• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

The Legend Of The Blue Sea Ep 12 Part 2

Sebelumnya...


Jin Joo makan malam dengan Seo Hee. Jin Joo berterima kasih karena Seo Hee sudah mau meluangkan waktu untuknya hari ini. Seo Hee berkata, dia yang akan traktir Jin Joo malam ini karena ia dan keluarganya sudah sering makan makanan pemberian Jin Joo. Jin Joo lalu menawari Seo Hee anggur cina.

“Nyonya, ayo kita bersulang. Untuk persahabatan keluargamu dan keluargaku serta untuk aliansi bisnis kita. Bersulang! Aku akan minum ini satu tenggakkan sekaligus.” Ucap Jin Joo.


Seo Hee malas-malasan menanggapi Jin Joo. Jin Joo mulai bicara soal investasi pendamping atau pembagian saham. Seo Hee yang malas menanggapi Jin Joo pun mengambil ponselnya dan bicara dengan Pengacara Lee. Jin Joo tentu saja kesal dan melampiaskan rasa kesalnya itu dengan minum2 sampai mabuk.

“Eonni.” Panggil Jin Joo.

“Eonni?” tanya Seo Hee.

“Kau jauh lebih tua dari aku. Kau itu tua! Jadi kau itu Eonni. Ini, Eonni. Ayo kita minum segelas lagi.” Jawab Jin Joo

“Jin Joo-ssi,  kau itu sangat mabuk.” Ucap Seo Hee.

“Aku sangat mabuk, tapi, jujur aku sangat kasihan padamu. Kepiting bumbu kecap,  sup ikan sungut kimchi, lauk asinan, dengan semua makanan yang kuberikan jika kau menggabungkan semuanya, kau bisa buka restoran Korea dengan banyak menu enak! Kau menerima semua itu, tapi sekarang kau mengabaikanku? Apa kau itu seperti pepatah makan habis itu tak tahu terima kasih?!Jika kau menerima makananku setiap hari, kau harusnya meluangkan waktu bagi kami, dasar! Kenapa kau sok jual mahal? Memangnya kita ini pacaran apa? Hah?!” jelas Jin Joo setengah berteriak.


Seo Hee tersinggung dan langsung menyuruh Sekretaris Kim menyiapkan mobilnya. Tapi Jin Joo malah berkata lagi apakah Seo Hee benar-benar serius mau memasukkannya di pembagian saham. Seo Hee kesal, ia melemparkan lap ke atas meja dan beranjak pergi. Tapi langkahnya seketika terhenti saat Jin Joo mengatakan bahwa dirinya telah merebut suami teman SMA-nya.

“Apa? Kau barusan bilang apa?” tanya Seo Hee.

“Aku membaca semuanya di Gangnam Tabloid! Kau merampas suami teman SMA-mu. Temanmu itu lalu menghilang, dan anaknya diusir dari rumah. Di tabloid itu, tertulis kau sudah menghancurkan keluarga itu.” jawab Jin Joo.

Seo Hee kesal luar biasa, tapi ia memilih pergi ketimbang membalas perkataan Jin Joo.


Joon Jae sibuk memasak di dapur, sementara Tae Oh dan Nam Doo sibuk menghiasi kue natal. Dan Shi A, dia hanya duduk santai sambil menikmati anggurnya. Tak lama, Nam Doo pun bertanya kenapa Chung masih belum keluar dari kamar. Kemudian setelahnya, Joon Jae mendengar suara hati Chung.

“Apa baju ini lebih bagus? Tidak, Heo Joon  Jae tidak suka baju yang pendek.” Batin Chung.


Joon Jae bergumam, bagus! Suara Chung pun kembali terdengar. Menurutnya baju yang sedang ia kenakan terlalu panjang dan ia bisa kegerahan nantinya. Joon Jae pun kembali menyahut, kalau Chung memang tak boleh kegerahan. Tae Oh langsung menatap heran Joon Jae. Chung berkata lagi, kalau ia harus terlihat lebih cantik dari Si A. Joon Jae senyum2 mendengarnya.


Tak lama, Chung keluar dan Nam Doo langsung memuji penampilan Chung. Joon Jae terpesona dengan kecantikan Chung. Sementara Si A tampak menatap sebal ke arah Chung. Chung juga menatap sebal Si A, tapi ia gak peduli. Tae Oh lantas memotret Chung yang memang terlihat cantik. Joon Jae yang melihat itu pun langsung mengejar Tae Oh. Si A kegeeran, mengira Tae Oh memotret dirinya dan Joon Jae cemburu dirinya dipotret pria lain.


Joon Jae lalu makan kacang dengan melemparkan kacang itu ke mulutnya. Chung ingin mencobanya dan ia bisa melakukannya. Nam Doo pun langsung berkata, kalau tak ada yang tak bisa dilakukan Chung. Chung melakukannya lagi dan lagi. Joon Jae tersenyum melihat Chung. Si A juga mau mencobanya, tapi ia gagal dan meminta Joon Jae mengajarinya. Joon Jae lantas mengajari Si A dengan memegang tangan Si A. Chung pun cemburu melihatnya.

“Kenapa aku bisa melakukannya, tapi tak ada gunanya aku bisa? Karena aku sudah bisa melakukannya,  Heo Joon Jae tidak mengajariku. Kenapa aku pandai sekali melakukan hal ini? Aku tidak bisa berhenti melakukannya karena camilan ini terlalu enak.” Batin Chung.

Joon Jae pun langsung tertawa mendengar suara hati Chung.


Chung sedang membenarkan riasannya di kamar mandi. Tapi tiba2 saja, Si A menghampirinya. Si A dengan juteknya bertanya, kau datang lagi? Chung pun membalas dengan muka jutek pula, ia berkata, itu rumahnya jadi ia bisa datang dan pergi sesukanya dan ia akan pindah dengan Joon Jae kalau sewa rumahnya sudah habis.

“Apa? Kau mau menikah dengan Heo Joon Jae?” tanya Si A kesal.

“Meskipun kami belum  memutuskannya kami memang sudah berencana.” Jawab Chung.

“Rencana? Rencana apa?” tanya Si A.

“Rencana Heo Joon Jae menyukaiku.” Jawab Chung.

“Sepertinya Joon Jae kumat lagi rupanya. Dia memang sering berkata begitu.” ucap Si A.

“Apa?” tanya Chung.

“Pasti kau bicara seperti ini  dalam hati, 'kan? "Oh? Apa dia menyukaiku? Tatapannya seperti tatapan suka padaku." "Apa bukan? Apa dia cuma baik padaku saja?" jawab Si A.

“Apa kau bisa mendengar pikiranku?” tanya Chung kaget.


“Bukannya aku bisa mendengar apapun tapi ini namanya mengatasi akuarium." Jawab Si A.

“Mengatasi akuarium?” tanya Chung.

“Artinya mereka melempar umpan dan kemudian menangkap mereka di dalam jaring dan membuat orang yang ditangkap berharap besar. Kau itu tidak mampu menangani  sifat Joon Jae. Aku mampu tidak terpengaruhi olehnya, dan karena itulah aku masih bisa dekat dengan Joon Jae.” Jawab Si A.

“Itulah kau. Seekor ikan yang ditangkap di dalam akuarium. Aku bukan ikan.” Ucap Chung.

“Tidak. Kau itu ikan. Sudah cukup kau berlama-lama tinggal disini. Sekarang kembalilah ke tempat asalmu entah itu sungai atau laut.” Jawab Si A, yang membuat Chung tercengang.


Dae Young lagi stress memikirkan kehidupannya di masa lalu. Sampai2 dia tidak menjawab panggilan Seo Hee.


Seo Hee kesal karena panggilannya tidak dijawab Dae Young. Tak lama, Chi Hyun datang menanyakan siapa ayah kandungnya. Chi Hyun mengaku kalau ia penasaran sejak lama, tapi ia tak bisa menanyakan itu pada sang ibu. Seo Hee pun berkata, kalau ayah kandung Chi Hyun sangat menyayangi Chi Hyun. Seo Hee beralasan, ayah kandung Chi Hyun tidak menampakkan diri di depan Chi Hyun karena ingin Chi Hyun bahagia.

“Jadi kau tidak perlu tahu itu. Ya? Yang harus kau tahu adalah satu-satunya  orang yang dapat dipercaya di dunia ini adalah kau dan aku, kita berdua.” Ucap Seo Hee.

“Ya, Ibu. Sepertinya begitu. Sepertinya memang benar yang Ibu katakan.” Jawab Chi Hyun dengan pandangan kecewa.


Si A minum2 di kedai soju. Tak lama, Tae Oh datang dan Si A mengajaknya ikut serta. Si A lalu memberikan fotonya pada Tae Oh. Tae Oh jelas bingung. Si A bilang kalau Tae Oh mau fotonya, seharusnya Tae Oh minta saja padanya, jangan memotretnya diam2 di keramaian. Tae Oh mau menjelaskan kejadian sebenarnya, tapi Si A terus-terusan memotong kata-katanya.

“Sudah kubilang padamu. Meskipun aku tak bisa menerima perasaanmu kau tak boleh meremehkan cintamu. Jangan diam-diam bertindak, melainkan mengakulah padaku soal rasa sakitmu.” Ucap Si A.

“Hatiku tidak sakit. Aku bilang begini karena aku memang tak sakit.” Jawab Tae Oh.

“Tae Ho, dengar baik-baik. Sudah 7 tahun bagiku. Dari hari pertama masuk kuliah aku melihat Joon Jae dan sejak saat itu selama 7 tahun berikutnya aku sudah mengawasi semuanya dan menjaga hubunganku dengan dia terus menerus.  Menurutmu kenapa begitu? Kau penasaran, 'kan? Itu karena aku tidak mudah menyerah. Tanpa membebani objek yang menarik perhatianmu untuk tetap terjaga, sementara mempertahankan jarak. Bukankah menurutmu cinta orang dewasa pasti seperti itu?” ucap Si A panjang lebar.
Sekarang mereka duduk di taman. Si A sedang merengek di telepon pada Joon Jae.


“Joon Jae, jangan tutup teleponnya. Apa cuma kalian saja orang yang punya rencana? Bagiku, aku tidak mau mengadakan pertunangan denganmu Joon Jae tapi langsung menikah. Itulah tren belakangan ini. Aku akan langsung menikah denganmu. Entah itu di pulau Jeju Ol Leh trail atau ladang gandum di Provinsi Gang Won sambil menggantung kuali besi. Itulah yang akan kulakukan disana. Saat anak kita lahir, aku tidak akan  melakukan syukuran bayi 100 hari tapi memberikan sumbangan amal bagi UNICEF. Itulah... sekarang itulah... tren-nya.”


Tangis Si A pecah. Tae Oh menatap aneh Si A.

“Joon Jae! Joon Jae,  jangan tutup teleponnya. Tapi apa yang telah kulakukan sejauh ini? Apa aku selama ini membuang waktu dan tenaga? Apa itu yang kulakukan selama ini?” ucap Si A.


Joon Jae langsung menjauhkan ponsel dari telinganya karena stress mendengar rengekan gak penting Si A. Joon Jae lalu berkata, kalau Si A berisik di tengah jalan bisa2 polisi nanti menangkap Si A.

“Cepatlah pulang. Kau lagi sama siapa? Tae Ho? Suruh Tae Ho mengantarmu pulang.  Kututup teleponnya sekarang.” ucap Joon Jae.

Joon Jae masuk ke kamarnya dan terkejut melihat Chung yang tidur dengan posisi menguasai kasurnya. Joon Jae menyuruh Chung pindah, tapi Chung malah menatap Joon Jae sambil berkata dalam hatinya.

“Heo Joon Jae, apa kau menganggapku sebagai ikan? Apa kau 'menangani akuarium'mu?”

Joon Jae yang bingung menyuruh Chung naik ke kamar atas.

“Kenapa dia? Apa maksudnya dia tidak tahan  melihatku, makanya aku harus naik ke atasi? Apa maksudnya dia menyuruhku pergi?” batin Chung lagi.

Saat Chung hendak beranjak ke kasur, Joon Jae malah melarangnya dan berkata dia yang akan tidur di atas. Saat Joon Jae menaiki tangga menuju kamar atas, Chung berkata lagi dalam hatinya kalau jantungnya berdebar lagi dan ia bertanya, bisakah ia melarikan diri akuarium ikan ini.


Keesokan harinya, Jin Joo yang baru bangun dengan mascara belepotan, terkejut menyadari apa yang diucapkannya pada Seo Hee semalam. Ia pun merengek, meminta Dong Shik mengatakan apa yang terjadi semalam hanyalah mimpi. Dong Shik pun bingung melihat sikap istrinya.


Lain Jin Joo, lain pula Si A yang merasa malu atas apa yang dikatakannya pada Joon Jae semalam. Yoo Ran yang melintas di ruang tengah terheran-heran melihat Si A yang bersungut2 di sofa. Tak lama, Jin Joo datang dan Yoo Ran langsung minta izin ke rumah sakit untuk mengambil obat tekanan darah. Jin Joo langsung mengizinkan dan beranjak pergi dengan penampilan sedikit awut-awutan.


Jin Joo menghampiri Seo Hee yang lagi perawatan di salon. Jin Joo menyuruh Seo Hee membunuhnya saja sebagai bentuk penyesalannya karena sudah berkata yang tidak-tidak.  Seo Hee yang masih kesal menyuruh Jin Joo memberitahunya isi Tabloid Gangnam.

“Gosip? Oh, Nyonya. Aku tidak mengikuti gosip atau semacamnya. Nyonya. Apa pun yang yang telah kukatakan kemarin itu bukan aku. Itu bukan Ahn Jin Joo sesungguhnya. Anggap saja kemarin ada binatang buas merasuki tubuhku... Tak bisakah kau menganggapnya begitu?” pinta Jin Joo memelas.

Chung duduk di sebelah Tae Oh yang lagi asyik main game. Chung bertanya, apa muka Tae Oh itu aslinya merah. Tae Oh menggeleng kuat2. Chung berkata, kalau wajah Tae Oh selalu memerah tiap kali ia memandanginya. Chung lalu meminta Tae Oh mengajarinya komputer. Ia bilang ia tak bisa belajar hanya dengan melihat dari TV saja.

“Kata orang, kau bisa tahu  segala macam hal pakai komputer?” tanya Chung.


Tae Oh mengangguk. Chung pun bertanya lagi, apa Tae Oh juga bisa mencari tahu juga tentang seseorang yang termakan umpan. Joon Jae yang melihat mereka dari bawah pun langsung meneriaki mereka. Tapi Chung malah terus membisiki Tae Oh tentang caranya bisa tahu seseorang termakan umpan atau seseorang hanya menggodamu saja. Joon Jae pun sewot.

“Jangan dekat-dekat kalian! Jangan berbisik-bisik, bicara saja dalam hati! Hei, Tae Oh. Kenapa telingamu merah?Jangan sampai telingamu merah. Apa yang kalian lakukan itu?” sewotnya.

“Tae Oh mau mengajariku komputer.” Ucap Chung.

“Aku saja yang mengajarimu.” Jawab Tae Oh.

“Tidak!” tolak Chung.

Chung lalu bicara dalam hatinya.

“Aku harus mencari tahu apa kau menyukai atau hanya menggodaku.”

“Hei, apa aku harus mengatakannya terang-terangan biar kau itu tahu?” tanya Joon Jae.

Tapi saat Chung bertanya balik, apa yang mau dikatakan Joon Jae, Joon Jae malah bingung menjawabnya. Joon Jae yang salah tingkah, lalu berkata terserah Chung saja kalau Chung mau belajar komputer dari Tae Oh.


Seo Hee menemani CEO Heo periksa ke dokter. Dokter merasa aneh dengan kesehatan CEO Heo yang semakin memburuk, padahal CEO Heo rajin minum obat. CEO Heo pun mengeluh kalau ia jadi cepat pusing dan penglihatannya kabur. Dokter pun cemas kalau CEO Heo bisa buta. Seo Hee bertanya, apa yang harus mereka lakukan.

“Kita harus melakukan semua upaya sebelum terlambat. Setidaknya matanya yang bagian luar yang sakit, jadi kita bisa mengoperasinya. Kalau di dalam retina yang rusak dan berkembang menjadi degenerasi macula kita mungkin tidak punya cara lain.” Jawab dokter.

“Sepertinya kita menjadwalkan tanggal operasinya kalau begitu.” ucap Seo Hee.

“Tentu saja. Operasi memang harus dilakukan, tapi kau juga harus berhati-hati. Tapi apa benar matamu tidak pernah tertusuk atau melukai matamu?” tanya dokter.

“Tidak.” Jawab CEO Heo.


Seo Hee menyuruh CEO Heo menunggunya sebentar. Tak lama setelah Seo Hee pergi, Yoo Ran melintas dan terkejut melihat CEO Heo, tapi CEO Heo tak bisa melihat wajah Yoo Ran dengan jelas. Tak lama kemudian, Seo Hee kembali dan Yoo Ran langsung memunggungi mereka. Setelah mereka berlalu, Yoo Ran teringat masa lalunya.

Kilas Balik!


Seo Hee dan Yoo Ran dulunya teman SMA! Dan dulu, Seo Hee bernama Ji Hyun. Seo Hee meminta maaf karena menerobos masuk rumah Yoo Ran begitu saja. Yoo Ran mengaku tak masalah. Seo Hee lalu memberitahu Yoo Ran kalau sekarang namanya adalah Seo Hee dan ia punya alasan kenapa ia merubah namanya.
“Pokoknya, selamat datang kemari.  Pekerjaan suamiku sangat lancar jadi kami punya uang banyak.” ucap Yoo Ran ramah.

“Sulit membesarkan anak sendirian setelah suamiku tiba-tiba mati seperti itu.” jawab Seo Hee.

“Lagipula, aku akan mendapatkan uang asuransinya, kok.” Ucap Yoo Ran.

Kilas Balik Selesai!

Joon Jae sedang membaca berita Dae Young yang menculik Chung di koran. Tiba2, ia mendapat panggilan dari Chi Hyun. Chi Hyun yang kecewa, menyuruh Joon Jae melindungi CEO Heo sementara ia akan melindungi ibunya. Joon Jae pun heran mendengarnya. Chi Hyun bilang itu peringatan terakhirnya sekaligus hadiah dari anak tiri kepada anak kandung CEO Heo.


Joon Jae masuk ke kamarnya dan mendapati Chung yang rebahan di kasurnya. Chung berkata, ada yang mau ia tanyakan. Tapi Chung malah diam dan berkata dalam hatinya saat Joon Jae bertanya apa yang mau ditanyakan Chung.

“Kenapa kau bilang kau berencana menyukaiku? Kenapa kau datang menyelamatkanku? Kenapa kau memelukku? Kenapa kau menyentuh rambutku? Kau menyukaiku?  Atau yang seperti Cha Si A katakan, kau hanya menggodaku? Banyak hal di internet tapi kucari tahu pun sepanjang hari tidak ada yang sesuai dengan perasaanmu. Aku tidak tahu. Apa kau menyukaiku. Atau tidak?” batin Chung.


Chung pun akhirnya memilih tidak jadi bicara. Joon Jae bertanya, kenapa Chung tidak mau bicara.

“Tidak. Aku belum selesai memilih pertanyaannya.” Jawab Chung.
“Kau bukan tipe orang yang pilih-pilih. Kau tipe orang yang langsung bicara.” Ucap Joon Jae.

“Tidak, aku ingin memilihnya dulu sebelum aku mengatakannya. Aku akan memikirkannya malam ini.” jawab Chung.

“Berarti kau akan memikirkannya semalaman?” tanya Joon Jae.

“Ya. aku akan memikirkannya sepanjang malam. Dan aku akan berbicara denganmu setelah aku memilih semuanya, besok.” Jawab Chung.


Chung lantas beranjak ke tangga menuju kamarnya, tapi Joon Jae kemudian memanggilnya.

“Seberapa banyak yang akan kaupikirkan nanti?” tanya Joon Jae.

“Semalaman.” Jawab Chung.

“Semalaman? Aku tidak tahu  apa isi pikiran di kepalamu itu. Aku tidak tahu, tapi apapun itu, apa bisa kau tak usah memikirkannya?” pinta Joon Jae.

“Kenapa lagi ini? Apa maksud dia, aku tidak boleh memikirkan dirinya?” batinnya.


Joon Jae pun langsung memegang tangan Chung dan mengecup kening Chung.

“Mulai sekarang, jangan pikirkan apapun dan jangan lakukan apapun.” Ucap Joon Jae, lalu mengecup bibir Chung.

Bersambung……

The Legend Of The Blue Sea Ep 12 Part 1

Sebelumnya...


“Matilah, dan jangan pernah terlahir kembali!” ucap Dam Ryung yang siap membunuh Bangsawan Yang. Namun tiba2 saja, seorang pejabat datang dan menghentikannya. Pejabat itu menyebut Dam Ryung sebagai seorang criminal karena telah tersihir oleh pesona penyihir jahat dan tidak menyelesaikan tugasnya sebagai pejabat pemerintah dan oleh karena itu Dam Ryung akan diasingkan ke Provinsi Gyeongsang di Geoje.

Bangsawan Yang pun tertawa puas mendengarnya.


Kembali ke Joon Jae yang ditangkap oleh Detektif Hong. Tangannya diborgol Detektif Hong dan boneka gurita pink itu pun jatuh dari tangannya. Detektif Hong berkata, kalau ia datang untuk menangkap seekor harimau, tapi ia malah mendapat seekor kelinci. Detektif Hong menghubungi bantuan lewat radionya, tapi Joon Jae yang tak ingin Chung melihatnya dibawa polisi pun berkata akan ikut diam2 jadi Detektif Hong tak boleh menghubungi siapapun.


Saat Joon Jae dibawa pergi oleh Detektif Hong, Chung berkata dalam hatinya meminta Joon Jae cepat datang. Joon Jae yang bisa mendengar suara hati Chung pun langsung menoleh ke arah Chung, tapi ia tak bisa berbuat apa2. Tak lama setelah Joon Jae dibawa pergi, Dae Young muncul dengan taksinya dan mengawasi Chung dari kejauhan.


Lama menunggu, Chung menoleh dan melihat boneka gurita pink itu yang terjatuh di aspal. Chung pun mendekati boneka itu. Ia mengambil boneka itu dan bertanya2, dimana Joon Jae.

Detektif Hong memasukkan paksa Joon Jae ke mobil. Baru masuk mobil, Joon Jae meminta izin menjawab teleponnya. Detektif Hong hanya tertawa kecil. Joon Jae pun menjelaskan, kalau Detektif Hong tidak perlu melepas borgolnya dan hanya perlu memegangkan ponselnya saja di telinganya.

“Bajingan kau, kau juga bilang begitu 3 tahun yang lalu. Kau bilang orang tuamu mengkhawatirkanmu, tapi ternyata kau menghubungi kelompokmu.” Jawab Detektif Hong.

“Kali ini berbeda, pacarku menungguku sendirian.” Ucap Joon Jae.

“Dia akan pergi kalau kau tidak datang.” jawab Detektif Hong.


Joon Jae pun menghela nafasnya, lalu berkata bahwa ia bukanlah seorang criminal yang tertangkap basah melakukan tindakan criminal atau orang yang harus ditangkap atas surat perintah penangkapan.

“Aku mengikuti perintahmu secara sukarela, jadi kau tida bisa memborgolku dan harusnya aku boleh menggunakan ponselku juga. Jika kau melakukan ini, kau melanggar hukum pelaksanaan  tugas berdasarkan pasal 12 dan kau bisa dihukum satu tahun.” Ucap Joon Jae.

“Baiklah, aku akan tinggal di penjara. Kita akan tinggal bersama di sana dan kau akan tinggal di sana sedikit lebih lama.” Jawab Detektif Hong.

Sementara itu, Chung masih terus berusaha menghubungi Joon Jae, tapi tak bisa. Chung pun bertanya2, kemana perginya Joon Jae.


Rekan Detektif Hong kembali ke mobil. Ia bingung melihat Joon Jae dan bertanya, apa yang dilakukan Detektif Hong padahal Detektif Hong sudah mengirim banyak orang untuk menangkap Dae Young. Detektif Hong pun menjelaskan, kalau Joon Jae adalah seseorang yang berpura2 menjadi dirinya selama ini.

“Oh, si penipu itu!” seru rekan Detektif Hong.

“Barusan kau bilang apa? Kau bilang Ma Dae Young?” tanya Joon Jae serius.

“Hei, jangan coba2 membodohiku!” sentak Detektif Hong.

“Ma Dae Young, si bajingan itu ada di sini?” tanya Joon Jae.

“Kami juga tidak tahu. Kami datang setelah mendapatkan informasi dari seseorang yang melihatnya di sini.” Jawab rekan Detektif Hong.

“Biarkan aku pergi.” Pinta Joon Jae.


Tapi Detektif Hong tidak peduli dan mengajak rekannya membawa kembali ke kantor untuk membawa Joon Jae, baru setelah itu kembali lagi untuk menangkap Dae Young. Mendengar itu, Joon Jae pun marah dan mencengkram baju Detektif Hong.

“Dengar baik-baik.  Akulah orang yang diincar Ma Dae Young.” Ucap Joon Jae.

“Bicara apa dia? Apa dia memang benar dia ini seorang penipu?” tanya rekan Detektif Hong bingung.

“Buat apa si brengsek itu mengincarmu?” tanya Detektif Hong.

“Aku juga tidak tahu. Jika Ma Dae Young memang benar disini, berarti dia membuntutiku. Tapi wanita itu sendirian sekarang! Cepat, serahkan ponselku!” ucap Joon Jae.


Detektif Hong melakukan apa yang diminta Joon Jae. Ia memegangi ponselnya Joon Jae. Joon Jae dengan wajah cemas pun berharap agar Chung cepat menjawab panggilannya. Tak lama, Chung pun menjawab. Joon Jae lega mendengar suara Chung dan langsung bertanya dimana Chung. Chung pun berkata, ia masih menunggu Joon Jae di tempat semula.
“Aku ada urusan mendadak. Aku harus pergi ke suatu tempat, jadi kau pulanglah sekarang.” suruh Joon Jae.

“Baiklah.” Jawab Chung.

“Kau bisa pulang sendiri? Kau ada uang?” tanya Joon Jae.

“Aku punya uang, kok. Baiklah. Aku naik taksi saja sekarang. Ada taksi disini.” Jawab Chung.

“Jangan tutup teleponnya dan masuklah.” Suruh Joon Jae.


Chung pun masuk ke taksi yang ada di depannya. Setelah masuk ke taksi, Chung langsung terdiam melihat wajah Dae Young yang tersenyum padanya dari kaca spion. Pintu taksi tertutup secara otomatis, dan taksi itu kemudian mulai melaju.


Joon Jae mulai panic karena Chung diam. Joon Jae pun bisa menebak, kalau saat ini Chung ada bersama Dae Young. Detektif Hong dan rekannya terkejut. Joon Jae pun meminta Chung mengatakan ada dimana Chung sekarang. Chung pun berkata, tempat dimana mereka sepakat bertemu waktu salju turun pertama kali. Sambungan pun terputus. Joon Jae panic dan menyuruh Detektif Hong menghubungi Chung lagi, tapi Chung gak menjawab panggilannya.


Joon Jae pun teringat saat Chung mengajaknya ke Namsan waktu salju turun pertama kali. Langsung saja, Joon Jae mengajak Detektif Hong ke sana. Detektif Hong awalnya ragu, tapi kemudian ia setuju.

“Kalau ini penipuan, kubunuh kau  sampai mati dan masuk penjara.” Ucap Detektif Hong.

“Jika ada apa-apa terjadi pada wanita itu, aku juga akan membunuhmu sampai mati.” Jawab Joon Jae.

Joon Jae lalu menyuruh Detektif Hong melepas borgolnya. Detektif Hong keberatan, tapi ia tetap melepaskan borgol Joon Jae. Begitu borgolnya lepas, Joon Jae langsung mengecek keberadaan Chung lewat GPS, tapi sayang ponsel Chung tidak aktif. Joon Jae lalu menyuruh kedua penyidik itu menghubungi polisi patrol yang terdekat dari Namsan dan meminta bantuan mereka.


Chung sudah tak sadarkan diri karena dibius Dae Young. Disampingnya, terdapat sebuah jarum suntik.


Joon Jae menyuruh Detektif Hong memeriksa taksi yang baru2 ini dicuri yang melewati arah menuju Namsan. Detektif Hong pun mulai kesal karena Joon Jae dengan seenak jidat memerintahnya, tapi ia tak bisa marah dan menuruti permintaan Joon Jae.

“Kau harus memberitahu mereka ada seorang  wanita yang telah diculik bersamanya. Umurnya 30-an. Rambut panjang. Dia sangat cantik.” Suruh Joon Jae.

Detektif Hong tambah kesal, tapi selagi ia tak bisa protes dan terpaksa menuruti perintah Joon Jae.


Dae Young yang melihat ada pemeriksaan di jalan, akhirnya mengambil jalan lain.


Karena masih belum dengar kabar soal Dae Young, Joon Jae pun berpikir cepat kalau ada satu jalan yang bisa digunakan Dae Young untuk meloloskan diri. Joon Jae menyuruh rekan Detektif Hong mengambil sisi jalan menuju terowongan dari Hanoelro. Joon Jae berkata, itu adalah satu2nya jalan keluar dari Seoul untuk menghindari razia polisi. Mendengar itu, Detektif Hong langsung memuji kemampuan menipu dan melarikan diri Joon Jae.  Joon Jae membalas dengan berkata kalau ia tahu lebih jalanan Seoul dari kedua penyidik itu.


Dae Young membawa Chung ke sebuah rumah sakit yang sudah tidak terpakai. Tak lama kemudian, Chung siuman dan melihat Dae Young sedang menampung air ke dalam tong besar. Chung mau bergerak, tapi ia tak bisa menggerakkan kakinya.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Chung.

“Jangan coba-coba bangun. Lagipula, kau takkan bisa bergerak. Aku tidak punya maksud apa-apa padamu. Aku penasaran denganmu, karena itu aku ingin memastikannya.” Jawab Dae Young.

“Apa yang mau kaupastikan?” tanya Chung.


“Aku terus bermimpi aneh.  Awalnya kukira itu mimpi biasa tapi mimpi-mimpi itu terus membuatku berpikir kalau mimpi itu kenyataan.” Jawab Dae Young.

“Kenapa kau memastikan mimpimu dengan diriku?” tanya Chung.

“Karena mimpi itu ada hubungannya denganmu.” Jawab Dae Young.

“Mimpi yang ada hubungannya denganku?” tanya Chung.

“Memang belum pasti,  tapi di dalam mimpi itu kau adalah putri duyung. Saat kau di dalam air, kau putri duyung, dan saat kau di daratan kau muncul sebagai manusia. Dan air mata yang diteteskan oleh duyung menjadi mutiara. Awalnya kupikir di kehidupan sebelumnya aku jadi seorang bangsawan itu tidak masuk akal. Tapi aku berpikiran yang aneh-aneh. Yah, jika aku melemparkanmu ke dalam air itu, maka semuanya menjadi jelas.” Jawab Dae Young.


Detektif Hong dan rekannya dapat informasi kalau buruan mereka masih belum tertangkap. Tak lama, Detektif Hong ingat jalan yang mereka lalui adalah jalan menuju ke sebuah rumah sakit yang sudah tidak terpakai. Joon Jae pun langsung memerintah Detektif Hong pergi ke sana. Detektif Hong sewot dan meminta Joon Jae berhenti memerintah mereka. Tapi Joon Jae gak peduli dan tetap memerintah mereka.


Tak lama kemudian, Joon Jae bersama kedua penyidik akhirnya tiba di rumah sakit itu. Mereka melihat taksi yang dicuri Dae Young terpakir di depan rumah sakit. Mereka pun langsung menyebar ke dalam rumah sakit untuk mencari Chung.


Sementara Chung yang ditawan di ruang operasi, masih tak bisa menggerakkan kakinya. Air di dalam tong mulai penuh dan Dae Young bersiap melemparkan Chung ke dalam sana. Tapi Chung kemudian berkata, jika memang benar ia adalah putri duyung, apa ia memberikan sebuah peringatan pada Dae Young? Dae Young langsung terdiam. Chung kembali berkata kalau putri duyung tidak akan membiarkan manusia yang telah menyentuh tubuhnya hidup tenang. Putri duyung memiliki kemampuan menghapus ingatan manusia.


Dae Young pun langsung teringat mimpinya saat ia menjadi Bangsawan Yang, seseorang memberinya peringatan tentang putri duyung yang bisa merenggut nyawa manusia dan menghapus ingatan manusia. Dae Young lalu teringat mimpi-mimpinya tentang Dam Ryung dan Chung selama ini, dan ia pun tersadar dari lamunannya saat ingat tentang Dam Ryung yang berniat menebas leher Bangsawan Yang.


Chung pun kembali berkata, kalau Dae Young menyentuh tangannya, maka saat itu juga Dae Young akan kehilangan ingatan. Chung memberitahu, itulah caranya putri duyung melindungi diri dari manusia. Chung pun mengulurkan tangannya pada Dae Young dan menantang Dae Young untuk memastikan apakah benar dirinya putri duyung atau bukan. Dae Young seketika melangkah mundur karena takut. Tepat saat itu, ia mendengar langkah seseorang dan bergegas pergi.


Joon Jae sudah berada di lorong menuju ruang operasi. Ia terus mencari Joon Jae di setiap ruangan yang ia temui dan tak lama kemudian, ia mendengar suara hati Chung. Chung berkata dalam hatinya, kalau ia takut. Joon Jae pun langsung mencari sumber suara dan tak lama, ia menemukan ruang operasi tempat Chung ditawan.


Joon Jae terdiam sejenak melihat Chung yang terduduk lemas di atas tempat tidur beroda. Lalu setelahnya, ia berjalan perlahan2 mendekati Chung. Chung membuka matanya dan menatap Joon Jae dengan mata berkaca2. Joon Jae pun langsung memeluk erat Chung.

“Maafkan aku karena datang terlambat. Maafkan aku.” ucap Joon Jae.


Dae Young sudah pergi dengan taksinya. Tepat setelah kepergian Dae Young, dua penyidik itu tiba diluar dan berteriak kesal karena lagi2 gagal menangkap Dae Young.


Joon Jae pun langsung membawa Chung pulang. Baru masuk rumah, Nam Doo langsung mengoceh soal berita yang dilihatnya di TV tentang banyaknya razia polisi untuk menangkap Dae Young.

“Hei, dan kau tahu siapa detektif yang bertugas menangani Ma Dae Young? Jangan kaget, ya?  Si Mi Mi Hong Dong Pyo itu.” ucap Nam Doo.


Tak lama, Detektif Hong pun masuk bersama rekannya. Nam Doo dan Tae Oh pun terkejut.

“Sepertinya akulah si  Mi Mi Hong Dong Pyo itu. Apa singkatan Mi Mi itu?” tanya Detektif Hong dengan wajah dingin.

“Michin Misery (si sengsara gila).” jawab Nam Doo dengan entengnya. Rekan Detektif Hong pun tersenyum geli mendengarnya.


Joon Jae pamit ke atas untuk mengantar Chung yang masih terlihat lemas. Sementara Joon Jae ke atas, Nam Doo dan Tae Oh bingung harus bersikap bagaimana pada kedua penyidik itu. Nam Doo lalu memberanikan diri berkata, kalau ia akan mendonasikan semua miliknya setelah ia mati. Detektif Hong hanya tertawa kecil mendengarnya. Nam Doo lantas bertanya, apa Detektif Hong akan menangkap mereka.


Joon Jae membaringkan Chung di kasurnya. Ia juga menyelimuti Chung. Chung ingin mengatakan sesuatu soal Dae Young tapi Joon Jae melarangnya bicara dan menyuruh Chung istirahat. Joon Jae lalu menyuruh Chung tidur di kamarnya untuk hari ini dan ia akan tidur di kamar Chung.

“Kata orang, kau menderita kalau lagi minggat. Ternyata memang benar, pulang ke rumah itu sangat nyaman.” Ucap Chung.

“Betul. Jadi jangan mudah pergi keluar rumah dan teruslah tinggal di sini.” Jawab Joon Jae.

“Selamanya?” tanya Chung.

“Tidak bisa selamanya.” Jawab Joon Jae.

“Kenapa?” tanya Chung.

“Sewa rumah ini dua tahun lagi sudah habis. Walaupun begitu, kau bisa tinggal disini sekitar satu setengah tahun?” jawab Joon Jae.

“Sewa?” tanya Chung.


“Sebenarnya, yang kumaksudkan tadi artinya rumah ini bukan milikku. Cuma furnitur dan bagasi rumah ini punyaku. Nanti kita harus memindahkan semuanya itu.” jawab Joon Jae.

“Memindahkan semuanya?” tanya Chung.

“Ya.” jawab Joon Jae.

“Siapa?” tanya Chung.

“Kaulah yang harus memindahkan semuanya. Karena kita harus pergi bersama.” Jawab Joon Jae.

“Bersama?” tanya Chung.


Joon Jae pun membelai kepala Chung dan menyuruh Chung tidur karena ia harus membahas sesuatu dengan penyidik tadi.

Joon Jae melarang Detektif Hong menanyai Chung soal Dae Young dengan alasan karena Chung masih syok. Joon Jae mengklaim dirinya tau lebih banyak soal Dae Young jadi Detektif Hong bisa tanya padanya saja.

“Jika Ma Dae Young berusaha menculik wanita itu, pasti ada alasannya.” Jawab Detektif Hong.

“Sudah kubilang. Dia itu mengincarku.” Ucap Joon Jae.


Joon Jae pun menyuruh Tae Oh menunjukkan bukti rekaman saat Dae Young datang ke rumah mereka dengan menyamar sebagai petugas patroli. Rekan Detektif Hong yang ikut melihat rekaman itu pun berkata, itu adalah hari dimana si rentenir ditemukan tewas. Detektif Hong pun membenarkan. Joon Jae lalu menunjukkan SMS yang dikirimkan Dae Young padanya lewat ponsel Sopir Nam. Joon Jae berkata, ia menerima SMS itu setelah Sopir Nam terbaring koma karena kecelakaan.

“Joon Jae keluar menemuinya karena SMS itu, dan hampir saja mati.” Ucap Nam Doo.

“Ternyata itu disamarkan sebagai kecelakaan  dan mungkin Ma Dae Young terlibat.” Jawab Joon Jae.


“Pernahkah kau menipu Ma Dae Young sendiri atau kenalannya?” tanya Detektif Hong.

“Tidak pernah.” Jawab Joon Jae.

“Jangan terlalu yakin. Karena kau tidak akan pernah tahu.” ucap Nam Doo.

“Pokoknya Ma Dae Young,  memang jadi prioritas kita, dan kalian semua…” ucap Detektif Hong.

“Tapi, kau tahu tidak akan mudah menangkap kami atas penipuan.Tak satu pun dari para korban pernah melaporkan apapun.” Jawab Joon Jae.


“Mereka mungkin tidak bisa melapor, karena uang yang kami dapatkan dari mereka juga uang haram.” Ucap Nam Doo.

“Memangnya bukan kejahatan kalau mereka tidak melaporkannya? Dan kau, kau selalu saja berpura-pura menjadi aku dan menipu orang.” Protes Detektif Hong.

“Aku bukannya berpura-pura jadi seorang detektif polisi dan menipu. Aku tidak pernah melukai orang lain. Dan soal memakai identitasmu, bukannya aku cuma harus bayar denda saja?” jawab Joon Jae.

Detektif Hong pun langsung kesal mendengarnya. Hahah…


“Pertama-tama, tangkap dulu si bajingan Ma Dae Young itu. Aku akan membantunya.” Suruh Joon Jae.

“Memang dia bisa tertangkap kalau kami memakai bantuanmu? Aku dari awal memang sudah berencana menangkapnya.” Kesal Detektif Hong.

“Mari kita bahas masalahku setelah penangkapan Ma Dae Young. Setelah itu aku akan menuruti apa katamu, Detektif.” Ucap Joon Jae.

“Apa? Kau mau menurutiku?” tanya Detektif Hong tak percaya.

“Aku saja  sudah memberitahumu tempat tinggalku ini. Karena sekarang banyak yang harus kulindungi maka aku tak bisa melarikan diri sesukaku lagi. Kalaupun kau tidak percaya aku, percaya sajalah.” Jawab Joon Jae.


Chung gak bisa tidur gara2 perlakuan manis Joon Jae tadi. Ia senyum2 memikirkan sikap manis Joon Jae tadi padanya. Chung bertanya2 sendiri, apa artinya pindah bersama. Apa itu artinya mereka akan menikah. Tapi kemudian Chung meralat kata-katanya lagi kalau bukan menikah maksud Joon Jae.

Joon Jae yang tiduran di atas tersenyum mendengar suara hati Chung.

“Dia bilang padaku kalau aku harus memindahkan semua barang-barang itu. Apa mungkin dia membutuhkanku agar aku  bisa memindahkan semua barang-barang itu?” tanya Chung.

Joon Jae pun langsung bergumam, jadi begitu yang kau pikirkan? Dasar bodoh…

“Apa maksudnya dia akan menikahi wanita lain dan menyuruhku memindahkan semua barang itu?” tanya Chung.


“Tidak, bukan itu maksudku. Bukan itu.” jawab Joon Jae.

“Tapi…” ucap Chung.

“Tapi apa?” tanya Joon Jae sambil menajamkan pendengarannya.

“Kenapa dia menyentuh rambutku? Dia saat itu menyentuhnya  dengan penuh cinta.” Jawab Chung sambil memainkan helaian rambutnya.

Joon Jae tertawa mendengarnya seraya membaringkan tubuhnya di kasur.

“Heo Joon Jae, mungkin dia tidak hanya berencana menyukaiku, tapi ternyata dia sudah terlanjur menyukaiku. Apa dia sudah jatuh cinta padaku? Apa cinta romantis baru saja dimulai?” tanya Chung lagi.


Chung lalu menutupi wajahnya yang tersipu malu dengan selimut. Ia tertawa2 sendiri seperti orang gila, tapi tak lama ia berpikir kalau Joon Jae tidak mungkin menyukainya karena Joon Jae selalu marah2 padanya.

Sementara di atas, Joon Jae yang mau tidur mulai terganggu dengan suara2 Chung itu.

“Tapi kenapa dia menyentuh rambutku? Dia menyentuhnya karena dia menyukainya. Baju tidurnya juga berwarna hijau. Omo, apa dia… apa tubuhnya berubah jadi hijau karena aku? Aku juga sudah dapat lampu hijau berarti! Apa begitu maksudnya?” ucap Chung.


Joon Jae yang mulai merasa terganggu itu akhirnya membuka pintu kamarnya dan menyuruh Chung tidur. Joon Jae pun tak bisa menjawab saat Chung tanya ada apa. Chung lalu berkata, kalau ia sudah mau tidur.

“Kenapa kau tidak cepat tidur saja, bukannya kau itu kelelahan? Jangan selalu banyak memikirkan hal lain. Kau harus tidur yang nyenyak. Dengan begitu, kau bisa bangun pagi-pagi dan menonton drama yang ditayangkan pagi-pagi.” Suruh Joon Jae.


Chung pun menurut. Joon Jae kembali menutup pintu kamarnya. Ia tersenyum karena Chung sudah berhenti bicara. Tapi baru saja mau tidur, ia lagi-lagi mendengar suara Chung.

“Dari suaranya, dia sepertinya marah. Kenapa dia marah? Dia bilang "selamat malam"  dan tersenyum padaku. Apa arti dari senyumnya itu? Dia pasti khawatir denganku. Apa dia menyukaiku? Tidak... bukan itu. Dia bilang aku harus memindahkan semua barang. Apa... apa itu artinya kita akan menikah? Tapi suara dia tadi terkesan marah. Aneh sekali.”


Keesokan harinya, Jin Joo yang lagi sarapan sama Dong Shik terheran-heran karena si ayah Goo Baek tidak pernah mau menjawab teleponnya. Jin Joo pun berpikir, kalau akan membutuhkan waktu lama untuk bisa melanjutkan rencana mereka. Dong Shik berpikir lain. Ia merasa usaha mereka sia2 saja.

“Yeobo!  Di dunia ini, tanpa ada uang ilegal, bakal susah dan sia-sia hidupmu. Jika kita berupaya keras,  pasti ada hasilnya.” Ucap Jin Joo.

“Apa iya?” tanya Dong Shik lemas.

“Mari kita berpikir dulu. Kita harus sekali lagi mencoba menghubungi Presdir Heo. Ya 'kan?” jawab Jin Joo.

Jin Joo pun langsung menghubungi Presdir Heo. Seo Hee lah yang menjawab teleponnya. Jin Joo mengajak Seo Hee bertemu.  Seo Hee setuju, ia berkata mereka akan bertemu jam 7 dan memberitahukan lokasi dimana mereka akan bertemu.


Usai bicara dengan Jin Joo, Seo Hee menukar obat Presdir Heo dengan obat lain. Tanpa ia sadari, Chi Hyun menatapnya dari balik pintu. Setelah Seo Hee pergi, Chi Hyun pun mengambil dua butir obat itu. Sepertinya Chi Hyun berniat mencari tahu kandungan obat itu.


Saat sarapan, Nam Doo terheran-heran melihat wajah Joon Jae dan Chung yang terlihat lesu. Nam Doo bertanya, apa mereka tidak bisa tidur. Chung pun berkata, ia tak bisa tidur karena banyak yang ia pikirkan. Joon Jae juga berkata, kalau ia tak bisa tidur karena Chung terus-terusan bergerak kesana kemari. Mendengar itu, Chung pun langsung menatap Joon Jae meminta penjelasan. Tapi Joon Jae diam saja.

“Apa dia marah padaku sekarang? Kenapa begitu? Apa dia mulai tidak menyukaiku dalam waktu satu malam? Apa salahku? Dia menyuruhku pindah ke 'rumah sewa per tahun' bersama. Terus kenapa dia marah?” batin Chung.


Joon Jae pun langsung berteriak kesal mendengarnya, bukan begitu! Nam Doo dan Tae Oh pun terheran-heran karena Joon Jae tiba-tiba2 saja berteriak marah begitu. Joon Jae pun langsung memberikan penjelasannya dengan suara lembut kalau setelah2 ia ingat-ingat lagi, Chung tidak berisik waktu gerak sana sini.


Joon Jae kemudian menatap Chung dan membayangkan saat Chung berenang di kolam renangnya.

“Hyung, apa kita hari ini beli pohon saja?” tanya Joon Jae.

“Christmas tree? Aku ikut!” jawab Nam Doo.

“Aku juga mau ikut.” Ucap Chung.

“Tidak, kau di rumah saja. Aku pergi dengan Hyung Nam Doo dan Tae Oh saja. Kami bertiga bakal pergi jadi kau jaga rumah. Sendirian.” Jawab Joon Jae.


Chung pun tidak mengerti kenapa Joon Jae menyuruhnya jaga rumah sendirian. Joon Jae pun terpaksa menjelaskan, karena Chung tinggal bersama dengan 3 pria jadi mungkin saja ada hal yang ingin Chung lakukan tapi tak bisa dilakukan. Joon Jae pun berkata, mereka akan pulang jam 7 malam. Tapi Chung masih tidak ngeh kalau Joon Jae menyuruhnya berenang saat mereka tidak ada.

“Apa dia menyuruhku bersih-bersih? Aku harus menganggap diriku pemilik rumah dan bersih-bersih?” batin Chung.

“Bukan bersih-bersih atau semacamnya! Hal yang kau bisa lakukan  dan bisa beristirahat paling nyaman. Lakukanlah hal-hal semacam itu!” suruh Joon Jae, sambil mencubiti pipi Chung.


Melihat Joon Jae mencubit2 pipi Chung, Tae Oh pun protes pertama kali yang kemudian diikuti Chung. Joon Jae pun beralasan kalau dia hanya ingin melakukan hal itu. Joon Jae lalu beranjak pergi. Setelah Joon Jae pergi, Chung memegangi kedua pipinya dan bertanya-tanya kenapa pipinya terasa panas, apa karena dicubit Joon Jae.


Joon Jae tiduran di sofa. Nam Doo mengajaknya membuat pesta natal yang sederhana. Nam Doo juga mengusulkan mengundang Si A ke pesta mereka. Joon Jae setuju. Nam Doo dan Tae Oh pun langsung masuk kamar mereka untuk siap2. Chung masih memegangi pipinya dan bertanya2 kenapa pipinya sakit sambil berjalan mendekati Joon Jae.

“Pipiku sakit sekali.  Tapi anehnya, aku suka. Perasaan apa ini? Apa aku gila? Aku tidak bisa jadi orang  satu-satunya yang merasa seperti ini. Heo Joon Jae juga harus merasakannya.” Batin Chung.


Joon Jae pun langsung berdiri dan berlari menghindari Chung yang mau mencubit pipinya. Chung terus berlari mengejar Joon Jae sambil mengangkat tangannya mau mencubit pipinya Joon Jae. Joon Jae langsung memegangi kedua tangan Chung dan mendesak Chung ke dinding. Chung pun tertegun.

“Kalau kau sendirian lakukan apa saja sesukamu. Harus.” suruh Joon Jae.

“Apa lagi ini? Aku tidak bisa memikirkan apapun untuk sementara waktu.” Batin Chung.

Joon Jae pun langsung melepaskan pegangannya dan menutup telinganya sambil beranjak pergi. Sementara Chung sambil memegangi tangannya yang habis dipegang Joon Jae bertanya2, Joon Jae menyukainya atau tidak.


Di ruangannya, Presdir Heo sedang berbicara dengan penasehatnya. Penasehatnya bertanya, kenapa Presdir Heo buru2 meresmikan surat wasiat. Tepat saat itu, Chi Hyun datang dan berhenti di depan pintu. Penasehat melihat Chi Hyun dan Chi Hyun meminta penasehat tidak memberitahukan kehadirannya pada Presdir Heo.

“Ini soal anakku Joon Jae. Aku ingin memberikan semua kekayaanku padanya. Baik itu saham, real estate, aset internasional, apa pun itu.” jawab Presdir Heo.


Chi Hyun terkejut mendengarnya. Penasehat yang mendengar itu pun langsung mengatakan kalau Seo Hee dan Chi Hyun juga harus menerima warisan sesuai aturan hukum untuk mencegah adanya masalah gugatan warisan di kemudian hari.

“Jika aku mengecualikan mereka berapa banyak warisan yang  mungkin akan diterima Joon Jae?” tanya Presdir Heo.

Chi Hyun pun kecewa mendengarnya.