Komandan Angkatan Laut itu keluar. Setelah Komandan Angkatan Laut itu pergi, Seja meminta bantuan Moo Ha sekali lagi. Hwa Gun pun mencoba mencuri dengar percakapan mereka. Seja meminta Moo Ha tidak memberitahu Ga Eun soal identitasnya. Moo Ha heran sendiri.

“Aku ingin dia hidup normal seperti yang ia jalani sekarang. Aku, maupun Pyunsoo-hwe, dia tidak boleh terlibat dengan kami agar tidak terseret bahaya.” Jawab Seja.


Hwa Gun akhirnya mengerti kenapa Seja pura2 tidak mengenal Ga Eun. Ia terluka melihat Seja yang begitu mencemaskan Ga Eun.

Seja lalu menyuruh Moo Ha istirahat karena perjuangan mereka besok akan lebih berat. Moo Ha dengan wajah penuh semangat berkata, kalau ia sudah sangat lama menantikan hal seperti ini. Seja tersenyum mendengarnya.


Hwa Gun memanggil Gon. Dengan wajah terluka, ia menyuruh Gon menyelamatkan ayahnya. Ia merasa Seja sedang berusaha menjebak ayahnya.

  
Seja dan Chung Woon mulai mengintai tempat berlangsungnya transaksi antara Pyunsoo-hwe dengan pedagang Jepang. Namun anehnya, tak ada satu pun kapal yang nampak. Chung Woon curiga informasinya salah atau Pyunsoo-hwe sudah menyadari rencana mereka. Tapi tak lama, mereka melihat kepulan asap di balik bukit yang merupakan tanda dari pasukan kerajaan.

  
Benar saja, orang2 Pyunsoo-hwe sedang melakukan transaksi tembaga dengan pedagang jepang itu. Begitu mereka selesai dan ingin pergi, Moo Ha muncul dengan gagahnya bak pemimpin pasukan kerajaan dan berniat menahan mereka atas tuduhan penyeludupan tembaga. Tae Ho langsung mengenali Moo Ha sebagai petugas Hanseongbu.

  
Moo Ha berteriak memanggil para pasukan untuk menangkap mereka. Pasukan kerajaan yang dipimpin si Komandan pun langsung muncul menyerbu mereka. Tae Ho bertanya apa yang harus mereka lakukan pada Woo Jae. Tapi si bodoh Woo Jae malah nampak ketakutan dan bersembunyi di belakang Tae Ho.

“Inilah sebabnya aku bilang kita harusnya mengubah lokasi!” marah Woo Jae.

  
Tae Ho akhirnya menyuruh anak buahnya menyerang mereka. Perang pun pecah seketika. Saat anak buahnya bertarung, Tae Ho pun membawa Woo Jae lari. Seja muncul dari atas bukit dan melihat Woo Jae dan Tae Ho yang berusaha melarikan diri. Tepat saat itu, Chung Woon datang menyergap mereka. Woo Jae sok mau melawan Chung Woon. Dengan wajah sebal, Tae Ho menyuruh Woo Jae mundur.

“Kepala Departemen Pengadaan Air adalah bajak laut penyelundup tembaga? Sungguh menyedihkan.” Ucap Chung Woon.
  
Tae Ho langsung mengeluarkan sabitnya. Chung Woon pun mencabut pedangnya. Mereka bertarung. Saat Chung Woon hendak menebas Tae Ho, seseorang datang membantu Tae Ho menyerang Chung Woon. Orang itu adalah Gon. Sementara Gon dan Chung Woon bertarung, Tae Ho lekas membawa Woo Jae pergi.

Begitu anak buah Tae Ho berhasil ditangkap, Moo Ha dengan bangganya memberi kode pada Seja kalau ia berhasil. Seja tersenyum. Ia kemudian melihat Gon kabur ke hutan. Chung Woon menatap Seja, menunggu instruksi Seja. Setelah diizinkan Seja, ia pun langsung mengejar Gon. Seja sendiri mengejar Woo Jae dan Tae Ho.

  
Di bibir pantai yang lain, Hwa Gun sudah menunggu ayahnya. Begitu ayahnya datang, ia mengambil pedang ayahnya dan menyuruh ayahnya pergi dengan kuda yang sudah ia persiapkan. Setelah ayahnya pergi, Hwa Gun pun melukai lengannya dengan pedang sang ayah.Tak lama kemudian, Seja datang dan Hwa Gun meminta maaf karena gagal menangkap mereka. Seja yang baik hati itu tentu saja lebih mencemaskan Hwa Gun.

Seja membebat luka Hwa Gun dengan cadarnya. Air mata Hwa Gun pun jatuh. Ia menyesal sudah mengkhianati Seja dengan membantu ayahnya kabur. Hwa Gun meminta maaf. Seja yang tak mengerti maksud Hwa Gun sebenarnya pun malah mengira Hwa Gun minta maaf karena gagal menangkap mereka.

“Apa kau sakit?” tanya Seja cemas.

“Aku... tidak tahu akan sesakit ini.” jawab Hwa Gun.

Setelah itu, Hwa Gun berjanji dalam hatinya tidak akan mengkhianati Seja lagi. Hwa Gun perlahan2 menyenderkan kepalanya di dada Seja. Seja menepuk2 punggung Hwa Gun, berupaya menenangkan Hwa Gun.

“Apa kau tahu, Jeoha? Bisa menangis di pelukan Jeoha seperti yang kualami sekarang, bagiku adalah momen paling membahagiakan dalam hidup.” batin Hwa Gun.