Sebelumnya...
Si A
tiba di pemakaman dan heran sendiri melihat sekelilingnya. Tak lama kemudian,
Tae Oh datang menghampiri Si A. Si A pun langsung teringat kejadian di tempat
karaoke semalam dan itu membuatnya sangat malu, tapi ia berusaha bersikap
setenang mungkin seolah tak terjadi apa-apa.
“Tapi
apakah terjadi sesuatu? Mengapa suasananya seperti ini di sini?” tanya Si A.
Si A
terkejut mendengar cerita Joon Jae dari Tae Oh. Ia prihatin pada Joon Jae.
Karena tak melihat mobil Si A, Tae Oh bertanya dimana mobil Si A. Si A bilang,
dia tadi naik bus. Tae Oh pun berniat mengantarkan Si A. Si A setuju, meski awalnya
malu-malu.
Di
bus, Si A merasa terganggu dengan penumpang di depannya yang heboh memuji
ketampanan seseorang. Agar Si A merasa nyaman, Tae Oh memakaikan headphone nya
ke telinga Si A. Si A terkejut dengan perlakuan Tae Oh, tapi kemudian ia
tersenyum.
Si A
kemudian dikejutkan dengan Tae Oh yang tiba-tiba menyenderkan kepala di
bahunya. Si A menoleh dan melihat Tae Oh tertidur pulas.
“Dia
memenangkan lotre. Dia akan sangat senang mengetahui bahwa dia tertidur di
bahuku. Bagaimana bisa dia lebih cantik dari seorang gadis?” oceh Si A.
Bus
lalu berhenti. Si A panic karena ia harus turun, tapi tidak tega membangunkan
Tae Oh. Akhirnya, Si A memilih tetap berada di bus karena tidak tega
membangunkan Tae Oh.
Joon
Jae dan Chung baru saja tiba di rumah dan langsung masuk ke kamar. Chung mau ke
atas, tapi Joon Jae malah menariknya ke tempat tidur. Joon Jae menyuruh Chung
tidur di kamarnya. Joon Jae pun berbaring di kasurnya. Chung merentangkan
tangan Joon Jae, lalu tidur disamping Joon Jae.
“Ma
Dae Young mungkin telah kehilangan ingatannya tapi dia ingat putri duyung. Ma
Dae Young tampaknya menjadi lebih baik dari Dam Ryung kadang-kadang ketika
datang ke pemikirannya dari putri duyung.” Ucap Chung.
“Sae
Wa tampaknya berbicara begitu manis. Senyumnya cantik dan tindakannya begitu
sopan.” Balas Joon Jae.
Chung
kesal mendengarnya dan langsung mencubit pinggang Joon Jae. Keduanya lalu
tertawa. Dan setelah itu, Chung berkata kalau ia melihat wajah orang lain saat
menghapus memori Dae Young. Chung berkata, bukan Dae Young yang melempar tombak
itu.
Joon
Jae terkejut mendengarnya dan ingin tahu siapa yang melemparnya.
“Orang
yang kita kenal.” Jawab Chung.
Seo
Hee berkonsultasi dengan pengacaranya. Pengacara menjelaskan, polisi tidak memiliki bukti langsung bahwa
Seo Hee meracuni CEO Heo. Pengacara meminta Seo Hee menjawab sekenanya saja.
Dan jika polisi menanyakan pertanyaan yang menyudutkan, pengacara meminta Seo
Hee berpura-pura tidak ingat.
Seo
Hee pun mulai diinterogasi. Ia menyangkal semua tuduhan itu. Saat Penyidik Hong
mulai menyudutkannya, ia pura-pura sakit kepala. Penyidik Hong pun mulai
stress.
Penyidik
Hong pun langsung menemui Joon Jae. Joon Jae yang tak rela Seo Hee lepas begitu
saja setelah membunuh ayahnya, berniat menggunakan caranya sendiri untuk
membuat Seo Hee mengaku.
Joon
Jae meninggalkan kantor polisi. Tanpa disadarinya, Nam Doo mengawasinya dari
dalam mobil dan melaporkan tindak tanduknya pada Chi Hyun. Nam Doo lalu dapat
konfirmasi kalau Seo Hee akan bebas jam enam sore ini. Ia yakin Joon Jae tidak
akan diam saja dan mengajak Chi Hyun menyerang Joon Jae duluan.
Tepat
jam enam sore, Seo Hee pun dibebaskan. Chi Hyun datang langsung untuk menjemput
ibunya. Tak lama setelah Chi Hyun pergi, Nam Doo juga pergi.
Joon
Jae sedang menuju ke mobilnya saat menerima sebuah pesan. Saat hendak masuk ke
mobilnya, Nam Doo memukulnya dari belakang!
Tae
Oh yang melihat dari kamera CCTV pun kaget. Ia dan Chung bergegas menyusul Joon
Jae.
Nam
Doo membawa Joon Jae ke sebuah gudang. Disana, Seo Hee dan Chi Hyun sudah
menunggu mereka. Nam Doo mendudukkan Joon Jae di sebuah kursi. Setelah itu, ia
mengikat Joon Jae sesuai perintah Chi Hyun. Joon Jae marah, ia tidak menyangka
Nam Doo akan mengkhianatinya. Tapi Nam Doo berkata, Joon Jae lah yang
mengkhianatinya karena jatuh cinta pada Chung.
Nam
Doo lalu menunjukkan surat bunuh diri Joon Jae. Setelah itu, ia menyuntikkan
racun ke tubuh Joon Jae. Racun yang digunakan Seo Hee untuk membunuh CEO Heo.
“Kau
melakukan bunuh diri karena merasa bersalah telah membunuh ayahmu hari ini. Karena
kau tidak menerima warisan dari Ayah, itu sudah cukup untuk motif pembunuhan. Dan...karena
kau tahu tata ruang rumah kami dengan baik, kau menyembunyikan bukti di ruang
bawah tanah.” Ucap Chi Hyun.
Seo
Hee kemudian menyuruh Chi Hyun dan Nam Doo keluar.
“Apakah
kau pikir aku akan meninggalkanmu sesuai dengan keinginanmu? Kalau tidak, apa
yang akan kamu lakukan? Pria mati tidak pernah mendongeng. Lihat ayahmu. Dia
tak dapat berkata apa-apa.” Ucap Seo Hee.
“Teganya
kau seperti itu kepada Ayahku? Di saat ayahku sangat baik kepadamu!” protes
Joon Jae.
“Apakah
aku tidak baik? Ini sudah 17 tahun. Aku menghabiskan waktu 17 tahun, bertindak
sebagai lidah bagi mulut Heo Il Joong dan aku sangat baik. Tapi ketika tiba
saatnya untuk mewariskan kekayaannya dia hanya mencari hubungan sedarahnya.”
Jawab Seo Hee.
“Itukah
sebabnya kau membunuhnya?” tanya Joon Jae.
“Ya.
Aku membunuhnya. Seperti itu, ayahmu sedang sekarat pula. Sejujurnya, racun
itu, dia tidak menelan itu hanya untuk satu atau dua hari. Dia menjadi
kecanduan untuk itu dalam jumlah yang sangat kecil sehingga dia tidak tahu. Itu
akan menjadi sulit baginya untuk melewati satu tahun, tapi dengan dia
mengatakan dia ingin menyusun wasiat untuk segala sesuatu, aku mengirim dia
pergi sedikit lebih cepat.” Jawab Seo Hee.
Flashback---dimana
Seo Hee mencampurkan racun itu ke dalam makanan dan minuman CEO Heo—Flashback
end.
“Kau
juga membunuh suami terdahulu seperti itu juga kan, Kang Ji hyeon?” tanya Joon
Jae.
“Memang
benar. Tapi tak seorangpun yang tahu bahkan setelah 20 tahun berlalu. Mungkin,
bahkan setelah 20 tahun meninggal tak seorangpun yang mungkin mengetahui bahwa
aku membunuhmu dan ayahmu.” jawab Seo Hee.
Seo
Hee lantas tertawa. Tak lama kemudian, Joon Jae ikut tertawa dan itu membuat
Seo Hee bingung.
“Akankah
itu benar-benar terjadi?” tanya Joon Jae.
Tiba-tiba,
terdengar bunyi alarm. Tak lama kemudian, Penyidik Hong dan polisi lainnya
muncul dan menangkap Seo Hee. Seo Hee terkejut. Ia makin terkejut saat Joon Jae
menunjukkan rekaman pengakuannya.
Semua
itu ternyata rencana Nam Doo! Saat Penyidik Hong bicara dengan Joon Jae di
depan kamar jenazah, Nam Doo menghampiri mereka. Nam Doo memberitahu bahwa Chi
Hyun mengajaknya kerja sama untuk menyingkirkan Joon Jae.
Saat
mereka duduk di lobi, Nam Doo memberitahu Joon Jae lewat SMS kalau pembicaraan
mereka telah disadap Chi Hyun. Joon Jae pura2 marah saat Nam Doo melarangnya
melakukan otopsi saat itu. Lewat SMS, Nam Doo menyuruh Joon Jae lebih marah
lagi kepadanya.
Saat
mengikuti Chi Hyun di kantor polisi, Nam Doo memberikan kode pada Penyidik
Hong. Setelah itu, Penyidik Hong dan rekannya bergegas mengikuti Nam Doo.
Lalu
kemudian SMS yang diterima Joon Jae sebelum dipukul Nam Doo, adalah SMS dari
Nam Doo. Nam Doo berkata, kalau ia akan memukul Joon Jae.
Saat
dalam perjalanan menuju gudang, Joon Jae membuat darah palsu di wajahnya pakai
make up.
Chi
Hyun yang menunggu diluar terkejut saat melihat para polisi berdatangan. Ia makin
terkejut melihat ibunya diseret polisi dari dalam gudang. Ia pun sadar kalau
Nam Doo dan Joon Jae sudah menjebaknya.
Bersamaan
dengan itu, Chung dan Tae Oh tiba di lokasi.
Chi
Hyun berontak saat petugas akan menangkapnya. Ia memukul petugas, lalu merebut
pistol petugas dan mengarahkannya pada Joon Jae. Melihat itu, Chung seketika
teringat mimpinya tentang seseorang yang melemparkan tombak pada Dam Ryung dan
Sae Wa. Orang itu, Chi Hyun!
Tak
ingin Joon Jae nya terluka, Chung pun langsung berlari ke arah Joon Jae. Tepat
saat itu, pistol meletus! Chung tertembak!!