Chung Woon dan Moo Ha mengawasi iring2an pengawal yang membawa tembaga menuju dermaga. Tak lama kemudian, Seja bersama Hwa Gun datang. Seja memberitahu mereka kalau Woo Jae dan Tae Ho kabur. Moo Ha cemas karena Tae Ho mengenali wajahnya.
Seja yakin Dae Mok akan segera tahu masalah ini, karena itu ia harus bergegas kembali ke ibukota. Moo Ha ragu mereka bisa kembali tepat waktu dengan barang bawaan sebanyak itu. Tak lama kemudian, Mae Chang datang mengejutkan mereka.
“Aku senang tidak terlalu
terlambat.” Ucap Mae Chang.
“Aku kira tidak akan sempat
bertemu denganmu sebelum pergi.” Jawab Hwa Gun.
“Ada sesuatu yang harus aku
urus.” Jawab Mae Chang.
“Harus diurus? Kalau begitu,
kau mengabulkan keinginanku? Maka, aku tunggu kau di ibukota.” Ucap Seja.
“Aku juga akan menunggu saat
kita bisa minum bersama di ibukota.” Tambah Hwa Gun.
Moo Ha bingung, ia bertanya2
apa Mae Chang akan ikut ke ibukota bersama mereka. Namun tak ada yang bersedia
menjelaskannya. Seja dan Hwa Gun kembali duluan. Setelah kapal yang membawa
Seja dan Hwa Gun pergi, Moo Ha dan Chung Woon pun bergegas menyusul Mae Chang.
Hwa Gun berdiri di bibir kapal dengan wajah sedih. Tak lama kemudian, Seja pun mendekati Hwa Gun. Seja cemas, ia takut Hwa Gun sakit. Hwa Gun mengaku pada Seja kalau ia bergabung dengan Seja karena ingin membantu Seja. Seja penasaran kenapa Hwa Gun membantunya.
“Karena aku anak buahmu. Jadi,
bisakah kau memercayai aku dalam segala situasi?” pinta Hwa Gun.
Hwa Gun kembali ke rumahnya dan langsung diberitahu pelayannya kalau ia sudah ditunggu sang ayah. Woo Jae panic karena mereka kehilangan tembaga itu. Ia ngeri membayangkan reaksi Dae Mok kalau tahu hal ini.
“Tapi menutupinya juga tidak
akan memberi solusi.” Ucap Hwa Gun.
“Bagaimana? Ada cara lain
mendapat tembaga?” tanya Woo Jae.
“Aku tidak akan bisa
mendapat tembaga sebanyak itu sekarang. Jujur saja pada Harabeoji sebelum
situasinya lebih buruk. Dengan memberitahukan apa adanya, maka ia bisa bersiap
akan segala kemungkinan nanti.” Jawab Hwa Gun.
Woo Jae makin panic. Di tengah kepanikannya, ia bertanya kenapa Hwa Gun bisa ada di sana. Hwa Gun dengan wajah menyesal hanya mengatakan kalau ia ada urusan dan bisnis. Woo Jae pun mengatakan kalau ia akan berada dalam masalah besar jika Hwa Gun tidak menolongnya. Hwa Gun pun menanyakan Tae Ho.
“Dia bilang, ia merasa aneh
karena pasukan mendadak menyerbut. Dia terpikir sesuatu.” Jawab Woo Jae.
Woo Bo tanya pada Seja, apa
Seja akan memberikan tembaga itu pada Daebi Mama (ibu suri). Seja bilang, ia
butuh seseorang untuk melawan Dae Mok dan mau menyerahkan tembaganya pada
Kementerian Keuangan. Hanya Daebi Mama yang bisa melakukan itu.
“Daebi Mama punya cukup
kekuasaan untuk melawan Dae Mok. Artinya, kau akan bekerja sama dengan Daebi
Mama?” tanya Woo Bo.
“Beliau satu-satunya yang
bisa melawan Dae Mok. Aku akan mendukungnya saat ini dan melawan Pyunsoo-hwe.”
Jawab Seja.
Lalu seorang pedagang datang dengan panic dan memberitahu kalau Tae Ho mendatangi toko obat Ga Eun. Seja cemas luar biasa dan langsung melesat pergi menyusul Ga Eun.
Tae Ho melabrak Ga Eun. Ia menuduh Ga Eun melaporkan isi gudang Pyunsoo-hwe pada Moo Ha. Sontak Ga Eun bingung. Ia mengaku tidak tahu menahu isi gudang itu, tapi melihat Tae Ho yang begitu panic, ia yakin gudang itu berisi sesuatu yang salah. Tae Ho tak percaya dan memaksa Ga Eun membuka mulut. Ga Eun tak gentar. Ia dengan tegasnya berkata tak pernah melaporkan hal semacam itu.
Ga Eun lantas menyingkirkan pedang Tae Ho dari lehernya dan beranjak pergi. Tae Ho maraha dan menyusul Ga Eun. Ga Eun mengancam, akan melaporkan isi gudang Tae Ho itu pada petugas hanseongbu. Tae Ho murka, ia mencabut pedangnya dan bersiap menebas Ga Eun. Ibu Sun langsung menghalanginya. Tapi Tae Ho malah mengancam ibu Sun membuat ibu Sun ketakutan. Ga Eun pun langsung menarik ibu Sun ke belakangnya dan menatap tajam Tae Ho. Tae Ho mengayunkan pedangnya, mau menebas Ga Eun.
Tepat saat itu, sebuah
pedang menghalangi pedang Tae Ho. Pedang itu milik Hyun Seok. Hyun Seok lalu
meminta Ga Eun ikut dengannya karena Raja ingin bertemu. Tae Ho kaget mendengar
Raja memanggil Ga Eun. Ga Eun ikut dengan Hyun Seok.
Beberapa detik setelah Ga Eun pergi, Seja tiba di toko obat Ga Eun. Ibu Sun terkejut melihat Seja. Ia mengenali Seja sebagai Chun Soo. Ibu Sun memberitahu Seja kalau Ga Eun dipanggil Raja. Seja terkejut, ia sadar Raja yang dimaksud adalah Sun.
Beberapa detik setelah Ga Eun pergi, Seja tiba di toko obat Ga Eun. Ibu Sun terkejut melihat Seja. Ia mengenali Seja sebagai Chun Soo. Ibu Sun memberitahu Seja kalau Ga Eun dipanggil Raja. Seja terkejut, ia sadar Raja yang dimaksud adalah Sun.
Ga Eun menunggu di rumah hijau. Begitu Raja datang, ia langsung bersujud pada Raja. Raja langsung menyuruh Ga Eun bangun. Raja menanyakan kabar Ga Eun. Namun Ga Eun menatap Raja dengan dingin. Raja lantas mengaku bahwa dirinya ingat pada Ga Eun. Ia bilang, mengeksekusi Tuan Han adalah kesalahannya. Raja meminta maaf.
Sontak, Ga Eun emosi. Ia
langsung mengepalkan tangannya setelah mendengar ucapan Raja. Raja kemudian
berkata, ingin melakukan sesuatu untuk Ga Eun. Ia akan mengabulkan apapun
permintaan Ga Eun.
“Kalau begitu... bisakah
Yang Mulia Raja mengembalikan reputasi ayah hamba? Bisakah namanya dibersihkan
dan tarik tudingan pengkhianat darinya?” tanya Ga Eun dengan tatapan tajam.
“Kalau itu... Untuk saat
ini, aku belum bisa mengungkit masa lalu. Mintalah hal lain. Adakah lagi yang
kau inginkan? Aku bisa memberikan kekayaan bila kau mau.” jawab Raja.
“Selain mengembalikan
kehormatan Ayah hamba, tak ada hal lain lagi. Jika tidak ada lagi yang ingin
dikatakan, hamba permisi.” Ucap Ga Eun.
Ga Eun mau pergi, tapi Raja menahannya. Raja meminta Ga Eun mengurus rumah hijaunya. Ia dengar Ga Eun ahli obat2an dan ia meminta Ga Eun memenuhi rumah hijaunya dengan tanaman obat. Ga Eun dengan dinginnya berkata akan melaksanakan titah Raja.
Ga Eun meninggalkan istana dengan hati terluka. Tuan Chun Soo nya tiba2 muncul di hadapannya, membuatnya kaget. Seja menatap Ga Eun dengan cemas.
Bersambung…….
0 Comments:
Post a Comment