“Matilah, dan jangan pernah terlahir kembali!” ucap Dam Ryung yang siap membunuh Bangsawan Yang. Namun tiba2 saja, seorang pejabat datang dan menghentikannya. Pejabat itu menyebut Dam Ryung sebagai seorang criminal karena telah tersihir oleh pesona penyihir jahat dan tidak menyelesaikan tugasnya sebagai pejabat pemerintah dan oleh karena itu Dam Ryung akan diasingkan ke Provinsi Gyeongsang di Geoje.
Bangsawan Yang pun tertawa puas
mendengarnya.
Kembali ke Joon Jae yang ditangkap oleh
Detektif Hong. Tangannya diborgol Detektif Hong dan boneka gurita pink itu pun
jatuh dari tangannya. Detektif Hong berkata, kalau ia datang untuk menangkap
seekor harimau, tapi ia malah mendapat seekor kelinci. Detektif Hong
menghubungi bantuan lewat radionya, tapi Joon Jae yang tak ingin Chung
melihatnya dibawa polisi pun berkata akan ikut diam2 jadi Detektif Hong tak boleh
menghubungi siapapun.
Saat Joon Jae dibawa pergi oleh Detektif Hong, Chung berkata dalam hatinya meminta Joon Jae cepat datang. Joon Jae yang bisa mendengar suara hati Chung pun langsung menoleh ke arah Chung, tapi ia tak bisa berbuat apa2. Tak lama setelah Joon Jae dibawa pergi, Dae Young muncul dengan taksinya dan mengawasi Chung dari kejauhan.
Lama menunggu, Chung menoleh dan melihat
boneka gurita pink itu yang terjatuh di aspal. Chung pun mendekati boneka itu.
Ia mengambil boneka itu dan bertanya2, dimana Joon Jae.
Detektif Hong memasukkan paksa Joon Jae ke mobil. Baru masuk mobil, Joon Jae meminta izin menjawab teleponnya. Detektif Hong hanya tertawa kecil. Joon Jae pun menjelaskan, kalau Detektif Hong tidak perlu melepas borgolnya dan hanya perlu memegangkan ponselnya saja di telinganya.
“Bajingan kau, kau juga bilang begitu 3
tahun yang lalu. Kau bilang orang tuamu mengkhawatirkanmu, tapi ternyata kau
menghubungi kelompokmu.” Jawab Detektif Hong.
“Kali ini berbeda, pacarku menungguku
sendirian.” Ucap Joon Jae.
“Dia akan pergi kalau kau tidak datang.”
jawab Detektif Hong.
Joon Jae pun menghela nafasnya, lalu berkata bahwa ia bukanlah seorang criminal yang tertangkap basah melakukan tindakan criminal atau orang yang harus ditangkap atas surat perintah penangkapan.
“Aku mengikuti perintahmu secara sukarela,
jadi kau tida bisa memborgolku dan harusnya aku boleh menggunakan ponselku
juga. Jika kau melakukan ini, kau melanggar hukum pelaksanaan tugas berdasarkan pasal 12 dan kau bisa
dihukum satu tahun.” Ucap Joon Jae.
“Baiklah, aku akan tinggal di penjara. Kita
akan tinggal bersama di sana dan kau akan tinggal di sana sedikit lebih lama.”
Jawab Detektif Hong.
Sementara itu, Chung masih terus berusaha
menghubungi Joon Jae, tapi tak bisa. Chung pun bertanya2, kemana perginya Joon
Jae.
Rekan Detektif Hong kembali ke mobil. Ia bingung melihat Joon Jae dan bertanya, apa yang dilakukan Detektif Hong padahal Detektif Hong sudah mengirim banyak orang untuk menangkap Dae Young. Detektif Hong pun menjelaskan, kalau Joon Jae adalah seseorang yang berpura2 menjadi dirinya selama ini.
“Oh, si penipu itu!” seru rekan Detektif
Hong.
“Barusan kau bilang apa? Kau bilang Ma Dae
Young?” tanya Joon Jae serius.
“Hei, jangan coba2 membodohiku!” sentak
Detektif Hong.
“Ma Dae Young, si bajingan itu ada di sini?”
tanya Joon Jae.
“Kami juga tidak tahu. Kami datang setelah
mendapatkan informasi dari seseorang yang melihatnya di sini.” Jawab rekan
Detektif Hong.
“Biarkan aku pergi.” Pinta Joon Jae.
Tapi Detektif Hong tidak peduli dan mengajak rekannya membawa kembali ke kantor untuk membawa Joon Jae, baru setelah itu kembali lagi untuk menangkap Dae Young. Mendengar itu, Joon Jae pun marah dan mencengkram baju Detektif Hong.
“Dengar baik-baik. Akulah orang yang diincar Ma Dae Young.” Ucap
Joon Jae.
“Bicara apa dia? Apa dia memang benar dia
ini seorang penipu?” tanya rekan Detektif Hong bingung.
“Buat apa si brengsek itu mengincarmu?”
tanya Detektif Hong.
“Aku juga tidak tahu. Jika Ma Dae Young
memang benar disini, berarti dia membuntutiku. Tapi wanita itu sendirian
sekarang! Cepat, serahkan ponselku!” ucap Joon Jae.
Detektif Hong melakukan apa yang diminta Joon Jae. Ia memegangi ponselnya Joon Jae. Joon Jae dengan wajah cemas pun berharap agar Chung cepat menjawab panggilannya. Tak lama, Chung pun menjawab. Joon Jae lega mendengar suara Chung dan langsung bertanya dimana Chung. Chung pun berkata, ia masih menunggu Joon Jae di tempat semula.
“Aku ada urusan mendadak. Aku harus pergi ke
suatu tempat, jadi kau pulanglah sekarang.” suruh Joon Jae.
“Baiklah.” Jawab Chung.
“Kau bisa pulang sendiri? Kau ada uang?”
tanya Joon Jae.
“Aku punya uang, kok. Baiklah. Aku naik
taksi saja sekarang. Ada taksi disini.” Jawab Chung.
“Jangan tutup teleponnya dan masuklah.” Suruh
Joon Jae.
Chung pun masuk ke taksi yang ada di
depannya. Setelah masuk ke taksi, Chung langsung terdiam melihat wajah Dae
Young yang tersenyum padanya dari kaca spion. Pintu taksi tertutup secara
otomatis, dan taksi itu kemudian mulai melaju.
Joon Jae mulai panic karena Chung diam. Joon
Jae pun bisa menebak, kalau saat ini Chung ada bersama Dae Young. Detektif Hong
dan rekannya terkejut. Joon Jae pun meminta Chung mengatakan ada dimana Chung
sekarang. Chung pun berkata, tempat dimana mereka sepakat bertemu waktu salju
turun pertama kali. Sambungan pun terputus. Joon Jae panic dan menyuruh
Detektif Hong menghubungi Chung lagi, tapi Chung gak menjawab panggilannya.
Joon Jae pun teringat saat Chung mengajaknya ke Namsan waktu salju turun pertama kali. Langsung saja, Joon Jae mengajak Detektif Hong ke sana. Detektif Hong awalnya ragu, tapi kemudian ia setuju.
“Kalau ini penipuan, kubunuh kau sampai mati dan masuk penjara.” Ucap Detektif
Hong.
“Jika ada apa-apa terjadi pada wanita itu, aku
juga akan membunuhmu sampai mati.” Jawab Joon Jae.
Joon Jae lalu menyuruh Detektif Hong melepas
borgolnya. Detektif Hong keberatan, tapi ia tetap melepaskan borgol Joon Jae.
Begitu borgolnya lepas, Joon Jae langsung mengecek keberadaan Chung lewat GPS,
tapi sayang ponsel Chung tidak aktif. Joon Jae lalu menyuruh kedua penyidik itu
menghubungi polisi patrol yang terdekat dari Namsan dan meminta bantuan mereka.
Chung sudah tak sadarkan diri karena dibius
Dae Young. Disampingnya, terdapat sebuah jarum suntik.
Joon Jae menyuruh Detektif Hong memeriksa
taksi yang baru2 ini dicuri yang melewati arah menuju Namsan. Detektif Hong pun
mulai kesal karena Joon Jae dengan seenak jidat memerintahnya, tapi ia tak bisa
marah dan menuruti permintaan Joon Jae.
“Kau harus memberitahu mereka ada seorang wanita yang telah diculik bersamanya. Umurnya
30-an. Rambut panjang. Dia sangat cantik.” Suruh Joon Jae.
Detektif Hong tambah kesal, tapi selagi ia
tak bisa protes dan terpaksa menuruti perintah Joon Jae.
Karena masih belum dengar kabar soal Dae Young, Joon Jae pun berpikir cepat kalau ada satu jalan yang bisa digunakan Dae Young untuk meloloskan diri. Joon Jae menyuruh rekan Detektif Hong mengambil sisi jalan menuju terowongan dari Hanoelro. Joon Jae berkata, itu adalah satu2nya jalan keluar dari Seoul untuk menghindari razia polisi. Mendengar itu, Detektif Hong langsung memuji kemampuan menipu dan melarikan diri Joon Jae. Joon Jae membalas dengan berkata kalau ia tahu lebih jalanan Seoul dari kedua penyidik itu.
Dae Young membawa Chung ke sebuah rumah sakit yang sudah tidak terpakai. Tak lama kemudian, Chung siuman dan melihat Dae Young sedang menampung air ke dalam tong besar. Chung mau bergerak, tapi ia tak bisa menggerakkan kakinya.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Chung.
“Jangan coba-coba bangun. Lagipula, kau
takkan bisa bergerak. Aku tidak punya maksud apa-apa padamu. Aku penasaran
denganmu, karena itu aku ingin memastikannya.” Jawab Dae Young.
“Apa yang mau kaupastikan?” tanya Chung.
“Aku terus bermimpi aneh. Awalnya kukira itu mimpi biasa tapi mimpi-mimpi itu terus membuatku berpikir kalau mimpi itu kenyataan.” Jawab Dae Young.
“Kenapa kau memastikan mimpimu dengan
diriku?” tanya Chung.
“Karena mimpi itu ada hubungannya denganmu.”
Jawab Dae Young.
“Mimpi yang ada hubungannya denganku?” tanya
Chung.
“Memang belum pasti, tapi di dalam mimpi itu kau adalah putri
duyung. Saat kau di dalam air, kau putri duyung, dan saat kau di daratan kau muncul
sebagai manusia. Dan air mata yang diteteskan oleh duyung menjadi mutiara. Awalnya
kupikir di kehidupan sebelumnya aku jadi seorang bangsawan itu tidak masuk
akal. Tapi aku berpikiran yang aneh-aneh. Yah, jika aku melemparkanmu ke dalam
air itu, maka semuanya menjadi jelas.” Jawab Dae Young.
Detektif Hong dan rekannya dapat informasi
kalau buruan mereka masih belum tertangkap. Tak lama, Detektif Hong ingat jalan
yang mereka lalui adalah jalan menuju ke sebuah rumah sakit yang sudah tidak
terpakai. Joon Jae pun langsung memerintah Detektif Hong pergi ke sana.
Detektif Hong sewot dan meminta Joon Jae berhenti memerintah mereka. Tapi Joon
Jae gak peduli dan tetap memerintah mereka.
Tak lama kemudian, Joon Jae bersama kedua
penyidik akhirnya tiba di rumah sakit itu. Mereka melihat taksi yang dicuri Dae
Young terpakir di depan rumah sakit. Mereka pun langsung menyebar ke dalam
rumah sakit untuk mencari Chung.
Sementara Chung yang ditawan di ruang
operasi, masih tak bisa menggerakkan kakinya. Air di dalam tong mulai penuh dan
Dae Young bersiap melemparkan Chung ke dalam sana. Tapi Chung kemudian berkata,
jika memang benar ia adalah putri duyung, apa ia memberikan sebuah peringatan
pada Dae Young? Dae Young langsung terdiam. Chung kembali berkata kalau putri
duyung tidak akan membiarkan manusia yang telah menyentuh tubuhnya hidup
tenang. Putri duyung memiliki kemampuan menghapus ingatan manusia.
Dae Young pun langsung teringat mimpinya saat ia menjadi Bangsawan Yang, seseorang memberinya peringatan tentang putri duyung yang bisa merenggut nyawa manusia dan menghapus ingatan manusia. Dae Young lalu teringat mimpi-mimpinya tentang Dam Ryung dan Chung selama ini, dan ia pun tersadar dari lamunannya saat ingat tentang Dam Ryung yang berniat menebas leher Bangsawan Yang.
Chung pun kembali berkata, kalau Dae Young
menyentuh tangannya, maka saat itu juga Dae Young akan kehilangan ingatan.
Chung memberitahu, itulah caranya putri duyung melindungi diri dari manusia.
Chung pun mengulurkan tangannya pada Dae Young dan menantang Dae Young untuk
memastikan apakah benar dirinya putri duyung atau bukan. Dae Young seketika
melangkah mundur karena takut. Tepat saat itu, ia mendengar langkah seseorang
dan bergegas pergi.
Joon Jae sudah berada di lorong menuju ruang
operasi. Ia terus mencari Joon Jae di setiap ruangan yang ia temui dan tak lama
kemudian, ia mendengar suara hati Chung. Chung berkata dalam hatinya, kalau ia
takut. Joon Jae pun langsung mencari sumber suara dan tak lama, ia menemukan
ruang operasi tempat Chung ditawan.
Joon Jae terdiam sejenak melihat Chung yang terduduk lemas di atas tempat tidur beroda. Lalu setelahnya, ia berjalan perlahan2 mendekati Chung. Chung membuka matanya dan menatap Joon Jae dengan mata berkaca2. Joon Jae pun langsung memeluk erat Chung.
“Maafkan aku karena datang terlambat.
Maafkan aku.” ucap Joon Jae.
Dae Young sudah pergi dengan taksinya. Tepat
setelah kepergian Dae Young, dua penyidik itu tiba diluar dan berteriak kesal
karena lagi2 gagal menangkap Dae Young.
Joon Jae pun langsung membawa Chung pulang.
Baru masuk rumah, Nam Doo langsung mengoceh soal berita yang dilihatnya di TV
tentang banyaknya razia polisi untuk menangkap Dae Young.
“Hei, dan kau tahu siapa detektif yang bertugas
menangani Ma Dae Young? Jangan kaget, ya? Si Mi Mi Hong Dong Pyo itu.” ucap Nam Doo.
“Sepertinya akulah si Mi Mi Hong Dong Pyo itu. Apa singkatan Mi Mi
itu?” tanya Detektif Hong dengan wajah dingin.
“Michin Misery (si sengsara gila).” jawab
Nam Doo dengan entengnya. Rekan Detektif Hong pun tersenyum geli mendengarnya.
Joon Jae pamit ke atas untuk mengantar Chung
yang masih terlihat lemas. Sementara Joon Jae ke atas, Nam Doo dan Tae Oh
bingung harus bersikap bagaimana pada kedua penyidik itu. Nam Doo lalu
memberanikan diri berkata, kalau ia akan mendonasikan semua miliknya setelah ia
mati. Detektif Hong hanya tertawa kecil mendengarnya. Nam Doo lantas bertanya,
apa Detektif Hong akan menangkap mereka.
Joon Jae membaringkan Chung di kasurnya. Ia juga menyelimuti Chung. Chung ingin mengatakan sesuatu soal Dae Young tapi Joon Jae melarangnya bicara dan menyuruh Chung istirahat. Joon Jae lalu menyuruh Chung tidur di kamarnya untuk hari ini dan ia akan tidur di kamar Chung.
“Kata orang, kau menderita kalau lagi
minggat. Ternyata memang benar, pulang ke rumah itu sangat nyaman.” Ucap Chung.
“Betul. Jadi jangan mudah pergi keluar rumah
dan teruslah tinggal di sini.” Jawab Joon Jae.
“Selamanya?” tanya Chung.
“Tidak bisa selamanya.” Jawab Joon Jae.
“Kenapa?” tanya Chung.
“Sewa rumah ini dua tahun lagi sudah habis. Walaupun
begitu, kau bisa tinggal disini sekitar satu setengah tahun?” jawab Joon Jae.
“Sewa?” tanya Chung.
“Sebenarnya, yang kumaksudkan tadi artinya
rumah ini bukan milikku. Cuma furnitur dan bagasi rumah ini punyaku. Nanti kita
harus memindahkan semuanya itu.” jawab Joon Jae.
“Memindahkan semuanya?” tanya Chung.
“Ya.” jawab Joon Jae.
“Siapa?” tanya Chung.
“Kaulah yang harus memindahkan semuanya. Karena
kita harus pergi bersama.” Jawab Joon Jae.
“Bersama?” tanya Chung.
Joon Jae pun membelai kepala Chung dan menyuruh Chung tidur karena ia harus membahas sesuatu dengan penyidik tadi.
Joon Jae melarang Detektif Hong menanyai
Chung soal Dae Young dengan alasan karena Chung masih syok. Joon Jae mengklaim
dirinya tau lebih banyak soal Dae Young jadi Detektif Hong bisa tanya padanya
saja.
“Jika Ma Dae Young berusaha menculik wanita
itu, pasti ada alasannya.” Jawab Detektif Hong.
“Sudah kubilang. Dia itu mengincarku.” Ucap
Joon Jae.
Joon Jae pun menyuruh Tae Oh menunjukkan
bukti rekaman saat Dae Young datang ke rumah mereka dengan menyamar sebagai
petugas patroli. Rekan Detektif Hong yang ikut melihat rekaman itu pun berkata,
itu adalah hari dimana si rentenir ditemukan tewas. Detektif Hong pun
membenarkan. Joon Jae lalu menunjukkan SMS yang dikirimkan Dae Young padanya
lewat ponsel Sopir Nam. Joon Jae berkata, ia menerima SMS itu setelah Sopir Nam
terbaring koma karena kecelakaan.
“Joon Jae keluar menemuinya karena SMS itu,
dan hampir saja mati.” Ucap Nam Doo.
“Ternyata itu disamarkan sebagai kecelakaan dan mungkin Ma Dae Young terlibat.” Jawab Joon
Jae.
“Tidak pernah.” Jawab Joon Jae.
“Jangan terlalu yakin. Karena kau tidak akan
pernah tahu.” ucap Nam Doo.
“Pokoknya Ma Dae Young, memang jadi prioritas kita, dan kalian semua…”
ucap Detektif Hong.
“Tapi, kau tahu tidak akan mudah menangkap
kami atas penipuan.Tak satu pun dari para korban pernah melaporkan apapun.”
Jawab Joon Jae.
“Mereka mungkin tidak bisa melapor, karena
uang yang kami dapatkan dari mereka juga uang haram.” Ucap Nam Doo.
“Memangnya bukan kejahatan kalau mereka
tidak melaporkannya? Dan kau, kau selalu saja berpura-pura menjadi aku dan
menipu orang.” Protes Detektif Hong.
“Aku bukannya berpura-pura jadi seorang
detektif polisi dan menipu. Aku tidak pernah melukai orang lain. Dan soal
memakai identitasmu, bukannya aku cuma harus bayar denda saja?” jawab Joon Jae.
Detektif Hong pun langsung kesal
mendengarnya. Hahah…
“Pertama-tama, tangkap dulu si bajingan Ma
Dae Young itu. Aku akan membantunya.” Suruh Joon Jae.
“Memang dia bisa tertangkap kalau kami
memakai bantuanmu? Aku dari awal memang sudah berencana menangkapnya.” Kesal
Detektif Hong.
“Mari kita bahas masalahku setelah
penangkapan Ma Dae Young. Setelah itu aku akan menuruti apa katamu, Detektif.”
Ucap Joon Jae.
“Apa? Kau mau menurutiku?” tanya Detektif
Hong tak percaya.
“Aku saja sudah memberitahumu tempat tinggalku ini.
Karena sekarang banyak yang harus kulindungi maka aku tak bisa melarikan diri
sesukaku lagi. Kalaupun kau tidak percaya aku, percaya sajalah.” Jawab Joon
Jae.
Chung gak bisa tidur gara2 perlakuan manis Joon Jae tadi. Ia senyum2 memikirkan sikap manis Joon Jae tadi padanya. Chung bertanya2 sendiri, apa artinya pindah bersama. Apa itu artinya mereka akan menikah. Tapi kemudian Chung meralat kata-katanya lagi kalau bukan menikah maksud Joon Jae.
Joon Jae yang tiduran di atas tersenyum
mendengar suara hati Chung.
“Dia bilang padaku kalau aku harus memindahkan
semua barang-barang itu. Apa mungkin dia membutuhkanku agar aku bisa memindahkan semua barang-barang itu?”
tanya Chung.
Joon Jae pun langsung bergumam, jadi begitu
yang kau pikirkan? Dasar bodoh…
“Apa maksudnya dia akan menikahi wanita lain
dan menyuruhku memindahkan semua barang itu?” tanya Chung.
“Tapi…” ucap Chung.
“Tapi apa?” tanya Joon Jae sambil menajamkan
pendengarannya.
“Kenapa dia menyentuh rambutku? Dia saat itu
menyentuhnya dengan penuh cinta.” Jawab
Chung sambil memainkan helaian rambutnya.
Joon Jae tertawa mendengarnya seraya
membaringkan tubuhnya di kasur.
“Heo Joon Jae, mungkin dia tidak hanya
berencana menyukaiku, tapi ternyata dia sudah terlanjur menyukaiku. Apa dia
sudah jatuh cinta padaku? Apa cinta romantis baru saja dimulai?” tanya Chung
lagi.
Chung lalu menutupi wajahnya yang tersipu malu dengan selimut. Ia tertawa2 sendiri seperti orang gila, tapi tak lama ia berpikir kalau Joon Jae tidak mungkin menyukainya karena Joon Jae selalu marah2 padanya.
Sementara di atas, Joon Jae yang mau tidur
mulai terganggu dengan suara2 Chung itu.
“Tapi kenapa dia menyentuh rambutku? Dia
menyentuhnya karena dia menyukainya. Baju tidurnya juga berwarna hijau. Omo,
apa dia… apa tubuhnya berubah jadi hijau karena aku? Aku juga sudah dapat lampu
hijau berarti! Apa begitu maksudnya?” ucap Chung.
Joon Jae yang mulai merasa terganggu itu akhirnya membuka pintu kamarnya dan menyuruh Chung tidur. Joon Jae pun tak bisa menjawab saat Chung tanya ada apa. Chung lalu berkata, kalau ia sudah mau tidur.
“Kenapa kau tidak cepat tidur saja, bukannya
kau itu kelelahan? Jangan selalu banyak memikirkan hal lain. Kau harus tidur
yang nyenyak. Dengan begitu, kau bisa bangun pagi-pagi dan menonton drama yang ditayangkan
pagi-pagi.” Suruh Joon Jae.
Chung pun menurut. Joon Jae kembali menutup pintu kamarnya. Ia tersenyum karena Chung sudah berhenti bicara. Tapi baru saja mau tidur, ia lagi-lagi mendengar suara Chung.
“Dari suaranya, dia sepertinya marah. Kenapa
dia marah? Dia bilang "selamat malam" dan tersenyum padaku. Apa arti dari senyumnya
itu? Dia pasti khawatir denganku. Apa dia menyukaiku? Tidak... bukan itu. Dia
bilang aku harus memindahkan semua barang. Apa... apa itu artinya kita akan
menikah? Tapi suara dia tadi terkesan marah. Aneh sekali.”
Keesokan harinya, Jin Joo yang lagi sarapan
sama Dong Shik terheran-heran karena si ayah Goo Baek tidak pernah mau menjawab
teleponnya. Jin Joo pun berpikir, kalau akan membutuhkan waktu lama untuk bisa
melanjutkan rencana mereka. Dong Shik berpikir lain. Ia merasa usaha mereka
sia2 saja.
“Yeobo!
Di dunia ini, tanpa ada uang ilegal, bakal susah dan sia-sia hidupmu. Jika
kita berupaya keras, pasti ada hasilnya.”
Ucap Jin Joo.
“Apa iya?” tanya Dong Shik lemas.
“Mari kita berpikir dulu. Kita harus sekali
lagi mencoba menghubungi Presdir Heo. Ya 'kan?” jawab Jin Joo.
Jin Joo pun langsung menghubungi Presdir
Heo. Seo Hee lah yang menjawab teleponnya. Jin Joo mengajak Seo Hee
bertemu. Seo Hee setuju, ia berkata
mereka akan bertemu jam 7 dan memberitahukan lokasi dimana mereka akan bertemu.
Usai bicara dengan Jin Joo, Seo Hee menukar obat Presdir Heo dengan obat lain. Tanpa ia sadari, Chi Hyun menatapnya dari balik pintu. Setelah Seo Hee pergi, Chi Hyun pun mengambil dua butir obat itu. Sepertinya Chi Hyun berniat mencari tahu kandungan obat itu.
Saat sarapan, Nam Doo terheran-heran melihat
wajah Joon Jae dan Chung yang terlihat lesu. Nam Doo bertanya, apa mereka tidak
bisa tidur. Chung pun berkata, ia tak bisa tidur karena banyak yang ia
pikirkan. Joon Jae juga berkata, kalau ia tak bisa tidur karena Chung
terus-terusan bergerak kesana kemari. Mendengar itu, Chung pun langsung menatap
Joon Jae meminta penjelasan. Tapi Joon Jae diam saja.
“Apa dia marah padaku sekarang? Kenapa
begitu? Apa dia mulai tidak menyukaiku dalam waktu satu malam? Apa salahku? Dia
menyuruhku pindah ke 'rumah sewa per tahun' bersama. Terus kenapa dia marah?”
batin Chung.
Joon Jae pun langsung berteriak kesal
mendengarnya, bukan begitu! Nam Doo dan Tae Oh pun terheran-heran karena Joon
Jae tiba-tiba2 saja berteriak marah begitu. Joon Jae pun langsung memberikan
penjelasannya dengan suara lembut kalau setelah2 ia ingat-ingat lagi, Chung
tidak berisik waktu gerak sana sini.
Joon Jae kemudian menatap Chung dan
membayangkan saat Chung berenang di kolam renangnya.
“Hyung, apa kita hari ini beli pohon saja?”
tanya Joon Jae.
“Christmas tree? Aku ikut!” jawab Nam Doo.
“Aku juga mau ikut.” Ucap Chung.
“Tidak, kau di rumah saja. Aku pergi dengan
Hyung Nam Doo dan Tae Oh saja. Kami bertiga bakal pergi jadi kau jaga rumah.
Sendirian.” Jawab Joon Jae.
Chung pun tidak mengerti kenapa Joon Jae
menyuruhnya jaga rumah sendirian. Joon Jae pun terpaksa menjelaskan, karena
Chung tinggal bersama dengan 3 pria jadi mungkin saja ada hal yang ingin Chung
lakukan tapi tak bisa dilakukan. Joon Jae pun berkata, mereka akan pulang jam 7
malam. Tapi Chung masih tidak ngeh kalau Joon Jae menyuruhnya berenang saat
mereka tidak ada.
“Apa dia menyuruhku bersih-bersih? Aku harus
menganggap diriku pemilik rumah dan bersih-bersih?” batin Chung.
“Bukan bersih-bersih atau semacamnya! Hal
yang kau bisa lakukan dan bisa
beristirahat paling nyaman. Lakukanlah hal-hal semacam itu!” suruh Joon Jae,
sambil mencubiti pipi Chung.
Melihat Joon Jae mencubit2 pipi Chung, Tae Oh pun protes pertama kali yang kemudian diikuti Chung. Joon Jae pun beralasan kalau dia hanya ingin melakukan hal itu. Joon Jae lalu beranjak pergi. Setelah Joon Jae pergi, Chung memegangi kedua pipinya dan bertanya-tanya kenapa pipinya terasa panas, apa karena dicubit Joon Jae.
Joon Jae tiduran di sofa. Nam Doo
mengajaknya membuat pesta natal yang sederhana. Nam Doo juga mengusulkan
mengundang Si A ke pesta mereka. Joon Jae setuju. Nam Doo dan Tae Oh pun
langsung masuk kamar mereka untuk siap2. Chung masih memegangi pipinya dan
bertanya2 kenapa pipinya sakit sambil berjalan mendekati Joon Jae.
“Pipiku sakit sekali. Tapi anehnya, aku suka. Perasaan apa ini? Apa
aku gila? Aku tidak bisa jadi orang satu-satunya
yang merasa seperti ini. Heo Joon Jae juga harus merasakannya.” Batin Chung.
Joon Jae pun langsung berdiri dan berlari
menghindari Chung yang mau mencubit pipinya. Chung terus berlari mengejar Joon
Jae sambil mengangkat tangannya mau mencubit pipinya Joon Jae. Joon Jae
langsung memegangi kedua tangan Chung dan mendesak Chung ke dinding. Chung pun
tertegun.
“Kalau kau sendirian lakukan apa saja
sesukamu. Harus.” suruh Joon Jae.
“Apa lagi ini? Aku tidak bisa memikirkan
apapun untuk sementara waktu.” Batin Chung.
Joon Jae pun langsung melepaskan pegangannya
dan menutup telinganya sambil beranjak pergi. Sementara Chung sambil memegangi
tangannya yang habis dipegang Joon Jae bertanya2, Joon Jae menyukainya atau
tidak.
Di ruangannya, Presdir Heo sedang berbicara
dengan penasehatnya. Penasehatnya bertanya, kenapa Presdir Heo buru2 meresmikan
surat wasiat. Tepat saat itu, Chi Hyun datang dan berhenti di depan pintu.
Penasehat melihat Chi Hyun dan Chi Hyun meminta penasehat tidak memberitahukan
kehadirannya pada Presdir Heo.
“Ini soal anakku Joon Jae. Aku ingin memberikan semua kekayaanku padanya. Baik itu saham, real estate, aset internasional, apa pun itu.” jawab Presdir Heo.
Chi Hyun terkejut mendengarnya. Penasehat
yang mendengar itu pun langsung mengatakan kalau Seo Hee dan Chi Hyun juga
harus menerima warisan sesuai aturan hukum untuk mencegah adanya masalah
gugatan warisan di kemudian hari.
“Jika aku mengecualikan mereka berapa banyak
warisan yang mungkin akan diterima Joon
Jae?” tanya Presdir Heo.
Chi Hyun pun kecewa mendengarnya.
0 Comments:
Post a Comment