Moo Ha, Seja dan Chung Woon akhirnya menjamu Komandan Angkatan Laut itu. Moo Ha memainkan perannya dengan apik. Sesuai instruksi Seja, ia mengaku sebagai penyelidik rahasia kerajaan. Komandan Angkatan Laut itu menganga tidak percaya. Moo Ha lantas menunjukkan tanda pengenalnya di depan wajah si Komandan Angkatan Laut.
Komandan Angkatan Laut itu pun berlutut, memohon ampun pada Moo Ha atas sikap kurang ajarnya. Seja tersenyum geli melihat adegan itu. Komandan Angkatan Laut itu berkata, bahwa ia hanya petugas di sebuah kota kecil tapi ia selalu hidup mematuhi hukum.
“Sayang sekali kalau orang
sepertimu hanya bertugas di kota kecil begini.” Ucap Moo Ha.
Moo Ha pun mulai mengatakan
maksud dan tujuan mereka. Ia berkata, datang kesana karena tembaga. Ia mengaku
sudah menyelidikinya dan berdasarkan penyelidikannya, ada orang2 yang menyamar
sebagai bajak laut dan merampok pasokan tembaga. Moo Ha menakuti pria itu, ia
bilang kalau hal ini sampai ketahuan maka baik pria itu maupun perwakilan
Jepang tidak akan selamat. Pria itu ketakutan. Ia bilang jika ia tahu, ia tidak
mungkin diam saja. Moo Ha lantas mengajak pria itu bergabung dengan mereka
untuk menangkap para pencuri tembaga itu.
Woo Jae marah karena Tae Ho
masih belum bisa menangkap si pencuri peta itu. Tae Ho hanya bisa menundukkan
wajahnya dan meminta maaf. Woo Jae penasaran siapa sebenarnya pencuri itu. Woo
Jae lalu berencana mengubah tempat berlabuh kapalnya. Ia menyuruh Tae Ho
mencari jalan untuk mengabari si pedagang Jepang.
“Saya akan coba mengirim
elang, tapi tidak yakin bisa mencapai mereka.” Jawab Tae Ho.
“Kirim 10 elang. Tidak, 100
elang. Kirim sekalian 312 elang! Kirim semua sampai pesan itu diterima!” suruh
Woo Jae panic.
Woo Jae lalu mengingatkan
Tae Ho akan reaksi Dae Mok kalau sampai mengetahui hal ini.
Hwa Gun melihat Seja, Chung Woon dan Moo Ha yang mengantar Komandan Angkatan Laut itu keluar. Setelah Komandan Angkatan Laut itu pergi, Seja meminta bantuan Moo Ha sekali lagi. Hwa Gun pun mencoba mencuri dengar percakapan mereka. Seja meminta Moo Ha tidak memberitahu Ga Eun soal identitasnya. Moo Ha heran sendiri.
“Aku ingin dia hidup normal
seperti yang ia jalani sekarang. Aku, maupun Pyunsoo-hwe, dia tidak boleh
terlibat dengan kami agar tidak terseret bahaya.” Jawab Seja.
Hwa Gun akhirnya mengerti
kenapa Seja pura2 tidak mengenal Ga Eun. Ia terluka melihat Seja yang begitu
mencemaskan Ga Eun.
Seja lalu menyuruh Moo Ha
istirahat karena perjuangan mereka besok akan lebih berat. Moo Ha dengan wajah
penuh semangat berkata, kalau ia sudah sangat lama menantikan hal seperti ini.
Seja tersenyum mendengarnya.
Hwa Gun memanggil Gon.
Dengan wajah terluka, ia menyuruh Gon menyelamatkan ayahnya. Ia merasa Seja
sedang berusaha menjebak ayahnya.
Seja dan Chung Woon mulai mengintai tempat berlangsungnya transaksi antara Pyunsoo-hwe dengan pedagang Jepang. Namun anehnya, tak ada satu pun kapal yang nampak. Chung Woon curiga informasinya salah atau Pyunsoo-hwe sudah menyadari rencana mereka. Tapi tak lama, mereka melihat kepulan asap di balik bukit yang merupakan tanda dari pasukan kerajaan.
Benar saja, orang2 Pyunsoo-hwe sedang melakukan transaksi tembaga dengan pedagang jepang itu. Begitu mereka selesai dan ingin pergi, Moo Ha muncul dengan gagahnya bak pemimpin pasukan kerajaan dan berniat menahan mereka atas tuduhan penyeludupan tembaga. Tae Ho langsung mengenali Moo Ha sebagai petugas Hanseongbu.
Moo Ha berteriak memanggil para pasukan untuk menangkap mereka. Pasukan kerajaan yang dipimpin si Komandan pun langsung muncul menyerbu mereka. Tae Ho bertanya apa yang harus mereka lakukan pada Woo Jae. Tapi si bodoh Woo Jae malah nampak ketakutan dan bersembunyi di belakang Tae Ho.
“Inilah sebabnya aku bilang kita
harusnya mengubah lokasi!” marah Woo Jae.
Tae Ho akhirnya menyuruh anak buahnya menyerang mereka. Perang pun pecah seketika. Saat anak buahnya bertarung, Tae Ho pun membawa Woo Jae lari. Seja muncul dari atas bukit dan melihat Woo Jae dan Tae Ho yang berusaha melarikan diri. Tepat saat itu, Chung Woon datang menyergap mereka. Woo Jae sok mau melawan Chung Woon. Dengan wajah sebal, Tae Ho menyuruh Woo Jae mundur.
“Kepala Departemen Pengadaan
Air adalah bajak laut penyelundup tembaga? Sungguh menyedihkan.” Ucap Chung
Woon.
Tae Ho langsung mengeluarkan sabitnya. Chung Woon pun mencabut pedangnya. Mereka bertarung. Saat Chung Woon hendak menebas Tae Ho, seseorang datang membantu Tae Ho menyerang Chung Woon. Orang itu adalah Gon. Sementara Gon dan Chung Woon bertarung, Tae Ho lekas membawa Woo Jae pergi.
Begitu anak buah Tae Ho
berhasil ditangkap, Moo Ha dengan bangganya memberi kode pada Seja kalau ia
berhasil. Seja tersenyum. Ia kemudian melihat Gon kabur ke hutan. Chung Woon
menatap Seja, menunggu instruksi Seja. Setelah diizinkan Seja, ia pun langsung
mengejar Gon. Seja sendiri mengejar Woo Jae dan Tae Ho.
Di bibir pantai yang lain, Hwa Gun sudah menunggu ayahnya. Begitu ayahnya datang, ia mengambil pedang ayahnya dan menyuruh ayahnya pergi dengan kuda yang sudah ia persiapkan. Setelah ayahnya pergi, Hwa Gun pun melukai lengannya dengan pedang sang ayah.Tak lama kemudian, Seja datang dan Hwa Gun meminta maaf karena gagal menangkap mereka. Seja yang baik hati itu tentu saja lebih mencemaskan Hwa Gun.
Seja membebat luka Hwa Gun
dengan cadarnya. Air mata Hwa Gun pun jatuh. Ia menyesal sudah mengkhianati
Seja dengan membantu ayahnya kabur. Hwa Gun meminta maaf. Seja yang tak
mengerti maksud Hwa Gun sebenarnya pun malah mengira Hwa Gun minta maaf karena
gagal menangkap mereka.
“Apa kau sakit?” tanya Seja
cemas.
Setelah itu, Hwa Gun berjanji
dalam hatinya tidak akan mengkhianati Seja lagi. Hwa Gun perlahan2 menyenderkan
kepalanya di dada Seja. Seja menepuk2 punggung Hwa Gun, berupaya menenangkan
Hwa Gun.
“Apa kau tahu, Jeoha? Bisa
menangis di pelukan Jeoha seperti yang kualami sekarang, bagiku adalah momen
paling membahagiakan dalam hidup.” batin Hwa Gun.
0 Comments:
Post a Comment