Jin Joo makan malam dengan Seo Hee. Jin Joo berterima kasih karena Seo Hee sudah mau meluangkan waktu untuknya hari ini. Seo Hee berkata, dia yang akan traktir Jin Joo malam ini karena ia dan keluarganya sudah sering makan makanan pemberian Jin Joo. Jin Joo lalu menawari Seo Hee anggur cina.
“Nyonya, ayo kita bersulang. Untuk
persahabatan keluargamu dan keluargaku serta untuk aliansi bisnis kita. Bersulang!
Aku akan minum ini satu tenggakkan sekaligus.” Ucap Jin Joo.
Seo Hee malas-malasan menanggapi Jin Joo. Jin Joo mulai bicara soal investasi pendamping atau pembagian saham. Seo Hee yang malas menanggapi Jin Joo pun mengambil ponselnya dan bicara dengan Pengacara Lee. Jin Joo tentu saja kesal dan melampiaskan rasa kesalnya itu dengan minum2 sampai mabuk.
“Eonni.” Panggil Jin Joo.
“Eonni?” tanya Seo Hee.
“Kau jauh lebih tua dari aku. Kau itu tua!
Jadi kau itu Eonni. Ini, Eonni. Ayo kita minum segelas lagi.” Jawab Jin Joo
“Jin Joo-ssi, kau itu sangat mabuk.” Ucap Seo Hee.
“Aku sangat mabuk, tapi, jujur aku sangat
kasihan padamu. Kepiting bumbu kecap, sup
ikan sungut kimchi, lauk asinan, dengan semua makanan yang kuberikan jika kau
menggabungkan semuanya, kau bisa buka restoran Korea dengan banyak menu enak! Kau
menerima semua itu, tapi sekarang kau mengabaikanku? Apa kau itu seperti
pepatah makan habis itu tak tahu terima kasih?!Jika kau menerima makananku setiap
hari, kau harusnya meluangkan waktu bagi kami, dasar! Kenapa kau sok jual
mahal? Memangnya kita ini pacaran apa? Hah?!” jelas Jin Joo setengah berteriak.
Seo Hee tersinggung dan langsung menyuruh Sekretaris Kim menyiapkan mobilnya. Tapi Jin Joo malah berkata lagi apakah Seo Hee benar-benar serius mau memasukkannya di pembagian saham. Seo Hee kesal, ia melemparkan lap ke atas meja dan beranjak pergi. Tapi langkahnya seketika terhenti saat Jin Joo mengatakan bahwa dirinya telah merebut suami teman SMA-nya.
“Apa? Kau barusan bilang apa?” tanya Seo
Hee.
“Aku membaca semuanya di Gangnam Tabloid! Kau
merampas suami teman SMA-mu. Temanmu itu lalu menghilang, dan anaknya diusir
dari rumah. Di tabloid itu, tertulis kau sudah menghancurkan keluarga itu.”
jawab Jin Joo.
Seo Hee kesal luar biasa, tapi ia memilih
pergi ketimbang membalas perkataan Jin Joo.
Joon Jae sibuk memasak di dapur, sementara Tae
Oh dan Nam Doo sibuk menghiasi kue natal. Dan Shi A, dia hanya duduk santai
sambil menikmati anggurnya. Tak lama, Nam Doo pun bertanya kenapa Chung masih
belum keluar dari kamar. Kemudian setelahnya, Joon Jae mendengar suara hati
Chung.
“Apa baju ini lebih bagus? Tidak, Heo Joon Jae tidak suka baju yang pendek.” Batin Chung.
Joon Jae bergumam, bagus! Suara Chung pun
kembali terdengar. Menurutnya baju yang sedang ia kenakan terlalu panjang dan
ia bisa kegerahan nantinya. Joon Jae pun kembali menyahut, kalau Chung memang
tak boleh kegerahan. Tae Oh langsung menatap heran Joon Jae. Chung berkata
lagi, kalau ia harus terlihat lebih cantik dari Si A. Joon Jae senyum2
mendengarnya.
Tak lama, Chung keluar dan Nam Doo langsung memuji penampilan Chung. Joon Jae terpesona dengan kecantikan Chung. Sementara Si A tampak menatap sebal ke arah Chung. Chung juga menatap sebal Si A, tapi ia gak peduli. Tae Oh lantas memotret Chung yang memang terlihat cantik. Joon Jae yang melihat itu pun langsung mengejar Tae Oh. Si A kegeeran, mengira Tae Oh memotret dirinya dan Joon Jae cemburu dirinya dipotret pria lain.
Joon Jae lalu makan kacang dengan melemparkan kacang itu ke mulutnya. Chung ingin mencobanya dan ia bisa melakukannya. Nam Doo pun langsung berkata, kalau tak ada yang tak bisa dilakukan Chung. Chung melakukannya lagi dan lagi. Joon Jae tersenyum melihat Chung. Si A juga mau mencobanya, tapi ia gagal dan meminta Joon Jae mengajarinya. Joon Jae lantas mengajari Si A dengan memegang tangan Si A. Chung pun cemburu melihatnya.
“Kenapa aku bisa melakukannya, tapi tak ada
gunanya aku bisa? Karena aku sudah bisa melakukannya, Heo Joon Jae tidak mengajariku. Kenapa aku
pandai sekali melakukan hal ini? Aku tidak bisa berhenti melakukannya karena
camilan ini terlalu enak.” Batin Chung.
Joon Jae pun langsung tertawa mendengar
suara hati Chung.
Chung sedang membenarkan riasannya di kamar
mandi. Tapi tiba2 saja, Si A menghampirinya. Si A dengan juteknya bertanya, kau
datang lagi? Chung pun membalas dengan muka jutek pula, ia berkata, itu
rumahnya jadi ia bisa datang dan pergi sesukanya dan ia akan pindah dengan Joon
Jae kalau sewa rumahnya sudah habis.
“Apa? Kau mau menikah dengan Heo Joon Jae?”
tanya Si A kesal.
“Meskipun kami belum memutuskannya kami memang sudah berencana.”
Jawab Chung.
“Rencana? Rencana apa?” tanya Si A.
“Rencana Heo Joon Jae menyukaiku.” Jawab
Chung.
“Sepertinya Joon Jae kumat lagi rupanya. Dia
memang sering berkata begitu.” ucap Si A.
“Apa?” tanya Chung.
“Pasti kau bicara seperti ini dalam hati, 'kan? "Oh? Apa dia
menyukaiku? Tatapannya seperti tatapan suka padaku." "Apa bukan? Apa
dia cuma baik padaku saja?" jawab Si A.
“Apa kau bisa mendengar pikiranku?” tanya
Chung kaget.
“Mengatasi akuarium?” tanya Chung.
“Artinya mereka melempar umpan dan kemudian menangkap
mereka di dalam jaring dan membuat orang yang ditangkap berharap besar. Kau itu
tidak mampu menangani sifat Joon Jae. Aku
mampu tidak terpengaruhi olehnya, dan karena itulah aku masih bisa dekat dengan
Joon Jae.” Jawab Si A.
“Itulah kau. Seekor ikan yang ditangkap di
dalam akuarium. Aku bukan ikan.” Ucap Chung.
“Tidak. Kau itu ikan. Sudah cukup kau
berlama-lama tinggal disini. Sekarang kembalilah ke tempat asalmu entah itu
sungai atau laut.” Jawab Si A, yang membuat Chung tercengang.
Dae Young lagi stress memikirkan
kehidupannya di masa lalu. Sampai2 dia tidak menjawab panggilan Seo Hee.
Seo Hee kesal karena panggilannya tidak dijawab Dae Young. Tak lama, Chi Hyun datang menanyakan siapa ayah kandungnya. Chi Hyun mengaku kalau ia penasaran sejak lama, tapi ia tak bisa menanyakan itu pada sang ibu. Seo Hee pun berkata, kalau ayah kandung Chi Hyun sangat menyayangi Chi Hyun. Seo Hee beralasan, ayah kandung Chi Hyun tidak menampakkan diri di depan Chi Hyun karena ingin Chi Hyun bahagia.
“Jadi kau tidak perlu tahu itu. Ya? Yang
harus kau tahu adalah satu-satunya orang
yang dapat dipercaya di dunia ini adalah kau dan aku, kita berdua.” Ucap Seo
Hee.
“Ya, Ibu. Sepertinya begitu. Sepertinya
memang benar yang Ibu katakan.” Jawab Chi Hyun dengan pandangan kecewa.
Si A minum2 di kedai soju. Tak lama, Tae Oh datang dan Si A mengajaknya ikut serta. Si A lalu memberikan fotonya pada Tae Oh. Tae Oh jelas bingung. Si A bilang kalau Tae Oh mau fotonya, seharusnya Tae Oh minta saja padanya, jangan memotretnya diam2 di keramaian. Tae Oh mau menjelaskan kejadian sebenarnya, tapi Si A terus-terusan memotong kata-katanya.
“Sudah kubilang padamu. Meskipun aku tak
bisa menerima perasaanmu kau tak boleh meremehkan cintamu. Jangan diam-diam
bertindak, melainkan mengakulah padaku soal rasa sakitmu.” Ucap Si A.
“Hatiku tidak sakit. Aku bilang begini karena
aku memang tak sakit.” Jawab Tae Oh.
“Tae Ho, dengar baik-baik. Sudah 7 tahun
bagiku. Dari hari pertama masuk kuliah aku melihat Joon Jae dan sejak saat itu
selama 7 tahun berikutnya aku sudah mengawasi semuanya dan menjaga hubunganku
dengan dia terus menerus. Menurutmu
kenapa begitu? Kau penasaran, 'kan? Itu karena aku tidak mudah menyerah. Tanpa
membebani objek yang menarik perhatianmu untuk tetap terjaga, sementara
mempertahankan jarak. Bukankah menurutmu cinta orang dewasa pasti seperti itu?”
ucap Si A panjang lebar.
Sekarang mereka duduk di taman. Si A sedang
merengek di telepon pada Joon Jae.
“Joon Jae, jangan tutup teleponnya. Apa cuma
kalian saja orang yang punya rencana? Bagiku, aku tidak mau mengadakan pertunangan
denganmu Joon Jae tapi langsung menikah. Itulah tren belakangan ini. Aku akan
langsung menikah denganmu. Entah itu di pulau Jeju Ol Leh trail atau ladang
gandum di Provinsi Gang Won sambil menggantung kuali besi. Itulah yang akan
kulakukan disana. Saat anak kita lahir, aku tidak akan melakukan syukuran bayi 100 hari tapi
memberikan sumbangan amal bagi UNICEF. Itulah... sekarang itulah... tren-nya.”
“Joon Jae! Joon Jae, jangan tutup teleponnya. Tapi apa yang telah
kulakukan sejauh ini? Apa aku selama ini membuang waktu dan tenaga? Apa itu
yang kulakukan selama ini?” ucap Si A.
Joon Jae langsung menjauhkan ponsel dari
telinganya karena stress mendengar rengekan gak penting Si A. Joon Jae lalu
berkata, kalau Si A berisik di tengah jalan bisa2 polisi nanti menangkap Si A.
“Cepatlah pulang. Kau lagi sama siapa? Tae
Ho? Suruh Tae Ho mengantarmu pulang. Kututup
teleponnya sekarang.” ucap Joon Jae.
Joon Jae masuk ke kamarnya dan terkejut melihat Chung yang tidur dengan posisi menguasai kasurnya. Joon Jae menyuruh Chung pindah, tapi Chung malah menatap Joon Jae sambil berkata dalam hatinya.
“Heo Joon Jae, apa kau menganggapku sebagai
ikan? Apa kau 'menangani akuarium'mu?”
Joon Jae yang bingung menyuruh Chung naik ke
kamar atas.
“Kenapa dia? Apa maksudnya dia tidak tahan melihatku, makanya aku harus naik ke atasi? Apa
maksudnya dia menyuruhku pergi?” batin Chung lagi.
Saat Chung hendak beranjak ke kasur, Joon
Jae malah melarangnya dan berkata dia yang akan tidur di atas. Saat Joon Jae
menaiki tangga menuju kamar atas, Chung berkata lagi dalam hatinya kalau
jantungnya berdebar lagi dan ia bertanya, bisakah ia melarikan diri akuarium
ikan ini.
Keesokan harinya, Jin Joo yang baru bangun dengan mascara belepotan, terkejut menyadari apa yang diucapkannya pada Seo Hee semalam. Ia pun merengek, meminta Dong Shik mengatakan apa yang terjadi semalam hanyalah mimpi. Dong Shik pun bingung melihat sikap istrinya.
Lain Jin Joo, lain pula Si A yang merasa
malu atas apa yang dikatakannya pada Joon Jae semalam. Yoo Ran yang melintas di
ruang tengah terheran-heran melihat Si A yang bersungut2 di sofa. Tak lama, Jin
Joo datang dan Yoo Ran langsung minta izin ke rumah sakit untuk mengambil obat
tekanan darah. Jin Joo langsung mengizinkan dan beranjak pergi dengan penampilan
sedikit awut-awutan.
Jin Joo menghampiri Seo Hee yang lagi
perawatan di salon. Jin Joo menyuruh Seo Hee membunuhnya saja sebagai bentuk
penyesalannya karena sudah berkata yang tidak-tidak. Seo Hee yang masih kesal menyuruh Jin Joo
memberitahunya isi Tabloid Gangnam.
“Gosip? Oh, Nyonya. Aku tidak mengikuti
gosip atau semacamnya. Nyonya. Apa pun yang yang telah kukatakan kemarin itu
bukan aku. Itu bukan Ahn Jin Joo sesungguhnya. Anggap saja kemarin ada binatang
buas merasuki tubuhku... Tak bisakah kau menganggapnya begitu?” pinta Jin Joo
memelas.
Chung duduk di sebelah Tae Oh yang lagi
asyik main game. Chung bertanya, apa muka Tae Oh itu aslinya merah. Tae Oh
menggeleng kuat2. Chung berkata, kalau wajah Tae Oh selalu memerah tiap kali ia
memandanginya. Chung lalu meminta Tae Oh mengajarinya komputer. Ia bilang ia
tak bisa belajar hanya dengan melihat dari TV saja.
“Kata orang, kau bisa tahu segala macam hal pakai komputer?” tanya Chung.
Tae Oh mengangguk. Chung pun bertanya lagi, apa Tae Oh juga bisa mencari tahu juga tentang seseorang yang termakan umpan. Joon Jae yang melihat mereka dari bawah pun langsung meneriaki mereka. Tapi Chung malah terus membisiki Tae Oh tentang caranya bisa tahu seseorang termakan umpan atau seseorang hanya menggodamu saja. Joon Jae pun sewot.
“Jangan dekat-dekat kalian! Jangan
berbisik-bisik, bicara saja dalam hati! Hei, Tae Oh. Kenapa telingamu
merah?Jangan sampai telingamu merah. Apa yang kalian lakukan itu?” sewotnya.
“Tae Oh mau mengajariku komputer.” Ucap
Chung.
“Aku saja yang mengajarimu.” Jawab Tae Oh.
“Tidak!” tolak Chung.
Chung lalu bicara dalam hatinya.
“Aku harus mencari tahu apa kau menyukai
atau hanya menggodaku.”
“Hei, apa aku harus mengatakannya
terang-terangan biar kau itu tahu?” tanya Joon Jae.
Tapi saat Chung bertanya balik, apa yang mau
dikatakan Joon Jae, Joon Jae malah bingung menjawabnya. Joon Jae yang salah
tingkah, lalu berkata terserah Chung saja kalau Chung mau belajar komputer dari
Tae Oh.
Seo Hee menemani CEO Heo periksa ke dokter.
Dokter merasa aneh dengan kesehatan CEO Heo yang semakin memburuk, padahal CEO
Heo rajin minum obat. CEO Heo pun mengeluh kalau ia jadi cepat pusing dan
penglihatannya kabur. Dokter pun cemas kalau CEO Heo bisa buta. Seo Hee
bertanya, apa yang harus mereka lakukan.
“Kita harus melakukan semua upaya sebelum
terlambat. Setidaknya matanya yang bagian luar yang sakit, jadi kita bisa
mengoperasinya. Kalau di dalam retina yang rusak dan berkembang menjadi degenerasi
macula kita mungkin tidak punya cara lain.” Jawab dokter.
“Sepertinya kita menjadwalkan tanggal
operasinya kalau begitu.” ucap Seo Hee.
“Tentu saja. Operasi memang harus dilakukan,
tapi kau juga harus berhati-hati. Tapi apa benar matamu tidak pernah tertusuk atau
melukai matamu?” tanya dokter.
“Tidak.” Jawab CEO Heo.
Seo Hee menyuruh CEO Heo menunggunya sebentar. Tak lama setelah Seo Hee pergi, Yoo Ran melintas dan terkejut melihat CEO Heo, tapi CEO Heo tak bisa melihat wajah Yoo Ran dengan jelas. Tak lama kemudian, Seo Hee kembali dan Yoo Ran langsung memunggungi mereka. Setelah mereka berlalu, Yoo Ran teringat masa lalunya.
Kilas Balik!
Seo Hee dan Yoo Ran dulunya teman SMA! Dan dulu, Seo Hee bernama Ji Hyun. Seo Hee meminta maaf karena menerobos masuk rumah Yoo Ran begitu saja. Yoo Ran mengaku tak masalah. Seo Hee lalu memberitahu Yoo Ran kalau sekarang namanya adalah Seo Hee dan ia punya alasan kenapa ia merubah namanya.
“Pokoknya, selamat datang kemari. Pekerjaan suamiku sangat lancar jadi kami
punya uang banyak.” ucap Yoo Ran ramah.
“Sulit membesarkan anak sendirian setelah
suamiku tiba-tiba mati seperti itu.” jawab Seo Hee.
“Lagipula, aku akan mendapatkan uang
asuransinya, kok.” Ucap Yoo Ran.
Kilas Balik Selesai!
Joon Jae sedang membaca berita Dae Young yang menculik Chung di koran. Tiba2, ia mendapat panggilan dari Chi Hyun. Chi Hyun yang kecewa, menyuruh Joon Jae melindungi CEO Heo sementara ia akan melindungi ibunya. Joon Jae pun heran mendengarnya. Chi Hyun bilang itu peringatan terakhirnya sekaligus hadiah dari anak tiri kepada anak kandung CEO Heo.
Joon Jae masuk ke kamarnya dan mendapati
Chung yang rebahan di kasurnya. Chung berkata, ada yang mau ia tanyakan. Tapi
Chung malah diam dan berkata dalam hatinya saat Joon Jae bertanya apa yang mau
ditanyakan Chung.
“Kenapa kau bilang kau berencana menyukaiku?
Kenapa kau datang menyelamatkanku? Kenapa kau memelukku? Kenapa kau menyentuh
rambutku? Kau menyukaiku? Atau yang
seperti Cha Si A katakan, kau hanya menggodaku? Banyak hal di internet tapi kucari
tahu pun sepanjang hari tidak ada yang sesuai dengan perasaanmu. Aku tidak
tahu. Apa kau menyukaiku. Atau tidak?” batin Chung.
“Tidak. Aku belum selesai memilih
pertanyaannya.” Jawab Chung.
“Kau bukan tipe orang yang pilih-pilih. Kau
tipe orang yang langsung bicara.” Ucap Joon Jae.
“Tidak, aku ingin memilihnya dulu sebelum
aku mengatakannya. Aku akan memikirkannya malam ini.” jawab Chung.
“Berarti kau akan memikirkannya semalaman?”
tanya Joon Jae.
“Ya. aku akan memikirkannya sepanjang malam.
Dan aku akan berbicara denganmu setelah aku memilih semuanya, besok.” Jawab
Chung.
“Seberapa banyak yang akan kaupikirkan
nanti?” tanya Joon Jae.
“Semalaman.” Jawab Chung.
“Semalaman? Aku tidak tahu apa isi pikiran di kepalamu itu. Aku tidak
tahu, tapi apapun itu, apa bisa kau tak usah memikirkannya?” pinta Joon Jae.
“Kenapa lagi ini? Apa maksud dia, aku tidak
boleh memikirkan dirinya?” batinnya.
Joon Jae pun langsung memegang tangan Chung
dan mengecup kening Chung.
“Mulai sekarang, jangan pikirkan apapun dan
jangan lakukan apapun.” Ucap Joon Jae, lalu mengecup bibir Chung.
Bersambung……
0 Comments:
Post a Comment